Pengaruh kebiasaan makan pagi terhadap kelelahan tenaga kerja pada pekerja jasa kuli angkut di Pasar Klewer Surakarta

PENGARUH KEBIASAAN MAKAN PAGI TERHADAP KELELAHAN TENAGA KERJA PADA

PEKERJA JASA KULI ANGKUT

DI PASAR KLEWER SURAKARTA SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Oleh :

Pradita Dwi Endah Retnani NIM R0206044 PROGRAM D.IV KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Pengaruh Kebiasaan Makan Pagi terhadap Kelelahan

Kerja Pada Pekerja Jasa Kuli Angkut di Pasar Klewer Surakarta

Pradita Dwi Endah Retnani, R0206069, Tahun 2010

Telah diuji dan sudah di sahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pada Hari: , Tanggal: Juli 2010

Pembimbing Utama

Sumardiyono, SKM, M.Kes NIP. 19650706 198803 1 002

Pembimbing Pendamping

Live Setyaningsih, SKM ...................................

Penguji

Lusi Ismayenti, ST, M.Kes NIP. 19720322 200812 2 002

Surakarta, 2010

Tim Skripsi Ketua Program

D.IV Kesehatan Kerja FK UNS

Sumardiyono, SKM, M.Kes Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp. Ok NIP. 19650706 198803 1 002 NIP. 19481105 198111 1 001

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Juli 2010

Pradita Dwi Endah Retnani NIM. R0206044

ABSTRAK

Pradita Dwi Endah Retnani, 2010. PENGARUH KEBIASAAN

MAKAN PAGI TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA JASA KULI

ANGKUT DI PASAR KLEWER SURAKARTA. Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Pasar Klewer Surakarta merupakan pusat perdagangan tekstil terbesar di jawa. Dalam setiap kegiatannya melibatkan berbagai pekerjaan antara lain : pedagang, pembeli dan pekerja jasa kuli angkut. Pekerja jasa kuli angkut adalah orang yang bekerja mengangkut barang dari tempat pengiriman barang menuju kios di dalam pasar.

Dalam pekerjaannya jasa kuli angkut harus mempunyai asupan gizi yang cukup. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kebiasaan makan pagi terhadap kelelahan kerja pada pekerja jasa kuli angkut di Pasar Klewer Surakarta.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dimana variabel sebab dan akibat diteliti dan dikumpulkan pada waktu yang bersamaan dan melakukan pengukuran terhadap kelelahan kerja. Data yang digunakan yaitu data primer yang diperoleh dari observasi secara langsung. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik Chi Square Test dengan menggunakan program komputer SPSS 16.0.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kebiasaan makan pagi terhadap kelelahan kerja pada pekerja jasa kuli

angkut di Pasar Klewer Surakarta yaitu dengan hasil nilai p = 0,011 dan c 2 = 6,465.

Kata Kunci : Kebiasaan Makan Pagi, Kelelahan Kerja Kepustakaan : 14, 1992-2004

ABSTRACT

Pradita Dwi Endah Retnani, 2010. MORNING EATING HABITS EFFECT

ON WORKERS IN EMPLOYMENT SERVICE FATIGUE PORTERS AT

PASAR KLEWER SURAKARTA. D.IV Occupational Health Program Faculty of Medicine, Sebelas Maret University.

Surakarta Klewer Market is the largest textile trading center in Java. In each of its activities involve a variety of jobs including: vendors, buyers and service workers porters. Porters service worker is a person who works to transport goods from the place of delivery of goods to the stalls in the market.

In his work porters services must have adequate nutrition. The purpose of this study was to investigate the influence eating habits in the morning to work on worker fatigue porters service in Surakarta, Market Klewer.

This research used analytical observational research with cross sectional approach in which cause and effect variables studied and collected at the same time and perform the measurement of fatigue. The data used are primary data obtained from direct observation. Processing techniques and data analysis by statistical tests Chi square test using SPSS 16.0 computer program.

From the research that has been done can be concluded that there is influence of breakfast habits of work on worker fatigue porters service in Klewer

market, Surakarta is with the value p = 0,011 and c 2 = 6,465.

Keywords : Breakfast Habits, Work Fatigue Bibliography : 14, 1992-2004

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah- Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Kebiasaan Makan Pagi terhadap Kelelahan Kerja pada Pekerja Jasa Kuli Angkut di Pasar Klewer Surakarta”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan di Program Studi Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyelesaian penelitian sampai dengan tersusunnya skripsi ini, dengan rasa rendah hati disampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. A.A. Subiyanto, dr., MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

2. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp. Ok selaku Ketua Program Diploma

IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

3. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Live Setyaningsih, SKM selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Lusi Ismayenti, ST, M.Kes selaku penguji yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini.

6. Bapak Panut selaku kepala Persatuan Kuli Angkut Pasar Klewer Surakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

7. Bapak, Ibu, kakak, adikku, teman-teman WB dan orang-orang terdekat yang aku sayangi, atas segala doa, cinta, dukungan dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

8. Sahabat, rekan-rekan angkatan 2006 dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu. Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca sekalian. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi civitas akademika Program Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, untuk menambah wawasan ilmu di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.

Surakarta, Juli 2010

Pradita Dwi Endah Retnani

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Standar Iklim Kerja ...................................................................... 16 Tabel 2. Distribusi Umur Responden ......................................................... 28 Tabel 3. Distribusi Masa Kerja Responden ............................................... 29 Tabel 4. Data Pengukuran Tekanan Panas ................................................. 29 Tabel 5. Data Pengukuran Kebisingan ....................................................... 30 Tabel 6. Kebiasaan Makan Pagi pada Tenaga Kerja................................... 31 Tabel 7. Hasil Pengukuran Kelelahan terhadap Pekerja Makan Pagi........... 31 Tabel 8. Hasil Pengukuran Kelelahan terhadap Pekerja Tidak Makan Pagi 31 Tabel 9. Skor Penilaian Kelelahan Kerja....................................................... 32 Tabel 10. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola ... 34

DAFTAR GAMBAR

Bagan 1. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 19 Bagan 2. Desain Penelitian .......................................................................... 24

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Pengukuran Kebiasaan Makan Pagi terhadap Kelelahan Kerja Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian Lampiran 3. Lembar Data Kuesioner

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi seperti saat ini gizi kerja merupakan salah satu aspek kesehatan yang berperan penting dalam rangka mengurangi kelelahan kerja. Setiap masyarakat selama masih hidup pasti mengalami perubahan- perubahan. Perubahan tersebut ada yang pengaruhnya cepat dan ada juga yang pengaruhnya lambat. Pengaruh yang ditimbulkan dapat mencakup beberapa aspek seperti cara hidup/kebiasaan, norma, adat, kesehatan dan lain sebagainya. Demikian pula yang terjadi di lingkungan kerja, kebanyakan tenaga kerja tidak mempunyai kebiasaan untuk makan pagi atau disebut dengan sarapan. Untuk dapat melakukan aktifitas, tubuh kita pasti memerlukan tenaga. Tenaga tersebut didapat dari makanan yang dikonsumsi namun makanan yang dikonsumsi tidak dapat langsung digunakan tetapi diubah menjadi zat-zat yang dapat diserap oleh tubuh kemudian baru diubah menjadi sumber energi. Menurut Suma’mur, (1994) adapun makanan yang dikonsumsi harus memiliki kadar gizi yang baik atau biasa disebut makanan berimbang (Balance Diet).

Salah satu bentuk kebiasaan yang bisa dikatakan sebagai budaya adalah seringnya masyarakat untuk tidak pernah sarapan pagi. Sebenarnya dengan kita melakukan sarapan pagi itu mampu menyokong/mensupplai Salah satu bentuk kebiasaan yang bisa dikatakan sebagai budaya adalah seringnya masyarakat untuk tidak pernah sarapan pagi. Sebenarnya dengan kita melakukan sarapan pagi itu mampu menyokong/mensupplai

Pekerjaan memerlukan tenaga yang sumbernya adalah makanan, supaya daya tubuh tetap terjaga dan badan tidak cepat lelah. Bahan-bahan makanan dapat digolongkan menurut : makanan pokok (nasi, jagung, sagu, roti), lauk pauk (berasal dari hewani maupun nabati), sayur mayur, buah- buahan dan susu. Menu makanan tersebut apabila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup merupakan makanan yang seimbang (balance diet) dan lengkap zat gizinya, karena makanan pokok memberikan zat hidrat arang, lauk pauk memberikan protein dan lemak, sayur mayur memberikan vitamin dan mineral serta air, buah-buahan memberikan vitamin dan mineral (Gempur Santoso, 2004).

Makan pagi adalah sejumlah makanan yang dikonsumsi seseorang pada pagi hari (waktu mulai matahari terbit sampai kira-kira pukul 05.00-

07.00) (Ahmadi, 1993). Jadi kebiasaan seseorang untuk makan pagi di mulai dari pukul 05.00 sampai pukul 07.00. Dimana mencakup frekuensi makan pagi, rata-rata kandungan energi dan protein dalam makan pagi selama satu minggu. Makan pagi sangat penting untuk seseorang sebelum melakukan pekerjaan, apalagi pada pekerjaan yang berat-berat khususnya pada pekerja jasa kuli angkut. Karena pada pekerjaan ini banyak memerlukan energi, apabila para pekerja tidak makan pagi maka dapat menyebabkan kelelahan 07.00) (Ahmadi, 1993). Jadi kebiasaan seseorang untuk makan pagi di mulai dari pukul 05.00 sampai pukul 07.00. Dimana mencakup frekuensi makan pagi, rata-rata kandungan energi dan protein dalam makan pagi selama satu minggu. Makan pagi sangat penting untuk seseorang sebelum melakukan pekerjaan, apalagi pada pekerjaan yang berat-berat khususnya pada pekerja jasa kuli angkut. Karena pada pekerjaan ini banyak memerlukan energi, apabila para pekerja tidak makan pagi maka dapat menyebabkan kelelahan

Kelelahan kerja adalah kelelahan yang terjadi pada manusia oleh karena kerja yang dilakukan. Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan. Kata kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda–beda, tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh (Suma’mur, 1996). Kelelahan disini diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi, performans kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan (Sritomo Wignjosoebroto, 2003). Kelelahan sendiri merupakan aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja. Menurut Sugeng Budiono, A.M, (2003) kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Tetapi pada dasarnya kelelahan di timbulkan oleh dua hal, yaitu akibat kelelahan fisiologis (fisik) dan akibat kelelahan psikologis (mental). Hal ini bisa bersifat obyektif (akibat perubahan performance) dan bisa bersifat subyektif (akibat perubahan dalam perasaan dan kesadaran).

Pasar Klewer merupakan pusat perdagangan tekstil terbesar di Jawa Tengah, hal tersebut berdasarkan survey yang dilakukan pada tanggal 20 Januari 2010. Salah satu aktivitas dari beberapa jenis pekerjaan yang ada di pasar Klewer yaitu pekerja jasa angkut. Pekerja jasa angkut di pasar Klewer Pasar Klewer merupakan pusat perdagangan tekstil terbesar di Jawa Tengah, hal tersebut berdasarkan survey yang dilakukan pada tanggal 20 Januari 2010. Salah satu aktivitas dari beberapa jenis pekerjaan yang ada di pasar Klewer yaitu pekerja jasa angkut. Pekerja jasa angkut di pasar Klewer

Hal inilah yang mendasari penulis untuk mengambil judul Pengaruh Kebiasaan Makan Pagi terhadap Kelelahan Kerja pada Pekerja Jasa Kuli Angkut di Pasar Klewer Surakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : “Adakah Pengaruh Kebiasaan Makan Pagi terhadap Kelelahan Kerja pada Pekerja Jasa Kuli Angkut di Pasar Klewer Surakarta?”

C. Tujuan Penelitian

1. Umum Untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh kebiasaan makan pagi terhadap kelelahan kerja pada pekerja jasa kuli angkut di pasar Klewer Surakarta.

2. Khusus

a. Untuk mengetahui dan mengkaji kebiasaan makan pagi pekerja jasa kuli angkut di pasar Klewer Surakarta.

b. Untuk melakukan penilaian kelelahan kerja pada pekerja jasa kuli angkut yang mempunyai kebiasaan makan pagi maupun yang tidak mempunyai kebiasaan makan pagi.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis Diharapkan penelitian ini sebagai pengkajian bahwa kebiasaan makan pagi dapat mempengaruhi kelelahan kerja.

2. Praktis

a. Diharapkan para pekerja jasa angkut lebih memperhatikan kesehatannya supaya mengurangi/tidak terjadi kelelahan kerja.

b. Diharapkan para pekerja jasa angkut mengalami perubahan perilaku yaitu menerapkan kebiasaan makan pagi sebelum melakukan pekerjaan.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Makan Pagi Makan pagi adalah sejumlah makanan yang dikonsumsi seseorang pada pagi hari mulai dari matahari terbit sampai kira-kira pukul 05.00-07.00 (Ahmadi, 1993). Jadi kebiasaan seseorang untuk makan pagi di mulai dari pukul 05.00 sampai pukul 07.00. Dimana mencakup makanan sehat dan mempunyai kadar gizi yang baik. Makan sehat adalah makanan yang mengandung tri guna makan yaitu makanan yang mengandung tiga kegunaan makanan yaitu sebagai zat pembangun, zat pengatur, dan zat tenaga. Untuk sarapan sebaiknya mengikuti pola makan seimbang yakni dengan komposisi karbohidrat 60-68 %, protein 12-12%, lemak 20-25%, dan serat 10-15% (Gempur Santoso, 2004).

Ilmu gizi umumnya mempelajari bagaimana memberikan makanan sebaik-baiknya sehingga kesehatan tubuh menjadi sangat optimal. Gizi kerja adalah nutrisi atau zat makanan yang diperlukan oleh para pekerja untuk memenuhi kebutuhan kalori yang sesuai dengan jenis pekerjaannya. Tujuannya adalah supaya tingkat kesehatan dan daya kerja

serta produktifitas kerja tercapai setinggi-tingginya (Gempur Santoso,

Menurut SNI 9-960-990 gizi kerja yang tidak baik akan berakibat sebagai berikut :

a. Gangguan kesehatan di kalangan tenaga kerja yaitu berupa penyakit- penyakit akibat kekurangan zat gizi.

b. Terjadi merendahnya/kekurangan kalori untuk tenaga kerja yang mengakibatkan kelelahan kerja. Pada umumnya zat makanan atau nutrisi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu makronutrien dan mikronutrien. Yang termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein, dan lemak yang dapat menghasilkan energi, sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan mineral yang berfungsi sebagai pengatur tubuh yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit (Gempur Santoso, 2004).

Menurut Sjahmien Moehyi (1992) berkurangnya zat gizi dalam makanan disebabkan oleh tiga hal yaitu :

a. Zat gizi terlarut dalam air dan akan terbuang bersama air pencuci.

b. Zat gizi akan rusak atau terurai karena pengaruh enzim pada makanan.

c. Zat gizi akan terurai akibat pemanasan bahan makanan pada saat dimasak.

Menurut Khomsan Ali (2002), ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam ritual sarapan pagi yaitu :

1) Secara Kuantitas

Jumlah sarapan yang cukup dan seimbang zat gizinya dapat memenuhi kebutuhan tubuh selama 4 – 6 jam sebelum makan siang tiba. Jika tidak tubuh akan memperoleh energi dengan memecah/menguras cadangan gula yang tersimpan dalam hati hingga akhirnya kita akan merasa lelah/capek serta lemas karena tidak ada makanan yang masuk untuk membakar cadangan gula tersebut. Jadi sarapan dengan jumlah nutrisi yang tepat bukan makan dengan porsi yang banyak asal kenyang tetapi kandungan nutrisi di dalamnya kurang memenuhi kebutuhan tubuh/ kesehatan tubuh .

2) Secara Kualitas Dalam setiap aktivitas makan kita harus memenuhi syarat makanan dan juga harus seimbang. Hal ini karena setiap jenis zat gizi tersebut mempunyai waktu metabolisme yang berbeda-beda. Pemecahan atau pembakaran karbohidrat akan berlangsung terlebih dahulu sampai 4 jam pertama, kemudian baru protein dan terakhir adalah lemak. Sedang vitamin dan mineral akan membantu proses metabolisme tersebut. Jadi sarapan harus merupakan kombinasi yang baik diantara zat gizi yang ada di dalam makanan.

Sering kita mengabaikan sarapan atau makan pagi, kadang- kadang karena kesibukan atau mengejar waktu sehingga makan pagipun terabaikan. Sebenarnya makan pagi banyak manfaatnya antara lain : Sering kita mengabaikan sarapan atau makan pagi, kadang- kadang karena kesibukan atau mengejar waktu sehingga makan pagipun terabaikan. Sebenarnya makan pagi banyak manfaatnya antara lain :

b. Dapat memelihara ketahanan tubuh, agar kita dapat beraktifitas atau bekerja dengan baik.

c. Membantu memusatkan pikiran untuk melakukan pekerjaan.

Ada enam unsur gizi dalam makanan yang dibutuhkan manusia, sedangkan fungsi unsur gizi dalam tubuh manusia antara lain :

a. Zat makanan pemberi kalori terdiri dari unsur gizi : Karbohidrat, lemak, protein.

b. Zat pembangun terdiri dari unsur gizi : Protein, lemak, mineral, dan air.

c. Zat pengatur terdiri dari unsur gizi : Protein, mineral, air, dan vitamin.

2. Kelelahan Kerja Kelelahan adalah mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh.

a. Klasifikasi Kelelahan Kerja

1) Kelelahan otot

Kelelahan otot merupakan tremor pada otot/perasaan nyeri pada otot. Keadaan berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui fisik untuk suatu waktu disebut kelelahan otot secara fisiologi, dan gejala yang ditunjukkan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik, namun juga pada makin rendahnya gerakan.

2) Kelelahan umum Kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab- sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Grandjean, 1993).

b. Tanda-tanda Kelelahan Kerja Menurut Sugeng Budiono, A.M, dkk (2003), berikut adalah gambaran mengenai gejala kelelahan (Fatigue Symptons) secara subyekif dan objektif :

1) Perasaan lesu, ngantuk dan pusing.

2) Tidak atau berkurangnya konsentrasi.

3) Berkurangnya tingkat kewaspadaan.

4) Persepsi yang buruk dan lambat.

5) Tidak ada/berkurangnya gairah untuk bekerja.

6) Menurunnya kinerja jasmani dan rohani. Suma’mur P.K (1996), membuat daftar gejala atau perasaan yang ada hubungannya dengan kelelahan yaitu :

1) Pelemahan Kegiatan Gejala kelelahan yang berupa pelemahan kegiatan ditunjukkan dengan :

a) Perasaan berat di kepala

b) Badan merasa lelah

c) Kaki merasa berat,

d) Menguap

e) Merasa kacau pikiran

f) Menjadi mengantuk

g) Merasakan beban pada mata

h) Kaku dan canggung dalam gerakan

i) Tidak seimbang dalam berdiri j) Merasa ingin berbaring.

2) Pelemahan Motivasi Gejala kelelahan yang berupa pelemahan motivasi ditunjukkan dengan :

a) Susah berfikir

b) Lelah berbicara

c) Menjadi gugup

d) Tidak dapat berkonsentrasi

e) Tidak mempunyai perhatian terhadap sesuatu

f) Cenderung untuk lupa

g) Kurang pecaya diri g) Kurang pecaya diri

i) Tidak dapat mengontrol sikap j) Tidak tekun dalam pekerjaannya.

3) Pelemahan Fisik Gejala kelelahan yang berupa pelemahan fisik ditunjukkan dengan:

a) Sakit kepala

b) Kekakuan di bahu

c) Merasa nyeri di punggung

d) Merasa pernapasan tertekan

e) Haus

f) Suara serak

g) Merasa pening

h) Spasme dari kelopak mata

i) Tremor pada anggota badan j) Merasa kurang sehat

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Kerja Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kelelahan. Faktor tersebut sebagai pembatas yang tidak boleh dilampaui agar pekerja dapat bekerja dengan aman, nyaman dan sehat (Sugeng Budiono,A.M, dkk, 2003). Adapun faktor tersebut adalah:

1) Faktor Internal

a) Umur

Semakin tua seseorang semakin cepat lelah orang tersebut dalam melakukan pekerjaan. Pada usia lanjut jaringan otot akan mengerut dan digantikan oleh jaringan ikat. Pengerutan otot menyebabkan daya elastisitas otot berkurang termasuk juga daya angkat beban (Arcole Margatan, 1996). Sehingga kalori yang dibutuhkan juga semakin besar.

b) Jenis kelamin Laki-laki mempunyai keadaan fisik atau susunan otot yang lebih kuat dari pada wanita. Kalori yang dibutuhkan laki- laki juga lebih besar dari wanita. Sebagai gambaran kekuatan wanita yang lebih jelas, wanita muda dan laki-laki tua kemungkinan dapat mempunyai kekuatan yang hampir sama (Sugeng Budiono, A.M, dkk, 2003).

c) Masa kerja Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja disuatu tempat (Tarwaka, 2004). Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun negatif. Memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya masa kerja personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya akan memberikan pengaruh negatif apabila dengan semakin lamanya masa kerja maka akan timbul kebiasaan pada tenaga kerja. Hal ini biasanya terkait dengan pekerjaan yang bersifat monoton dan berulang.

d) Status gizi Seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya (Sugeng Budiono, A.M, dkk, 2003).

e) Riwayat penyakit Ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi kelelahan yaitu seperti penyakit jantung, penyakit gangguan ginjal, penyakit asma dan tekanan darah tinggi atau hipertensi.

2) Faktor Eksternal

a) Beban kerja Seseorang yang mengangkat dan mengangkut beban yang semakin berat dapat menyebabkan cepat lelah. Sehingga kalori yang dibutuhkan juga lebih banyak untuk menghasilkan tenaga yang maksimal.

b) Jarak angkat Pada saat melakukan pekerjaan mengangkat dan mengangkut jarak angkat juga diperhitungkan yakni semakin jauh jarak angkat maka semakin besar energi yang dikeluarkan untuk pekerjaan mengangkat dan mengangkut sehingga dapat mempercepat kelelahan kerja.

c) Tekanan Panas

Tekanan panas disuatu lingkungan kerja adalah perpaduan antara suhu udara, kelembaban, radiasi, kecepatan gerak udara dan panas metabolisme sebagai hasil aktivitas seseorang. Produksi panas di dalam tubuh tergantung dari kegiatan fisik tubuh, makanan, pengaruh dari berbagai bahan kimiawi, dan gangguan pada sistem pengatur panas.

Tekanan panas yang berlebihan akan menjadi beban pengaruh yang harus diperhatikan dan diperhitungkan. Pengaruh tersebut berupa panas lingkungan, dapat menyebabkan kelelahan kerja. Tekanan panas yang berlebih juga dapat mengakibatkan perubahan fungsional pada organ yang bersesuaian pada tubuh manusia serta dapat mengakibatkan rasa letih dan kantuk, mengurangi kestabilan dan meningkatnya jumlah angka kesalahan kerja sehingga dapat menurunkan efisiensi kerja (Eko Nurmianto, 1996).

Untuk menilai tingkat tekanan panas dalam lingkungan kerja digunakan beberapa indek diantaranya adalah dengan W.B.G.T (Wet Bulb Globe Temperature Index). Indeks ini dikembangkan untuk menilai beban panas yang diberikan untuk latihan angkatan bersenjata amerika. Di Indonesia dikenal dengan nama Indeks Suhu Basah dan Bola. Untuk menghitung ISBB, digunakan rumus : (American Conference of Govermental Industrial Hygienist) ,

ISBB : 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 suhu kering, (untuk di luar ruangan yang ada pengaruh sinar matahari).

ISBB : 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi, (untuk penilaian di

dalam ruangan kerja atau gedung). Keterangan : ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola)

Rumus ini berlaku untuk lingkungan kerja dengan kondisi yang relatif tetap selama jam kerja. Nilai Ambang Batas tekanan panas lingkungan kerja yang diperkenankan, tergantung dari pengaturan waktu kerja dan beban kerja (tabel 1). Tabel 1. Standar Iklim Kerja berdasarkan Keputusan Menteri

Tenaga Kerja Nomor: Kep-/MEN/1999.

Variasi kerja – istirahat Beban kerja (ISBB) Ringan

Sedang Berat Kerja terus-menerus

26,7 25,0 75% kerja, 25% istirahat

28,0 25,9 50% kerja, 50% istirahat

31,1 30,0 Sumber : Kepmenaker No. Kep-/MEN/1999.

25 % kerja, 75% istirahat

d) Kebisingan Kebisingan adalah suatu tekanan yang merusak pendengaran. Kebisingan merupakan suara yang tidak diinginkan (Sugeng Budiono, A.M, dkk, 2003). Kebisingan >85 dB bersifat mengganggu

kenyamanan kerja, berpengaruh buruk terhadap komunikasi dan tidak menguntungkan terhadap efisiensi.

Menurut Cohen (1997) menyatakan bahwa akibat kebisingan terhadap kesehatan fisik secara umum dapat meningkatkan tekanan darah, gangguan pencernaan. Sedangkan terhadap kesehatan mental dapat menimbulkan sakit kepala, rasa mual. Kebisingan mengurangi efisiensi dari banyak tugas, meningkatkan tekanan darah, dan menurunkan volume aliran darah. Saat kita tidur dapat menyebabkan perubahan

electroencephalograms dan sirkulasi darah tanpa kita merasakannya. Kebisingan menyebabkan kelelahan, kegugupan, rasa ingin marah, hipertensi dan menambah stress.

3. Hubungan Antara Kebiasaan Makan Pagi dengan Kelelahan Kerja

Kebiasaan makan pagi sangat penting untuk kesehatan, apabila tenaga kerja tidak mempunyai kebiasaan makan pagi maka dalam melakukan pekerjaan akan mudah lelah. Selain itu juga dapat menimbulkan penyakit, khususnya penyakit maag. Apabila keadaan gizi tenaga kerja kurang maka akan mengurangi gairah kerja, mempercepat terjadinya kelelahan dan tenaga kerja akan mudah terserang penyakit. Sebaliknya apabila keadaan gizi tenaga kerja baik dan seimbang maka akan meningkatkan gairah kerja, memperlambat kelelahan dan daya tahan tubuh menjadi kuat sehingga tidak mudah terserang penyakit.

Seperti halnya aktivitas makan di waktu yang lain baik makan siang maupun makan malam, sarapan di pagi hari tidak boleh kita lewatkan begitu saja. Karena dengan diawali sarapan pagi, kita dapat Seperti halnya aktivitas makan di waktu yang lain baik makan siang maupun makan malam, sarapan di pagi hari tidak boleh kita lewatkan begitu saja. Karena dengan diawali sarapan pagi, kita dapat

Jadi sarapan dengan jumlah nutrisi yang tepat bukan makan dengan porsi yang banyak asal kenyang tetapi kandungan nutrisi di dalamnya kurang memenuhi kebutuhan tubuh/ Kesehatan Tubuh ( http://www.scribd.com/doc/24131915 ).

B. Kerangka Pemikiran

Pengaruh Kebiasaan Makan Pagi terhadap Kelelahan Kerja

Kebiasaan tidak makan pagi

Tubuh lemas, konsentrasi terganggu

Tidak ada cadangan

Memecah makanan

Kekurangan kalori

cadangan gula

Energi menurun

Kelelahan Kerja

Faktor eksternal : Faktor Internal :

1. Beban kerja

1. Usia

2. Jarak angkat

2. Jenis Kelamin

3. Tekanan panas

3. Masa kerja

4. Kebisingan

4. Status Gizi

5. Riwayat penyakit

Keterangan : : Dilakukan penelitian : Tidak dilakukan uji statistik

C. Hipotesis

Ada Pengaruh Kebiasaan Makan Pagi terhadap Kelelahan Kerja pada Pekerja Jasa Kuli Angkut di Pasar Klewer Surakarta.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik yaitu penelitian yang menjelaskan adanya pengaruh antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa yang telah di rumuskan sebelumnya (Sumadi Suryabrata, 2003)

Berdasarkan pendekatannya, maka penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional karena variabel sebab dan akibat yang terjadi pada objek penelitian diukur dan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan dilakukan pada situasi saat yang sama (Soekidjo Notoatmojo, 1993). Selain itu ada juga yang berpendapat bahwa penelitian ini juga diobservasi hanya sekali pada saat yang bersamaan (Mochammad Arief T.G, 2004).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pasar Klewer Surakarta, pada bulan April 2010.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah pekerja jasa kuli angkut di Pasar Klewer Surakarta dengan populasi 50 orang. Subyek yang digunakan adalah 36 pekerja jasa kuli angkut di pasar Klewer yang telah memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut :

1. Pria

2. Usia 20-50 Tahun

3. Masa kerja lebih dari 5 Tahun.

4. Mengangkat beban secara manual

5. Bersedia menjadi subyek penelitian

D. Teknik Sampling

Teknik sampling dalam penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Purposive sampling, yaitu pemilihan kelompok subjek dengan jumlah yang sudah ditentukan sebelumnya berdasarkan ciri dan sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat populasi (Soekidjo Notoatmojo, 1993).

E. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kebiasaan makan pagi.

2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kelelahan kerja.

3. Variabel Pengganggu Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua, yaitu :

a. Variabel pengganggu terkendali : usia, jenis kelamin, masa kerja, beban kerja.

b. Variabel pengganggu tidak terkendali : Kebisingan, tekanan panas, status gizi.

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Makan Pagi Makan pagi adalah kegiatan mengkonsumsi makanan pada pagi hari mulai pukul 05.00 - 09.00 yang berupa nasi. Alat ukur

: Kuesioner dan wawancara

Hasil pengukuran dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu kebiasaan makan pagi dan kelompok yang tidak mempunyai kebiasaan makan pagi. Skala pengukuran : Nominal

2. Kelelahan Kerja Kelelahan adalah jumlah skor jawaban perasaan kelelahan pada kuesioner yang digunakan untuk penelitian. Alat ukur

: KUPK2 (Kuesioner Umum Perasaan Kelelahan Kerja) Satuan

: Jumlah skor

Hasil pengukuran diperoleh 0-60 poin dan dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu :

a. tenaga kerja yang tidak mengalami kelelahan jika skor kurang dari 30 a. tenaga kerja yang tidak mengalami kelelahan jika skor kurang dari 30

G. Desain Penelitian

Populasi

Purposive sampilng

Subjek

Mempunyai kebiasaan Tidak mempunyai makan pagi keiasaan makan pagi

Tidak mengalami kelelahan kerja

Mengalami Tidak mengalami

Mengalami

kelelahan kerja

kelelahan kerja

kelelahan kerja

Chi SquareTest

Keterangan :

X 1 : Tenaga kerja yang mempunyai kebiasaan makan pagi

mengalami kelelahan kerja.

X 2 : Tenaga kerja yang mempunyai kebiasaan makan pagi tidak

mengalami kelelahan kerja.

X 3 : Tenaga kerja yang tidak mempunyai kebiasaan makan pagi

mengalami kelelahan kerja.

X 4 : Tenaga kerja yang tidak mempunyai kebiasaan makan pagi tidak mengalami kelelahan kerja.

H. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah :

1. Wawancara, yaitu memberi pertanyaan secara langsung kepada subjek penelitian.

2. KUPK2 (Kuesioner Umum Perasaan Kelelahan Kerja), yaitu daftar pertanyaan yang digunakan untuk menentukan tingkat kelelahan pada subjek penelitian.

I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Menurut Hastono (2001) teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik Chi Square Test dengan menggunakan program komputer SPSS versi 10.0, dengan interprestasi hasil sebagai berikut :

a. Jika p value £ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.

b. Jika p value > 0,01 tetapi £ 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.

c. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Pasar Klewer

Pasar Klewer Surakarta merupakan pusat perdagangan tekstil terbesar di Jawa Tengah. Dalam lingkungan tersebut terdapat tenaga kerja yang bekerja sebagai kuli angkat angkut. Beban yang diangkut tenaga kerja biasanya lebih dari 40 kg dan hal ini tidak sesuai dengan ketentuan ergonomi. Karena pekerjaan yang dilakukan termasuk pekerjaan berat, maka untuk pekerja dibutuhkan zat gizi makanan untuk menghasilkan energi yang maksimal serta tidak menimbulkan kelelahan kerja.

B. Karakteristik Responden

Karakteristik tenaga kerja jasa angkat dan angkut yang dilihat adalah umur, lama kerja, dan jenis kelamin. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab kelelahan tenaga kerja. Jumlah responden yang ada dalam penelitian ini adalah 36 responden. Jenis kelamin responden dalam penelitian ini adalah semua laki-laki karena tenaga kerja yang bekerja sebagai kuli angkut di Pasar Klewer Surakarta adalah laki-laki dan tidak terdapat tenaga kerja perempuan. Tabel distribusi menurut kelompok umur dan masa kerja dapat dilihat sebagai berikut :

1. Umur Responden

Dari hasil penelitian terhadap 36 responden menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan umur diketahui umur terendah responden adalah 20 tahun dan umur tertinggi 50 tahun (tabel 2).

Tabel 2. Distribusi Umur Responden

No Rentang umur

Persentase (%) S Kumulatif (Tahun)

9 25 100 Jumlah Total

Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 20 April 2010

Berdasarkan tabel 6 di atas menunjukkan bahwa responden pada kelompok umur 20-25 tahun berjumlah 6 orang (16,67%), kelompok umur 26-30 tahun berjumlah 6 orang (16,67%), kelompok umur 31-35 tahun berjumlah 7 orang (19,44%), kelompok umur 36-40 tahun berjumlah 3 orang (8,33%), kelompok umur 41-45 tahun berjumlah 5 orang (13,89%), dan kelompok umur 46-50 tahun berjumlah 9 orang (25%).

2. Masa Kerja Dari hasil penelitian terhadap 36 responden menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan masa kerja diketahui masa kerja terendah responden adalah 6 tahun dan masa kerja tertinggi adalah > 20 tahun (tabel 3).

Tabel 3. Distribusi Masa Kerja Responden

No Masa Kerja Jumlah Persentase (%) S Kumulatif

100 Jumlah Total

Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal, 2010 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa masa kerja responden atau tenaga kerja baru antara 6-10 tahun hanya berjumlah 14 orang (38,89%) dan masa kerja responden terlama > dari 20 tahun yang berjumlah 6 orang (16,67%)

C. Analisis Univariat

1. Tekanan Panas Data pengukuran tekanan panas pada lingkungan kerja di pasar

Klewer Surakarta diperoleh tekanan panas tertinggi sebesar 28,1 o

C dan tekanan panas terendah sebesar 26,4 o

C (tabel 4). Tekanan panas ini bersumber dari ventilasi pasar yang kurang memadai. Tabel 4. Data Pengukuran Tekanan Panas

No. Lokasi Pengukuran Indeks Suhu Basah

dan Bola ( o C)

1 Titik I

2 Titik II

3 Titik III

4 Titik IV

Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 20 April 2010

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari masing-masing titik lokasi pengukuran tekanan panas dari lokasi pengukuran 1 (Titik I) sampai

dengan lokasi pengukuran ke-4 (Titik IV) diperoleh hasil antara 26,4 o C sampai dengan 28,1 o

C hasil pengukuran dari masing-masing lokasi tersebut telah melebihi NAB sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep-51/MEN/1999 dengan Indeks Suhu Basah dan Bola

C dan termasuk kategori kerja sedang karena variasi kerja yang dilakukan pekerja yaitu 75 % kerja dan 25 % istirahat.

2. Kebisingan Kebisingan merupakan salah satu faktor luar yang menjadi penyebab kelelahan kerja. Dari hasil pengukuran kebisingan yang dilakukan di pasar Klewer Surakarta diperoleh kebisingan tertinggi sebesar

79 dBA dan kebisingan terendah sebesar 78 dBA (tabel 5). Sumber kebisingan berasal dari orang-orang yang sedang melakukan transaksi jual beli serta berasal dari pedagang-pedagang yang memainkan musik. Tabel 5. Data Pengukuran Kebisingan

No. Lokasi Pengukuran Intensitas Kebisingan (dBA)

1 Titik I

2 Titik II

3 Titik III

4 Titik IV

Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 20 April 2010 Dari hasil pengukuran diatas diketahui bahwa dari masing-masing lokasi tidak melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, yaitu Nilai Ambang Batas Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 20 April 2010 Dari hasil pengukuran diatas diketahui bahwa dari masing-masing lokasi tidak melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, yaitu Nilai Ambang Batas

3. Makan Pagi Dari hasil penelitian 36 responden menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan kebiasaan makan pagi dapat diketahui bahwa yang mempunyai kebiasaan makan pagi sebanyak 14 responden dan yang tidak mempunyai kebiasaan makan pagi sebanyak 22 responden. Tabel 6. Kebiasaan Makan Pagi pada Tenaga Kerja

No Kebiasaan

2 Tidak Makan 22 61,11 Jumlah Total

36 100 Sumber : Hasil Pengukuran pada Tanggal 20 April 2010

4. Kelelahan Kerja Dari hasil penelitian 36 responden didapat tabel kelelahan kerja sebagai berikut : Tabel 7. Hasil Pengukuran Kelelahan terhadap Pekerja Jasa Kuli Angkut

yang Mempunyai Kebiasaan Makan Pagi di pasar Klewer Surakarta.

No. Pekerja yang makan pagi

2 Tidak lelah

14 100 u

Jumlah total

mber. Hasil Pengukuran pada tanggal 20 April 2010

Tabel 8. Hasil Pengukuran Kelelahan terhadap Pekerja Jasa Kuli Angkut yang tidak Mempunyai Kebiasaan Makan Pagi di pasar Klewer Surakarta.

No. Pekerja yang tidak makan pagi Jumlah Persentase (%)

1 Lelah

5 22,73 Jumlah total

2 Tidak Lelah

22 100 Sumber. Hasil Pengukuran pada tanggal 20 April 2010

Keterangan : Tabel 9. Skor Penilaian Kelelahan Kerja

No. Skor Kelelahan Kerja

4 11,11 Jumlah total

6 51-60

36 100 Sumber : Suma’mur, 1994

Dari keterangan tabel diatas untuk skor 1-30 dinilai/masuk kriteria tidak lelah, sedangkan skor 31-60 masuk dalam kriteria lelah.

D. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang digunakan untuk mengetahui pengaruh kebiasaan makan pagi terhadap kelelahan kerja yaitu diperoleh c 2 = 6,465 dan

nilai p = 0,011 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kebiasaan makan pagi terhadap kelelahan kerja. Besarnya pengaruh kebiasaan makan pagi terhadap kelelahan kerja ditunjukkan oleh nilai C = 0,434, jadi besarnya pengaruh adalah 0,434 x 100% = 43,4% selengkapnya lihat lampiran 1.

BAB V PEMBAHASAN

A. Karakteristik Pesponden

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pekerja jasa kuli angkut yang bekerja di pasar klewer Surakarta yang telah memenuhi kriteria inklusi yang sudah ditetapkan. Berdasarkan dari data primer (kuesioner) dapat diketahui bahwa tenaga kerja yang tertua adalah berumur 50 tahun dan yang termuda berumur 20 tahun, kemudian dapat diketahui juga bahwa masa kerja terlama adalah telah bekerja selama 27 tahun dan yang terbaru adalah baru bekerja selama 6 tahun. Dari penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa tenaga kerja terbanyak yaitu berumur antara 46-50 tahun, hal tersebut mempunyai potensi kelelahan kerja paling besar dikarenakan usia yang bertambah tua juga akan diikuti oleh kemampuan otot dan organ tubuh yang semakin menurun sehingga dapat menyebabkan tenaga kerja menjadi cepat lelah (David Lambert, 1996). Oleh sebab itu asupan gizi yang cukup dan berimbang dapat membantu menambah dan memberi cadangan energi yang dibutuhkan oleh tenaga kerja sehingga tidak cepat mengalami kelelahan kerja.

B. Analisa Univariat

1. Tekanan Panas Tekanan panas di Pasar Klewer Surakarta melebihi nilai ambang batas yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 27,4ºC hal ini tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP- 51/MEN1999 tentang Nilai Ambang Batas Indeks Suhu Basah dan Bola

yaitu 28,0 0

C dan hal ini termasuk kategori kerja sedang karena variasi kerja yang dilakukan pekerja yaitu 75 % kerja dan 25 % istirahat (tabel 10). Tabel 10. NAB Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB)

Variasi ISBB ºC Kerja Ringan Kerja Sedang

Kerja Berat

Kerja terus menerus

25,0 Kerja 75% istirahat 25%

25,9 Kerja 50% istirahat 50%

27,9 Kerja 25% istirahat 75%

30,0 Sumber : Kepmenaker , 1999

2. Kebisingan Kebisingan di Pasar Klewer Surakarta tidak melebihi nilai ambang batas yaitu antara 78-79 dBA hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja untuk NAB Kebisingan yaitu sebesar

85 dBA dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu yang tidak melebihi 8 jam sehari dan

40 jam seminggu.

3. Kebiasaan Makan Pagi

Dalam penelitian ini diperoleh bahwa hanya 14 orang pekerja yang mempunyai kebiasaan makan pagi dan 22 orang pekerja jasa kuli angkut yang tidak mempunyai kebiasaan makan pagi sehigga dapat mengakibatkan asupan gizi yang ada dalam tubuh mereka berkurang dan cepat mengalami kelelahan. Untuk sarapan sebaiknya mengikuti pola makan seimbang yakni dengan komposisi karbohidrat 60-68 %, protein 12-12%, lemak 20-25%, dan serat 10-15% (Gempur Santoso, 2004).

4. Kelelahan Kerja Berdasarkan hasil penelitian pekerja jasa kuli angkut di Pasar Klewer Surakarta mengalami kelelahan kerja yang mempunyai kebiasaan makan pagi yaitu hanya 4 orang, yang tidak mempunyai kebiasaan makan pagi lebih banyak yaitu 17 orang pekerja, sedangkan pekerja tidak mengalami kelelahan kerja yang mempunyai kebiasaan makan pagi sebanyak 10 orang, yang tidak mempunyai kebiasaan makan pagi yaitu hanya 5 orang pekerja, jika kebiasaan tidak makan pagi terus berlangsung maka dapat menyebabkan penyakit dan kecelakaan kerja.

C. Analisa Bivariat

Dari hasil uji statistik yang digunakan untuk mengetahui pengaruh kebiasaan makan pagi terhadap kelelahan kerja yaitu diperoleh c 2 = 6,465 dan

nilai p = 0,011 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kebiasaan makan pagi terhadap kelelahan kerja.

Kelelahan kerja sebagai akibat tidak adanya kebiasaan makan pagi dapat menyebabkan tidak adanya cadangan makanan yang akan menghasilkan energi yang maksimal. Jika tidak ada cadangan makanan tubuh akan memperoleh energi dengan memecah/menguras cadangan gula yang tersimpan dalam hati hingga akhirnya kita akan merasa lelah/capek serta lemas karena tidak ada makanan yang masuk untuk membakar cadangan gula tersebut (Khomsan Ali, 2002).

Akibat yang disebabkan oleh tidak adanya kebiasaan makan pagi yaitu tubuh menjadi cepat lelah. Keadaan tersebut dapat dicegah dengan adanya kesadaran dari pekerja jasa kuli angkut dengan membiasakan diri untuk makan pagi.

Dari uji statistik dapat diketahui bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kebiasaan makan pagi terhadap kelelahan kerja. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rina Agustina (2004) yang menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara makan pagi terhadap kelelahan kerja, hal tersebut dapat diketahui dari nilai c 2

= 6,565 dan nilai p = 0,015 (p<0,05). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kelelahan. Faktor tersebut sebagai pembatas yang tidak boleh dilampaui agar pekerja dapat bekerja dengan aman, nyaman dan sehat (Sugeng Budiono, A.M, dkk, 2003). Adapun faktor tersebut adalah :

1. Faktor Internal (umur, jenis kelamin, masa kerja, status gizi, dan riwayat penyakit).

2. Faktor Eksternal (beban kerja, jarak angkat, tekanan panas, kebisingan).

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil analisis dan pembahasan yang telah penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kebiasaan makan pagi terhadap kelelahan kerja, hal tersebut dapat diketahui dari nilai p = 0,011 (p < 0,05). Serta besarnya pengaruh kebiasaan makan pagi terhadap kelelahan kerja ditunjukkan oleh nilai C = 0,434, jadi besarnya pengaruh adalah 0,434 x 100% = 43,4%, sedangkan 56,6% berasal dari faktor lain yang mempengaruhi kelelahan kerja.

B. Saran

1. Bagi Tenaga Kerja

a. Sebaiknya para pekerja jasa kuli angkut membiasakan diri untuk makan pagi.

b. Sebaiknya para pekerja jasa kuli angkut dalam mengangkut beban disesuaikan dengan kemampuannya untuk menghindari kecelakaan kerja yang mungkin terjadi.

2. Bagi Pengelola Sebaiknya untuk pengelola lebih bisa menekankan atau memberi masukan dan saran sebelum bekerja lebih baik makan pagi terlebih dahulu.

3. Bagi Peneliti Lain

Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam lagi supaya hasil yang diperoleh lebih valid dan akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Khomsan, 2002. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: Penerbit PT Raja Grafindo Persada.

Arcole Margatan, 1996. Kiat Hidup Sehat Bagi Lanjut Usia. Solo : CV. Aneka.

David Lambert, 1996. Tubuh Manusia. Jakarta : Arcan. Depkes RI, 2003. Warta Kesehatan Masyarakat. Edisi No. 7 September tahun

2003. Jakarta : Dirjen Bina Kesmas Depkes.

Eko Nurmianto, 2003. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya.

Ganong, W.F, 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Gempur Santoso, 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Hertog Nur Sanyoto, 1992. Ilmu Gizi, Zat Gizi Utama. Jakarta : Golden Terayon Press.

Rina Agustina, 2004. Pengaruh Makan Pagi terhadap Kelelahan Kerja pada Pekerja Kuli di Pasar Johar Semarang . Semarang : Universitas Diponegoro Semarang.

Sjahmien Moehji, 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Jakarta : Bhratara.

Soekidjo Notoatmodjo, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sritomo Wignjosoebroto, 2003. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya: Guna Widya.

Sugeng Budiono, A.M, dkk, 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja . Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Suharsimi Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Suma’mur, P. K, 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV Haji Masagung,

Tarwaka, Solichul H. A Bakri, Lilik Sudiajeng, 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas . Surakarta: UNIBA PRESS.