BAB I PENDAHULUAN - Fisabella Dea Migiana

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah setiap perbuatan terhadap
seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga
termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga (UU P KDRT).
Dalam UU no. 23 Th 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga,
disebutkan bahwa KDRT merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan
terhadap martabat kemanusiaan serta bentuk diskriminasi yang harus dihapuskan.
Menurut Komisi Nasional Perempuan (2002), terdapat empat jenis kekerasan
dalam rumah tangga, diantaranya: Kekerasan fisik (penganiayaan badan pasangan
dengan menggunakan tangan ataupun benda menggunakan tangan ataupun benda lain.
Misalnya: memukul); Kekerasan ekonomi (membuat ketergantungan ekonomi dengan
cara mencegah pasangan untuk mandiri dan berpenghasilan sendiri dengan cara
bekerja di dalam ataupun di luar rumah); Kekerasan seksual (merupakan jenis
kekerasan rumah tangga berupa perilaku memaksa berhubungan seks tanpa
persetujuan isteri baik dengan kekerasan fisik maupun tidak, memukul isteri pada saat
berhubungan seks); dan Kekerasan psikologis (kekerasan ini tidak bisa dilihat
langsung dan terdapat bukti, akan tetapi jenis penganiayaan ini sama kejamnya

dengan kekerasan lain karena mengakibatkan hilangnya rasa percaya diri). KDRT
akan meninggalkan luka dan perasaan sedih atau bahkan trauma yang mendalam,
seseorang yang seharusnya menjaga dan melindungi malah melukai dirinya. Dampak
perlakuan kekerasan tersebut dapat menimbulkan stress bagi korbannya, maka dari itu
upaya untuk mengatasi stress pada wanita yang mengalami KDRT perlu dilakukan.
Salah satu pendekatan yang bisa digunakan adalah pendekatan Terapi
Rasional Emotif (TRE). TRE adalah aliran psikoterapi yang berasumsi bahwa
manusia mampu berpikir secara rasional maupun irasional. TRE menggunakan
konsep ABC-D, di mana A adalah fakta, peristiwa, B adalah keyakinan seseorang, C
adalah konsekuensi yang dialami seseorang, dan D adalah penerapan metode ilmiah
untuk membantu para klien menantang dan menghancurkan keyakinan-keyakinan

yang irasional (Ellis dalam Corey 1997). Penekanan terapi adalah proses belajar untuk
melatih

keterampilan

untuk

mengguncang pola


pikir

yang irasional

dan

mengembangkan pola pikir rasional.

B. Tujuan
Tujuan dalam penulisan ini adalah:
1. Dapat mengetahui tentang Terapi Rasional Emotif (TRE)
2. Dapat mengetahui intervensi TRE terhadapa korban KDRT

C. Sistematika Penulisan
BAB I, berisi latar belakang, tujuan, dan sistematikan penulisan.
BAB II, berisi teori mengenai Terapi Rasional Emotif.
BAB III, berisi pembahasan Terapi Rasional emotif dalam korban kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT).
BAB IV, berisi kesimpulan.


BAB II
TEORI

A. Pandangan tentang Sifat Manusia
TRE adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia
dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk
berpikir irasional dan jahat (Corey, Gerald). Manusia memiliki kecenderungan untuk
menjaga dirinya, berpikir positif, berbahagia, dan bersosialiasi dengan masyarakat
sekitar. Akan tetapi, manusia juga memiliki kecenderengun untuk bersikap negatif,
seperti menghancurkan diri, perfeksionis, menyesali kesalahan, dll. Bagaimanapun
juga, manusia menurut TRE dilahirkan dengan kecenderungan untuk mendesakkan
pemenuhan keinginan-keinginan, tuntutan-tuntutan, hasrat-hasrat, dan kebutuhankebutuhan dalam hidupnya. Jika tidak segera mencapai apa yang diinginkannya,
manusia mempersalahkan dirinya sendiri ataupun orang lain (Ellis, dalam Corey,
2013).
Jarang manusia beremosi tanpa berpikir, sebab perasaan-perasaan biasanya
dicetuskan oleh persepsi atau situasi yang spesifik. “Ketika mereka beremosi, mereka
juga berpikir dan bertindak, ketika mereka bertindak, mereka juga berpikir dan
beremosi. Ketika mereka berpikir, mereka juga beremosi dan bertindak” (Ellis, dalam
Corey, 2013). Dalam rangka memahami tingkah laku menolak diri, orang harus

memahami bagaimana seseorang beremosi, berpikir, mempersepsi, dan bertindak.
Unutk memperbaiki pola-pola yang disfungsional, seseorang idealnya harus
menggunakan metode-metode perseptual-kognitif, emosi-evokatif, dan behavioristik
reeduktif (Ellis, dalam Corey, 2013).

B. Teori A-B-C tentang Kepribadian
Teori A-B-C tentang kepribadian sangat penting dalam TRE. A adalah
keberadaan suatu fakta, suatu peristiwa, tingkah laku, atau sikap seseorang. C adalah
konsekuensi atau reaksi emosional seseorang; reaksi ini bisa layak dan bisa pula tidak
layak. B yaitu keyakinan individu tentang A, yang menjadi penyebab C, yaitu reaksi
emosional. Misalnya, dalam KDRT seseorang akan merasa depresi pasca kekerasan
itu terjadi, yang menjadi timbulnya reaksi depresi adalah ia merasa takut untuk
membangun suatu hubungan lagi dan percaya dengan orang lainm terutama lawan
jenisnya. D adalah penerapan metode ilmiah untuk membantu para klien menantang

keyakinan-keyakinan irasional yang telah mengakibatkan gangguan-gangguan emosi
dan tingkah laku.
TRE berasumsi bahwa karena keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai irasional orang
berhubungan secara kausal dengan gangguan-gangguan emosional dan behavioralnya,
maka cara yang paling efisien untuk membantu orang-orang itu dalam membuat

perubahan-perubahan kepribadiannya adalah mengonfrontasikan mereka secara
langsung dengan filsafat hidup mereka sendiri, menerangkan kepada mereka
bagaimana gagasan-gagasan mereka sampai menjadikan mereka terganggu,
menyerang gagasan-gagasan irasional mereka di atas dasar-dasar logika, dan
mengajari mereka bagaimana berpikir secara logis dan karenanya mendorong mereka
untuk mampu mengubah atau menghapus keyakinan-keyakinan irasionalnya. Jadi,
TRE mengonfrontasikan para klien dengan keyakinan irasionalnya serta menyerang,
menantang, mempertahankan, dan membahas keyakinan-keyakinan yang irasional
tersebut.

C. Tujuan Terapeutik
Tujuan dari TRE ini adalah untuk membantu klien membebaskan diri dari
gagasan-gagasan yang irasional dan untuk belajar gagasan-gagasan yang rasional
sebagai penggantinya. Sasarannya adalah menjadikan klien menginternalisasikan
suatu filsafat hidup yang rasional sebagaimana dia menginternalisasikan keyakinankeyakinan dogmatis yang irasional dan takhayul yang berasal dari orang tuanya
maupun dari kebudayaannya. Proses terapeutik terdiri atas penyembuhan irasionalitas
dengan rasionalitas. Karena individu pada dasarnya adalah makhluk rasional dan
karena sumber ketidakbahagiaan dengan belajar berpikir rasional. Proses terapi,
sebagian besar adalah proses belajar-mengajar.


D. Proses Terapi Rasional Emotif
Terapis yang bekerja dalam kerangka TRE fungsinya berbeda dengan
kebanyakan terapis yang lebih konvensional. Karena TRE pada dasarnya adalah suatu
proses terapeutik kognitif dan behavioral yang aktif dan direktif. TRE adalah suatu
proses edukatif, dan tugas utama terapis adalah mengajari klien cara-cara memahami
dan mengubah diri. Terapis terutama menggunakan metodologi yang gencar, sangat
direktif, dan persuasif yang menekankan aspek-aspek kognitif. Ellis (dalam Corey,

2013) memberikan suatu gambaran tentang apa yang dilakukan oleh terapis TRE
sebagai berikut:
a. Mengajak klien untuk berpikir tentang beberapa gagasan dasar yang irasional
yang telah memotivasi banyak gangguan tingkah laku;
b. Menantang klien untuk menguji gagasan-gagasanya;
c. Menunjukkkan kepada klien ketidaklogisan pemikirannya;
d. Menggunakan suatu analisis logika untuk meminimalkan keyakinan-keyakinan
irasional klien;
e. Menunjukkan bahwa keyakinan-keyakinan itu tidak ada gunanya dan
bagaimana keyakinan akan mengakibatkan gangguan-gangguan emosional dan
tingkah laku di masa depan;
f. Menggunakan absurditas dan humor untuk menghadapi irasionalitas pikiran

klien;
g. Menerangkan bagaimana gagasan-gagasan yang irasional bisa diganti dengan
gagasan-gagasan yang rasional yang memiliki landasan empiris;
h. Mengajari klien bagaimana menerapkan pendekatan ilmiah pada cara berpikir
sehingga klien bisa mengamati dan meminimalkan gagasan-gagasan yang
irasional dan kesimpulan-kesimpulan yang tidak logis sekarang maupun pada
masa yang akan datang, yang telah mengekalkan cara-cara merasa dan
berperilaku yang dapat merusak diri.

Koswara,

mengemukakan

langkah-langkah

yang

dilakukan

konselor


dalam

melakukan Konseling Rasional Emotif sebagai berikut :
1. Langkah pertama
Menunjukkan kepada klien bahwa masalah yang dihadapinya berkaitan dengan
keyakinan-keyakinan irasionalnya, menunjukkan bagaimana klien mengembangkan
nilai-nilai dan sikapnya. Klien harus belajar memisahkan keyakinan-keyakinan
irasionalnya.
2. Langkah kedua
Membawa klien ketahap kesadaran dengan menunjukkan bahwa dia sekarang
mempertahankan gangguan-gangguan emosional untuk tetap aktif dengan terus
menerus berpikir secara tidak logis dan dengan mengulang-ngulang kalimat-kalimat
yang menyatakan diri.

3. Langkah ketiga
Berusaha agar klien memperbaiki pikiran-pikiran dan meninggalkan gagasan-gagasan
irasionalnya.
4. Langkah keempat
Menantang klien untuk mengembangkan filsafat hidup yang rasional sehingga bisa

menghindari kemungkinan menjadi korban keyakinan-keyakinan yang irasional.

E. Teknik Konseling Terapi Rasional Emotif
Pendekatan Terapi Rasional Emotif menggunakan berbagi teknik yang
bersifat kognitif, afektif, behavioral dan humor yang disesuaikan dengan
kondisi klien, teknik – teknik tersebut diantaranya:
1. Terapi Kognitif
Teknik ini digunakan supaya klien dapat berpikir rasional. Beberapa teknik yang
dapat digunakan adalah pemberian tugas di rumah, latihan asertif, dan teknik
simulasi.
2. Terapi Afektif
Teknik ini digunakan untuk membantu klien dalam mengidentifikasi emosi dan
keyakinan, serta menemukan kesulitan verbalisasi. Beberapa teknik yang dapat
digunakan adalah teknik sosiodrama, teknik self modeling, dan teknik imitasi.
3. Terapi Behavioristik
Teknik ini digunakan untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan negatif klien, dengan
mengubah keyakinan atau perilaku yang tidak logis. Teknik yang dapat digunakan
adalah: reinforcement (penguat) dan modeling.

BAB III

PEMBAHASAN

Pendekatan TRE dalam mengalami kasus kekerasan dalam rumah tangga
memfokuskan pikiran klien untuk selalu berpikir rasional supaya terhindar dari stress.
Teknik TRE yang dapat digunakan dalam kasus KDRT adalah teknik kognitif, yaitu
menunjukkan kepada klien pernyataan diri yang merusak diri yang secara terus menerus
dimasukkan dalam diri. Klien diajarkan untuk melawan pikiran-pikiran negatif nya supaya
selalu berpikir positif, yang menjadikannya berpikir secara rasional. Metode kognitif
dalam proses terapi adalah aktif, menunjukkan dengan cepat kepada klien tentang apa
yang secara terus-menerus mereka masukkan dalam diri mereka yaitu pernyataan diri yang
merusak diri. Kemudian mengajari klien bagaimana menantang pernyataan diri yang
merusak diri, mendorong pada pemikiran yang rasional. Terapis dapat menggunakan
teknik pemberian tugas di rumah, misalnya suami tampak lesu di rumah, istri akan
berpikiran suami sedang memikirkan selingkuhannya (irasional), terapis akan memberikan
tugas kepada klien untuk tidak berpikir seperti itu, lebih baik mendekati suami dan
menanyakan kepada suami kenapa ia tampak lesu, bisa saja suami sedang memiliki
masalah di kantor, hal ini akan mengakibatkan adanya keterbukaan antara suami dan istri,
sehingga hubungan menjadi harmonis dan tidak ada lagi kekerasan dalam rumah tangga.
Pengalaman utama klien dalam TRE adalah mencapai pemahaman. TRE berasumsi
bahwa pencapaian pemahaman emosional oleh klien atas sumber-sumber gangguan yang

dialaminya adalah bagian yang sangat penting dari proses terapeutik (Corey, 2005).
Sumber-sumber gangguan dalam hal ini adalah selalu berpikir irasional terhadap
suaminya. Perilaku KDRT dapat dipicu oleh klien sendiri, misalnya ketika suami telat
pulang kerja, klien mengira ia berselingkuh (pikiran irasional) dan ketika hal tersebut
dilontarkan suami menjadi emosi dan tindakan KDRT dapat terjadi. Maka dari itu, TRE
perlu diterapkan oleh klien supaya pikirannya menjadi rasional, ia akan berpikir suaminya
pulang terlambat karena macet, bukan karena sedang pergi dengan wanita lain.
Terapi rasional efektif ini dirasa cukup membantu klien untuk mengurangi kasus
kekerasan dengan cara selalu berpikir postif dan rasional, karena pikiran akan
mempengaruhi emosi dan perilaku klien. Klien harus mampu mengontrol emosi
negatifnya sendiri supaya dapat menularkan emosi positif kepada suaminya, sehingga
hubungan keluarga dapat menjadi harmonis lagi seperti biasa.

BAB IV
KESIMPULAN

Terapi Rasional Emotif cukup efektif digunakan untuk korban KDRT, dengan cara
mengubah pikiran irasional menjadi pikiran rasional. Apabila klien memiliki energi postif
dan pikiran yang positif, secara tidak langsung energi dan pikiran positif akan menular ke
orang lain, dalam hal ini adalah suami, sehingga kekerasan yang terjadi dapat
diminimalisasikan atau bahkan tidak ada lagi perilaku kekerasan dalam rumah tangga.
Metode pelaksanaan pekerjaan rumah memungkinkan para klien bisa mempraktekkan
tingkah laku-tingkah laku baru dan membantu mereka dalam proses pengondisian ulang,
misalnya terapis mengajarkan untuk berpikir positif ketika suami pulang terlambat bukan
karena ia selingkuh akan tetapi karena jalanan menuju rumah macet. Terapis dapat
menugaskan klien untuk berpikir rasional seperti itu ketika suami pulang terlambat, atau
menghilangkan pikiran-pikiran irasional yang dimiliki klien ketika melihat ada yang
mengganjal dipikiran klien mengenai suaminya.

DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerald. 2013. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT
Refika Aditama.
Yuniarti, Yesi dan Titin Indah Pratiwi. 2009. Jurnal: Penggunaan Konseling Rasional
Emotif untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa.
Weliangan, Hally. 2009. Jurnal: Efektivitas Terapi Perilaku Emosi Rasional dalam
Mengurangi Keyakinan tidak Rasional dan Tekanan. Universitas Gunadarma: Vol. 2 No.2
(149-158)
Weliangan, Hally, dan Ni Made Taganing K. 2009. Jurnal: Efektivitas Terapi
Rasional Emotif (TRE) dalam Mengurangi Pikitan tidak Rasional dan Stress pada
Perempuan yang Mengalami Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT). Universitas
Gunadarma: Vol 3 (A90 – A97)
Ismiyawati.

2012.

Teknik-Teknik

Terapi

Rasional

Emotif.

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2257225-teknik-teknik-terapi-rasionalemotif/#ixzz2SExcNuqo (diakses pada Rabu, 1 Mei 2013)
______. 2011. Sekilas tentang Terapi emotif Rasional (Rational Emotive Therapy)
http://www.psychologymania.com/2011/04/sekilas-tentang-terapi-emotif-rasional.html
(diakses pada Rabu, 1 Mei 2013)

TERAPI RASIONAL EMOTIF
PADA KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
(KDRT)
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Psikoterapi

Disusun oleh :
Fisabella Dea Migiana

15010110120013

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013