Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Sambung Nyawa (Gynura procumbens L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella thypi Muhamad Taswin

  

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SAMBUNG NYAWA

(

Gynura procumbens L.) TERHADAP PERTUMBUHAN

  BAKTERI Salmonella thypi

  Muhamad Taswin

  

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian uji aktivitas antibakteri ekstrak daun sambung nyawa (Gynura

procumbens L.) terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella thypi. Sambung nyawa telah

dimanfaatkan penduduk Indonesia sebagai obat alami untuk mengobati penyakit infeksi. Senyawa

yang terkandung pada bagian daun sambung nyawa berupa flavonoid, glikosida kuersetin,

saponin, steroid, tanin dan minyak atsiri. Senyawa minyak atsiri, flavonoid, dan tanin merupakan

senyawa yang bersifat sebagai antibakteri. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental,

dengan mengukur diameter hambat serta Konsentrasi Hambat Minimum dan Konsentrasi Bunuh

Minimum dari fraksi etil asetat dan fraksi etanol daun sambung nyawa. Fraksi etil asetat

menunjukkan aktifitas antibakteri dengan diameter hambat 7,6 mm pada konsentrasi terkecil

1,56% dan terlihat masih jernih pada konsentrasi 25% yang ditetapkan sebagai KHM dan KBM.

  

Sedangkan fraksi etanol daun sambung nyawa menunjukkan aktifitas antibakteri dengan diameter

hambat 7,8 mm pada konsentrasi terkecil 0,19% dan terlihat masih jernih pada konsentrasi 6,25%

yang ditetapkan sebagai KHM dan KBM.

  PENDAHULUAN

  Penyakit infeksi merupakan penyakit yang banyak diderita masyarakat Indonesia sejak dulu, infeksi akibat bakteri S.aureus,

  E.coli

  ,

  S.typhii

  ,

  Vibrio cholera

  menimbulkan infeksi pada usus, sedang pada kulit seperti S.aureus dan Pseudomonas auruginosa (Dzulkarnain, 1996). Data survey mortalitas subdit ISPA pada tahun 2005 di 10 provinsi, menyatakan bahwa pelaporan rumah sakit pada pola 10 penyakit rawat inap tahun 2005, demam tifoid mencapai 81.116 kasus (3,15%) menduduki tempat kedua dari 10 pola penyakit (Herawati, 2009).

  Berbagai laporan menyatakan bahwa pengobatan penyakit infeksi pada masyarakat Indonesia banyak yang mengandalkan tanaman sebagai obat. Rimpang kunyit sangat sering digunakan untuk mengobati penyakit infeksi ini (Dzulkarnain, 1996), demikian juga tanaman sambung nyawa. Tanaman sambung nyawa (Gynura procumbens L) adalah tanaman semak semusim, merupakan terna menahun, termasuk famili

  Compositae . Sambung nyawa telah

  dimanfaatkan penduduk Indonesia sebagai obat alami untuk penyembuhan penyakit limpa, ginjal, kulit, menurunkan gula darah, menurunkan tekanan darah, antikarsinogenik dan antibiotik (Selvy, 2006). Para dokter Klinik Herbal Karyasari telah merekomendasikan penggunaan daun sambung nyawa untuk pengobatan hipertensi, kolesterol, diabetes dan gangguan lambung. Selain itu, khasiat lain dari sambung nyawa adalah sebagai obat antibakteri, radang tenggorokan, batuk, sinusitis, polip, dan amandel (Selvy, 2006).

  Menurut penelitian Sudarto (1990), senyawa metabolit yang terkandung pada bagian daun sambung nyawa berupa flavonoid, glikosida kuersetin, saponin, steroid, tanin dan minyak atsiri. Senyawa minyak atsiri, flavonoid dan tanin merupakan senyawa yang banyak bersifat sebagai antibakteri (Sudarto, 1990). Minyak atsiri sambung nyawa aktif membunuh bakteri

  Staphylococcus aureus (Simartama,

  2007). Metabolit skunder pada daun sambung nyawa terdapat dalam ekstrak yang larut dalam ethanol 96%, berdasarkan hasil analisa kualitatif dengan metoda KLT menunjukkan keberadaan sterol, triterpen, fenol (tanin), flavonoid dan minyak atsiri (Cowan, 1999). Sedangkan pelarut etil asetat dengan metoda KLT juga dapat menarik metabolit skunder yang bersifat antimikroba pada daun srikaya antara lain alkaloid dan flavonoid (Sari, 2010). Pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas antibakteri daun sambung nyawa (Gynura

  procumbens L), mikroba uji yang

  digunakan adalah bakteriSalmonella thypi .

  Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental, meliputi pembuatan beberapa konsentrasi ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol daun sambung nyawa (Gynura

  procumbens L.) dan diujikan

  aktivitas antimikrobanya terhadap bakteri Salmonella thypi.

  1. Pembuatan Ekstrak Sampel daun sambung nyawa dicuci bersih lalu ditimbang 1 kg, dirajang, dikeringanginkan, dan ditimbang, kemudian diekstraksi dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut etil asetat dan pelarut etanol. Maserat etil asetat dan etanol yang diperoleh diuapkan dengan destilasi vakum, lalu dipekatkan dengan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental dari masing-masing maserat (Aryanti, 2007).

  2. Pembuatan Larutan Uji dengan Berbagai Konsentrasi

  Estrak etil asetat dan etanol masing-masing ditimbang sebanyak 4 g, kemudian dilarutkan ke dalam 4 ml pelarut etil asetat dan etanol hingga diperoleh larutan induk konsentrasi 100%. Kemudian lakukan pengenceran dari larutan induk hingga diperoleh

  10 konsentrasi (100%, 50%, 25%, 12,5%; 6,25%; 3,12%; 1,56%; 0,78%; 0,39%; 0,19%).

  3. Sterilisasi Alat Alat-alat yang akan disterilkan terlebih dahulu dicuci bersih dan dikeringkan. Untuk alat- alat gelas (tabung reaksi, gelas ukur, erlenmeyer, pipet tetes) ditutup mulutnya dengan sumbat kapas dan dibungkus dengan kertas perkamen, begitu juga dengan cawan petri dan corong. Kemudian semuanya disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121ºC dengan tekanan 15 lbs selama 15 menit. Pinset, jarum ose, dan kaca objek disterilkan dengan cara

METODE PENELITIAN

  melewatkan pada nyala api selama 20 detik (Sari, 2010).

  4. Pembuatan Medium Nutrient Agar Sebanyak 23 gram serbuk

  Nutrient Agar dilarutkan dalam 1 liter aquadest dan dipanaskan sampai mendidih dan larut seluruhnya, kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121ºC dengan tekanan 15 lbs selam 15 menit. Media Nutrient Agar dituangkan sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi untuk pembuatan agar miring, biarkan memadat dan disimpan dalam lemari pendingin (Sari, 2010).

  5. Pemilihan dan Identifikasi Mikroba Uji

  Pemilihan bakteri dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Palembang, yang telah diisolasi dan diidentifikasi sebagai

  Salmonella thypi.

  6. Peremajaan Mikroba Uji Peremajaan mikroba uji dilakukan dengan cara menginokulasi 1 ose biakan murni dari stok ke medium agar miring Nutrient Agar yang baru, kemudian diinkubasi di dalam incubator untuk bakteri pada suhu 37ºC selama 24 jam hingga diperoleh pertumbuhan yang normal (Sari,2010).

  7. Pembuatan Suspensi Mikroba Diambil koloni mikroba dari agar miring Nutrient Agar (NA) menggunakan jarum ose, kemudian disuspensikan ke dalam pelarut NaCl fisiologis (0,9 %) dalam tabung reaksi dan dikocok homogen.

  Kekeruhan suspensi mikroba uji diukur dengan alat McFarland pada skala 0,5 (Thiel, 1999).

  8. Pengukuran Diameter Hambat Suspensi bakteri sebanyak

  0,5 ml dituangkan ke dalam cawan petri, kemudian ditambahkan 15 ml media Nutrient Agar, lalu diratakan. Biarkan pada suhu kamar selama 15 menit (Sari, 2010). Mikroba uji ditempatkan pada 1 cawan petri. Cakram kertas yang telah disterilkan dicelupkan ke dalam masing-masing konsentrasi zat uji yang telah disiapkan, kemudian diletakkan pada permukaan media agar yang telah diinokulasi dengan mikroba. Semua cawan petri diinkubasi ke dalam inkubator untuk bakteri pada suhu 37º C selama 24 jam. Kemudian ukur diameter zona bening (clear zone) yang terbentuk dengan menggunakan jangka sorong atau penggaris milimeter (Sari,2010).

  9. Pengukuran KHM Konsentrasi Hambat

  Minimum (KHM) didapat dengan melihat konsentrasi terendah ekstrak yang menunjukkan hasil biakan yang tampak jernih (tidak ada pertumbuhan mikroba) (Sari, 2010). Cara mengukurnya, disiapkan 10 buah tabung reaksi steril yang masing-masing telah berisi 1 ml mac

  conkey cair. Pada tabung pertama

  ditambahkan 1 ml ekstrak daun sambung nyawa konsentrasi 100% dengan menggunakan pipet steril dan dikocok, kemudian dari tabung pertama diambil 1 ml dan diinokulasi pada tabung kedua, demikian seterusnya hingga tabung ke 9. Lalu diambil 1 ml larutandari tabung ke 9 dan dibuang. Konsentrasi ekstrak yang diperoleh adalah semakin kecil pada tabung berikutnya, yaitu mulai dari 50%, 25%, 12,5%; 6,25%; 3,12%; 1,56%; 0,78%; 0,39%;

  0,19%. Diinokulasi 1ml suspensi ekstrak daun sambung nyawa bakteri yang sesuai dengan standar (Gynura procumbens L.) Mc Farland skala 0,5 kedalam tabung pertama sampai dengan tabung ke 9. Sebagai kontrol negatif berisi ekstrak saja dan sebagai kontrol positif adalah tabung ke 10 berisi bakteri saja. Inkubasi kedalam inkuibator selama 24 jam pada suhu 37 derajat. Setelah 24 jam diamati kekeruhan yang terjadi. Nilai KHM didapatkan pada tabung terakhir yang menghambat pertumbuhan bakteri yang ditunjukkan dengan

  Hasil pengukuran zona tidak adanya kekeruhan. hambat ekstrak daun sambung nyawa (Gynura procumbens L.) fraksi

  10. Pengukuran KBM etanol dan fraksi etil asetat dengan Nilai konsentrasi bunuh kontrol positif kloramfenikol didapat minimum (KBM) dapat diketahui hasil sebagai berikut : dengan cara melihat konsentrasi terendah ekstrak pada biakan padat

  Tabel 2. Hasil pengukuran zona yang menunjukkan tidak adanya bening ekstrak etanol dan etil asetat pertumbuhan koloni mikroba dari daun sambung nyawa (Gynura ekstrak terhadap bakteri uji (Sari,

  L.)

  procumbens

  2010). Pengukuran konsentrasi KBM dengan cara mengambil 1 ose suspensi dari tabung yang digunakan untuk pengukuran KHM. Sampel dioleskan pada lempeng agar mac

  conkey, kemudian diinkubasikan di

  dalam incubator selam 24 jam pada suhu 37 derajat. Konsentrasi terendah yang tidak memperlihatkan pertumbuhan bakteri merupakan nilai KBM.

  HASIL

  Hasil identifikasi kandungan kimia yang terkandung di dalam ekstrak daun sambung nyawa

  Selanjutnya masing-masing (Gynura procumbens L.) dapat ekstrak etanol dan etil asetat daun dilihat pada tabel dibawah ini. sambung nyawa diukur nilai KHM dan nilai KBM-nya pada berbagai

  Tabel 1. Hasil identifikasi kandungan konsentrasi. Hasil pengukuran nilai kimia yang terkandung dalam

  KHM dan KBM ekstrak etanol dan etil asetat daun sambung nyawa banyak yang terlarut. Untuk dapat dilihat pada tabel 3 dan 4. mendapatkan ekstrak daun sambung nyawa, metoda ekstraksi yang dipilih

  Tabel 3. Hasil pengukuran kekeruhan adalah metoda maserasi. Maserasi pada uji KHM ekstrak etanol dan etil merupakan metoda ekstraksi yang asetat daun sambung nyawa (Gynura paling sederhana dengan peralatan

  

procumbens L.) yang mudah diperoleh dan mudah

  dikerjakan, serta terhindar dari pemanasan langsung yang dapat merusak zat aktif yang terkandung didalam sampel (Voight, 1995).

  Ekstrak etanol yang didapat dari proses maserasi dan diuapkan dengan destilasi vakum adalah 60 g dengan rendemen 8.57 %, sedangkan berat ekstrak etil asetat adalah 40 g dengan rendemen 5.71 %. Pada tabel hasil identifikasi zat aktif yang terkandung pada ekstrak daun sambung nyawa didapat hasil positif

  Tabel 4. Hasil pengukuran terhadap pengujian fenolik (tanin) kekeruhan pada uji KBM ekstrak dan terpenoid (minyak atsiri) yang etanol dan etil asetat daun sambung keduanya merupakan zat antimikroba nyawa (Gynura procumbens yang bekerja dengan cara L.) mempengaruhi permeabilitas membran sel bakteri (tanin) dan menghambat sintesa protein dan enzim bakteri (minyak atsiri).

  Dari tabel hasil pengukuran diameter hambat dapat dilihat bahwa semakin kecil konsentrasi ekstrak maka semakin kecil diameter zona bening yang terbentuk, hal ini menandakan bahwa daya hambat antimikroba terhadap bakteri

  Salmonella thypi berbanding lurus

  dengan konsentrasi ekstrak yang digunakan. Pada ekstrak etanol,

  PEMBAHASAN

  konsentrasi 50% dan 25% Pada penelitian ini menunjukkan aktifitas antibakteri digunakan sampel kering daun yang kuat, konsentrasi 12,5% sampai sambung nyawa (Gynura

  0,19% menunjukkan aktifitas

  procumbens L.) yang dirajang halus antibakteri dengan kekuatan sedang.

  untuk memperluas permukaan Sedangkan pada ekstrak etil asetat sampel yang akan berkontak dengan tidak terlihat aktifitas anti bakteri pelarut sehingga zat aktif yang yang kuat, pada konsentrasi 50% terkandung di dalam sampel lebih sampai 1,56% aktifitas antibakterinya termasuk katagori sedang. Pada kontrol negatif tidak ditemukan sama sekali zona hambat antibakteri dan pada kontrol positif (kloramfenikol) terlihat zona hambat paling besar yaitu 28 mm atau 0,28 cm yang termasuk katagori zona hambat sangat kuat (Sari, 2010).

  Pengujian yang dilakukan terhadap ekstrak dari fraksi etanol menunjukkan daya hambat yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak dari fraksi etil asetat. Pada fraksi etanol dengan konsentrasi terkecil 0,19 % masih menunjukkan aktifitas antimikroba yaitu 7,8 mm (katagori zona hambat sedang), sedangkan ekstrak dari fraksi etil asetat pada konsentrasi 0,19 % tidak lagi menunjukkan aktifitas antimikroba, aktifitas antimikroba terkecil terlihat pada konsentrasi 1,56 % yaitu 7,6 mm (katagori zona hambat sedang). Hal ini menandakan bahwa zat aktif daun sambung nyawa lebih banyak terlarut dengan pelarut etanol yang lebih polar dibandingkan pelarut etil asetat.

  procumbens L.) menunjukkan

  Antibakteri Batang Sambung Nyawa (Gynura procumbens

  Aryanti, et al., 2007, Isolasi Dan Uji

  Dasar Mirobiologi dan Parasitologi , EGC, Jakarta.

  Adam, Syamsunir, 1995, Dasar-

  5. Fraksi etanol terlihat masih jernih pada konsentrasi 6,25% dan ditetapkan sebagai KHM dan KBM.

  4. Fraksi etil asetat terlihat masih jernih pada konsentrasi 25% dan ditetapkan sebagai KHM dan KBM.

  L.) menunjukkan aktifitas antibakteri dengan diameter hambat 7,8 mm pada konsentrasi terkecil 0,19% sampai 10,5 mm pada konsentrasi tertinggi 50%.

  procumbens

  3. Fraksi etanol ekstrak daun sambung nyawa (Gynura

  aktifitas antibakteri dengan diameter hambat 7,6 mm pada konsentrasi terkecil 1,56% sampai 9,5 mm pada konsentrasi tertinggi 50%.

  2. Fraksi etil asetat ekstrak daun sambung nyawa (Gynura

  Dari tabel juga dapat dilihat hasil pengukuran KHM dan KBM melalui kekeruhan tiap konsentrasi zat uji, terlihat bahwa pada fraksi etanol terlihat masih jernih pada konsentrasi 6,25% dan ditetapkan sebagai KHM dan KBM. Dan pada fraksi etil asetat terlihat masih jernih pada konsentrasi 25% yang ditetapkan sebagai KHM dan KBM. Jadi terlihat bahwa KHM dari fraksi etanol lebih kecil dibandingkan fraksi etil asetat, artinya bahwa fraksi etanol lebih baik aktifitas antibakterinya daripada fraksi etil asetat.

  Salmonella thypi .

  menunjukkan aktifitas antibakteri terhadap bakteri

  procumbens L.) terbukti

  1. Daun sambung nyawa (Gynura

  sebagai berikut :

  thypi , maka dapat ditarik kesimpulan

  pertumbuhan bakteri Salmonella

  procumbens L.) terhadap

  Dari hasil penelitian uji aktivitas antibakteri ekstrak daun sambung nyawa (Gynura

  KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

  

Lour) Umur Panen 1, 4 dan 7

Bulan , Institut Sains dan

  Teknologi Nasional, Jakarta. Cowan, MM., 1999, Plant Products

  

as Antimicrobial Agennts ,

  Departement of Microbiology, Miami University, Oxford. Dzulkarnain, B., Sundari D dan

  Chozin A, 1996. Tanaman Obat

  

Bersifat Antibakteri di

Indonesia . Cermin Dunia

  Kedokteran No.110. Gunawan, S.G., Rianto Setiabudy, Nafrialdi dan Elysabeth, 2007.

  

Farmakologi Dan Terapi Edisi

5 . Departemen Farmakologi dan

  Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Herawati, Maria Holly dan Lannywati Ghani, 2009.

  

Hubungan Faktor Determinan

Dengan Kejadian Tifoid di

Indonesia Tahun 2007 . Media

  Peneliti dan Pengembang Kesehatan. Volume XIX Nomor 4, Jakarta.

  Kusumaningtyas, Evi, Estie Astuti dan Darmono, 2008. Sensitivitas

  

Metode Bioautografi dan Agar

Overlay dalam Penentuan

Senyawa Antikapang. Jurnal

  Ilmu Kefarmasian Indonesia Volume 6 Nomor 2 P.75-79. (Diakses 10 Januari 2015)

  Levinson,W., 2008. Review of

  

Medical Microbiology &

Imunology Tenth Edition . The

  McGraw-Hill Companies, Inc., New York.