EFEKTIFITAS MENYIKAT GIGI METODE HORIZONTAL DAN METODE VERTIKAL TERHADAP PENURUNAN SKOR PLAK PADA ANAK TUNA RUNGU DI SLB-B NEGERI JALAN SOSIAL PALEMBANG TAHUN 2015 Drg. Vitri Nurilawaty, M.Kes; Syokumawena, S.Kep, M.Kes Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRA

  

EFEKTIFITAS MENYIKAT GIGI METODE HORIZONTAL DAN METODE

  

VERTIKAL TERHADAP PENURUNAN SKOR PLAK PADA ANAK TUNA RUNGU

DI SLB-B NEGERI JALAN SOSIAL PALEMBANG

TAHUN 2015

Drg. Vitri Nurilawaty, M.Kes; Syokumawena, S.Kep, M.Kes

  

Poltekkes Kemenkes Palembang

ABSTRAK

  Kesehatan gigi dan mulut merupakan dasar untuk kesehatan umum seseorang. Gigi dan mulut yang sehat memungkinkan individu untuk berbicara, makan dan bersosialisasi tanpa mengalami ketidaknyamanan, penyakit atau rasa malu. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya penyakit seperti karies gigi adalah aktivitas mikroorganisme. Mikroorganisme ini berada pada struktur gigi dalam bentuk biofilm sehingga mengarah ke pembentukan plak gigi. Sebagian besar orang tidak menguasai perawatan diri yang optimal dan perilaku untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut secara konsisten yang efektif.

  Untuk mengetahui efektifitas metode menyikat gigi antara metode horizontal dengan metode vertikal terhadap penurunan plak gigi pada anak tuna rungu. Studi experimental dengan rancangan pre test post test – only control design. Uji statistik menggunakan uji t-tidak berpasangan dan uji t berpasangan. Sampel menggunakan anak siswa SLB-B berjumlah 30 orang dan dibagi menjadi 2 kelompok, Kelompok 1 metode horizontal dan kelompok 2 metode vertikal. Kelompok 1 dan 2 diberi perlakuan menggosok gigi dengan metode yang ditentukan namun sebelumnya diukur dahulu skor plak masing- masing anak kemudian setelah perlakuan skor plak diukur kembali.

  Rata-rata nilai plak gigi sebelum diberi perlakuan menyikat gigi dengan horizontal adalah 33,51 dan rata-rata sesudah diberi perlakuan menyikat gigi dengan metode horizontal adalah 4,59. Rata-rata penurunan plak pada metode horizontal adalah sebesar 28,92. Perlakuan dengan metode vertical menunjukkan rata-rata nilai plak sebelum adalah 20,74 dan sesudahnya adalah 1,91. Rata-rata penurunan plak gigi pada metod vertical adalah sebesar 18,83.

  Kesimpulan. Menggosok gigi baik dengan metode horizontal maupun dengan metode

  vertical berpengaruh terhadap penurunan kadar plak gigi pada anak tuna rungu SLB-B jalan Sosial Palembang.

  Kata Kunci : Menggosok gigi, horizontal, vertikal

  PENDAHULUAN

  Kesehatan gigi dan mulut merupakan dasar untuk kesehatan umum seseorang.

  Gigi dan mulut yang sehat memungkinkan individu untuk berbicara, makan dan bersosialisasi tanpa mengalami ketidaknyamanan, penyakit atau rasa malu (Kwan, 2005). Permasalahan kesehatan khususnya kesehatan gigi masih menjadi masalah global meskipun sudah ada peningkatan yang cukup besar di beberapa negara di dunia. Masalah ini terjadi baik pada negara maju maupun negara berkembang. Sekitar 60-90 % anak-anak sekolah dan hampir 100 % orang dewasa memiliki gigi berlubang yang sering menimbulkan rasa sakit dan ketidaknyamanan (WHO, 2012). Prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 25,9% dan sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas angka nasional.

  Prevalensi nasional menyikat gigi setiap hari adalah 94,2% dengan 15 provinsi berada di bawah prevalensi nasional.

  Menyikat gigi dengan benar yaitu setelah makan pagi dan sebelum tidur malam untuk Indonesia ditemukan hanya 2,3% saja. Dalam kurun waktu 6 tahun dari tahun 2007 sampai 2013, masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia mengalami kenaikan (BPPK, 2013). Faktor utama yang menyebabkan terjadinya penyakit seperti karies gigi adalah aktivitas mikroorganisme. Mikroorganisme ini berada pada struktur gigi dalam bentuk biofilm sehingga mengarah ke pembentukan plak gigi (Srivita, 2013). Plak gigi dibentuk sebagai agen etiologi utama karies gigi sekunder dan penyakit periodontal. Pencegahan kedua penyakit mulut ini terutama didasarkan pada penghapusan plak yang efektif setiap hari (Gupta, 2009). Fokus dari setiap upaya untuk mencegah dan mengendalikan penyakit periodontal adalah pemeliharaan secara bertahap dan efektif kontrol plak oleh individu melalui kebersihan sehari-hari gigi dan mulut nya (Williams, 2011). Sebagian besar orang tidak menguasai perawatan diri yang optimal dan perilaku untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut secara konsisten yang efektif (Grender, 2013). Menyikat gigi adalah metode yang paling sering dilakukan dan diterima luas dalam praktik kebersihan gigi dan mulut. Tujuan utamanya adalah untuk menurunkan organisme dalam plak gigi sebagai penyebab penyakit gigi dan mulut termasuk karies gigi, penyakit periodontal, dan halitosis (Haffajee, 2001). Selain perawatan pencegahan yang dilakukan oleh dokter gigi, kebersihan mulut individu yang dilakukan di rumah juga penting . Kebersihan gigi dan mulut diperlukan untuk menghilangan biofilm bakteri secara mekanik dengan menyikat gigi dan membersihkan daerah interproksimal dengan benang atau menyikat gigi menggunakan sikat interdental yang dirancang khusus (Attin, 2005). Sikat gigi secara manual paling sering digunakan untuk membantu menjaga kebersihan mulut karena efektivitas biaya dan kemudahan dalam ketersediaannya (Gupta, 2009). Kebiasaan menyikat gigi yang baik harus dibentuk pada usia muda karena kontrol plak sangat penting untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut (Ghassemi, 2013). Kebiasaan menjaga kesehatan gigi dan mulut dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki (Liana, 2010). Teknik menyikat gigi yang tepat sangat penting dalam mencapai kebersihan gigi dan mulut.

  Banyak anak yang tidak diberi pengetahuan tentang cara menyikat gigi (Wyne, 200%). Keberhasilannya juga masih tergantung pada pasta gigi, jenis sikat, waktu menyikat, dan metode menyikat gigi yang digunakan.

  Anak merupakan individu yang memiliki kebutuhan tumbuh kembang yang berbeda dimulai dari dalam kandungan sampai masa remaja

  (Cahyaningsih, 2011).Tumbuh kembang merupakan kematangan anak dalam bentuk fisik dan kemampuan/skill. Faktor genetik, lingkungan dan perilaku akan membentuk sikap ciri yang berbeda pada setiap anak (Ngastiyah, 2005). Anak dalam masa tumbuh kembang akan memiliki aktivitas yang lebih tinggi, hal ini menimbulkan kemungkinan tinggi terjadinya kelelahan atau kecelakaan yang menimbulkan gangguan perkembangan (Fadhli, 2010). Jika gangguan pada masa tumbuh kembang anak tidak segera diobati,maka akan terjadi gangguan lebih serius pada anak. Gangguan serius yang dapat terjadi pada masa tumbuh kembang anak adalah gangguan bicara, retardasi mental, autis, lambat belajar, gangguan pemusatan perhatian atau Attention Defisit Disolder (Fadhli, 2010).Prevalensi karies yang tinggi pada anak-anak khususnya anak berkebutuhan khusus dapat dilakukan dengan pencegahan primer yaitu praktek kebersihan mulut dengan menggosok gigi untuk menghilangkan plak dan kumur-kumur dengan cairan antiseptik untuk mengontrol bakteri plak. Pada saat ini sudah banyak metode cara menggosok gigi, namun efektifitasnya dalam menghilangkan plak berbeda- beda. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk melihat metode yang efektif dalam cara menggosok gigi anak tuna rungu. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2007, jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia sekitar 7% dari total jumlah anak usia 0- 18 tahun . Menurut data Sussenas tahun 2003, di Indonesia terdapat 679.048 anak usiasekolah berkebutuhan khusus atau 21,42% dari seluruh jumlah anak berkebutuhan khusus (Kementrian kesehatan, 2010).

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Vera (2010), dengan judul Perbandingan Metode Pengajaran Cara Menyikat Gigi Terhadap Penurunan Indeks Plak Pada Anak Usia 3-5 Tahun Di Sekolah Bodhicitta didapatkan kesimpulan bahwa metode pengajaran cara menyikat gigi mempengaruhi penurunan plak gigi anak usia 3-5 tahun. Metode peningkatan kemandirian dengan praktik dipilih karena anak akan lebih mudah untuk meniru. Metode menggosok gigi dibagi menjadi tiga macam yaitu gerakan horizontal, vertical, dan roll (Momadmin, 2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan R.D Horner dan I Keilitz (1975) dengan judul training

  mentaling retarded adolescent to brush their teeth di dapatkan kesimpulan

  bahwa metode independen, instruksi verbal, modeling, demonstrasi, dan bantuan fisik yang diterapkan pada anak retardasi mental, mendapatkan hasil enam dari delapan orang memperlihatkan peningkatan ketrampilan. Menurut penelitian yang dilakukan Trevor F. Stokes dan debora mowery (2012) dengan judul training and

  assesment of toothbrushing skills amoung children with special needs,

  penelitian ini menggunakan program

  behavioral skills training (BTS). Hasil

  menunjukan empat dari lima orang yang mengikuti pelatihan memperlihatkan peningkatan ketrampilan.

  Berdasarkan studi pendahuluan dalam bentuk wawancara dengan seorang guru pada bulan Agustus 2015, didapatkan bahwa anak tuna rungu merupakan orang yang mengalami hambatan pendengaran baik secara permanen maupun sementara. Biasanya kemauan berbicara kadang terganggu atau disebut tuna wicara. Dampak langsung dari tuna rungu adalah terhambatnya komunikasi verbal/lisan baik secara ekspresif (berbicara) maupun secara reseptif (memahami pembicaraan orang lain). Hambatan dalam komunikasi tersebut berakibat juga pada hambatan dalam proses pendidikan dan pembelajaran anak tuna rungu (Angela, 2005). Komunikasi yang dapat dilakukan oleh penderita tuna rungu adalah bahasa bibir atau bahasa isyarat. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, masih

  Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental dengan rancangan pre test post test-only control design.Uji statistik menggunakan uji t- tidak berpasangan dan uji t- berpasangan. Jumlah total sampel sebanyak 30 siswa SLB-B Negeri jalan Sosial Palembang. Penelitian ini dilaksanakan dengan membagi sampel menjadi 2 kelompok secara acak. Masing

  banyak anak yang gigi tampak kotor. Upaya peningkatan kemandirian anak menggosok gigi yang pernah dilakukan di sekolah hanya dalam bentuk edukasi pada orang tua. Pemberian edukasi pada orang tua terlihat kurang maksimal dalam meningkatkan kemandirian menggosok gigi, dikarenakan masih banyak anak yang belum mampu menggosok gigi secara mandiri dan gigi masih terlihat kotor dan anak kurang bisa dalam menggosok gigi secara mandiri. Bedasarkan observasi yang dilakukan pada anak tuna rungu didapatkan hasil 2 dari 3 anak bahwa kemandirian menggosok gigi masih kurang. Metode menggosok gigi merupakan suatu cara untuk menentukan efektifitas anak dalam menggosok gigi. Dari uraian diatas tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Efektifitas Menyikat Gigi Metode Horizontal Dan Metode Vertikal Terhadap Penurunan Plak Pada Anak Tuna Rungu Di SLB-B Negeri Jalan Sosial Palembang”.

  • –masing kelompok diperiksa dan dilakukan penilaian indeks plak gigi

  Plaque Quality Indext (PQI) sebelum dan

  sesudah perlakuan. Kelompok pertama diberi perlakuan menyikat gigi dengan metode horizontal sedangkan kelompok kedua dengan metode vertikal. Sebelum diberi perlakuan, masing-masing kelompok diedukasi dulu sesuai dengan kelompoknya. Durasi menyikat gigi adalah 5 menit.

  Objek Penelitian

  2. Kadar Plak Anak Tuna Rungu usia sekolah Pengukuran kadar plak gigi sebanyak 30 siswa di sekolah luar biasa dilakukan dengan menggunakan

  (SLB-B) Palembang. disclosing solution, untuk memperoleh kadar plak sebelumnya gigi pada anak

  

Cara Pengumpulan data dioles disclosing solution sampai rata

  Data didapatkan dari pengukuran kemudian baru dibaca. Kadar plak gigi plak sebelum perlakuan dan setelah pada anak dibaca sebelum perlakuan perlakuan metode horizontal, kemudian dan setelah perlakuan. diambil data juga sebelum dan setelah perlakuan metode vertikal. Tabel 1. Rata-rata kadar plak pada gigi anak SLB-B

  

HASIL DAN PEMBAHASAN Kelompok N Rerata ± SD

  Horizontal 15 33,51 ± 9,63

   Hasil Penelitian

  sebelum

  1. Karakteristik subyek Penelitian Horizontal 4,59 ± 2,22

  Penelitian ini menggunakan subyek sesudah Vertikal 15 20,74 ± 12,68 penelitian anak-anak sekolah luar biasa sebelum dengan gangguan pendengaran (tuna

  Vertical 1,91 ± 1,60 rungu) di SLB-B jalan Sosial Palembang sesudah

  Jumlah

  30 berjumlah 30 orang, dimana 15 orang menggosok gigi dengan metode

  Rata-rata nilai plak gigi sebelum horizontal dan 15 orang dengan metode diberi perlakuan menyikat gigi dengan vertical. horizontal adalah 33,51 dan rata-rata sesudah diberi perlakuan menyikat gigi dengan metode horizontal adalah 4,59. Rata-rata penurunan plak pada metode Horizontal 0,020 horizontal adalah sebesar 28,92. sesudah

  Vertikal 15 0,165 Perlakuan dengan metode vertical sebelum menunjukkan rata-rata nilai plak sebelum

  Vertical 0,092 adalah 20,74 dan sesudahnya adalah sesudah

  Jumlah

  30 1,91. Rata-rata penurunan plak gigi pada metod vertical adalah sebesar 18,83.

  Dari table 4.2 didapatkan bahwa kadar plak baik pada kelompok horizontal

  3. Uji Normalitas maupun vertical mempunyai nilai Dari hasil pengukuran

  (p>0,05), hal ini bearti data berdistribusi kadar plak selanjutnya dilakukan uji normal. Oleh karena itu untuk normalitas data untuk mengetahui pengolahan data selanjutnya apakah data tersebut berdistribusi normal menggunakan uji parametric. atau tidak. Oleh karena jumlah sampel kurang dari 50 maka uji normalitas yang

  4. Pengaruh kadar plak sebelum dan digunakan adalah uji Shapiro wilk. sesudah perlakuan dengan metode

  Adapun hasil uji normalitas ditampilkan horizontal dan vertical dengan pada table berikut: menggunakan uji t dependen

  Tabel 3.Pengaruh kadar plak sebelum dan sesudah perlakuan Kelompok N p Horizontal

  15 Tabel 2. Uji normalitas kadar plak sebelum Kelompok N p

  Horizontal 0,000 Horizontal 15 0,137 sesudah sebelum sebelum Tabel .4 menunjukkan bahwa Vertical 0,000 terdapat pengaruh menggosok gigi sesudah metode horizontal dan metode vertical.

  Jumlah

  30 Pada metode horizontal sebelum Dari tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan dan metode vertical sebelum terdapat perbedaan bermakna antara perlakuan (p<0,05) bearti terdapat sebelum dan sesudah perlakuan baik perbedaan. Sedangkan pada metode secara horizontal maupun vertical. horizontal sesudah dan metode vertical sesudah (p<0,05) hal ini juga

  Tabel 4. Pengaruh kadar plak sebelum menunjukkan terdapat perbedaan dan sesudah menggosok gigi metode bermakna. horizontal dan vertical dengan uji-t independen.

  Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh didapatkan bahwa H0 dalam penelitian ini ditolak dan H1 diterima, sehingga didapatkan kesimpulan bahwa menggosok gigi berpengaruh terhadap

  Kelompok Rerata p kadar plak gigi anak.

  ±SD Horizontal 33,51 ±

  PEMBAHASAN

  sebelum 9,63 Vertikal 20,74 ± 0,005

  Menyikat gigi sebagai salah satu sebelum 12,68 kebiasaan dalam upaya menjaga

  Horizontal 4,59 ± kesehatan gigi dan mulut. Berbagai sesudah 2,22

  Vertical 1,91 ± 0,000 teknik atau metode menyikat gigi yang sesudah 1,60 pernah dianjurkan antara lain horizontal, vertical, dan roll. Ketiga metode ini dianggap dapat membersihkan plak dengan baik terutama pada anak-anak pada masa sekolah. Menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi adalah bentuk penyingkiran plak secara mekanis (Pintauli, 2008). Banyak metode atau teknik menyikat gigi yang diperkenalkan para ahli, dan kebanyakan metodenya dikenal dengan namanya sendiri seperti metode Bass, Stillman, Charters , atau disesuaikan dengan gerakannya. Pada prinsipnya terdapat empat pola dasar gerakan, yaitu metode vertical, horizontal, roll, dan bergetar (vibrasi). Tujuan menyikat gigi untuk menyingkirkan plak atau mencegah terjadinya pembentukan plak, membersihkan sisa-sisa makanan, debris atau stein. Metode menyikat gigi yang dipakai dalam penelitian ini yaitu horizontal, dan vertical (Ekaputri, 2003) Hasil penelitian tentang efektivitas menyikat gigi metode horizontal dan vertical terhadap penurunan plak pada anak usia sekolah di SLB-B Negeri setelah dilakukan analisis uji t dependen menunjukkan nilai p<0,05 dan berdasarkan hasil analisis uji t independen antara metode horizontal dan metode vertical sesudah perlakuan yang mempunyai nilai p<0,05 serta selisih penurunan plak antara metode horizontal dan metode vertical, maka dapat diambil kesimpulan bahwa menyikat gigi dengan menggunakan metode horizontal lebih efektif dinadingkan dengan metode vertical dalam menurunkan plak gigi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Banjarmasin menunjukkan bahwa penyikatan gigi dengan metode horizontal dapat menurunkan indeks plak lebih besar dibandingkan metode vertical dan roll. Dari penelitian ini ditemukan bahwa metode menyikat gigi horizontal lebih efektif menurunkan plak dibandingkan dengan metode yang lain.

  Hasil penelintian ini juga didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anaise dan pendapat dari Tan HH yang menyatakan bahwa teknik horizontal dianggap sebagai teknik terbaik untuk menghilangkan plak dan mudah ditiru atau dipelajari oleh anak (Rifki, 2010). Menurut penelitian dari Sarika Sarma (2012) menyatakan bahwa metode menyikat gigi horizontal cocok digunakan pada anak-anak (Sharma, 2012). Penelitian dari Natalia Ekaputri dan Sri Lestari tentang perbedaan efektifitas penyikatan gigi antara metode roll dan horizontal terhadap penyingkiran plak pada anak menunjukkan penurunan indeks plak pada metode roll lebih besar dari teknik horizontal. Metode vertical dan roll tidak dapat menurunkan indeks plak lebih besar dibandingkan dengan metode horizontal karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kemampuan untuk melakukan teknik menyikat gigi secara baik dan benar sesuai yang di ajarkan pada setiap anak berbeda-beda, tekanan yang diberikan pada saat menyikat gigi berbeda-beda,dan kebiasaan menyikat gigi yang berbeda (Printauli, 2008).

  Piaget (1952) mengatakan bahwa ada dua proses yang bertanggungjawab atas cara anak menggunakan dan mengadaptasi skema mereka yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika seseorang anak memasukkan pengetahuan baru kedalam pengetahuan yang sudah ada. Dalam asimilasi, anak mengasimilasikan lingkungan kedalam suatu skema. Akomodasi terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada informasi baru. Yakni, anak menjesuaikan skema mereka dengan lingkungannya (Santrok, 2007). Melalui observasinya, Piaget juga meyakini bahwa perkembangan kognitif terjadi dalam empat tahap. Masing- masing tahap berhubungan dengan usia dan tersusun dari jalan pikiran yang berbeda-beda. Tahapan Piaget terbagi menjadi empat tahapan yaitu, fase sensorimotor, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal (Santrok, 2007). Tahap sensorimotor . Tahap ini yang berlangsung sejak kelahiran sampai usia dua tahun. Dalam tahap ini, bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman indera(sensory) mereka seperti melihat dan mendengar dengan gerakan motor (otot) mereka, dari sanalah diistilahkan sebagai sensorimotor(Santrok, 2007).

  Tahap praoperasional, tahap ini adalah tahap kedua pada teori Piaget. Tahap ini berlangsung kurang lebih mulai dari usia dua tahun sampai tujuh tahun. Ini adalah tahap pemikiran yang lebih simbolis daripada tahap sensorimotor tetapi tidak melibatkan pemikiran operasional. Pada tahap ini anak mulai mempresentasikan dunia dengan kata dan gambar(Santrok, 2007). Tahap operasional konkret, ini adalah tahap perkembangan kognitif ketiga dari teori Piaget, dimulai dari sekitar umur tujuh tahun sampai sekitar sebelas tahun. Pemikiran operasional konkret mencakup penggunaan operasi.

  Penalaran logika, kemampuan untuk menggolong-golongkan sudah ada, tetapi tidak bisa memecahkan problem-problem abstrak, pada tahap ini anak kini bisa menalar secara logis tentang kejadian- kejadian dan mampu mengklasifikasikan objek dalam kelompok yang berbeda- beda(Santrok, 2007). Tahap operasional formal. Tahap ini yang muncul antara usia sebelas tahun sampai lima belas tahun, adalah tahap keempat menurut teori Piaget dan tahap kognitif terakhir.

  Pada tahap ini, individu sudah mulai memikirkan pengalaman dan remaja sudah mulai berpikir secara lebih abstrak, idealistis, dan logis(Santrok, 2007).

  Penelitian ini rata-rata murid di SLB_B Negeri yang diteliti berada pada tahap operasional konkret dengan umur 9 -11 tahun. Anak sudah dapat menalar dengan logikanya. Anak mulai dapat beradaptasi dan mengerti pada setiap metode yang diajarkan. Jenis kelamin pada penelitian ini tidak berpengaruh karena pada tahap ini anak baru bisa menalar secara logis dan masih

  1. Terjadi peningkatan kadar plak rendahnya kesadaran akan gigi anak sebelum dilakukan pentingnya kesahatan gigi sehingga jenis perlakuan dengan metode kelamin tidak memiliki pengaruh. Faktor horizontal dan metode lain yang terkait disebabkan anak lebih vertikal( 33,51 ± 9,63 vs 20,74 ± cepat mengerti dan cenderung lebih 12,68 ). mudah menyikat gigi dengan metode

  2. Terjadi penurunan kadar plak horizontal dibandingkan menyikat gigi setelah dilakukan perlakuan dengan metode yang lain. Hal ini juga dengan metode horizontal ( 4,59 ± terkait dengan kebiasaan anak menyikat 2,22 ) gigi di rumah, dimana seringkali secara

  3. Terjadi peningkatan kadar plak tidak sadar anak-anak lebih cenderung gigi anak sebelum dilakukan menggunakan metode horizontal perlakuan dengan metode sehingga anak-anak lebih mengerti horizontal (33,51 ± 9,63 ) ketika diajarkan cara menyikat gigi

  4. Menggosok gigi baik dengan metode horizontal. metode horizontal maupun dengan metode vertical

  

KESIMPULAN DAN SARAN berpengaruh terhadap penurunan

KESIMPULAN kadar plak gigi pada anak tuna

  Dari penelitian “ Efektifitas rungu SLB-B jalan Sosial menyikat gigi metode horizontal dan Palembang. metode vertikal terhadap penurunan skor plak pada anak tuna rungu di SLB-B SARAN Negeri jalan Sosial Palembang” Dari hasil penelitian diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: diberikan saran sebagai berikut :

  Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut tentang pengaruh menyikat gigi terhadap penurunan skor plak, dengan menggunakan beberapa teknik menyikat gigi dengan cara dikombinasikan.

  DAFTAR PUSTAKA

  1. Attin, T. 2005. Tooth Brushing and Oral Health : How Frequently and When Should Totth Brushing be performed. Or health Prev dent. 3 : H.

  135-40.

  2. Angela. 2005. Pencegahan Primer Pada Anak Yang Beresiko Tinggi Karies Gigi, Dent, J. Vol 38 No.3

  Jakarta : Kemenkes RI.h. 114

  4. Ekaputri N dan Lestari S. Perbedaan Efektivitas Penyikatan Gigi antara Teknik Roll dan Horizontal Scrubbing terhadap Penyingkiran. Scientific Journal in Dentisty ; 53. 93-7

  5. Kwan.S.Y.l., Petersen, Pine, C.M., Borutta, A. 2005. Health – Promoting School : An Opportunity for Oral Health Promotion. Bulletin Of The

  World Health Organization. 83 (9) : h. 667-85

  6. Kidd-Bechal, 1992. Dasar-Dasar Karies penyakit dan penanggulangannya ( Essential of Dental caries) Alih bahasa, Narlan sumawinata Lilian Yuwono, Jakarta : EGC h : 2,9

  7. Gupta, P,. Gupta, G., 2009. Tooth brush and tooth Brushing. Indi J Dent Sci. 1 (2) : h. 5-8

  8. Grender. J. William, K. patwalter, klukowska, m. reick, H. 2013. Plaque Removal Efficacy Of Oscillating- Rotating Power ToothBrushes : Review of six comparative Clinical Trials. Am. J Dent 26 (2) : h. 68-74

Dokumen yang terkait

METODE INFERENSIKESIMPULAN TREES,LATTICES DAN GRAF

0 0 12

STUDI EMPIRIS TERHADAP FAKTOR FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL YANG MEMPENGARUHI RETURN SAHAM PADA BURSA EFEK JAKARTA

0 0 11

DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP SEKTOR INDUSTRI

0 0 18

II. GAYA GESER DAN MOMEN LENTUR - Gaya geser dan momen lentur

0 1 18

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMESANAN SEBAGAI PENUNJANG KEPUTUSAN MANAJEMEN ( STUDI KASUS DI PT MULYA )

0 0 19

HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DIARE DAN KEPEMILIKAN JAMBAN SEHAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA KELUARGA DI DESA SADARKARYA KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2015 Bambang S, SKM, M.Kes, Dosen Keperawatan LubukLinggau Poltekkes Kemenkes Palembang A

0 0 13

HUBUNGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADAIN KATARAK DI INSTALASI RAWAT JALAN (POLI MATA) RS.DR.SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2015 CIKWI SKM, M.Kes Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRAK - Hubungan Umur dan Jenis

0 0 15

HUBUNGAN PENGETAHUAN, LINGKUNGAN DAN PENDAPATAN KELUARGA TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS TABA KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2015 Nadi Aprilyadi, S.Sos, M.Kes Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRAK

0 0 13

FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA KEJADIAN ISPA PADA BALITA USIA 0-5 TAHUN DI PUSKESMAS SIMPANG PERIUK KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2015 Susmini, SKM,M.Kes, Dosen Prodi Keperawatan LubukLinggau Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRAK - Faktor Faktor yang memp

0 0 12

SURVEY KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP LAYANAN AKADEMIK DAN NON AKADEMIK 2014

0 3 42