Bahan Makalah Pribadi BGI. doc

1
Vote

11 Pabrik di Padang Berpotensi Cemari Udara
Tag : 11, Pabrik, Padang, Berpotensi, Cemari, Udara
BERITA - lingkungan.infogue.com - Sebelas pabrik pengolah semen, karet, dan CPO (crude
palm oil) di Kota Padang, Sumbar, berpotensi atau berkontribusi mencemari udara karena
mereka tidak memiliki peralatan pencegah pencemaran udara.
"Untuk mengurangi kerugian masyarakat akibat pencemaran udara yang muncul, maka
perusahaan sementara lebih diarahkan agar melaksanakan program Coorporate Social
Responsibility (CSR)," kata Kepala Bapedalda Kota Padang, Indang Dewata, di Padang,
Jumat.
Program CSR yakni perusahaan diwajibkan memberikan bantuan perumahan dan
kesehatan khsusunya bagi warga yang berdiam dekat dengan pabrik.
Sementara itu 11 unit perusahaan yang berpotensi mencemari udara adalah PT Semen
Padang pabrik pengolah semen, dan PT Batang Hari Barisan, PT Famili Raya, PT Lembah
Karet, PT Teluk Luas, PT Abai Siat Raya masing-masing bergerak di bidang industri
pengolahan karet.
Berikutnya PT Kilang Lima Gunung, PT Incasi Raya, PT Wira Inno Mas, PT Argo Muko, dan
PT Lembah Karya bergerak di bidang pengolahan CPO.
Menurut Indang, dari sebelas perusahaan itu di nya baru terdapat satu perusahaan yang

telah memenuhi persyaratan administratif dan teknis pengendalian pencemaran udara yakni
PT. Semen Padang.
"Itupun PT Semen Padang hanya memiliki alat monitoring kualiatas udara, tetapi belum bisa
memperkecil kuantitas dan kualitas pencemaran udara," katanya.
Diakui Indang, berdasarkan pemantauan Bapedalda Kota Padang, tingkat pencemaran oleh
debu dari aktivitas pengolahan semen PT Semen Indarung masih tinggi.
Karena itu, tambahnya, pemerintah Kota Padang, mengencarkan kegiatan pemantauan aktif

dan pemantauan pasif, untuk sebelas perusahaan tersebut.
"Pemantauan tersebut diperlukan terkait dampak yang ditimbulkan secara langsung
tingginya jumlah warga yang mengalami penyakit Inpeksi Saluran Pernafasan Atas (Ispa).
Sementara dampak tidak langsung ke manusia terganggunya habitat eskositem yang
berada di dekat pabrik.
Dijelaskannya, langkah pemantauan aktif yakni pabrik diwajibkan melaporkan kegiatannya
setiap tahun ke Bapedalda Padang. Sendagkan pemantauan pasif Bapedalda sekali
setahun melakukan pemantauan terhadap kualitas udara di sekitar pabrik yang beroperasi.
Selain itu, jika program CSR tidak dilaksanakan maka perusahaan terkait diberikan
peringatan II, jika belum diindahkan pula maka dikenakan teguran Walikota Padang disertai
tindakan admisnistratif surat izin operasi pabrik mereka ditahan.
http://lingkungan.infogue.com/11_pabrik_di_padang_berpotensi_cemari_udara

11 Pabrik di Padang Berpotensi Cemari Udara
Jumat, 11 Juni 2010 10:48 WIB | 2861 Views

Kilang pencairan gas alam milik PT Badak NGL Bontang, Kalimantan Timur.
(ANTARA/Prasetyo Utomo)
Berita Terkait


15 perusahaan di Banten ajukan penangguhan UMK 2012



Presiden ajak pengusaha Tionghoa tingkatkan CSR



PPA diminta fokus restrukturisasi 7 BUMN besar




Toyota targetkan jual 10 juta kendaraan pada 2012



Penegakan hukum kunci perlindungan lingkungan
Video Terkait

Pemerintah Optimis ...
Kinerja BUMN Menggembirakan
Padang (ANTARA News) - Sebelas pabrik pengolah semen, karet, dan CPO (crude palm oil)
di Kota Padang, Sumbar, berpotensi atau berkontribusi mencemari udara karena mereka
tidak memiliki peralatan pencegah pencemaran udara.
"Untuk mengurangi kerugian masyarakat akibat pencemaran udara yang muncul, maka
perusahaan sementara lebih diarahkan agar melaksanakan program Coorporate Social
Responsibility (CSR)," kata Kepala Bapedalda Kota Padang, Indang Dewata, di Padang,
Jumat.
Program CSR yakni perusahaan diwajibkan memberikan bantuan perumahan dan
kesehatan khsusunya bagi warga yang berdiam dekat dengan pabrik.
Sementara itu 11 unit perusahaan yang berpotensi mencemari udara adalah PT Semen
Padang pabrik pengolah semen, dan PT Batang Hari Barisan, PT Famili Raya, PT Lembah

Karet, PT Teluk Luas, PT Abai Siat Raya masing-masing bergerak di bidang industri
pengolahan karet.
Berikutnya PT Kilang Lima Gunung, PT Incasi Raya, PT Wira Inno Mas, PT Argo Muko, dan
PT Lembah Karya bergerak di bidang pengolahan CPO.
Menurut Indang, dari sebelas perusahaan itu di antaranya baru terdapat satu perusahaan
yang telah memenuhi persyaratan administratif dan teknis pengendalian pencemaran udara
yakni PT. Semen Padang.

"Itupun PT Semen Padang hanya memiliki alat monitoring kualiatas udara, tetapi belum bisa
memperkecil kuantitas dan kualitas pencemaran udara," katanya.
Diakui Indang, berdasarkan pemantauan Bapedalda Kota Padang, tingkat pencemaran oleh
debu dari aktivitas pengolahan semen PT Semen Indarung masih tinggi.
Karena itu, tambahnya, pemerintah Kota Padang, mengencarkan kegiatan pemantauan aktif
dan pemantauan pasif, untuk sebelas perusahaan tersebut.
"Pemantauan tersebut diperlukan terkait dampak yang ditimbulkan secara langsung
tingginya jumlah warga yang mengalami penyakit Inpeksi Saluran Pernafasan Atas (Ispa).
Sementara dampak tidak langsung ke manusia terganggunya habitat eskositem yang
berada di dekat pabrik.
Dijelaskannya, langkah pemantauan aktif yakni pabrik diwajibkan melaporkan kegiatannya
setiap tahun ke Bapedalda Padang. Sendagkan pemantauan pasif Bapedalda sekali

setahun melakukan pemantauan terhadap kualitas udara di sekitar pabrik yang beroperasi.
Selain itu, jika program CSR tidak dilaksanakan maka perusahaan terkait diberikan
peringatan II, jika belum diindahkan pula maka dikenakan teguran Walikota Padang disertai
tindakan admisnistratif surat izin operasi pabrik mereka ditahan.
http://www.antaranews.com/berita/1276228131/11-pabrik-di-padang-berpotensi-cemariudara
Seiring dengan perumusan Standar Internasional ISO seri 14000 untuk bidang manajemen
lingkungan sejak 1993, maka Indonesia sebagai salah satu negara yang aktif mengikuti
perkembangan ISO seri 14000 telah melakukan antisipasi terhadap diberlakukannya standar
tersebut.
Dalam mengantisipasi diberlakukannya standar ISO seri 14000, Indonesia sudah aktif
memberikan tanggapan terhadap draf standar ISO sebelum ditetapkan menjadi Standar
Internasional. Hal ini dilakukan dengan pembentukan Kelompok Kerja Nasional ISO 14000
oleh Bapedal pada tahun 1995 untuk membahas draf standar ISO tersebut sejak tahun
1995. Anggota Kelompok Kerja tersebut berasal dari berbagai kalangan, baik Pemerintah,
Swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat, maupun pakar pengelolaan lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup (Bapedal pada waktu itu) dan Badan Standardisasi Nasional
(BSN) bekerjasama dengan Kelompok Kerja Nasional ISO 14000 dan berbagai stakeholders
sejak tahun 1995 mengkaji, menyebarkan informasi, dan melakukan serangkaian kegiatan

penelitian dan pengembangan penerapan Sistem Manajemen Lingkungan. Berdasarkan

hasil pembahasan dengan “stakeholders” di Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup
menyadari potensi penerapan Sistem Manajemen Lingkungan bagi peningkatan kualitas
pengelolaan lingkungan, peningkatan peran aktif pihak swasta dan promosi penerapan
perangkat pengelolaan lingkungan secara proaktif dan sukarela di Indonesia.
Pada tahun 1996-1998, serangkaian seminar, lokakarya, penelitian dan proyek percontohan
Sistem Manajemen Lingkungan telah diprakarsai oleh Kementerian Lingkungan Hidup,
bekerjasama dengan BSN dan berbagai pihak. Rangkaian kegiatan tersebut dimaksudkan
untuk menjadi investasi awal bagi penerapan ISO 14001 di Indonesia dalam menumbuhkan
sisi “demand” maupun “supply” menuju mekanisme pasar yang wajar. Setelah itu, muncullah
beberapa penyelenggara pelatihan, jasa konsultasi, jasa sertifikasi dan perusahaanperusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan. Seiring dengan tumbuhnya
populasi para pemain dalam pasar penerapan ISO 14001 di Indonesia, Kementerian LH
selanjutnya lebih menfokuskan diri pada peran fasilitator dan pembina kepada semua pihak
dalam penerapan ISO 14001 di Indonesia. Peran motor penggerak diharapkan dapat
dilanjutkan oleh dunia usaha itu sendiri, sesuai dengan jiwa penerapan Sistem Manajemen
Lingkungan yang bersifat proaktif dan sukarela.
Dengan perannya sebagai fasilitator dalam pengembangan ISO 14000 di Indonesia,
Kementerian LH menyediakan media bagi semua pihak yang berkepentingan untuk aktif
dalam program pengembangan standar ISO 14000, yaitu melalui Kelompok Kerja Nasional
ISO 14000 (Pokjanas ISO 14000). Kelompok kerja tersebut sampai saat ini masih aktif
dalam melaksanakan diskusi-diskusi membahas penerapan standar ISO 14000. Sekretariat

Pokjanas ISO 14000 tersebut difasilitasi oleh Kementerian LH cq. Asisten Deputi Urusan
Standarisasi dan Teknologi.
Untuk menfasilitasi penerapan standar ISO 14001 di Indonesia dan mempermudah
penerapan dilapangan serta untuk menyamakan persepsi mengenai pelaksanaannya, maka
Kementerian LH bekerjasama dengan BSN telah melakukan adopsi terhadap beberapa
Standar Internasional ISO 14000 menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar yang
telah diadopsi tersebut diantaranya :
1.Sistem Manajemen Lingkungan-Spesifikasi dengan Panduan Penggunaan (SNI 19-140011997)
2.Sistem Manajemen Lingkungan-Pedoman Umum Prinsip Sistem dan Teknik Pendukung
(SNI 19-14004-1997)

3.Pedoman Audit Lingkungan-Prinsip Umum (SNI 19-1410-1997)
4.Pedoman Untuk Pengauditan Lingkungan - Prosedur Audit - Pengauditan Sistem
Manajemen Lingkungan (SNI 19-14011-1997)
5.Pedoman Audit untuk Lingkungan – Kriteria Kualifikasi untuk Auditor Lingkungan (SNI 1914012-1997)
Standar ISO 14001 ternyata mendapat sambutan positif dari kalangan industri di Indonesia.
Sejak ditetapkannya ISO 14001 menjadi standar internasional dan diadopsi menjadi SNI 1914001-1997 sampai saat ini tercatat lebih dari 248 (dua ratus empat puluh delapan[1])
sertifikat ISO 14001 untuk berbagai unit organisasi perusahaan di Indonesia yang dengan
sukarela menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001. Kecenderungan
peningkatan penerapan Standar ISO 14001 dapat menjadi salah satu indikator peningkatan

kesadaran industri terhadap pengelolaan lingkungan. Faktor pendorong yang lain adalah
antisipasi industri terhadap potensi adanya persyaratan dagang dan industri yang diwajibkan
oleh “buyer” untuk menerapkan ISO 14001. Selain kedua hal di atas, penerapan ISO 14001
juga di pacu oleh adanya program internal dari beberapa “holding company” untuk
menerapkan ISO 14001 pada anak perusahaannya.

Sumber :
http://www.menlh.go.id/ekolabel-sml/sml/index.php?
option=content&task=view&id=20&Itemid=
22 Mei 2006
Sumber Gambar:
http://www.dqschile.com/futuretense_cs/dqs/files/Grafiken/UMS_Baum_Eng.gif
Diposkan oleh aa kumis di 16:45 0 komentar
Manajemen Lingkungan, ISO 14000 dan AMDAL
Konsep Umum
Banyak pendekatan yang dibuat untuk mengelola lingkungan baik di tingkat perusahaan
maupun pemerintah, diantaranya adalah Environmental Management System (EMS). EMS
adalah siklus berkelanjutan dari kegiatan perencanaan, implementasi, evaluasi dan
peningkatan proses, yang diorganisasi sedemikian sehingga tujuan bisnis
perusahaan/pemerintah dan tujuan lingkungan padu dan bersinergi.

• Perencanaan, meliputi identifikasi aspek lingkungan dan penetapan tujuan (goal)

• Implementasi, termasuk pelatihan dan pengendalian operasi;
• Pemeriksaan, termasuk monitoring dan pemeriksaan hasil kerja;
• Evaluasi, termasuk evaluasi kemajuan kerja dan perbaikan sistem.
Penerapan EMS
EMS yang efektif, dibangun pada konsep TQM (Total Quality Management), misalnya pada
ISO 9000. Untuk meningkatkan pengelolaan lingkungan, organisasi tidak hanya tahu apa
yang terjadi, tetapi juga harus tahu mengapa terjadi. Kebanyakan penerapan EMS
(termasuk didalamnya ISO 14001), akan sukses jika :
• didukung oleh manajemen puncak
• fokus pada peningkatan berkelanjutan
• sederhana, fleksibel dan dinamis mengikuti perubahan lingkungan
• cocok dengan budaya organisasi
• kepedulian dan keterlibatan semua pihak

Manfaat EMS
Walaupun penerapan EMS memerlukan biaya dan waktu, namun manfaat yang bisa dipetik
diantaranya :
• meningkatkan kinerja lingkungan

• mengurangi/menghilangkan keluhan masyarakat terhadap dampak lingkungan
• mencegah polusi dan melindungi sumber daya alam
• mengurangi resiko
• menarik pelanggan dan pasar baru (yang mensyaratkan EMS)
• menaikkan efisiensi/mengurangi biaya
• meningkatkan moral karyawan
• meningkatkan kesan baik di masyarakat, pemerintah dan investor
• meningkatkan tanggung jawab dan kepedulian karyawan terhadap lingkungan
ISO 14000
ISO (International Organization for Standardization), merupakan organisasi non pemerintah,
yang berlokasi di Geneva, Switzerland. ISO memperkenalkan dan mengembangkan standar
internasional, seperti seri ISO 9000 dan ISO 14000. ISO 9000 mengenai pengelolaan
kualitas (quality management), sedangkan ISO 14000 mengenai pengelolaan lingkungan

(environmental management). Aktivitas yang menggunakan standar ISO 14000
menghendaki aktivitas pengurangan dampak merugikan terhadap lingkungan dan
peningkatan menerus terhadap kinerja lingkungan.
AMDAL
AMDAL atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Environmental Impact Assessment)
merupakan perangkat analisis untuk menilai suatu kegiatan (proposal kegiatan) tidak

berdampak merugikan lingkungan, seperti pada kesehatan, flora, fauna, tata guna lahan,
ekonomi, budaya dan sosial.
Amdal juga merupakan sebuah proses perencanaan yang digunakan untuk menghitung,
memprediksi dan menganalisis dampak nyata dari sebuah proposal (rencana
pembangungan) terhadap lingkungan serta untuk menyediakan informasi yang bisa
digunakan dalam proses pengambilan keputusan apakah proposal tersebut akan disetujui
atau tidak.
Proses AMDAL terdiri dari penyaringan, scoping, pengkajian, mitigasi , pelaporan,
peninjauan, pengambilan keputusan , pengawasan dan manajemen dan partisipasi publik.

Sumber :
http://www.kitada.eco.tut.ac.jp/pub/member/asep/plo/manajemen.html
22 Mei 2008
Diposkan oleh aa kumis di 16:40 0 komentar
Komintmen Pada Lingkungan (PT Coca-Cola Bottling Indonesia)
Bisnis kami tak lain adalah menghadirkan saat-saat menyegarkan yang unik dan
memuaskan konsumen. Kami sangat terpacu untuk melahirkan semangat serupa terhadap
usaha-usaha kami yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan, kesehatan dan
keselamatan kerja. Ini berarti, upaya berkesinambungan untuk menggali cara-cara baru dan
lebih baik untuk meningkatakan kinerja kami di bidang pelestarian lingkungan, kesehatan
dan keselamatan kerja.
Sebelum membuang limbah ke sungai, kami mengolah limbah sehingga tidak merusak biota
sungai.
Kami menyadari bahwa masalah yang berkaitan dengan lingkungan, kesehatan dan
keselamatan kerja senantiasa mengalami perubahan sejalan dengan pengertian kami

terhadap masalah-masalah tersebut yang juga berkembang dari waktu ke waktu. Oleh
sebab itu, kami mengembangkan suatu sistem komprehensif yang mengacu pada standar
internasional, termasuk di dalamnya ISO 14001, dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Semua pabrik melaksanakan audit secara berkala dan menjalankan praktek-praktek terbaik
di bidang perlindungan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja - mulai dari
pengelolaan dan pemanfaatan kembali limbah produksi hingga berbagai program kesehatan
dan keselamatan kerja.
Selain senantiasa berupaya meraih kepuasan dengan melakukan hal-hal yang terbaik,
tanggung-jawab kami juga tertuju pada masyarakat Indonesia yang kehidupannya kami
sentuh setiap hari. Tanggung jawab tersebut meliputi komitmen dalam menjalankan usaha
dengan cara-cara yang menjaga kelestarian lingkungan dan menunjang kesehatan dan
keselamatan kerja karyawan-karyawan kami di tempat kerja.

KEBIJAKAN LINGKUNGAN
PT Coca-Cola Bottling Indonesia memiliki komitmen untuk senantiasa memahami,
mencegah dan memperkecil setiap dampak buruk terhadap lingkungan sehubungan dengan
kegiatan produksi minuman ringan, serta terus berupaya memberikan pelayanan dan produk
berkualitas yang diharapkan konsumen maupun pelanggan, dan menciptakan lingkungan
kerja yang aman bagi seluruh karyawan.
Kita yakin bahwa seluruh karyawan PT Coca-Cola Botting Indonesia dan setiap orang yang
tergabung di dalam perusahaan, serta semua mitra kerjanya, bersama-sama memainkan
peranan penting dalam menerapkan kebijakan Perusahaan di bidang perlindungan
lingkungan ini. Untuk itulah maka kita berupaya membekali para karyawan agar mampu
melibatkan diri mereka sepenuhnya.
Kami akan:
berusaha sebaik mungkin mencapai kinerja di bidang perlindungan lingkungan dengan
memenuhi persyaratan dari The Coca-Cola Company dan Peraturan Perundangan yang
berlaku;
1. Senantiasa memasukkan pertimbangan-pertimbangan lingkungan dalam menyusun
Business Plan (Perencanaan Bisnis) untuk memastikan bahwa pengelolaan masalah

lingkungan selalu menjadi bagian yang integral dari Operasi Perusahaan;
2. Menerapkan dan mempertahankan sistem manajemen lingkungan terprogram, serta terus
menerus menyempurnakan dan meninjaunya agar senantiasa sejalan dengan operasi
perusahaan;
3. Mendorong dan membekali karyawan agar mampu mengenali, memahami dan bertindak
pada setiap peluang yang ada untuk mencegah dan memperkecil setiap dampak negatif
yang berpotensi menimbulkan masalah lingkungan;
4. Mengembangkan dan menerapkan cara-cara meningkatkan efisiensi pemakaian sumber
daya, termasuk energi, bahan kimia, air, kemasan dan bahan baku lainnya;
5. Medapat mungkin mencegah, mengurangi, menggunakan kembali dan mengolah semua
limbah yang ditimbulkan di dalam area kita sendiri, serta menjamin prosedur pembuangan
limbah tersebut dengan cara yang aman dan berdampak yang seminimal mungkin; dan
6. Meminta para pemasok dan rekanan bisnis agar memenuhi standar pengelolaan
lingkungan yang setara dengan yang kita anut.
Sumber :
http://www.coca-colabottling.co.id/ina/ourcompany/index.php?act=environmental
Diposkan oleh aa kumis di 16:11 0 komentar
Pengelolaan Lingkungan Hidup (PT Pusri)
Komitmen untuk melaksanakan kegiatan industri berwawasan lingkungan dan berkelanjutan
diwujudkan melalui pengelolaan sumber daya secara efektif dan efisien.
Mengambil contoh pengendalian limbah pabrik, Perusahaan telah menerapkan
pengurangan jumlah limbah yang dibuang ke media lingkungan berdasarkan empat prinsip,
yaitu: pengurangan dari sumber (reduce), sistem daur ulang (recycle), pengambilan
(recovery) dan pemanfaatan kembali (reuse) secara berkelanjutan menuju produksi bersih.
Untuk mencapai sasaran tersebut, PT Pusri juga telah mengadopsi Sistem Manajemen
Lingkungan ISO-14001 dengan melibatkan seluruh karyawan untuk berperan aktif dalam
melakukan penyempurnaan mutu lingkungan.
Di dalam UU No.4 th.1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup, pengertian pembangunan berwawasan lingkungan dijelaskan sebagai upaya sadar
dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam
pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup.
Pengertian mnggunakan dan mengelola sumberdaya alam secara bijaksana berarti

senantiasa memperhitungkan dampak kegiatan tersebut terhadap lingkungan serta
kemampuan sumber daya untuk menoopang pembangunan secara berkesinambungan.
Dalam hal pembangunan industri tentunya tidak terlepas dari pengertian dan batasan seperti
di atas. UNIDO mengusulkan definisi Pembanguna Industri yang berwawasan lingkungan
sebagai "Ecologically Sound and Sustainable Industrial Development" (ESSID) yaitu pola
industrialisasi untuk meningkatkan kemakmuran generasi sekarang dan generasi yang akan
datang tanpa merusak proses dasar ekologi.
Sesuai dengan pasal 21 UU No.5 th.1984, Tentang Perindustrian, pengembangan industri
nasional yang kita anut adalah pengembangan industri yang berwawasan lingkungan.
Adalah merupakan kebijakan PT Pusri untuk selalu memberikan prioritas terhadap
pengelolaan lingkungan hidup dalam semua kegiatan operasi perusahaan, guna
mendukung prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Dalam hal aspek fisik kimia, PUSRI dengan segala kemampuannya akan terus menekan
jumlah limbah dan meningkatkan mutu pengolahan limbah serta pengawasannya sampai
pada tingkat yang lebih baik dan sesuai dengan peraturan dan baku mutu yang ditetapkan
pemerintah. Selain itu adanya kebijaksanaan untuk selalu memelihara hubungan yang sehat
dan harmonis dengan masyarakat sekitarnya dan membantu pemerintah setempat dalam
pelaksanaan PROKASIH sungai Musi.
Di dalam melaksanakan kebijaksanaan perusahaan tersebut, berbagai strategi telah
ditetapkan guna mengintensifkan pengelolaan lingkungan melalui pendekatan yaitu
pendelatan teknologi, pendekatan institusional dan pendekatan sosial ekonomi dan budaya.
Pendekatan Teknologi
Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan dan pengalaman Pusri yang didukung oleh
perkembangan teknologi pengendalian limbah, maka upaya pengendalian limbah terus
disempurnakan melalui penerapan "best practice technology" berdasarkan prinsip :
Mengatasi limbah dari sumbernya
Mengupayakan proses daur ulang yang maksimal
Pemanfaatan limbah untuk proses lain
Sunstitusi bahan dengan bahan yang non B3
Mengolah limbah sebelum dibuang ke lingkungan.

Pendekatan Institusional
Guna meningkatkan mekanisme pengelolaan lingkungan, maka di dalam organisasi PT
Pusri telah dibentuk Dinas Teknik Lingkungan yang berada di bawah Departemen Teknik
Produksi yang mengintegrasikan penerapan aspek lingkungan ke dalam teknologi proses
dan menangani permasalahan pengelolaan lingkungan dengan menerapkan ISO-14000,
serta melakukan pengawasan pelaksanaan aturan (Standard, Code, Peraturan Pemerintah)
tentang keselamatan lingkungan untuk mendapatkan jaminan keamanan lingkungan, serta
bekerjasama dengan unit kerja terkait melaksanakan usaha pengendalian terhadap dam[ak
yang itmbul dengan prinsip meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak
positif.
Pendekatan Sosekbud
Usaha pembinaan wilayah dan aspek sosekbud dilakukan melalui pendekatan yang
diwujudkan dalam bentuk kegiatan Bina Lingkungan khususnya terhadap warga sekitar
kompleks Industri PT Pusri. Kegiatan ini pula pada dasarnya lebih mengarah kepada
peningkatan dan pengembangan dampak positif dari adanya kegiatan PT Pusri.

Sumber :
http://www.pusri.co.id/index0603.php
Diposkan oleh aa kumis di 16:03 0 komentar
Sosialisasi Program Manajemen Lingkungan Berorientasi Keuntungan (MeLOK) di
Pekanbaru
Sosialisasi program Manajemen Lingkungan Berorientasi Keuntungan (MeLOK) telah
diadakan di kantor PPLH Regional Sumatera, Pekanbaru Riau pada tanggal 13 Mei 2009.
Acara sosialisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran dari pihak
industri bahwa mengelola lingkungan tidak hanya merupakan sumber pengeluaran, namun
juga dapat menghasilkan keuntungan. Kegiatan yang diselenggarakan oleh PPBN
bekerjasama dengan PPLH Regional Sumatera ini dihadiri oleh peserta dari beberapa
industri besar di wilayah Sumatera antara lain:
PT. Semen Padang, Sumatera Barat (semen)
PT. Pupuk Iskandar Muda, DI.Aceh (pupuk)
PT. Pupuk Sriwijaya, Sumatera Selatan (pupuk)
PT. Salim Ivomas Pratama, Riau (kelapa sawit)
PT. Socfindo, Sumatera Utara (kelapa sawit)
PT. Asian Agri Group, Riau (kelapa sawit)

PT. RAPP, Riau (pulp & paper)
PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate, Sumatera Utara (karet)
PT. Perkebunan Nusantara 5, Riau (kelapa sawit & karet)
MeLOK merupakan salah satu perangkat produksi bersih yang diperkenalkan PPBN kepada
industri agar mampu mengelola lingkungan sekaligus mendapatkan keuntungan finansial
dan organisasi pada perusahaan secara berkelanjutan. Acara yang dilaksanakan selama 1
hari tersebut diisi oleh narasumber dari PPBN dan PT. Intercallin yang merupakan salah
satu industri yang telah sukses menerapkan MeLOK. Acara tersebut mendapatkan antusias
dari peserta industri untuk meminta informasi lebih lanjut dan konsultasi dari PPBN
mengenai penerapan MeLOK di industrinya.
Sumber :
http://ppbn.or.id/site/index.php?modul=detail&catID=6&key=166
19 Mei 2009
Diposkan oleh aa kumis di 15:59 0 komentar
Manajemen Lingkungan Pabrik Cirebon (Indocement)
Ringkasan Eksekutif:
Pabrik Cirebon (Palimanan) mempertahankan akreditasi ISO 14000:1996 Sistem
Manajemen Lingkungan untuk mengelola dampak buruk terhadap lingkungan sekitar dan
masyarakat yang disebabkan oleh produksi semen. Perusahaan turut berpartisipasi dalam
Program Langit Biru dan Program Proper, yang keduanya digagas oleh pemerintah
Indonesia untuk meningkatkan kondisi lingkungan di Indonesia. Pabrik Citeureup memenuhi
komitmen pengembangan pengawasan dan manajemen lingkungan sesuai dengan
penilaian terhadap dampak lingkungan pada dokumen Rencana Kelola Lingkungan (RKL)
dan Rencana Pengawasan Lingkungan (RPL).
Rencana Kelola Lingkungan terdiri atas beberapa program manajemen lingkungan dan
masyarakat yang diterapkan di Pabrik Citeureup. Termasuk juga manajemen respon
terhadap perubahan yang berhubungan dengan proyek Mekanisme Pembangunan Bersih.
Pabrik Cirebon yang dioperasikan oleh Indocement, terdiri atas 2 (dua) tanur dan
menempati lahan seluas 470 hektar termasuk lahan tambang.
Pabrik ini berlokasi sekitar 20km barat Cirebon untuk mensuplai kebutuhan semen di daerah
Jawa Barat dan sekitarnya. Proses produksi semen terdiri atas penambangan bahan baku,

penggilingan, pengeringan, tanur pembakaran, pendinginan, penggilingan akhir,
pengantongan dan pengiriman. Bahan baku utama adalah batu kapur, tanah liat, pasir silika
dan pasir besi.
Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB) terdiri termasuk atas pengenalan bahan
aditif untuk penggilingan akhir, dan penggunaan bahan bakar alternatif. Beberapa bahan
bakar alternatif yang dipertimbangkan seperti Biomas, ban bekas, oli bekas, plastik, kertas,
tekstil, dan lainnya. Penggunaan beberapa jenis bahan bakar ini dimaksudkan untuk
keperluan penelitian dan perijinan dari pemerintah.
Emisi gas dan debu diakui sebagai dampak utama terhadap lingkungan pada industri
semen. Tantangan sosial muncul dari suatu kebutuhan sejumlah karyawan dan kebutuhan
dari area penambangan. Penanganan material menyebabkan peningkatan tekanan pada
infrastruktur transportasi setempat. Perubahan proses yang disebabkan proyek MPB
mungkin akan dirasakan buruk dan merusak lingkungan.
Garis besar Rencana Kelola Lingkungan adalah serangkaian Rencana Pengawasan dan
Mitigasi Dampak yang ditujukan pada lingkungan dan tantangan sosial. Rencana itu terdiri
atas:
Udara, bising dan getaran
Air Permukaan dan Air Tanah
Tanah dan Topografi
Flora dan Fauna
Material Berbahaya/Bekas
Keselamatan dan Kesehatan Pekerja
Konsultasi masyarakat dan Partisipasi
Program Pengembangan Masyarakat:
Pendidikan
Sosial Budaya
Infrastruktur
Ekonomi
Kesehatan Masyarakat
Implementasi dari Rencana Kelola Lingkungan termasuk dalam ISO 14000 yang
berakreditasi Sistem Manajemen Lingkungan Garis besar Sistem Manajemen Lingkungan
adalah bertujuan dan berwawasan lingkungan, kebutuhan institusional, kewajiban dan

tanggung jawab, begitu juga dengan kebutuhan akan sumber daya manusia dan finansial.
Sumber :
http://www.indocement.co.id/new_id/env-emp-crb.asp
13 November 2009
Diposkan oleh aa kumis di 15:57 0 komentar
Rusaknya Manajemen Lingkungan Kita
RUSAKNYA manajemen lingkungan kita! Itulah kalimat yang terlintas dalam benak saya.
Tampaknya kita sepele mendengar, dan melihat kata, seperti kata lingkungan. Namun di
balik kata lingkungan itu, mengandung sejuta makna yang sangat erat kaitannya dengan
kehidupan dan keberlangsungan hidup umat manusia. Segala sesuatunya sangat erat
kaitannya dengan lingkungan..
Bahkan menurut Bloom, derajat kesehatan terdiri dari empat faktor yakni lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik. Jadi semua tindak dan tanduk manusia berawal
dari lingkungan.
Dewasa ini, beberapa media menayangkan banjir yang ada di Kota Jakarta, Semarang dan
tragedi yang tidak diinginkan yang terjadi di Situ Gintung, di wilayah Tangerang, Banten.
Betapa sedihnya melihat saudara kita yang terkena musibah ini.
Mereka yang ditanyai komentar, hanya menjawab dan meminta pertanggungjawaban
pemerintah. Seolah–olah pemerintah yang harus menjaga kebersihan dan harus memadai
dan membenahi lingkungan mereka. Dari segi bantuan, baiklah pemerintah yang harus
menolong dan memberi subsidi kepada rakyat yang terkena musibah.
Namun di Situ Gintung, beberapa warga mengaku sudah melaporkan kejadian ini kepada
pemerintah daerah mengenai Tanggul yang mereka minta segera diperbaiki. Tetapi lagi-lagi
kesiapan pejabat berwenang kurang sigap dalam menanggapi keluhan warga dan tidak
dapat merealisasikannya. Lagi dan lagi rakyat selalu kena tipu dengan muslihat pejabat
yang seyogianya dipilih oleh rakyat.
Seperti sekarang ini, banyaknya janji–janji partai politik yang membawakan thema
“perubahan” untuk rakyat. Setelah kejadian di Situ Gintung banyaknya partai politik yang
menawarkan bantuan untuk rakyat. Semoga saja pesta demokrasi nanti, rakyat harus
paham dengan siapa yang dipilihnya.
Kalau kita sadari lingkungan harus erat kaitannya dengan individu itu sendiri karena,

merekalah yang harus menjaga dan melestarikannya, supaya kesehatan lingkungan
menjadi optimal.

Klasifikasi Pencemaran Lingkungan
Dengan musibah banjir yang dirasakan saudara kita yang ada di Jakarta dan di Semarang,
merupakan hasil dari pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan sendiri terbagi
menjadi beberapa klasifikasi. Antara lain pencemaran udara, pencemaran air dan
pencemaran tanah.
Dengan keadaan pencemaran lingkungan ini, maka kualitas yang ada di lingkungan kita
menjadi menurun. Sejatinya pencemaran lingkungan ini akan mempercepat kita untuk
mengakhiri hidup kita di bumi ini, dan dapat membunuh kehidupan anak dan cucu kita
nantinya.

Pencemaran Udara
Sebelum kita memulai tahapan pencemaran lingkungan yang terklasifikasi, yang pertama
pencemaran udara. Pencemaran udara sering dari kita mungkin sudah dan atau sering
terpapar dengan gas pencemar udara yang mungkin ada di sekitar tempat tinggal kita, dan
pengalaman ini mungkin sudah pernah atau sering kita jumpai di lingkungan kita sendiri.
Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan
terkontaminasi oleh zat–zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan
kesehatan tubuh manusia. Gas–gas pencemar udara utama adalah karbon monoksida
(CO), karbon diosida (CO2), nitrogen monoksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), sulfur
monoksida (SO), sulfur dioksida (SO2).
Pencemaran udara yang dihasilkan melalui kegiatan manusia adalah transportasi, industri,
pembangkit listrik, pembakaran (perapian, kompor, furnace, insenerator dengan berbagai
jenis bahan bakar), gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti (CFC=
Clour Flour Carbon).

Pencemaran Air

Setelah pencemaran udara, kita juga dapat menjumpai pencemaran air yang terjadi di
lingkungan sekitar kita. Dan pencemaran air sangat sering tejadi di lingkungan kita sendiri,
bahkan kita mengabaikan kesehatan kualitas air yang ada di lingkungan kita. Pencemaran
air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau,
sungai, lautan, air tanah akibat aktivitas dan ulah manusia.
Pencemaran air sering di jumpai di wilayah industri yang membuang limbahnya dengan
berbagai macam polutan seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan.
Contoh dari pencemaran air, pada air comberan dapat menyebabkan peningkatan
kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen
yang dapat berdampak buruk pada seluruh ekosistem yang ada di air.
Pencemaran Tanah
Yang terakhir mengenai pencemaran tanah. Pencemaran tanah merupakan keadaan di
mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami.
Pencemaran tanah ini merupakan hasil kegiatan manusia yang mencemari tanah yakni dari
tempat penimbunan sampah, serta limbah industri yang dibuang langsung ke tanah secara
tidak memenuhi syarat (illegal dumping).

Penutup
Pencemaran lingkungan yang kita bahas yakni pencemaran udara, pencemaran air dan
pencemaran tanah. Sebagai warga negara dan umat manusia yang baik, marilah kita
menjaga kebersihan lingkungan kita. Kita dapat mencegah serta dapat meminimalisir
supaya tidak terjadi pencemaran lingkungan baik udara, air, dan tanah.
Penanganan untuk pencemaran udara dapat kita lakukan yakni dengan penghijauan,
penggunaan energi yang efisien, mengurangi emisi kendaraan dan industri, serta peran
serta masyarakat dan instansi pemerintah terkait.
Penanganan dari pencemaran air dapat kita lakukan yakni bagi rumah tangga menggunakan
deterjen secukupnya, dan memilah sampah organik dari sampah anorganik, setiap pabrik
dan kegiatan industri sebaiknya memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Penanganan dari pencemaran tanah dapat kita lakukan penanganan remediasi dan
bioremediasi. Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang
tercemar. Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri).

Jadi marilah kita jaga kelestarian lingkungan kita dengan sebaik-baiknya. Supaya kita warisi
kehidupan kita kepada anak dan cucu kita kelak. Dan jangan pilih caleg yang merusak
lingkungan.
Sumber :
M Iqbal Rizky Lbs AmKep
Penulis adalah mahasiswa ekstension S-1, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM)
http://www.medanbisnisonline.com/2009/04/06/rusaknya-manajemen-lingkungan-kita/
6 April 2009
Diposkan oleh aa kumis di 15:51 0 komentar
http://manajemenlingkungan.blogspot.com/
Padang, Kota Industri, Kota Polusi!
Juli 5, 2010
Roemah Keadilan Uncategorized Tinggalkan komentar

Pagi Minggu (4/6) yang dingin di bantaran Sungai
Mungo, Kelurahan Banuaran nan XX, Kecamatan Lubuakbagaluang. Beberapa perempuan
tua menjinjing sekantong sampah dan membuangnya ke dalam sungai. Mulut dan hidung
sengaja ditutup dengan bagian atas daster yang dikenakan. Bau busuk dari dua pabrik karet
yang mengapit Kelurahan benar-benar menyengat. Pagi mereka tak lagi asri, terkontamidasi
limbah pabrik nan membumbung ke langit.
BENNY OKVA — Posmetro Padang
Tidak hanya pagi Minggu, pabrik-pabrik yang berdiri kokoh, telah merusak udara sejak dulu.
Berpuluh-puluh tahun lalu. Selama itu pula, sebagian warga Banuaran nan XX tak lagi
merasakan segarnya udara. Untuk sekadar pagi pun, udara bersih sudah tak mereka hirup.

Hidung sudah terbiasa dijejali bau-bau yang bisa buat perut muntah. Setiap pagi, setiap hari.
Limbah gas pabrik menjadi kawan.
“Dari dulu dik. Sejak pabrik-pabrik itu berdiri, udara kami tak lagi bersih. Sudah berpuluh
tahun. Tapi kami sudah terbiasa. Mungkin yang baru, bisa muntah. Pabrik-pabrik itu benarbenar merusak udara. Tapi, mereka tak terlalu salah. Hidup kami juga bergantung dari sana.
Jadi buruh, dan pesuruh. Dulu masih ada sawah yang akan dikelola, kini tak lagi. Di pabrik
itu lah, biaya anak-anak untuk sekolah,” ujar Siju (35), warga Banuaran, yang berbelas
tahun bekerja di pabrik karet.
Dari data Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapeldalda) Padang, ada
sebelas pabrik besar, yang bergerak di pengolahan bahan baku, yang mempengaruhi
pencemaran udara di Kota Padang. Pabrik pengolahan karet, sawit dan semen. Dari
sebelas pabrik itu, yang paling berpotensial ada enam pabrik. Satu pabrik pengolahan
semen, dan lima pabrik karet. Penggerak roda industri itu, membuat udara tak bersih. Jika
lebih diperinci, lima pabrik karet, hanya mencemari lingkungan, sebatas bau tak sedap.
Sementara itu, pabrik pengolahan semen, berdampak sangat besar. Tak sekadar bau,
namun juga debu dan kotoran lainnya (seperti asap). Satu-satunya pabrik semen di Kota
Padang, adalah PT. Semen Padang di Indaruang, Kecamatan Lubuakkilangan.
“PT. Semen Padang memang sudah memiliki alat monitoring udara. Tapi, alat itu tak bisa
menghitung secara jelas kuantitas pencemaran udara. Alat penyaring masih belum
berkualitas,” jelas Kepala Bapeldalda Kota Padang Indang Dewata.
Di Lubuakkilangan, hampir 70 persen masyarakatnya mengidap penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan (ISPA). Daerah tertinggi di Kota Padang itu, juga tercatat sebagai daerah yang
masyarakatnya paling banyak mengidap penyakit TBC. Dua penyakit, yang disebabkan oleh
udara yang tak bersih. “Tak bisa dipungkiri, tingginya tingkat pencemaran udara di sana,
menjadi salah satu penyebab tingginya angka “penyakitan,” lanjut Indang.
Sejak dulu, Industri selalu dikaitkan sebagai sumber pencemar. Karena, aktivitas industri
merupakan kegiatan yang sangat tampak dalam pembebasan berbagai senyawa kimia ke
lingkungan.
Asap dan debu, merupakan limbah gas yang dikeluarkan pabrik ke lingkungan. Sebagian
jenis gas bisa mencemari lingkungan, apabila konsentrasi gas melebihi tingkat konsentrasi
normal. Senyawa pencemar udara itu sendiri digolongkan menjadi senyawa pencemar
primer, dan senyawa pencemar sekunder.
Senyawa pencemar primer adalah senyawa pencemar yang langsung dibebaskan dari
sumber sedangkan senyawa pencemar sekunder ialah senyawa pencemar yang baru
terbentuk akibat antar-aksi dua atau lebih senyawa primer selama berada di atmosfer.

“Dari sekian banyak senyawa pencemar yang ada, lima senyawa yang paling sering
dikaitkan dengan pencemaran udara ialah karbonmonoksida (CO), oksida nitrogen (NOx),
oksida sulfur (SOx), hidrokarbon (HC), dan partikulat (debu),” beber Indang.
Bapeldalda sendiri, sudah mencoba melakukan mediasi dengan pemilik pabrik. Tapi, sejauh
ini belum ada titik terang, untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Malah, Bapeldalda
dan pabrik-pabrik, terkesan main kucing-kucingan. Sejauh ini, pengawasan aktif, tidak
seimbang dengan pengawasan pasif yang dilakukan Bapeldalda. Alasannya, khusus untuk
pencemaran udara, Bapeldalda Kota Padang, tidak punya alat uji coba. Otomatis,
Bapeldalda hanya bisa menerima laporan, tanpa bisa melakukan uji kadar serta
memastikan, apakah limbah sesuai baku mutu atau di bawah baku mutu.
“Kita sudah mencoba melakukan mediasi. Setiap tahun, pabrik-pabrik juga mengirimkan
laporan limbah, serta pengendaliannya. Tapi, kita hanya bisa menerima laporan, tanpa
melakukan tindaklanjut. Sebab, untuk melakukan uji kadar kembali, Bapeldalda harus punya
alat khusus, yang harganya mencapai Rp1,5 miliar. Alat itu benar yang kita tak punya. Tahun
lalu pernah diajukan penganggarannya ke pusat, tapi ditolak. Pengawasan langsung yang
dilakukan ke lapangan, juga tidak efektif. Terkadang, pabrik-pabrik, sengaja menutup
pembuangan limbahnya, ketika kita datang. otomatis, laporannya bagus,” terang Indang.
Ironis sekali rasanya. Ketika kampanye lingkungan hidup semakin digalakkan, para perusak
udara, semakin mengganas. Padahal, jika memang ingin usaha yang dijalankannya tidak
menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat, pemilik pabrik bisa melakukan penyerapan
limbah. Setidaknya, ada dua cara pengendalian sumber pencemar dan pengenceran limbah
gas. Setidaknya, setiap pabrik punya alat pemisah debu. Yang memisahkan debu dari alirah
gas buang. Beberapa metoda umum yang dapat digunakan untuk pemisahan secara
simultan ialah, Irrigated Cyclone Scrubber – Menara percik Prinsip. Kerja menara percik
ialah mengkontakkan aliran gas yang berkecepatan rendah dengan aliran air yang
bertekanan tinggi dalam bentuk butiran. Alat ini merupakan alat yang relatif sederhana
dengan kemampuan penghilangan sedang (moderate). Menara percik mampu mengurangi
kandungan debu dengan rentang ukuran diameter 10-20 mikron dan gas yang larut dalam
air. Namun, sejauh ini, di Kota Padang, alat penekan pencemaran yang dipunyai pabrik,
masih dalam kualitas rendah. Itu pun, terkadang tak berfungsi baik,” lanjut Indang Dewata.
Kurang sadarnya penggerak industri, mungkin akan berdampak buruk. Tak hanya itu,
masyarakat sendiri kurang peka dan peduli terhadap udara mereka. Apa mungkin, tahuntahun kemudian, Kota Padang akan menjadi kota kotor, yang udara bersih hanya jadi
impian? Atau mungkin, generasi nanti, harus hidup penyakitan, terbaring lemah karena TBC
dan ISPA yang akut. Juga karena paru-paru mereka tak pernah kenal udara bersih. Jika
kepedulian itu tak ada, mungkin semuanya akan terjadi. Padang tak lagi asri, tapi “mati”! (**)
http://pincurantujuah.wordpress.com/2010/07/05/padang-kota-industri-kota-polusi/

Padang, MinangkabauNews -- Pengamat Lingkungan Unand, Prof Damsyar
mengungkapkan Debu pabrik Semen Padang menjadi permasalahan serius yang harus
dihadapi masayarakat Lubuk Kilangan setiap harinya, udara tercemar yang dihirup sejauh
mana kompensasinya baik dari segi kesehatan, social dan pendidikan masayarakat. Di
samping itu Pemanfaatan bahan baku pasir putih yang harus datanggapi secara serius.
Menurutnya, debu/asap pabrik mengakibatkan pengrusakan lingkungan polusi udara yang
tidak hanya meningkatkan suhu udara di kawasan Lubuk Kilangan yakni dua kilometer dari
Semen Padang. Masalh kesehtan juga perlu diperhatikan karna debu yang dihasilan telah
mengkibatkan gangguan pernafasan/isfa.
Persolan polusi dan kontribusi perlu dilakukan Kajian melalui tim advokasi kontribusi PT.
Semen Padangharus dilakukan secara serius dengan melibatkan semua unsur terkait ninik
mamak, anak nagari, tokoh masyarakat dan cadiak pandai.
Sumbangan dari PT. Semen Padang kepada PAD hanya Rp38 yang terdiri dari PBB, galian
C, pajak air permukaan dan sebagainya, PT. Semen Padang ada di Padang tentunya ini
punya kota Padang harus dimanfaatkan secara menyeluruh oleh masyarakat Kota Padang.
Kasus yang terjadi sekarang ini karna masalah kesejahteraan social dan isue pengentasan
kemiskinan yang tidak tercapai. Database Bazda Kota Padang mencatat 35ribu warga
KotaPadang berada dibawah garis kemiskinan, kajian harus diperhatikan PT. SemenPadang
dalam memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
"Bayangkan saja jika satu butir debu dihitung satu rupiah, karna pada umumnya
masayarakat terima jatah debu. Andaikan seperti itu betapa banyak masayrakat luki yang
diuntungkan dari semua itu," katanya.
Lbih jauh Damsyar mengatakan, Kita tidak menginginkan maslah freeport terjadi di Kota
Padang, dimana potensi Freeport di kuras ke pusat tanpa ada imbas balik untuk
kesejahteraan masayrakat. "Jika kasus ini terjadi maka masyarakat sangat dirugikan dengan
menikmati asap pabrik dan upaya pemiskinan secara structural," ujarnya.
Kelak, tim advokasi harus rencana kerja terukur baik rencana aksi, strategi dan digabungkan
kearifan local masayrakat lubuk Kilangan. (001)
http://minangkabaunews.com/artikel-1865-kuncinya-kesejahteraan-masyarakat-lukibukannya-masalah-pajak.html
Anak Nagari Lubuk Kilangan Kembali Tuntut PT Semen Padang

Senin 27 Juni 2011, 21:48:00

Nasionalnews.comPADANG- Anak Nagari Lubuk Kilangan, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang,
Sumatera Barat mengaku memiliki hak atas tanah ulayat yang dikelola oleh PT. Semen
Padang. Dimana selama ini penyelesaian kedua belah atas masalah tersebut hingga kini
belum

ada

titik

terangnya.

"Dengan tidak adanya tindak lanjut dari PT Semen Padang atas hak-hak nagari yang
selama ini telah kami sampaikan, maka kami atas nama anak nagari kembali menuntut PT
Semen Padang," ungkap Nisfan Jumadil, anak Nagari Lubuk Kilangan kepada
Nasionalnews.com

di

kantor

KAN

kecamatan

setempat,

Senin

(27/6)

Kata Nisfan yang juga Ketua KNPI Kota Padang itu, secara riil dapat melihat, banyaknya
pengangguran di wilayah Lubuk Kilangan. Dimana dengan kondisi anak nagari yang
demikian

seharusnya

PT

Semen

Padang

memahami.

"Dengan kondisi anak nagari yang banyak menganggur, kami selaku anak nagari meminta
kepada PT Semen Padang, untuk dapat mengabulkan sembilan jenis tuntutan kami,"
jelasnya seraya menambahkan selama ini tuntutan itu dibiarkan, dilecehkan dan nyaris tidak
ada

upaya

penyelesaian

yang

jelas

alias

dikesampingkan.

Seperti yang telah disampaikan kepada PT Semen Padang sejak lama, lanjut Nisfan yaitu
anak nagari menuntut diantaranya adalah meminta anak nagari diperioritaskan sebanyak 30
persen

tenaga

kerja

di

perusahaan

tersebut.

Kemudian lanjut Nisfan lagi, pihaknya meminta diselesaikan tanah ulayat nagari seluas 126
hektare

dan

412

hektare.

"Kami minta PT Semen Padang menyelesaikan tanah ulayat yang belum diserah terimakan

selama ini sekaligus berikan CSR kepada pihak Lubuk Kilangan sesuai peraturan yang
berlaku,"

tegasnya.

Kata Nafis, pihaknya juga menuntut untuk diberikan konstribusi terhadap tanah ulayat yang
telah dimanfaatkan perusahaan dengan menghargai tanah anak nagari dalam bentuk
saham dan setiap RUPS-LB perusahaan dengan menempatkan dua orang putra daerah
Lubuk

Kilangan

sebagai

komisaris

di

perusahaan

tersebut.

Tidak kalah pentingnya lagi tambah Nafis, anak nagari menuntut agar PT Semen Padang
membayar kompensasi atas pencemaran lingkungan, baik pencemaran udara, air dan tanah
kepada masyarakat Lubuk Kilangan. (gus/nn)
http://nasionalnews.com/index.php/RokStories/anak-nagari-lubuk-kilangan-kembali-tuntut-ptsemen-padang.html