Pengaruh Kelompok Siloviki dalam Kebijak

Pengaruh Kelompok Siloviki dalam Kebijakan Luar Negeri
Rusia di Laut Kaspia
Muhammad Ahalla Tsauro
Mahasiswa Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga
Abstrak
Laut Kaspia merupakan kawasan yang menjadi prioritas kebijakan luar negeri
Rusia karena melimpahnya kekayaan alam dan posisi kawasan strategis yang
harus diamankan. Tantangan pun datang tidak hanya dari negara-negara
Kaspia seperti Azerbaijan, Iran, Kazakhstan dan Turkmenistan saja, akan
tetapi kekuatan lain seperti Amerika dan Uni Eropa. Usaha peningkatan
ekonomi dan keamanan mulai diberlakukan ketika Putin melakukan reformasi
politik, ia membawa kelompok Siloviki yang memiliki visi dan misi yang sama
dengan Putin untuk membangkitkan Rusia. Berbagai kebijakan menjadi bukti
pentingnya kehadiran kelompok tersebut dalam membangun negara
sebagaimana terlihat dari Konsep Kebijakan Luar Negeri Rusia, Strategi
Keamanan Nasional dan Doktrin Militer. Agenda utama prioritas siloviki di
Laut Kaspia adalah menjaga keamanan perdagangan, keamanan nasional dan
mengangkat kembali pengaruh Rusia dalam melakukan kontrol kawasan
Kaspia. Tulisan ini menunjukkan pengaruh siloviki dan dinamika kelompoknya
terhadap Kebijakan Luar Negeri Rusia di Laut Kaspia

Kata-kata Kunci: Kelompok, Siloviki, Kebijakan Luar Negeri, Rusia, Laut
Kaspia

The Caspian Sea is an area that became Russia's foreign policy priority because
of the abundance of natural resources and strategic position of the area that
must be secured. The challenges come not only from the Caspian countries such
as Azerbaijan, Iran, Kazakhstan and Turkmenistan, but other forces such as the
US and the European Union. Economic and security improvement efforts went
into effect when Putin's political reforms, he brought a group of the Siloviki have
the same vision and mission with Putin to resurrect Russia. Various policies
become evidence of the importance of the presence of groups in the developing
countries as seen from Russia's Foreign Policy Concept, National Security
Strategy and Military Doctrine. The main priority of the agenda of the siloviki
in the Caspian Sea is to maintain the trade security, national security and raised
again the influence of Russia in the Caspian region control. This paper shows
the influence of the siloviki and the dynamics of the group towards Russia’s
foreign policy in Caspian Sea.
Keywords: Group, Siloviki, Foreign Policy, Russia, Caspian Sea

1


Laut Kaspia diestimasikan sebagai sumber minyak dan gas alam terbesar ketiga
di dunia setelah teluk Persia dan Rusia, dengan estimasi mencapai lebih dari 30
milyar ton, dimana angka ini hampir mirip dengan potensi yang dimiliki Arab
Saudi (Ghafouri 2008, 81). Di era Uni Soviet, Rusia memiliki cadangan minyak
dan gas alam mencapai 86 persen dan 70 persen cadangan batu bara
(Alexandrov, 1998). Akan tetapi ketika negara-negara Soviet bubar dan menjadi
negara yang independen, Rusia hanya mendapat 40 persen dari cadangan
sumber daya alam. Jumlah tersebut tentu saja menurun drastis dibanding
sebelumnya, untuk itu, Rusia harus memanfaatkan kawasan tersebut melalui
kerjasama perdagangan maupun usaha mengamankan kawasan.
Grafik Produksi Minyak Kawasan Kaspia

Sumber: US Energy Information Administration, 2013
Hadirnya Putin dalam Pemerintahan Rusia memberikan gaya berbeda dalam
kebijakan luar negeri, tahun pertama menjadi Presiden, dia memberikan
perubahan dalam membentuk aturan dan konsep yang selanjutnya menjadi
karakter kebijakan luar negeri Rusia. Satu bulan setelah terpilihnya Putin,
terdapat kebijakan keamaan yang sudah dirumuskan; Konsep Keamanan
Nasional (Januari 2000), Doktrin Militer (April 2000) dan Konsep Kebijakan

Luar Negeri (Juni 2000) (Misiagiewicz 2012, 12). Dalam dokumen tersebut
sangat jelas, ditekankan bahwa keamanan nasional menjadi prioritas utama,
khususnya melakukan perlawanan terhadap ekstrimisme dan terorrisme.
Perubahan arah Kebijakan Rusia di laut Kaspia dapat diidentifikasi melalui
reformasi politik Rusia di masa Vladimir Putin (2000-2007) yang secara tidak
langsung memberikan ruang kepada kelompok siloviki untuk memainkan peran
penting dalam kebijakan luar negeri Rusia (Kryshtanovskaya, 2009). Kelompok
ini selanjutnya merupakan kelompok kepentingan yang memiliki kekuatan besar
dalam politik Rusia, mendominasi dalam taranan pemerintahan politik domestik
hingga proses kebijakan negara. Siloviki berperan penting di dalam
pemerintahan Rusia karena mereka adalah formula yang sangat ampuh untuk
menggeser kekuasaan oligarki yang telah lama mendominasi dan merugikan
negara dalam pemerintahan. Siloviki adalah alat politik Vladimir Vladimirovich
Putin dalam mengambil alih kekuasaan oligarki di dalam pemerintahan Rusia
(Bremmer dan Charap 2006). Kelompok ini terdiri dari berbagai agen intelijen
2

maupun militer yang berasal dari Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti (KGB)
Rusia yang kini berubah menjadi Federal Security Service (FSB). Kelompok
tersebut memiliki visi dan kepentingan yang sama untuk kejayaan Rusia,

sehingga Putin tidak bekerja sendirian, akan tetapi bersama siloviki.
Keterlibatan peran siloviki dalam kebijakan luar negeri Rusia dapat dilihat
melalui persebaran anggota siloviki diberbagai sektor penting pemerintahan.
Putin, yang juga seorang siloviki, seringkali mempercayakan implentasi
kebijakan kepada dua kekuatan penting pemerintahan; The Presidential
Administration dan Security Council. Selanjutnya, peran siloviki lainya juga
dapat dilihat dati komunitas intelijen Rusia seperti; Federal Security Service
(FSB), Foreign Intellijen Service (SVR), Main Intellijence Directorate (GRU),
Federal Protection Service (FSO), Interior Ministry (MVD) (Galeotti 2016).
Adapun hubungan antara Kebijakan Luar Negeri Rusia yang di dorong oleh
kekuatan kelompok siloviki dan kebijakan di Laut Kaspia adalah peran sentral
kelompok siloviki mulai dari kementrian pertahanan dan keamanan, komunitas
intelijen, Kementrian Luar Negeri dan Kementrian Energi dan Gas. Dalam
tulisan ini pula, Siloviki diposisikan sebagai unit analisa yg akan dijelaskan lebih
mendalam dalam bab-bab selanjutnya.
Analisis Kebijakan Luar Negeri
Peringkat analisis dibutuhkan untuk menjawab secara tepat fenomena yang
terjadi. Apabila fenomena tersebut umum maka digunakan peringkat analisis
yang juga umum untuk menjelaskannya, demikian pula halnya apabila fenomena
yang terjadi khusus maka digunakan peringkat yang dapat secara spesifik

menjelaskan fenomena tersebut. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan Singer
(1961, 77) bahwa peringkat analisis memungkinkan seorang analis untuk fokus
terhadap apa yang hendak diamati apakah itu merupakan keseluruhan atau
hanya komponen-komponen atau bagian-bagian dari suatu sistem. Menurut
James N Rosenau, kebijakan luar negeri digunakan untuk menganalisa dan
mengevakuasi kekuatan-kekuatan internal dan eksternal yang mempengaruhi
kebijakan luar negeri suatu negara terhadap negara lain (Herman, 1990). Charles
Hermann mengatakan bahwa kebijakan luar adalah tindakan-tindakan yang
dihasilkan dari keputusan-keputusan politis di tingkat individu maupun
kelompok (Hermann dalam Neack 2008, 9).
Terdapat teori yang beriringan untuk membantu mempermudah menganalisis
menggunakan peringkat analisis kelompok; teori peran dan teori dinamika
kelompok (Hudson 2007, 84). Teori peran melihat bagaimana pentingnya setiap
individu sebagai representasi kelompok yang tentu saja berperan dan memiliki
pengaruh dalam setiap perumusan dan proses kebijakan. sedangkan teori
dinamika kelompok melihat mengenai pola dan hubungan antar individu dalam
kelompok dalam bekerja sama dalam mewujudkan suatu tujuan dan
kepentingan.
LoA kelompok didefinisikan sebagai sekelompok orang atau kelompok yang
berposisi tidak hanya untuk membuat sebuah kebijakan luar negeri melainkan

juga mencegah adanya upaya membalik sebuah kebijakan yang dilakukan oleh
entitas lain dalam pemerintahan (Breuning 2007, 86). LoA kelompok
diasumsikan pada adanya kemungkinan informasi yang tersedia dapat terdistorsi
dalam sebuah sistem penasihat (advisory system) yang kompleks yang diciptakan

3

oleh sekelompok individu, lembaga, dan agensi (Breuning 2007, 96). Asumsi ini
akan berkaitan dengan dua jenis pengambilan keputusan secara berkelompok
yakni organizational process dan bureaucratic politics model. Di dalam
organizational process, diasumsikan bahwa pemerintah merupakan sebuah
organisasi kolektif, terkoordinasi terpusat di atas, masing-masing dengan
spesialisasi dan keahliannya, dan juga prioritas serta perspesinya (Breuning
2007, 96). Pemerintah diasumsikan sebagai organisasi yang kolektif, sehingga
dari sini dapat ditarik pemahaman bahwa pemimpin tidak bekerja secara uniter
melainkan juga dipengaruhi oleh kelompok-kelompok sekitarnya yang memiliki
kemampuan dan keahlian. Kemudian, asumsi dasar LoA kelompok jika diamati
dari bureaucratic politics model adalah adanya individu-individu yang bekerja
dalam sebuah agensi atau lembaga dalam pemerintahan (Breuning 2007, 97-8).
Individu-individu ini bekerja untuk memberi rekomendasi kebijakan pada

pemerintah dan eksistensi mereka memberi keberagaman pengaruh dalam
proses pengambilan kebijakan luar negeri sebuah negara.
Teori Pemikiran Kelompok (groupthink) lahir dari penelitian panjang Irvin L
Janis. Janis menggunakan istilah groupthink untuk menunjukkan satu mode
berpikir sekelompok orang yang sifat kohesif (terpadu), ketika usaha-usaha keras
yang dilakukan anggota-anggota kelompok untuk mencapai kata mufakat.
Grouptink dapat didefinisikan sebagai suatu situasi dalam proses pengambilan
keputusan yang menunjukkan timbulnya kemerosotan efesiensi mental,
pengujian realitas, dan penilaian moral yang disebabkan oleh tekanan-tekanan
kelompok (Mulyana, 1999). West dan Turner (2008: 274) mendefinisikan bahwa
pemikiran kelompok (groupthink) sebagai suatu cara pertimbangan yang
digunakan anggota kelompok ketika keinginan mereka akan kesepakatan
melampaui motivasi mereka untuk menilai semua rencana tindakan yang ada.
Jadi groupthink merupakan proses pengambilan keputusan yang terjadi pada
kelompok yang sangat kohesif, dimana anggota-anggota berusaha
mempertahankan konsensus kelompok sehingga kemampuan kritisnya tidak
efektif lagi.
Posisi Strategis Laut Kaspia Bagi Rusia
Laut Kaspia merupakan kawasan di sekitar negara-negara kawasan Asia Tengah
yang memiliki sumber daya alam minyak dan gas alam yang tinggi di dalamnya.

Perburuan akan sumber daya alam minyak semakin meningkat ketika banyak
negara mulai memasukkan kebutuhan tersebut sebagai salah satu kepentingan
utama yang harus dipenuhi. Selain karena kepemilikan sumber daya alam
minyak yang besar di Laut Kaspia, kawasan tersebut menjadi penting karena
beberapa keunggulan, diantaranya yang pertama, jika dilihat dari segi geografis,
Laut Kaspia merupakan jalur hubungan komunikasi antara benua Eropa dan
Asia yang lebih dikenal sebagai Eurasian Pearl. Kedua, Laut Kaspia memiliki
reputasi yang sangat baik dalam aspek perikanan dan menyediakan banyak
kesempatan kerja bidang tersebut. Ketiga, Laut Kaspia juga memiliki kualitas
caviar yang baik sebagai makanan mewah dan menjadi representasi
kemakmuran (Thomas 2008).
Penyebutan laut Kaspia sendiri masih terdapat perdebatan diantara para
masyarakat di sekitar laut Kaspia. Perdebatan mengenai apakah status kaspia
sebagai laut atau danau (Arvanitopoulos, tt). UNCLOS sendiri melihat kaspia
sebagai laut yang kemudian memberikan gambaran mengenai batasan wilayah
teritorial setiap negara yang berbatasan dengan laut kaspia dengan

4

menggunakan metode pembagian wilayah laut menurut UNCLOS. Jika kaspia

statusnya danau, maka berbeda pula cara pembagian wilayahnya yang didasari
oleh kesepakatan setiap anggota negara di kawasan tersebut. Sementara itu ke
lima negara di wilayah Kaspia juga memilih untuk membuat kesepakatan. Hasil
Caspian Summit 2014 menyebutkan bahwa setiap negara memiliki kedaulatan
laut hingga pada titik 15 mil untuk explorasi mineral dan 10 mil untuk produksi
perikanan. Selain itu, dibuat pula laut teritori bersama yang setiap kapal dapat
bebas berpindah dari teritori negara lain.
Selain Laut Kaspia, Asia Tengah juga merupakan kepentingan utama bagi
negara-negara besar ketika Mackinder menempatkannya sebagai wilayah
heartland yang sangat strategis. Dalam teorinya, Mackinder menjelaskan
bahwasanya siapa saja yang mampu menguasai heartland, maka dia akan dapat
menguasai dunia (Marshall 1998). Maka kemudian, banyak negara yang memiliki
berbagai kepentingan demi menguasai kawasan tersebut, negara besar yang
menginginkan kawasan tersebut sebagai contohnya ialah Amerika Serikat dan
Rusia. Kawasan Asia Tengah digunakan oleh AmerikaSerikat sebagai kawasan
pembendung sphere of influence komunis Rusia agar tidak semakin menyebar.
Rusia juga memiliki kepentingan akan sumber daya alam minyak di kawasan
Asia Tengah. Kepentingan tersebut juga didorong oleh kepentingan Rusia untuk
mensukseskan kebijakan Grand Russia Project yang berkeinginan untuk
menyatukan kembali pecahan negara-negara bekas Uni Soviet menjadi satu

kembali di bawah naungan Rusia. Rusia juga mengklaim bahwa Laut Kaspia
merupakan kawasan inland lake dan bukan merupakan closed sea, yang berarti
bahwa kawasan tersebut bukan merupakan subjek hukum dari Law of The Sea.
Dan sebagai konsekuensinya, maka eksploitasi yang dilakukan di kawasan
tersebut harus melalui kesepakatan kelima negara yang berada di sekitarnya. Hal
ini sebagai bentuk pembendungan agar AmerikaSerikat tidak dengan serta merta
dapat mengeksploitasi sumber daya alam di kawasan tersebut (Grozin and
Gevorgyan 1998).
Kepentingan Nasional Rusia di Laut Kaspia
Untuk memahami konstelasi politik regional yang terjadi di Rusia, ada beberapa
pendapat yang dapat dijadikan acuan dasar untuk memahaminya. Menurut
Timothy L Thomas (2008) melihat terdapat empat kepentingan yang mendasari
alasan perhatian utama Rusia untuk melindungi di Laut Kaspia. Keempat
kepentingan tersebut diantaranya; Pertama, Kepentingan Geo-strategis: Rusia
ingin tetap menjadi negara yang kuat di kawasan strategis tersebut dan
memegang kendali serta kekuasaan dalam mengontrol negara-negara
Commonwealth of Independent States (CIS), sehingga Rusia dengan mudah
dapat mengendalikan da memastikan keamanan pada kawasan, khususnya di
bagian selatan Rusia tersebut. (Thomas 2008). Kedua, Kepentingan Geo-politik:
Secara historis, Kekuatan besar Rusia masih dipengaruhi oleh pengaruh besar

dari Uni Soviet yang tentu saja memiliki peran penting bagi negara-negara CIS.
Hal ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap masa depan Rusia (Grozin
and Gevorgyan 1998). Ketiga, Kepentingan Ekonomi: ladang minyak kawasan
kaspia tentu saja menjadi sumber utama bagaimana eksistensi negara dalam
utusan ekonomi. Keempat, Kepentingan ekologi: ini merupakan aspek penting
yang perlu diperhatikan pula terkait norma-norma ekologi dalam eksploitasi
sumber daya alam yang tentu saja memperhatikan kondisi lingkungan (Thomas
2008).

5

Menurut Luck Coffey (2015) terdapat lima kepentingan utama Rusia di Laut
Kaspia saat ini: Pertama, melakukan marginalisasi pengaruh Barat di kawasan
yang khususnya ditujukan pada Amerika, Uni Eropa dan NATO. Rusia memiliki
strategi tersendiri ketika Amerika dan NATO mulai memperluas ke kawasan
Eropa Timur dengan mempersempit ruang gerak di kawasan, sehingga Rusia
masih bisa mengontrol penuh kawasan Kaspia. Kedua, Integrasi kawasan melalui
Organisasi yang didorong oleh Rusia. Dinamika regionalisme pun memiliki
tantangan tersendiri (Coffey 2015). Ketiga, Mencegah masuknya investasi asing
di Turkmenistan, Azerbaijan dan Kazakhstan yang akan mempermudah
distribusi minyak dan gas alam. Hal ini dilakukan dengan kontrol penuh atas
Rusia melalui pos-pos penting dibawah pengaruh Rusia. Keempat, meningkatkan
aktivitas ekonomi dengan negara-negara Kaspia. Perdagangan Rusia dengan
Azerbaian, Iran, Kazkhstan dan Turkmenistan mencapai 33 Milyar pada tahun
2013 (Coffey 2015). Kelima, mempertahankan hegemoni atas Iran.
Sementara itu, Ariel Cohen (1997) berpendapat sendiri mengenai kepentingan
Rusia di Laut Kaspia. Isu utama yang menjadi perhatian adalah persaingan
kontrol atas transportasi distribusi minyak. Memang Rusia tiak memiliki sumber
daya hidrokarbon yang signifikan diantara kawasan Kaspia seperti Kazakhstan,
Azerbaijan dan Turkmenistan yang aktf memproduksi dan mengekspor minyak,
hal inilah yang menjadi pekerjaan bagi Rusia untuk mengontrol minyak tersebut.
usaha kontrol tersebut juga didasari oleh cadangan minyak yang begitu
melimpah, tercatat terdapat 100 hingga 200 milyar per barel cadangan minyak
dengan biaya produksi mencapai dua sampai empat triliun. Hal ini tentu saja
berbeda jauh dengan cadangan minyak kawasan Amerika Utara. Usaha Rusia
untuk mengontrol kawasan ini tentu saja mempersempit ruang negara lain
seperti Amerika yang berusaha masuk di kawasan tersebut (Cohen 1997).
Grafik Index of Economic Freedom di Laut Kaspia

Sumber: Heritage Foundation Research, 2015
Rusia juga dengan jelas meneguhkan kepentingannya di Laut Kaspia
dengan mencantumkan kawasan Kaspia sebagai kawasan penting yang perlu
diperhatikan bersamaan dengan Laut Hitam. Sebagaimana disebutkan dalam
Concept of the Foreign Policy of the Russian Federation 2013 pasal 53:

6

Russia’s approach to comprehensive interaction with its partners
in the Black Sea and Caspian Sea regions is based on goals and
principles of the Charter of the Black Sea Economic Cooperation
Organization and takes into account the need to strengthen the
mechanism of cooperation among five Caspian states on the basis
of collectively taken decisions.
Sangat jelas disebutkan bahwa mekanisme kerjasama dengan negaranegara kawasan laut Kaspia dengan basis pengambilan keputusan yang kolektif
menjadi perhatian bagi Rusia untuk terus memperkuat kerjasama tersebut. hal
ini menjadi isu penting, lantaran isu-isu perbatasan Rusia kerap kali terganggu
oleh kepentingan negara lain yang seharusnya harus dibangun kerjasama yang
menguntungkan. hal ini juga senada dengan sistem Russia National Security
Strategy 2020 pasal 11 dan 42:
(11) In the long term, the attention of international politics will be
focused on ownership of energy resources, including in the Near
East, the Barents Sea shelf and other parts of the Arctic, in the
Caspian basin, and in Central Asia.
(42) The resolution of border security problems is achieved by
creating high-technology and multifunctional border complexes,
particularly on the borders with the Republic of Kazakhstan,
Ukraine, Georgia and Azerbaijan, and likewise by increasing the
effectiveness of state border defense, particularly in the Arctic
zone of the Russian Federation, the Far East and on the Caspian.
Kemunculan dan Perkembangan Kelompok Siloviki
Istilah Siloviki berasal dari frase silovye struktury yang berarti struktur angkata
bersenjata (Bremmer & Charap 2006, 86). Banyak sumber-sumber menyebutkan
bahwa siloviki dikaitkan dengan kelompok yang terdiri dari mantan anggota atau
pejabat di angkatan bersenjata, penegak hukum, dan agen intelijen era Uni
Soviet. Di era tersebut, kelompok tersebut tergabung dalam institusi bernama
Komitjet Gosudarstvjennoj Bjezopasnosti (KGB). KGB sendiri memiliki fungsi
untuk melakukan aksi-aksi intelijen dan polisi rahasia baik didalam maupun luar
negeri serta bertanggung jawab atas keamaanan nasional (Bremmer & Charap
2006, 86).
Kelompok siloviki mendapatkan momentum untuk kembali masuk di
pemerintahan Rusia kembali pada masa Vladimir Putin pada tahun 1999. Putin
naik sebagai Presiden disaat kondisi perekonomian Rusia sedang melemah
(Saragih 2008, 81). Warisan pelemahan ekonomi Rusia era Yeltsin ditanggung
oleh Putin. Pemelahan ekonomi tersebut diindikasikan sikap oligarki yang
melakukan mengambil kekayaan negara sebanyak mungkin tanpa memberikan
kontribusi pada negara. Citra Rusia terhadap dunia semakin memburuk
lantaran, sebagai negara hasil runtuh soviet tersebut dilanda krisis politik dan
ekonomi yang semakin parah. Kondisi ini kemudian menjadi momentum bagi
Siloviki untuk mengambil peran penting dalam mere-strukturisasi negara baik
dalam hal ekonomi maupun politik (Bremmer & Charap 2006, 85).
Menurut Kryshtanovskaya (2009) Siloviki saaat ini telah berkambang tidak
hanya menyangkut urusan militer saja, bahkan telah merambah pada sektor

7

sosial, ekonomi dan teknologi. Terdapat tiga kategori Siloviki; Obvious Siloviki,
Affiliated Siloviki dan Unidentified Siloviki. Pertama, Obvious Siloviki yang
merupakan kategori siloviki yang terdiri dari masyarakat sipil yang terlibat dalam
urusan departemen keamanan Uni Soviet. Kedua, Affiliated Siloviki merupakan
kategori siloviki yang terdiri dari orang Rusia yang tidak tergabung langsung
secara resmi dalam departemen keamanan Uni Soviet akan tetapi terdapat
hubungan dan kaitanya terhadapnya. Untuk memahami kategori kedua ini,
terdapat tiga indikasi penting yang menghubungkan dengan kategori siloviki.
Pertama, adanya perbedaan periode latihan, dari sekolah militer yang diikuti
yang kemudian tidak semua lulus menjadi staf departemen keamanan atau yang
berafiliasi denganya. Kedua, adanya koneksi tidak langsung dengan pasukan
khusus yang terafiliasi langsung dengan KGB. Ketiga, pekerjaan sebagai
nomenklatur maupun bagian adminsitratif Soviet pun juga masuk dalam indikasi
siloviki (Kryshtanovskaya 2009, 114). Ketiga, Unidentified Siloviki, kategori yang
terakhir ini sangat berbeda dengan dua kategori sebelumnya, bukan termasuk
elit lingkaran dalam Putin dan susah untuk mengidentifikasi sebagai siloviki
lantaran tidak terlibat sama sekali di era Soviet. Akan tetapi kategori ini memiliki
kesamaan visi dan cara berfikir melihat kebijakan domestik Rusia harus
dijalankan (Kryshtanovskaya 2009, 114).
Tabel Persebaran Komunitas Intelijen Rusia

Sumber: European Council on Foreign Relations 2015
Siloviki memang bukan merupakan organisasi resmi yang terstruktur
sebagaimana lembaga maupun institusi pemerintahan. Terdiri dari kelompok
yang mayoritas ahli dalam urusan militer, kebanyakan siloviki aktif dalam urusan
militer dalam berbaga bentuk. Dalam hal intellijen misalnya, peran yang dahulu
diambil oleh KGB tersebut perlahan ingin meraih pencapaian serupa, semenjak
dibubarkan oleh Yeltsin, pemerintah menutup dan menggantinya menjadi
Federal Security Service (FSB), akan tetapi tidak demikian layaknya KGB. Akan
tetapi saat ini peran seperti itu dibagi kedalam bagian penting pemerintahan

8

seperti; Federal Security Service (FSB), Foreign Intellijen Service (SVR), Main
Intellijence Directorate (GRU), Federal Protection Service (FSO), Interior
Ministry (MVD), Prosecutor General Office (GP) Investigatory Committee (SK),
Federal Anti-Drug Service (FSKN) dan National Anti-Terrorism Committee
(NAK). Semua bentuk intelijen ini memiliki keunggulan masing-masing baik
dalam hal intelijen politik, keamanan politik, ekonomi, militer, penegakan
hukum dan langkah-langkah aktif Federal (Galeotti 2016).
Disisi lain, dalam konsep kebijakan luar negeri Rusia pada masa kepresidenan
Medvedev CIS masih merupakan prioritas kawasan yang utama. Namun di
bawah kepemimpinan Medvedev hubungan luar negeri Rusia juga
menampakkan kecenderungan pro-Barat yang intensif. Preferensi kepentingan
nasional dan kondisi dalam negeri yang berbeda dari masing-masing
kepemimpinan telah membuat kebijakan luar negeri Rusia secara umum terbagi
ke dalam dua arah faksi yaitu siloviki pada masa kepresidenan Putin dan faksi
yang beraliran liberal pada masa kepresidenan Yeltsin dan Medvedev. Kebijakan
luar negeri Putin dan siloviki memprioritaskan kawasan negara-negara bekas Uni
Soviet. Sedangkan kepemimpinan liberal Yeltsin dan Medvedev mengarahkan
Rusia cenderung pada negara-negara liberal-Barat (Staun 2007).
Tabel Respon Kebijakan Ekonomi dan Keamanan Faksi Siloviki dan
Liberal

Policy
Issues

Economy

Security

Faction

Siloviki
Strengthening the
energy
sector in the region of
the
Caspian Sea

Liberal
privatization and
prointernational
markets

Prioritize economic
cooperation with CIS

Prioritize economic
cooperation with
OECD, WTO, and
European Union

Anti-expansion NATO

Expand Alliance

Maintaining CIS
Security
(formed CSTO)

Cooperation with
NATO

Sumber: Jørgen Staun 2007
Siloviki sebagai sebuah kelompok telah membentuk suatu faksi dalam
pemerintahan Rusia. Mereka membangun poros pemikiran yang berbeda
terhadap perencanaan pembangunan Rusia baik di dalam negeri maupun di luar

9

negeri. Mereka adalah kelompok non-struktural yang menjalankan pola kerja
yang kompleks dalam mewujudkan misinya. Siloviki di Rusia termasuk ke dalam
golongan elit politik sebab mereka ialah orang-orang yang memegang kendali
atas pemerintahan di Rusia melalui jabatan-jabatan strategis yang mereka
duduki semenjak Putin naik menjadi presiden (Tsygankov 2006). Siloviki
tersebar di berbagai pos eksekutif dalam bidang keamanan, birokrasi, ekonomi,
dan lainnya, baik urusan dalam negeri maupun urusan luar negeri. Sebagai
Presiden Rusia Vladimir Putin merupakan simbol utama siloviki sebab ia
merupakan eks-anggota KGB yang menduduki jabatan tertinggi dalam
pemerintahan Rusia. Mereka bekerja dalam bingkai visi-misi yang sama (Oldberg
2005).
Hal penting lainnya dalam menganalisis arah politik luar negeri Rusia adalah
orang-orang atau lembaga yang berperan dalam pengambilan keputusan
kebijakan luar negeri Rusia (Bremmer & Charap 2006, 60). Dalam konsep
kebijakan luar negeri Rusia dijelaskan rangkaian proses pembentukan dan
pelaksanaan kebijakan luar negeri Rusia. Dalam rangkaian proses tersebut
terdapat beberapa lembaga eksekutif yang memiliki peranan paling penting
dalam kebijakan luar negeri Rusia, yaitu:
Lembaga Administrasi Kepresidenan dikenal sebagai lembaga yang paling
berpengaruh dalam pemerintahan Rusia (Bremmer & Charap 2006, 87). Dengan
jabatanya tersebut, Sechin bertanggung jawab atas jadwal kerja Presiden dan
menentukan pihak-pihak yang diperbolehkan menemui Presiden. Hingga
periode kedua kepresidenan Putin, terdapat tiga orang yang pernah menjadi
Sekretaris Dewan Keamanan Federasi Rusia, yakni Sergei Ivanov (1999-2001),
Vladimir Rushailo (2001-2004), dan Igor Ivanov (2004-2007). Di antara ketiga
orang tersebut masing-masing sosok memiliki reputasi dan latar belakang yang
berbeda.
Lembaga lain yang memiliki peranan penting dalam kebijakan luar negeri Rusia
adalah Kementrian Luar Negeri Federasi Rusia (Kemlu). Kemlu merupakan
representasi kabinet kepresidenan. Lembaga ini menjalankan tugas sebagai
eksekutor dari kebijakan luar negeri yang telah disetujui oleh presiden Rusia.
Selain itu Kemenlu memiliki wewenang untuk berkoordinasi langsung dengan
lembaga federal lainnya dalam hal kebijakan luar negeri Rusia. Selama periode
kepresidenan Putin terdapat dua orang yang pernah menjabat sebagai Menteri
Luar Negeri Rusia, yaitu Igor Ivanov (1998-2004) dan Sergei Lavrov (2004sekarang). Bahkan Sergei Lavrov merupakan menteri luar negeri lintas
pemerintahan, ia juga menjabat menteri luar negeri pada masa kepresidenan
Medvedev (saat Putin menjabat sebagai perdana menteri).
Sementara Igor Ivanov merupakan seorang diplomat karir dan memiliki latar
belakang pendidikan ekonomi. Hal ini mengindikasikan bahwa diangkatnya
Ivanov sebagai menteri luar negeri untuk menciptakan keseimbangan dalam
kebijakan luar negeri Rusia. Berdasarkan latar belakangnya Igor Ivanov memiliki
potensi untuk mampu mengelola hubungan luar negeri Rusia khususnya dalam
kaitannya dengan bidang ekonomi (khususnya bisnis dan perdagangan) yang
bermitra dengan dunia Barat (negara-negara OECD). Sebab, Rusia memiliki
banyak relasi bisinis dengan Barat pada saat pemerintahan Yeltsin. Ketika Putin
terpilih sebagai Presiden Rusia untuk kedua kalinya, Igor Ivanov kemudian
diangkat menjadi Sekretaris Dewan Keamanan Federal sementara posisinya

10

sebagai Menteri Luar Negeri Rusia lalu dijabat oleh Sergei Lavrov (Bremmer &
Charap 2006).
Skema Proses Kebijakan Luar Negeri Rusia

Federal Assembly

Russian Foreign Policy

President
Presidential

Security Council

Intelligent Community

Administration
Ministry of Foreign
Affairs

Sumber: Jørgen Staun 2007

Berdasarkan pola pengambilan keputusan dalam kebijakan luar negeri Rusia,
lembaga yang memiliki peranan vital adalah Dewan Keamanan Federal dan
Kementrian Luar Negeri. Tugas pokok dan fungsi kedua lembaga berperan dalam
perencanaan, perumusan, dan pelaksanaan kebijakan luar negeri Rusia. Jika
mengacu pada konsep bahwa kepentingan nasional sebagai faktor yang paling
mendasari kebijakan luar negeri suatu negara, maka yang paling berperan dalam
menentukan kebijakan luar negeri Rusia adalah Dewan Keamanan Federasi
Rusia. Sebab, secara konstitusional Dewan Keamanan Federal bertugas untuk
merumuskan kepentingan nasional Rusia dan menjadi rujukan kepada presiden
(Lucas 2008).
Sebagai eksekutor kebijakan luar negeri, Kementrian Luar Negeri Rusia yang
diisi siloviki dapat menjalankan koordinasi dengan mudah terhadap badan
eksekutif lainnya sebab struktur pemerintahan dalam negeri Rusia didominasi
oleh siloviki. Sehingga, pelaksanaan kebijakan luar negeri dapat dikawal sesuai
dengan arah kebijakan luar negeri siloviki. Pengaruh dalam kebijakan luar negeri
Rusia berasal dari orang-orang yang berada dalam struktur kekuasaan dalam
kepresidenan Putin atau elit politik pengambilan keputusan kebijakan luar
negeri. Mereka menentukan arah politik luar negeri Rusia. Mereka turut
membawa kedekatan emosional yang berasal dari latar belakang mereka dalam
menentukan arah dan merumuskan kebijakan luar negeri Rusia.
Sistem Kebijakan Keamanan Rusia
Dalam studi analisis kebijakan luar negeri, mengetahui sistem negara sangatlah
penting untuk memetakan arah kebijakan suatu negara. sistem yang dibangun
melalui perumusan yang matang melihat dari kondisi domestik negara dan juga
kepentingan negara tidak sedikit tertuang dalam sistem yang dibangun oleh

11

negara. Kebijakan laut Kaspia misalnya, Rusia setidaknya telah mempersiapkan
sistematika kebijakan apa yang akan diterapkan merujuk pada sistem seperti apa
yang telah disepakati oleh pemerintah.
Konsep Kebijakan Luar Negeri Federasi Rusia 2013 merupakan konsep yang
mendeskripsikan mengenai prinsip dasar, prioritas, tujuan dan objektivitas
kebijakan luar negeri Federasi Rusia. Ini merupakan kelanjutan dari konsep yang
terakhir kali direvisi pada tahun 2008 yang saat ini mencapai 104 pasal
(Kementrian Luar Negeri Rusia, 2015). Doktrin Militer Federasi Rusia 2014
merepresentasikan sistem resmi Federasi Rusia yang diadopsi langsung melalui
pandangan negara terhadap pertahanan dan militer Doktrin ini berisi mengenai
ketentuan kebijakan militer dan dukungan ekonomi-militer untuk pertahanan
negara berdasarkan analisis resiko militer dan ancaman militer yang dihadapi
Federasi Rusia dan kepentingan aliansinya.
Doktrin Maritime Federasi Rusia 2015 merupakan doktrin yang tidak hanya
penting bagi Angkatan Laut Rusia saja, akan tetapi mencakup kebijakan
komprehensif Rusia mulai dari aset kelautan dan maritim, aset militer, rakyat,
dan juga infrastruktur kelautan. Doktrin ini juga berbicara mengenai
pembangunan infrastruktur militer dan sipil termasuk pembuatan kapal dan
penguasaan regional (Jamestown 2012). Sementara itu Strategi Keamanan
Federasi Rusia 2020 merupakan sistem jangka panjang Rusia yang telah
mengalami perubahan yang juga mulai diimplementasikan sejak 2009 lalu untuk
mengatur bagaimana strategi keamanan yang tepat bagi Rusia. Sebagai President
yang menandatangani sistem ini pada waktu itu, Dimitry Medvedev,
menyebutkan bahwa strategi keamanan nasional ini merupakan suatu hal yang
penting dan fundamental bagi Rusia, dibentuknya sistem keamanan negara ini
bertujuan untuk meningkatkan kualitas kontrol negara (Krasnaya Zvezda 2009
dalam Giles, 2009).
Respon yang ditunjukkan oleh Rusia melalui sistemnya sejalan dengan pendapat
Kementrian Pertahanan Federasi Rusia (2013). Pangkalan militer Caspian
Flotilla menyebutkan bahwa tugas utama dalam menjaga keamanan nasional
Rusia adalah memastikan dan mengamankan wilayah dengan melakukan
kegiatan pelatihan antiterorisme, memberikan keamanan perdagangan dengan
cara mengamankan jalur perdagangan, dan melindungi kepentingan nasional di
bidang ladang minyak.
Menurut Valerie Hudson (2007), cara pandang teori dinamika kelompok
ditentukan oleh aturan yang ada dalam kelompok tertentu seperti, kapasitas,
peran pemimpin kelompok, sikap dan respon terhadap keputusan dan otonomi
partisipan. Putin sering kali mengumpulkan para orang terdekatnya untuk
membahas suatu isu tertentu untuk kemudian diputuskan, ia meminta masukan
dari orang-orang terpercayanya yang ahli dalam bidangnya dan ditempatkan
sesuai kapasitasnya. Pertemuan tersebut dinamakan “Saturday Group”
(Krtshtanovskaya 2009, 110). Pertemuan ini dihadiri oleh kepala departemen
maupun lembaga pemerintahan bersamaan dengan anggota dewan keamanan
nasional. Selain itu turut diundang pula perdana menteri, kepala administrasi
negara, menteri pertahanan, kelapa intelijen dan counter-intelligence. selain itu,
terdapat pula pertemuan “Monday Group”. Yang berbeda dengan pertemuan
sebelumnya adalah pesertanya pun lebih terbatas, terdiri dari wakil presiden,
menteri keuangan, menteri pembangunan ekonomi, menteri luar negeri dan
menteri pertahanan.

12

Diantara kebijakan utama Rusia di Laut Kaspia, utamanya adalah Keamanan
Energi dan Keamanan Kawasan. Salah satu permasalahan krusial yang dihadapi
Rusia adalah mengenai bagaimana melakukan kontrol penuh terhadap laut
Kaspia yang tidak hanya dihuni oleh negara kawasan Kaspia saja (Azerbaijan,
Kazakhstan, Turkmenistan dan Iran), akan tetapi negara Uni Eropa, Amerika
bahkan China memiliki andil ditengah kerumitan Laut Kaspia. Siloviki telah
memainkan peran disini melalui peran dan fungsi masing-masing dalam
lembaga maupun departemen keamanan tertentu untuk berkontribusi (Marshal
1998). Kawasan Kaspia juga menjadi area geopolitik yang sangat kompleks dan
sangat rentan dengan ancaman keamanan. Tantangan yang dihadapi kawasan ini
pun sangat banyak, mulai dari terrorism, konflik regional, narkoba, perlombaan
senjata pemusnah masal, degradasi lingkungan dan tidak adanya kerjasama yang
baik.
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan dan analisis yang telah dibahas pada bab-bab
sebelumnya, penulis menyimpulkan bahwa alasan mengapa siloviki memainkan
peran perumusan kebijakan adalah karena kelompok Siloviki dalam kebijakan
keamanan Rusia di Laut Kaspia berkepentingan untuk membantu mengamankan
Rusia melalui cara-cara meningkatkan keamanan nasional dan mengangkat
pengaruh internasional Rusia diantara negara lain. Hal tersebut didasari oleh
faktor cara pandang siloviki terhadap Rusia yang mendorong dan mempengaruhi
kebijakan keamanan Rusia diantaranya; siloviki mendapatkan momentum
masuk dalam tatanan pemerintahan Rusia ketika Putin naik sebagai Presiden
menggantikan Yeltsin yang pada waktu itu Rusia berada diambang krisis dalam
banyak hal, sebaliknya Putin juga menginginkan orang-orang terdekatnya
semasa waktu menjadi KGB berada dalam lingkaranya untuk mampu
merumuskan suatu kebijakan yang tepat. Ditambah lagi, siloviki memiliki nilainilai yang dalam penerapanya cocok dengan keinginan publik dan banyak
mendapatkan dukungan.
Peranan tersebut dapat dilihat dari persebaran tokoh dan anggota kelompok
siloviki, serta keterlibatan dalam membangun sistem pada masal awal Vladimir
Putin, dinamika kelompok siloviki serta peran penting setiap anggotanya
memiliki arti penting. Beberapa dasar kebijakan keamanan Rusia pun dibangun
seperti; Konsep Kebijakan Luar Negeri Federasi Rusia 2013, Doktrin Militer
Federasi Rusia 2014, Doktrin Maritim Federasi Rusia 2015 dan Strategi
Keamanan Nasional Federasi Rusia 2020. Kebijakan keamanan di Laut Kaspia
merupakan suatu proyek penting bagi siloviki, posisi strategis kawasan tersebut
membuat Rusia harus menentukan kebijakan keamanan seperti apa yang akan
diterapkan dikawasan tersebut, untuk mengamankan jalur perdagangan minyak
dan gas yang melimpah, dan menjaga keamanan kawasan dari ancaman lain.
Kawasan yang berbatasan langsung dengan Azerbaijan, Iran, Kazakhstan dan
Turkmenistan merupakan kawasan yang penuh kompleksitas. Ditambah lagi,
kawasan yang strategis tersebut menjadi incaran bagi negara-negara Eropa
Barat, Amerika dan China. Untuk itu, instrumen keamanan menjadi alat dan
upaya bagi Rusia sebagai negara kuat kawasan yang memiliki kontrol penuh
terhadap kawasan. Penempatan pangkalan militer di Astrakhan, bagian selatan
Rusia, dengan sejumlah kapal perang menjadi jawaban ketika Rusia ingin
meningkatkan keamanan dan menjaga keamanan.

13

Daftar Pustaka

Ariel Cohen, 2006. Kazakhstan: Energy Cooperation with Russia; Oil , gas, and
Beyond, GMB Publishing Ltd, London, United Kingdom
Bremmer, I. dan S. Charap, 2006. “The Siloviki in Putin’s Russia: Who They Are
and What They Want”, The Washington Quarterly, 30(1): 83-92.
Grozin, Andrey dan Gevorgyan Karina 1998. Caspian Global Solitaire and
Russian Interest: Black Gold of Caspian Region Divided Up without any
rules, Nezavisimaya Gazeta.
Ghafouri, M 2008. The Caspian Sea: Rivalry and Cooperation, Middle East
Policy. Vol 15. No 2, p. 81
Hermann, C., 1990. “Changing Course: When Governments Choose to Redirect
Foreign Policy”, International Studies Quarterly, 34(1): 3- 21.
Hudson, V., 1997. “Culture and Foreign Policy: Developing a Research Agenda”.
dalam Hudson, V. (ed.),1997. Culture and Foreign Policy. Boulder: Lynne
Rienner Publishers.
Hudson, V., 2007. Foreign Policy Analysis: Classic and Contemporary Theory.
Plymouth: Rowman and Littlefield Publishers, Inc.
Hermann, Charles F, 1990. Changing Course: When Governments Choose to
Redirect Foreign Policy. Blackwell Publishing. International Studies
Quarterly, Vol. 34, No. 1 (Mar., 1990), pp. 3-21. The International Studies
Association Stable URL: http://www.jstor.org/stable/2600403. [diakses pada
15/06/2014].
Kryshtanovskaya, Olga 2009. Post-Soviet Affairs, The Sovietization of Russian
Politics. Routledge Vol 25.
Lucas, Edward. 2008. The New Cold War; Putin’s Russia and the threat to the
West. Palgrave Macmilan, New York, USA.
Marshall, Tyler 1998. Caspian Sea: Oil in a Tinderbox, Kansas City Star.
Oldberg, I. 2005, Foreign Policy Priorities Under Putin: a tour d’horizon, dalam
Russia as a Great Power: Dimension of Security Under Putin, ed. Jakob
Hedenskog, dkk. Routledge, New York.
Saragih, Simon. 2008. Bangkitnya Rusia. Penerbit Buku Kompas PT Kompas
Media Nusantara, Jakarta, Indonesia.
Singer, J. David (1961). “The Level-of-Analysis Problem in International
Relations”,World Politics, 14(1); pp.77-92.
Staun, Jorgen, 2007. “Siloviki Versus Liberal Technocrats: The Fight For Russia
and Its Foreign Policy”, DIIS Report 2007:9, Danish Institute for International
Studies, Copenhagen..

14

Tsygankov, Andrei P. 2006. Russian Foreign Policy : Change and Continuity in
National Identity. Rowman and Littlefield Publisher, United States of
America.
Thomas, Timothy L 2008. Russian National Interests and the Caspian Sea.
Perceptions, Volume IV, Number 4 pp. 75-96
West, Richard dan Lynn H. Turner. 2008. Teori Komunikasi: Analisis dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika
Arvanitopoulos, Constantine. The Geopolitics os Oil in Central Asia.
http://www.hri.org/MFA/thesis/winter98/geopolitics.html. (Diakses 30 Juni
2016).
BP

Statictical
Review
of
World
Energy
June
2011
http://www.bp.com/sectionbodycopy.do?categoryId=7500&contentId=706848
1 (diakses 30 Juni 2016)

Coffey, Luck 2015. A Secure and Stable Caspian Sea Is in America’s Interest.
http://www.heritage.org/research/reports/2015/12/a-secure-and-stable-caspiansea-is-in-americas-interest (diakses 20 Mei 2016)
Global
Security
2015.
Russia
Siloviki.
http://www.globalsecurity.org/military/world/russia/siloviki.htm, diakses pada
15 April 2014.
Galeotti, Mark 2016. Putin’s hydra: Inside Russia’s intelligence services.
European
Council
on
Foreign
Relations.
http://www.ecfr.eu/publications/summary/putins_hydra_inside_russias_intelli
gence_services (diakses pada 10 Mei 2016).
Ministry of Defence The Russian Federation. Caspian Flotilla 2016.
http://eng.mil.ru/en/structure/forces/navy/associations/structure/forces/type/na
vy/kasp/about.htm (diakses 11 Juni 2016)
Ministry of Foreign Affair The Russian Federation, 2016. Foreign Policy.
http://www.mid.ru/en/mnogostoronnie-struktury-i-forumy/-/category/10657
(diakses 10 Juni 2016).
National
Security
Concept
of
The
Russian
Federation
2016.
http://www.mid.ru/en/foreign_policy/official_documents//asset_publisher/CptICkB6BZ29/content/id/589768 (diakses pada 15 April
2016).
Russia Pedia, 2015. The Origin of
Russian Siloviki, Dimitriev Oleg
http://russiapedia.rt.com/ofrussian-origin/siloviki/, diakses pada 15 April
2014.
Russia Profile 2014. The Russian Federation, Russia Profile website:
http://russiaprofile.org/resources/territory/index.wbp (diakses 10 Mei 2016)

15

Russian Government 2016. http://government.ru/en/dep_news/3770/ (diakses
pada 20 Mei 2016).
The
Guardian,
2015.
Dmitry
Medvedev
Silicon
Valley Visit.
http://www.theguardian.com/business/2010/jun/23/dmitrymedvedev-siliconvalley-visit, diakses pada 12 Maret 2016.
The Ministry of Foreign Affairs of The Russian Federation , “National Security
Concept
of
The
Russian
Federation
2000”,
melalui
96
http://www.mid.ru/bdomp/nsosndoc.nsf/1e5f0de28fe77fdcc32575d900298676
/36aba64ac09f737fc32575 d9002bbf31!OpenDocument, diakses pada 9 Mei
2016.
The Economist. 2007, The Former KGB Who Run Russia Have The Wrong Idea
About
How
To
Make
It
Great
(online),
tersedia:
http:/www.finrosforum.fi/?p=512 (2015).
The Moscow Time 2015. Russian Intelligence Chie fis May Invade Central Asia.
http://www.themoscowtimes.com/opinion/news/article/russian-intelligencechief-is-may-invade-central-asia/540643.html(diakses 30 Juni 2016)
US

Energy
Information
Administration,
2013
http://www.eia.gov/countries/regions-topics.cfm?fips=CSR (diakses 30 Juni
2016)

United States Energy Information Administration.(2002). World Energy Outlook
2002. http://www.eia.gov. Diakses 30 Juni 2011.

16

17