Kepada Allah Yang Tidak Dikenal Di Atena

BAB I
PENDAHULUAN
Perjalanan Paulus ke Atena adalah sebuah perjalanan yang cukup berat,
karena Paulus akan berhadapan dengan sebuah kota yang disebut sebagai “kota para
filsuf.” Kota yang diisi oleh banyak kaum intelektual, pemikir hebat, dan filsuf-filsuf
dimana karya-karya mereka sangat mempengaruhi peradaban, kemajuan teknologi,
dan kebudayaan. Selain itu, Atena juga adalah sebuah kota para dewa karena begitu
banyak dewa yang tergambar dalam rupa-rupa patung yang hampir terdapat disetiap
ruas jalan kota itu (Kis 17:16). Ada sindiran yang mengatakan bahwa di kota Atena
lebih mudah mencari dewa dibanding mencari manusia1.
Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana Paulus menggunakan
pendekatan sosiologi dalam memberitakan injil Kristus dengan sistem kepercayaan
yang sudah ada, yaitu “kepada Allah yang tidak dikenal” menurut Kis 17:16-33.
Berikutnya tulisan ini juga akan memaparkan sejarah berdirinya patung
“kepada Allah yang tidak dikenal”, apa latar belakang perikop, dan pesan utama yang
ingin disam-paikan oleh Paulus kepada oleh para intelektual di Atena.
Bagaimana latar belakang kehidupan masyarakat Atena ketika Paulus ada
disana?Apa dan bagaimana kisah di balik berdirinya patung berhala “kepada Allah
yang tidak dikenal” di Atena?
 LATAR BELAKANG KEHIDUPAN MASYARAKAT ATENA
Jauh sebelum kedatangan Yesus Kristus, Atena memang sudah terkenal

dengan para pemikir hebat seperti Sokrates, Plato, Aristoteles, Zeno, Phytagoras,
Heraklitos, Permanindes, Thales, dan masih banyak lagi filsuf lain dengan berbagai
jenis pemikiran dan gaya filsafat masing-masing. Sehingga tidak salah jika ada yang
memberi komentar atau gambaran mengenai kota Atena yaitu sebagai “a great university city.”2
1 J. Knox Chamblin, terj. Irwan Tjulianto dan Elsye Elisabeth Rau, Paulus dan Diri
(Surabaya: Momentum, 2009), hlm. 21
2 F. F. Bruce, The Acts of The Apostles (England: Apollos, 1952), hlm. 376

Atena pernah bertumbuh baik dalam bidang ekonomi dan kekuasaan dalam
bidang politik, namun ketika Paulus datang, kota itu tidak lagi memiliki kekuasaan
politik seperti sedia kala.3 Kondisi ini bisa terjadi karena pada tahun 146 SM, Atena
sudah jatuh kepada kekuasaan imperium Romawi, tetapi karena sejarah besar kota ini,
maka pemerintah Romawi membiarkan bangsa ini menjadi bangsa yang bebas atau
memerintah sendiri negaranya.4 Orang Romawi pun tidak serta merta menjadikan
mereka (orang Yunani) sebagai budaknya, tapi justru memanfaatkan kepintaran
mereka, sehingga mereka hanya dijadikan sebagai guru yang mengajari penduduk
Roma filsafat, seni, dan budaya.5 Sehingga tradisi sebagai kota para cendikiawan
tetap terpelihara walaupun kondisinya sudah tidak seperti dulu lagi, yaitu sebuah
kondisi negara yang bebas dan merdeka.
Hal menarik lain dari kota Atena adalah seperti apa yang diungkapkan Paulus

bahwa “kota itu penuh dengan patung-patung berhala” (Kis 17:16). Ini merupakan
sebuah indikasi bahwa kota ini merupakan sebuah kota yang memiliki tingkat
spiritualitas dan hidup kerohanian yang tinggi. Ketergantungan mereka terhadap
berbagai mitos, dewa-dewa, dan hal-hal ilahi supranatural memang sudah ada sejak
dahulu kala dan inilah yang memaksa Thales pada tahun 585 SM merumuskan
pemikiran humanisme pertamanya yaitu keluar dari pemahaman mitologi yang dianut
dengan mengatakan bahwa alam semesta berasal dari air. 6 Fakta menarik lainnya
adalah konon seorang sejarahwan yang bernama Pausinas pernah menuliskan bahwa
jumlah patung yang terdapat di Atena melebihi jumlah patung yang ada di seluruh
daerah Yunani.7 Fakta-fakta sejarah ini setidaknya memberikan sebuah gambaran
betapa religiusnya masyarakat Atena ketika itu dan betapa rindunya mereka untuk
mengenal Allah yang sejati.

3 John Drane, Memahami Perjanjian Baru, terj. P. G. Katoppo (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2008), hlm. 334
4 Matthew E. Carlton, Kisah Para Rasul, terj. Berton Halomoan Turnip (Jakarta: Kartidaya,
2002), hlm. 211
5 R. Dixon, Tafsiran Kisah Para Rasul (Surabaya: Gandum Mas, 1985), hlm. 125
6 Richard Osborne, Filsafat Untuk Pemula, terj. P. Hardono Hadi, (Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 2008), hlm. 5

7 H.V.D. Brink, Kisah Para Rasul, hlm. 278

BAB II
KEPADA ALLAH YANG TIDAK DIKENAL
Allah yang tidak dikenal bukanlah dewa yang khusus, tetapi sebuah tempat,
untuk tuhan atau dewa manapun yang ada, tetapi nama dan sifatnya tidak terungkap
kepada orang Athena atau dunia Helen secara luas.8
Kisah Paulus di kota Atena merupakan sebuah kisah yang dicatat oleh Lukas
pada perjalanan misi Paulus yang kedua. Kedatangan Paulus di kota Atena
sebenarnya bermula dari pengejaran orang-orang Yahudi di Tesalonika terhadap tim
misi Paulus karena mereka memberitakan kabar sukacita tentang Kristus dan banyak
orang menjadi percaya dan menggabungkan diri dengan Paulus dan Silas dan diantara
mereka yang bergabung adalah orang-orang Yunani dan perempuan-perempuan yang
terkemuka (Kis 17:3). Sehingga mereka (dengan dibantu dengan petualang-petualang
di pasar) berusaha membuat huru-hara dan berusaha menangkap Paulus untuk
menyerahkannya ke sidang rakyat (ay. 5). Namun rencana ini berhasil di-ketahui oleh
jemaat dan pengikut Paulus, sehingga mereka meminta agar Paulus melarikan diri ke
Berea (ay. 10).
Peristiwa inilah yang akhirnya mengantarkan Paulus tiba di kota Atena.
Alkitab mencatat, “Sementara Paulus menantikan mereka di Atena…” (ay. 16a),

“mereka” dalam ayat ini mengacu kepada Silas dan Timotius.
Dalam penantiannya, Paulus melihat bahwa kota Atena dipenuhi dengan
patung-patung berhala dan ia melihat sebuah altar dengan epigrafi yang
dipersembahkan kepada dewa tersebut, Karena Tuhan bangsa Yahudi tidak dapat
disebut, kemungkinan para pendengar Paulus mempertimbangkan tuhannya sebagai
"Allah tidak dikenal yang tidak tertandingi". 9 Pendengarnya mungkin mengerti
pengenalan akan tuhan baru secara kiasan kepada Aeschylus The Eumenides;
ironinya mungkin seperti Eumenides bukanlah tuhan baru sama sekali tetapi Erinyes
8 https://id.wikipedia.org/wiki/Allah_yang_tidak_dikenal#cite_ref-2 (5 Jan 2017)
9 Tomson, Peter J.; Lambers-Petry, Doris (2003). The image of the Judaeo-Christians in
ancient Jewish and Christian literature. Mohr Siebeck. hlm. 235.

dalam bentuk baru, begitu pula dengan Tuhan Kristen bukanlah tuhan baru tetapi
tuhan yang orang Yunani telah sembah sebagai Allah yang tidak dikenal.
Allah yang tidak dikenal atau Agnostos Theos (bahasa Yunani Kuno:
Ἄγνωστος Θεός) adalah teori oleh Eduard Norden yang dipublikasikan pada tahun
1913 yang mengusulkan, berdasarkan khotbah di Areopagus oleh Rasul Paulus dalam
Kisah para Rasul 17:23, bahwa sebagai tambahan kedua belas dewa dan dewa-dewa
kecil yang tak terhitung banyaknya, orang Yunani kuno menyembah dewa yang
disebut "Agnostos Theos", yaitu: "Allah yang tidak dikenal", yang disebut Norden

"Bukan-Yunani". Di Athena, ada sebuah kuil yang secara khusus dipersembahkan
untuk dewa tersebut dan sangat sering orang Athena akan berkata "dalam nama Allah
yang tidak dikenal" (Νὴ τὸν Ἄγνωστον Ne ton Agnoston).
Hal ini mendatangkan kesedihan bagi Paulus (ay. 16b). Terjemahan “sedih”
dalam ayat ini tidak diterjemahkan seperti yang diterjemahkan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia ed. III, yaitu perasaan pilu dalam hati. Alkitab NIV
menggambarkan kesedihan Paulus dengan mengatakan, “he was greatly distressed.”
Terjemahan bebasnya adalah “dia mengalami kesusahan atau kesedihan yang sangat
mendalam.” Ada juga yang menerjemahkan kata ini menjadi “bergejolak” 10 yaitu
suatu kondisi yang menunjukkan kesal atau sedih atau ingin mempertobatkan orang
yang belum percaya. παρωξύνετο adalah kata dalam Alkitab bahasa Yunani yang
dipakai dalam menggambarkan perasaan Paulus. Kata ini ditulis dengan bentuk
indikatif, yaitu suatu modus yang berguna untuk mengekspresikan suatu kondisi
realita yang aktual.11 παροξύνω adalah akar katanya yang berarti menimbulkan rasa
marah. Seesemann memberikan komentar pada kata ini dengan mengatakan bahwa
kata ini adalah, ”the expressions seek to emphasise the honest anger of the apostle,
and can hardly suggest that he was simulated to preach or to win converts.” 12
Sehingga bisa dikatakan bahwa kesedihan Paulus adalah sebuah kesedihan yang
bercampur dengan “kemarahan yang kudus” dikarenakan hasratnya yang sangat
10 Hasan Susanto, Perjanjian Baru InterlinierYunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian


Baru Jilid I (Jakartat: LAI, 2003), hlm. 732
11 Yoppi Margianto, Belajar Sendiri Bahasa Yunani (Yoyakarta: Penerbit Andi, 2005), hlm. 2
12 Seesemann, The Dictionary of The New Testament, ed. Geoffrey W. Bromiley (Michigan:
WMB. Eerdemans Publishing Company, ????), hlm. 857

menggebu-gebu untuk memberitakan injil kepada orang-orang di depan matanya
yang mendedikasikan diri pada penyembahan berhala. Ada keinginan besar dalam diri
Paulus untuk sesegera mungkin memberitakan kabar Injil kepada mereka. Hasratnya
sangat membara untuk segera memberitakan Injil kepada masyarakat di Atena.
 PENDEKATAN

SOSIOLOGI

PAULUS

KEPADA

MASYARAKAT


ATHENA
A. Bertukar Pikiran
Dalam persinggahannya di kota Atena, Paulus

menggunakan pendekatan

sosiologi “bertukar pikiran” dengan orang-orang yang dijumpainya setiap hari.
Kata “bertukarpikiran” dalam Alkitab bahasa Yunani menggunakan kata διελέγετο
dimana menurut Schrenk kata ini biasanya digunakan hanya untuk menunjukkan
suatu percakapan atau diskusi yang sifatnya berupa pengajaran dan hal-hal yang
berkaitan dengan ibadah. Setiap hari Paulus bertukar pikiran, berdiskusi, dan
(mungkin) berdebat dengan orang-orang yang berada di pasar. Perlu juga
diketahui bahwa pasar yang dimaksud dalam ayat ini adalah ἀγορᾷ yang berarti
suatu tempat yang ramai dikunjungi oleh orang dimana disana sering terjadi debat
publik dalam membicarakan sesuatu.
Alkitab mencatat bahwa orang-orang yang sering berkumpul disana adalah
orang-orang yang berasal dari golongan Epikuros dan Stoa. Orang-orang dari
golongan inilah yang sering bertanya jawab dengan Paulus (ay. 18). Mereka
menyebut Paulus dengan sebutan ‘si peleter”. Perlu dipahami bahwa sebutan ini
adalah sebuah ejekan mereka terhadap Paulus karena “peleter” berarti orang yang

berlagak tahu.13 Mereka mengatakan bahwa Paulus adalah orang yang
mengajarkan dewa-dewa asing sebab Paulus mengajarkan tentang Injil Kristus.
Untuk memahami pergulatan intelektual yang terjadi dalam kisah penginjilan
Paulus di Atena, perlu mengetahui terlebih dahulu seluk beluk gaya pemikiran
kaum Epikuros dan Stoa. Jerome Crow mengatakan bahwa Epikuros dan Stoa
adalah symbol of the religion and philosophy of the pagan Hellenstic world. 14
13 Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia, hlm. 732
14 Jerome Crow, The Acts (Wilmington: Michael Glazier Inc., 1979), hlm. 132

Mereka bukanlah aliran filsafat yang tertua, tapi merupakan aliran filsafat yang
paling terkenal dan banyak memberi pengaruh ketika itu. 15 Untuk mengetahui
lebih jauh pemikiran dua golongan ini, berikut akan dipaparkan secara ringkas
masing-masing ide pokok pemikran mereka.
1. Golongan Epikuros
o Golongan ini didirikan oleh seseorang yang bernama Epikurus yang lahir
di Samos (341-271 SM) dan dalam pertumbuhannya mendapat pendidikan
di Atena.Tujuan dari filsafatnya ada-lah untuk menciptakan kebahagian
manusia. Itulah alasannya mengapa kebanyakan dari filsafat-nya banyak
membicarakan tentang etika.
o Inti dari filsafat epikurus adalah pernyataannya yang mengatakan bahwa

“tidak ada sesuatu pun yang ada yang ditimbulkan oleh sesuatu yang tidak
ada dan tidak ada sesuatu yang ada yang kemudian musnah menjadi tidak
ada.” Inilah yang mendasari pemikiran Epikurus tentang penciptaan
bahwa dunia ini diciptakan oleh pergerakan atom yang turun naik dan
akhirnya kare-na pergerakannya yang terus menerus akan menciptakan
alam semesta (pemikiran ini ada mirip-nya dengan teori big bang dimasa
kini). Menurut dia, dunia ini diciptakan dari kombinasi-kom-binasi atom16
yang saling bergerak dan bereaksi satu dengan yang lain.
o Menurut Epikurus, manusia terdiri dari jiwa. Jiwa adalah atom bulat dan
licin. Sehingga dengan demikian, jiwa menjadi seperti sebuah tubuh halus
yang terdapat dalam sebuah tubuh yang kasar. Ketika tubuh yang kasar
mati, maka tubuh halus (jiwa) akan akan larut dalam atom-atom semesta.
Implikasi dari pemikiran Epikurus ini adalah dia tidak mempercayai
adanya kehidupan setelah kematian, ada penghukuman di dunia akhirat,
dan mengajarkan agar tidak perlu takut terhadap maut. Setelah mati, tubuh
tidak akan menikmati apa-apa dan tidak menderita apa-apa. Tidak ada

15 A. W. F. Blunt, Acts of The Apostles (Oxford: Clarendon Press, 1923), hlm. 215
16 Philo, The Work of Philo Complete and Unbridged New Update Edition, terj. C. D. Yonge
(Massachusetts: Hendrickson Publisher, 1993), hlm. 708


nasib karena semua yang terjadi dalam diri manusia ditentukan oleh
dirinya sen-diri.
o Menurut Epikurus sendiri tujuan hidup adalah hedone yaitu sebuah
kondisi dimana tercipta harmoni antara tubuh dan jiwa,17 dimana batin
tenang dan tubuh sehat. Hal ini hanya bisa tercapai jika keinginan
dipuaskan, sehingga keinginan akan menjadi semakin sedikit dan menuju
ketiadaan keingian. Epikurus menambahkan bahwa semakin sedikit
keinginan maka akan sema-kin besar kebahagiaan.
2. StoaGolongan
o Didirikan oleh Zeno dari Citium di Siprus (336-264 SM). Ia mengajar
di gang di antara tiang-tiang (yun. stoa poikilia) dan dari sinilah asal
kata nama golongannya yaitu golongan Stoa.
o Pandangannya sangat materialistis, sehingga dia menolak segala
sesuatu yang imaterial, yaitu menganggap yang imaterial itu tidak ada.
Zeno percaya akan adanya Tuhan, namun dia mengatakan bahwa
Tuhan itu adalah bersifat materi. Zeno mengatakan bahwa Tuhan
adalah pencipta dari alam semesta. Seiring waktu Dia akan terkorupsi
dan kondisi ini menyebabkan Dia sudah tidak menjadi Tuhan lagi.
Kekuatannya yang besar terserap dalam segalanya. 18 Sehingga, Allah

yang material itu identik dengan alam.
o Menurut Zeno, dunia ini dikuasi oleh logos yaitu akal dan rasio ilahi.
Dalam logos inilah terdapat tata tertib dunia, mengatur segala sesuatu
pada tujuan, dan segalanya takluk pada hukum logos. Jiwa adalah
sesuatu yang bersifat materi juga bagi Zeno. Inilah yang mendasari dia
dengan mengatakan bahwa jiwa adalah pusat dari tubuh manusia. Jika
jiwa mati, maka jiwa akan larut ke dalam jiwa semesta.

17 Jerome Crow, The Acts, hlm. 132
18 Philo, The Work of Philo, hlm. 708

Sehingga dari pemaparan di atas dapatlah disimpulkan bahwa baik Epikuros
dan Zeno sama-sama tidak percaya ada kehidupan setelah kematian, ada
kebangkitan setelah kematian, dan ada penghakiman setelah kematian.
Kegiatan tukar pikiran yang sering dilakukan Paulus di agora ternyata
membawa dampak dalam kehidupan masyakrat Atena ketika itu. Hal ini terlihat
ketika Paulus akhirnya diundang ke Areopagus untuk mempresentasikan
pemikiran atau Injil yang disampaikannya (ay. 19). Aeropagus adalah sebuah
tempat yang disiapkan khusus untuk membicarakan hal-hal penting yang
berkenaan dengan topik-topik seperti ilmu politik, masalah-masalah sosial,
kebudayaan, filsafat,dsb. D. H. Madvig memberi komentar tentang Areopagus,
dia mengatakan bahwa dalam Areopagus terdapat “The Council of Areopagus was
similar to a council elders and was subject to the King of Athens. They have the
right to punish all case.”19 Jika melihat sentralisasi Areopagus dalam kebudayaan
Yunani, maka bisa dilihat apa yang dilakukan Paulus ternyata sangat memberi
dampak terhadap kehidupan masyarakat Atena kala itu.
Ajaran Paulus mungkin menimbulkan gejolak dalam sistem kehidupan sosial
masyarakat Atena, sehingga topik yang diangkat oleh Paulus yaitu mengenai Injil
Kristus tampaknya perlu didengarkan oleh banyak orang di Atena dan para
penatua di Areopagus akan mengambil keputusan mengenai ajaran Paulus
tersebut. Orang-orang di Atena memang senang dan menghabiskan banyak waktu
untuk mende-ngar segala jenis pengajaran yang baru (ay. 20-21). Mereka rela
meninggalkan pekerjaan sehari-hari demi mendengar orang memperdebatkan halhal baru mengenai filsafat atau ajaran agama tetentu. Konon katanya, dikarenakan
“hobi” mereka yang satu ini, pemerintah yang berkuasa atas mereka mengalami
kesulitan20 karena semua kegiatan harus diliburkan jika ada perdebatan di
Areopagus, sehingga hal ini membawa dampak pada sektor ekonomi dan tentunya
akan merembes pada sektor-sektor yang lain.

19 D. H. Madvig, Ensyclopedia of The Bible, ed. Geoffrey W. Bromiley (Michigan: WMB.
Eerdemans Publishing Company, 1989), hlm. 288
20 Donald Guthrie, dkk, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius – Wahyu, terj. Soedarmo
(Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2006), hlm.379

Kis 17:23-31 bercerita tentang apologetika Paulus kepada orang-orang di
Atena. Dia memulai dengan menyanjung orang-orang Atena sebagai orang-orang
yang religius (ay. 22).
B. Pendekatan Commond Ground (Kesamaan) ay. 23.
Don Richardson memaparkan penjelasan yang menarik tentang kisah dibalik
altar “kepada Allah yang tidak dikenal” ini. 21 Konon katanya dalam peradaban
Atena kuno, pernah terjadi wabah penyakit yang sangat dahsyat. Dalam
kepercayaan mitologi Atena kuno, ini merupakan sebuah pertanda bahwa para
dewa di khayangan sedang marah karena manusia lalai dalam memberi
persembahan. Namun mereka sama sekali tidak tahu dewa mana yang sedang
marah kepada

mereka,

sehingga mereka

memutuskan

untuk memberi

persembahan kepada semua dewa yang ada di Atena ketika itu. Setelah
memberikan persembahan, justru yang terjadi adalah yang sebaliknya, wabah
penyakit sama sekali tidak berhenti. Hal ini membuat mereka bertanya-tanya,
“Dewa mana lagi yang belum diberikan persembahan?” Hal ini membuat mereka
bertanya kepada peramal (oracle), namun tidak satu pun yang tahu penyebabnya.
Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk bertanya kepada peramal lain yang
berada di Knossos, bernama Epimenides. Ketika mereka menanyakan hal ini
kepadanya, Epimenides menjawab,
“…is that there is still another god concerned in the matter of this plague a god
whose name is unknown to us….and who is therefore not represented by any idol
in your city. Secondly, I am going to assume also that this god is great enough and
good enough to do something about the plague, if only we invoke his help.”
Keesokan paginya, Epimenides memerintahkan agar disediakan domba hitam
dan putih yang akan dilepaskan bebas di padang rumput untuk makan. Setiap
domba yang bergerak tidak dibatasi, namun cukup diikuti oleh satu orang
gembala. Epimenides berkata, “Jika ada domba yang tidak makan, tapi memilih
untuk berbaring di padang rumput beritahukan kepadaku, karena domba itu akan
21 Don Richardson, Eternity In Their Hearts (Ventura: Regal Books, 1981), hlm. 14-22

dipersembahkan kepada dewa yang akan melepaskan kita dari wabah ini.” Tidak
lama berselang ada domba yang berbaring dan di atas tempat domba itu berbaring
didirikanlah sebuah altar. Epimenides berdoa, “O thou unknown god! Behold the
plague afflicting this city.” Singkat cerita, wabah itu pun berhenti. Altar itu diberi
nama sebutan Ἀγνώστῳ θεῷ sampai ketika paulus datang ke Atena.
Paulus menggunakan ketidak mampuan orang-orang di Atena untuk mengenal
Allah sebagai jembatan untuk memperkenalkan Allah yang sejati kepada mereka.
Paulus setidaknya memberikan empat argumentasi tentang Allah:
 Allah sebagai pencipta (ay. 24).
 Allah yang tidak kekurangan apa-apa, sehingga tidak perlu dilayani manusia.
(ay. 25).
 Allah yang dekat dan sebagai penyebab kehidupan (ay. 27-28).
 Allah bukan materi (ay. 29).
Orang Atena sama sekali tidak memiliki latar belakang ini, sehingga pendekatan
yang dilakukan Paulus adalah dengan mengadopsi gaya pemikiran mereka
sendiri, yaitu dengan mengutip pandangan mereka tentang yang ilahi (lih. ay. 2429), yaitu sebagai pencipta dan pemelihara. Untuk menjelaskan ini Paulus
mengutip langsung pujangga Yunani yaitu Epimenides dan Aratus yang
mengatakan, “Ia tidak jauh dari kita masing-masing.”22 Paulus menggunakan
pendekatannya dengan menggunakan pendekatan commond ground23 sebagai
jembatan agar orang Atena paham dengan apa yang akan dipaparkan oleh Paulus
berikutnya.
Paulus kemudian melanjutkan ajarannya dengan mengatakan, “Dengan tidak
memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada
manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat. Karena Ia telah
menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia
oleh seorang yang telah ditentukan-Nya, sesudah Ia memberikan kepada semua

22 John Drane, Memahami Perjanjian Baru, terj. P.G. Katoppo (Jakarta: BPK. Gunung Mulia,
2008), hlm. 335
23 Walter M. Dunnet, Book of Acts (Michigan: Baker Books, 1981), hlm. 103

orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang
mati.” (ay. 30-31)
Inilah yang menjadi titik konflik antara Paulus dan orang-orang Atena. Paulus
mengajarkan ada kehidupan setelah kematian dan ada penghakiman setelah
kematian. Dua pokok pikiran ini sangat bertentangan dengan konsep pemikiran
kaum Epikurus dan Stoa yang sama-sama tidak mempercayai hal itu, yakni
adanya kehidupan setelah kematian. Inilah yang membuat orang-orang di Atena
memberikan respon negatif (mengejek) terhadap ajaran Paulus dengan mengatakan, “Lain kali saja kami mendengar engkau berbicara tentang hal itu.” (ay.
32). Hanya sedikit orang yang mau percaya kepada ajaran Paulus yaitu Dionisius,
anggota majelis Areopagus, dan seorang perempuan bernama Damaris, dan juga
orang-orang lain bersama-sama dengan mereka (ay. 33).

BAB III
KESIMPULAN
Paulus tidak terlalu kaku dalam memberitakan pesan Injil, tapi dia
menggunakan sarana yang sudah ada dalam mempresentasikan berita yang hendak diberitakannya. Dia menggunakan apa yang mudah dimengerti oleh para pendengarnya,
dalam hal ini (di Atena), dia menggunakan pendekatan bertukar pikiran dan Paulus
juga menggunakan sebuah altar “kepada Allah yang tidak dikenal”. Beranjak dari
sinilah Paulus memberitakan pesan Injilnya, yaitu berita tentang Kristus dan
penghakiman setelah kematian.
Dari teladan Paulus, bisa dipelajari bahwa pendekatan sosiologi dalam
penginjilan bukanlah sebuah strategi yang kaku, yang harus terpaku dalam sebuah
cara, Paulus dengan lihai menggunakan cara yang sangat kontekstual dan yang
mudah dimengerti dalam konteks pendengarnya.
Sebagai pemberita Injil harus jeli dalam melihat strategi-strategi tertentu yang
bisa diterapkan agar pesan injil itu mudah dicerna dan dimengerti oleh pendengarnya,
harus kreatif, inovatif, dan mampu melihat dari banyak perspektif.

DAFTAR PUSTAKA
1. Brink, H.V.D. Kisah Para Rasul – Tafsiran Alkitab. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1993.
2. Bruce, F. F. The Acts of The Apostles. England: Apollos, 1952.
3. Carlton, Matthew E., Kisah Para Rasul. terj. Jakarta: Kartidaya, 2002.
4. Chamblin, J. Knox. terj. Paulus dan Diri. Surabaya: Momentum, 2009.
5. Dixon, R. Tafsiran Kisah Para Rasul. Surabaya: Gandum Mas, 1985.
6. Drane, John. Memahami Perjanjian Baru. terj. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2008.
7. Guthrie, Donald. Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius – Wahyu, terj. Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2006.
8. Hadiwijono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat I. Yogyakarta: Kanisius, 1993.
9. Margianto, Yoppi. Belajar Sendiri Bahasa Yunani. Yoyakarta: Penerbit Andi,
2005.
10. Osborne, Richard. Filsafat Untuk Pemula. Terj. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 2008.
11. Richardson, Don. Eternity In Their Hearts. Ventura: Regal Books, 1981.
12. Susanto,

Hasan.

Perjanjian

Baru

Interlinier

Yunani-Indonesia

Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I. Jakartat: LAI, 2003.

dan

PENDEKATAN SOSIOLOGI RASUL
PAULUS Di ATHENA
KEPADA ALLAH YANG TIDAK DIKENAL
Kisah Para Rasul 17:16-34
Disusun Oleh :
Daniel Silas (1426014)

Tugas
Diserahkan kepada :
Dr. Juanda, S.Sos

Sebagai Bagian Tugas Dalam Mata Kuliah
Sosiologi Indonesia

Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia

Surabaya

Dokumen yang terkait

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGRIBISNIS PERBENIHAN KENTANG (Solanum tuberosum, L) Di KABUPATEN LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

27 309 21

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA DENGAN GANGGUAN JIWA (SKIZOFRENIA) Di Wilayah Puskesmas Kedung Kandang Malang Tahun 2015

28 256 11

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0