Peranan Inggris dalam pembentukan negara Israel di tanah Palestina tahun 1920-1948

SKRIPSI OLEH :

Tomy Eko Setyawan

K.4405036

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

PERANAN INGGRIS DALAM PEMBENTUKAN NEGARA ISRAEL DI TANAH PALESTINA TAHUN 1920-1948 OLEH : TOMY EKO SETYAWAN

K 4405036

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar sarjana pendidikan Program Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Halaman Persetujuan

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Syaiful Bachri, M.Pd Musa Pelu, S.P.d, M.Pd NIP. 19520603 198503 1 001

NIP. 19730403 200604 1 025

Halaman Pengesahan

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari

Tanggal

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Djono, M.Pd ……………… Sekretaris

: Dra. Sri Wahyuni, M.Pd ……………… Anggota I

: Drs. Syaiful Bachri, M.Pd ……………… Anggota II

: Musa Pelu, S.Pd, M.Pd ……………...

Disahkan oleh Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP. 19600727 198702 1001

Abstrak

Tomy Eko Setyawan. PERANAN INGGRIS DALAM PEMBENTUKAN NEGARA

ISRAEL DI TANAH PALESTINA TAHUN 1920-1948. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Oktober 2009.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan: (1) Perkembangan nasionalisme bangsa Yahudi, (2) Usaha-usaha yang dijalankan Inggris dalam membantu pembentukan negara Israel tahun 1920-1948, (3) Reaksi Bangsa Arab Palestina setelah berdirinya negara Israel, (4) Sikap negara-negara Timur Tengah terhadap pembentukan negara Israel.

Penelitian ini menggunakan metode historis. Sumber data yang digunakan adalah sumber buku literatur dan surat kabar. Teknik pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis historis, yaitu analisa yang mengutamakan ketajaman dalam mengolah suatu data sejarah. Prosedur penelitian dengan melalui empat tahap kegiatan yaitu: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Dalam sejarah bangsa Yahudi kerap mengalami penindasan di negara tempat bangsa Yahudi berdiam sehingga menumbuhkan semangat nasionalisme bangsa Yahudi untuk kembali ke tanah yang dianggap sebagai tanah leluhurnya yaitu Palestina. Nasionalisme bangsa Yahudi diwujudkan melalui gerakan Zionisme. Zionisme adalah gerakan kaum Yahudi untuk kembali ke tanah leluhurnya Palestina. (2) Usaha-usaha yang dijalankan Inggris dalam membantu pembentukan negara Israel tahun 1920-1948, antara lain pemerintah Inggris membantu dan memberi kemudahan kaum Yahudi dari berbagai dunia untuk pindah ke Palestina, membantu orang-orang Yahudi untuk mengambil tanah dari rakyat Arab Palestina, terus menekan rakyat Arab Palestina agar orang-orang Yahudi menguasai ekonomi Palestina, melakukan tekanan kepada gerakan-gerakan rakyat Arab Palestina yang menentang Zionisme bahkan dengan kekerasan fisik, pemerintah Inggris lebih memberi dukungan kepada kaumYahudi setiap terjadi konferensi antara Arab dan Yahudi tentang Palestina. (3) Reaksi bangsa Arab Palestina setelah terbentuknya negara Israel adalah membentuk organisasi-organisasi perlawanan untuk menentang eksistensi negara Zionis Israel, misalnya Al Fatah, PLO, Hamas. Setelah berdirinya negara Israel bangsa Arab Palestina terusir dari tanah Palestina dan menjadi pengungsi di negara-negara arab lain. Hal ini menimbulkan semangat nasionalisme dari bangsa Arab Palestina untuk berjuang membebaskan tanah air mereka dari Zionis Israel. (4) Sikap negara-negara Timur Tengah terhadap pembentukan negara Israel, segera melakukan perlawanan menolak keberadaan negara Israel di Palestina. Alasan mereka melakukan perlawanan, orang-orang Arab memandang Zionisme sebagai gerakan kolonial atau memandang Israel sebagai alat Imperialisme Barat. Dalam perhitungan strategi politik dan keamanan, mereka juga merasa khawatir dengan kemungkinan aksi serangan Israel ke daerah-daerah perbatasan. Dalam perkembangannya sikap negara-negara Timur Tengah terhadap negara Israel ada yang bersikap radikal dan tidak mau mengakui Israel dan Moderat terhadap Israel.

Abstrack

Tomy Eko Setiawan. English’s Rule Toward The Formation of Israel Country in Palestina Land at 1920-1948 . Thesis, Surakarta: Training and Education Faculty, Sebelas Maret University, October 2009.

The aim of this research is to describe: (1) the development of Jewish’s nationalism, (2) the efforts done by English in assisting the formation of Israel country in the year of 1920-1948, (3) the reaction of Arabian Palestina after the establishment of Israel country, (4) the attitude of Middle East country toward the formation of Israel country.

This research uses historical method. Data source used is literature book and newspaper. The technique of data collection is by using library study. Data analysis technique used is historical analysis, that is the analysis giving priority of sharpness in managing a historical data. The research procedure is by employing four-stages activity that are heuristic, critic, interpretation, and historiography.

Based on the result of the research, it can be concluded that: (1) During its history, Jewish was often subjected to suppression in the country where Jewish live so that it give rise to nationalism spirit of Jewish for coming back to the land once considered belong to their ancestors that is Palestina. The nationalism of Jewish is manifested through Zionism movement. Zionism is Jewish movement for coming back to their ancestor’s land Palestina. (2) the effort performed by English in assisting the formation of Israel in 1920-1948, for example are the English government assisted and facilitated the Jewish from every part of the world for moving to Palestina, helped Jewish to take over the land from Arabian- Palestina people, continuously suppressed Palestina people so that the Jewish can dominate Palestina’s economy, gave a suppression to the Arabian-Palestina people movement opposing Zionism even by physical abuse, then the English government tended to give support toward Jewish people in each conference held by Arabian and Jewish about Palestina. (3) the reaction of Arabian-Palestina pople after the formation of Israel is that they formed opposing organizations for defying the existence of Zionis Israel, for example are Al Fatah, PLO, Hamas. After the establishment of Israel, Arabian-Palestina people are driven out from Palestina land and they become refugees in other Arabian country. It caused a nationalism of Arabian-Palestina people to struggle for liberating their homeland from Zionis Israel. (4) the attitude of Middle East countries toward the establishment of Israel country is that they immediately made a oppression for rejecting the existence of Israel in Palestina. The reasons the do oppression is that Arabian people see Zionism as a colonial movement and see Israel as Western imperialism tool. In the matter of political and safety strategy, they also worried about the possibility of Israel invasion action to the border region. In its development, the attitude of Middle-East country toward Israel is that there is a radical one who do not want to admit Israel and also moderate one toward Israel.

MOTTO

Sejarah adalah pembebasan dari kepercayaan yang tidak benar, perjuangan melawan kebodohan dan ketidaktahuan. (Pramodya Ananta Toer dalam “Anak Semua Bangsa”)

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara

manusia supaya kamu menetapkan dengan adil sesungguhnya Allah memberi pengarahan yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”

(Q.S. An-Nissa ayat 58)

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan kepada:.

1. Ayah dan Ibu tercinta, yang selalu mendukungku

2. Adik tersayang Dian Anggrani

3. Seluruh keluarga besarku

4. Sahabat-sahabat tersayang

5. Almamater

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan

Hambatan dan rintangan yang penulis hadapi dalam penyelesaian penulisan skripsi ini dapat teratasi berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah menyetujui atas permohonan skripsi ini.

3. Ketua Program Pendidikan Sejarah yang telah memberikan pengarahan dan ijin atas penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Syaiful Bachri, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Musa Pelu, S.Pd, M.Pd selaku dosen Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial yang secara tulus memberikan ilmu kepada penulis selama ini, mohon maaf atas segala tindakan dan perkataan yang tidak berkenan di hati.

7. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungan selama ini.

8. Teman-teman Sejarah ’05: Masdar, Yudi, Nanang, Wahyu, Gagus, Fuad, Bakat, Arif, Franco, Agus, Anton, Andri, Didik, Kusnandar, Ulis, Ika, Nita, Dina, Elyas, Heru, Riyani, Watik, Novi, Ana, Tumiyati, Atin, Tata, Sinta, Erna, Tami, Titis, Fitria, Devi terima kasih atas persahabatan dan dukungannya selama ini.

9. Arfan Bayu (Gendut) atas bantuan dan dukungannya dalam mencari sumber untuk penelitian ini.

10. Teman-teman pengurus perpustakaan prodi sejarah terima kasih atas persahabatan dan dukungannya selama ini.

11. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas amal baik kepada semua pihak yang telah membantu di dalam menyelesaikan skripsi ini dengan mendapatkan pahala yang setimpal.

Penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan Ilmu Pengetahuan pada umumnya.

Surakarta, Oktober 2009

Penulis

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Pembagian Misi Peel tahun 1937 ........................................ 122 Lampiran 2. Peta Pembagian Grandy Morrisan tahun 1946............................ 123 Lampiran 3. Peta Pembagian Palestina pada 29 November 1947.................... 124 Lampiran 4. Kamp Pengungsi Palestina di Israel dan Yordania...................... 125 Lampiran 5. Kamp Pengungsi Palestina di Suriah dan Libanon...................... 126 Lampiran 6. Deklarasi Balfour 1917................................................................ 127 Lampiran 7. Resolusi Majelis Umum PBB Tentang Palestina

29 November 1947 (Resolusi Pembagian).................................. 128 Lampiran 8. Bendera Israel.............................................................................. 130 Lampiran 9. Foto tokoh Gerakan Zionisme dan Perdana menteri Inggris

tahun 1917................................................................................... 131 Lampiran 10. Foto Presiden dan Perdana Menteri Pertama Israel................... 132 Lampiran 11. Lambang Organisasi Perlawanan Palestina .............................. 133 Lampiran 12. Jurnal Asing (The Collusion that Never Was: King Abadallah,

the Jewish Agency and the Partition of Palestina) .................... 134 Lampiran 13. Surat permohonan ijin menyusun skripsi .................................. 143 Lampiran 14. Surat keputusan Dekan FKIP tentang ijin penyusunan skripsi . 144

DAFTAR TABEL

Tabel 1

: Perpindahan orang Yahudi ke Palestina antara tahun

1920- 1928.................................................................................70 Tabel 2

: Perpindahan orang Yahudi ke Palestina antara tahun

1930-1939…….....................................................….......... ……73 Tabel 3

: Pengungsi Rakyat Arab Palestina Tahun 1949......…….............93

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Timur Tengah adalah terjemahan dari “Middle East”, suatu istilah yang sejak Perang Dunia II digunakan oleh orang-orang Inggris dan Amerika Serikat untuk menyebut kawasan yang sebagian besar terletak di Asia Barat dan Afrika Timur Laut. Istilah ini berasal dari perluasan wilayah komando militer Inggris, yang mula-mula mencakup negara-negara di sebelah Timur Terusan Suez. Dalam perang itu istilah tersebut menjadi lazim menggantikan istilah-istilah yang lebih tua seperti “Near East” dan “Levant” (Kirdi Dipoyudo, 1981: 4).

Timur Tengah adalah sebuah wilayah yang secara politis dan budaya merupakan bagian dari benua Asia atau Afrika-Eurasia . Pusat dari wilayah ini adalah daratan di antara Laut Mediterania dan Teluk Persia serta wilayah yang memanjang dari Anatolia , Jazirah Arab dan Semenanjung Sinai . Area Timur Tengah juga meliputi wilayah dari Afrika Utara di sebelah barat sampai dengan Pakistan di sebelah timur dan Kaukasus atau Asia Tengah di sebelah utara. Media massa dan beberapa organisasi internasional seperti PBB umumnya menganggap wilayah Timur Tengah adalah wilayah Asia Barat Daya (termasuk Siprus dan Iran ) ditambah dengan Mesir (http://id.wikipedia.org/2009/04/28).

Timur Tengah dapat dibagi menjadi dua yaitu Dunia Arab dan Dunia non Arab. Yang pertama terdiri atas 21 negara yang bersama-sama meliputi wilayah seluas 13.398.134 km2. Kedua terdiri atas Iran, Turki, Siprus dan Israel yang wilayahnya seluas 2.457.403 km2 (Kirdi Dipoyudo, 1981 : 5). Menurut World

Factbook, Amerika Serikat Central Intelligence Agency (CIA), tahun 2008 total jumlah

354.499.056 penduduk (http://en.wikipedia.org/2009/04/28). Timur Tengah sejak dahulu adalah salah satu kawasan yang penting, sehingga barang siapa menguasainya maka mempunyai kedudukan strategis di dunia. Berkat letaknya yang berada pada pertemuan Eropa, Asia dan Afrika,

penduduk

Timur

Tengah adalah Tengah adalah

Arti Timur Tengah itu menjadi jauh lebih besar dengan penemuan minyak dalam jumlah yang luar biasa. Seperti diketahui minyak adalah bahan bakar utama dan bahan mentah yang paling diperlukan dalam peradapan industrial kontemporer. Terlepas dari faktor-faktor lain, hal itu cukup untuk menjadikan Timur Tengah kawasan yang paling penting di dunia. Dengan demikian Timur Tengah mempunyai potensi ekonomi dan politik yang besar (Kirdi Dipoyudo, 1981: 8).

Kawasan Timur Tengah sejak lama menjadi fokus perhatian dunia. Beberapa kejadian di Timur Tengah, mulai dari konflik dalam suatu negara, konflik antar negara di kawasan, sampai konflik yang melibatkan negara-negara luar yang mempunyai kepentingan di kawasan, menjadikan setiap persoalan yang muncul di kawasan itu sebagai isu internasional.

Masalah Palestina merupakan isu yang paling lama di Timur Tengah. Masalah Palestina yang merupakan inti dan dasar sengketa Arab Israel adalah sengketa atas tanah Palestina antara penduduk Arab Palestina dan penduduk Yahudi, yang keduanya merasa berhak atas negeri itu dan berusaha untuk menguasainya dan mengembangkan kehidupan nasionalnya. Dengan demikian kedua masyarakat nasional itu berhadapan satu sama lain sebagai lawan. Yang pertama mendapat dukungan dan bantuan dari negara-negara Arab, yang kedua dari gerakan Zionis sedunia dan beberapa negara terutama Inggris dan Amerika Serikat.

Sengketa Arab-Yahudi dimulai sesudah Perang Dunia I ketika masyarakat Arab Palestina memberikan perlawanan terhadap imigrasi Yahudi yang meningkat berkat politik Inggris yang mendukung usaha kaum Zionis untuk mendirikan suatu kediaman nasional ”national home” bagi umat Yahudi di negeri leluhur mereka (tanah Palestina). Politik kolonial Inggris itu didasarkan atas pengakuan Sengketa Arab-Yahudi dimulai sesudah Perang Dunia I ketika masyarakat Arab Palestina memberikan perlawanan terhadap imigrasi Yahudi yang meningkat berkat politik Inggris yang mendukung usaha kaum Zionis untuk mendirikan suatu kediaman nasional ”national home” bagi umat Yahudi di negeri leluhur mereka (tanah Palestina). Politik kolonial Inggris itu didasarkan atas pengakuan

Sejak pertengahan abad ke 16 Inggris menaruh perhatian besar terhadap Palestina dan negeri-negeri Arab lain sekitarnya. Pada masa itu negeri-negeri itu berada di bawah kekuasan Turki Ottoman. Inggris menempuh politik membiarkan terus berlangsungnya kekuasaan Ottoman atas Palestina dan bahkan mempertahankannya, sampai tiba suatu saat yang dipandangnya tepat untuk mengakhiri sama sekali. Berdasarkan strategi politik, militer dan ekonomi, Inggris merencanakan pemisahan Palestina di kemudian hari dan menempatkannya di bawah kekuasan imperium Britania Raya. Inggris memberi perhatian besar kepada Dunia Arab karena kedudukan negeri itu sangat strategis, sehingga dapat menguasai kontrol atas tiga benua yang ada di sekelilingnya, yaitu Eropa, Asia dan Afrika (Muhammad Tohir, 1980: 39-40).

Pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20 bangsa-bangsa barat, terutama Inggris dan Perancis berhasil menanamkan pengaruhnya di Timur Tengah. Orang Inggris membanggakan dirinya sebagai pembebas bangsa-bangsa dari penjajahan Turki, tetapi bangsa Arab menganggap Inggris dan Perancis sebagai bangsa Turki (penjajah) baru. Munculnya nasionalisme Arab ditujukan untuk melawan Inggris dan Perancis (G Moejanto, 1957: 1).

Pada tahun 1897, berlangsung konggres Yahudi sedunia yang pertama di Basel, Swiss. Dalam konggres itu para pemimpin Zionis sedunia sepakat untuk mendirikan gerakan Zionisme. Pencetus ide Zionisme adalah Theodore Herzl. Doktrin-doktrin Theodore Herzl (1860-1904) yang disusunnya sejak tahun 1882 di Wina, dan disistematikannya pada tahun 1896 lalu di bukukan dengan judul negara Yahudi (Der Judenstaat) (R. Garaudy, 1988: 2-3). Gerakan Zionisme merupakan wujud dari nasionalisme bangsa Yahudi yang dilatar belakangi oleh perasaan Superioritas atau merasa unggul dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain dan adanya gerakan anti Semitisme yang tumbuh di Eropa. Gerakan Zionisme bertujuan untuk mendirikan suatu negara Yahudi di Palestina. Bangsa Yahudi Pada tahun 1897, berlangsung konggres Yahudi sedunia yang pertama di Basel, Swiss. Dalam konggres itu para pemimpin Zionis sedunia sepakat untuk mendirikan gerakan Zionisme. Pencetus ide Zionisme adalah Theodore Herzl. Doktrin-doktrin Theodore Herzl (1860-1904) yang disusunnya sejak tahun 1882 di Wina, dan disistematikannya pada tahun 1896 lalu di bukukan dengan judul negara Yahudi (Der Judenstaat) (R. Garaudy, 1988: 2-3). Gerakan Zionisme merupakan wujud dari nasionalisme bangsa Yahudi yang dilatar belakangi oleh perasaan Superioritas atau merasa unggul dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain dan adanya gerakan anti Semitisme yang tumbuh di Eropa. Gerakan Zionisme bertujuan untuk mendirikan suatu negara Yahudi di Palestina. Bangsa Yahudi

Pada tahun 1903, penganiayaan besar-besaran terhadap orang Yahudi terjadi di Kishinev dan di Gomel Rusia. Membuat masalah Yahudi menjadi lebih parah daripada sebelumnya. Herzl berunding dengan pemerintah Inggris dan memperoleh tawaran Uganda sebagai wilayah mereka. Tawaran tersebut ditolak dalam konggres ketujuh organisme zionisme dunia (1904) yang tidak menginginkan alternatif lain kecuali Palestina (George Lenczowski, 1992: 235)

Pada tahun 1908 di negeri-negeri Arab timbul gerakan kebangsaan untuk mendirikan pemerintahan sendiri. Di dalam konferensi Nasional Arab yang pertama di Paris pada tahun 1913, antara lain diputuskan untuk mengajukan keinginan-keinginan bangsa Arab ini kepada pemerintah Turki. Tuntutan nasional ini ditentang oleh kaum reaksioner Turki yang tergabung dalam partai Al-Ittihad wal-Traqqi yang pada waktu itu memegang kendali pemerintahan (M.Nur El Ibrahimy, 1955: 5).

Pada saat meletus Perang Dunia I (1914-1918), memberi peluang bagi bangsa Arab untuk menggapai cita-citanya. Pada Perang Dunia I Turki memihak kepada Jerman melawan sekutu (Inggris). Untuk melumpuhkan gerakan tentara Turki di medan perang sebelah timur, Inggris mengutus kolonel Lawrece ke jazirah Arab buat membujuk bangsa Arab agar mengangkat senjata terhadap Turki dan berperang di pihak sekutu. Setelah itu, Sir Henry Mc Mahon raja muda Inggris di Mesir mengadakan perundingan dengan raja Syarif Husein wali dari wilayah Hejaz. Perjanjian di sepakati antara Inggris dan Syarif Husein. Sir Henry Mc Mahon atas instruksi pemerintahan Inggris, berjanji memberi kemerdekaan kepada negara-negara Arab termasuk Palestina. Syarif Husein berjanji memihak Inggris dengan mengobarkan revolusi Arab dan berperang melawan Turki. Pada waktu bersamaan Inggris juga mengadakan perjanjian rahasia dengan Perancis (perjanjian Sykes-Picot) untuk membagi-bagi negeri Arab yang barada dibawah kekuasaan Turki. Menurut perjanjian Sykes-Picot ini, Suriah dan Libanon akan dijadikan daerah pengaruh Perancis, Irak akan dijadikan daerah pengaruh Inggris, Pada saat meletus Perang Dunia I (1914-1918), memberi peluang bagi bangsa Arab untuk menggapai cita-citanya. Pada Perang Dunia I Turki memihak kepada Jerman melawan sekutu (Inggris). Untuk melumpuhkan gerakan tentara Turki di medan perang sebelah timur, Inggris mengutus kolonel Lawrece ke jazirah Arab buat membujuk bangsa Arab agar mengangkat senjata terhadap Turki dan berperang di pihak sekutu. Setelah itu, Sir Henry Mc Mahon raja muda Inggris di Mesir mengadakan perundingan dengan raja Syarif Husein wali dari wilayah Hejaz. Perjanjian di sepakati antara Inggris dan Syarif Husein. Sir Henry Mc Mahon atas instruksi pemerintahan Inggris, berjanji memberi kemerdekaan kepada negara-negara Arab termasuk Palestina. Syarif Husein berjanji memihak Inggris dengan mengobarkan revolusi Arab dan berperang melawan Turki. Pada waktu bersamaan Inggris juga mengadakan perjanjian rahasia dengan Perancis (perjanjian Sykes-Picot) untuk membagi-bagi negeri Arab yang barada dibawah kekuasaan Turki. Menurut perjanjian Sykes-Picot ini, Suriah dan Libanon akan dijadikan daerah pengaruh Perancis, Irak akan dijadikan daerah pengaruh Inggris,

Perang Dunia I sudah berjalan dua setengah tahun namun Jerman dan Turki belum dapat dikalahkan oleh Sekutu, Inggris berusaha membujuk Amerika Serikat untuk terjun ke dalam kancah perang. Inggris mengetahui bahwa Amerika Serikat sangat dipengaruhi oleh anasir Yahudi. Inggris juga mengetahui bahwa kaum Yahudi dengan gerakan Zionismenya mempunyai keinginan di Palestina.

Untuk memikat hati bangsa Yahudi, pada tanggal 2 November 1917 Inggris mengeluarkan Deklarsi Balfaur (Balfour Deklaration) yang diprakarsai oleh menteri luar negeri Inggris, Sir Arthur Balfour yang simpati terhadap kaum Zionis. Didalam deklarasi itu pemerintah Inggris berjanji akan mendirikan kediaman nasional “ a national home” untuk bangsa Yahudi di Palestina. Janji ini pulalah yang menjadi dasar pergerakan Zionis sedunia, yang bermaksud mendirikan negara Yahudi merdeka di Palestina (Husein Yahya, 1950: 8).

Pasca Perang Dunia I, Inggris berhasil menguasai Palestina dengan mudah. Orang-orang Yahudi mendominasi pemerintahan di Inggris kemudian mendukung gagasan Theodore Herzl. Pada tanggal 24 April 1920 konferensi perdamaian berlangsung di Sam Remo. Para negarawan dari Eropa menandatangani perjanjian tentang mandat. Dewan tertinggi sekutu memberikan mandat atas Palestina kepada Inggris. Untuk menjalankan pemerintahan mandat, pemerintah Inggris mengangkat Sir Hebert Samuel seorang Yahudi Inggris menjadi komisaris tinggi Inggris yang pertama di Palestina. Pada 24 Juli 1922 Inggris secara formal dinyatakan sebagai penguasa mandat yang sah oleh Liga Bangsa-Bangsa.

Inggris yang sejak semula telah membantu pihak Yahudi lewat Deklarasi Baulfournya semakin membuka bagi imigran Yahudi ke Palestina. Akibatnya, jumlah penduduk Yahudi di Palestina menjadi semakin besar. Selama sepuluh Inggris yang sejak semula telah membantu pihak Yahudi lewat Deklarasi Baulfournya semakin membuka bagi imigran Yahudi ke Palestina. Akibatnya, jumlah penduduk Yahudi di Palestina menjadi semakin besar. Selama sepuluh

Herbert Samuel bekerja sekuat tenaga untuk menarik simpati dan minat orang-orang Yahudi agar berhijrah ke negeri Palestina. Samuel telah menggunakan pemerintahan Inggris yang ada di dalam kekuasaannya untuk memberi segala kemudahan, dispensasi dan kesempatan-kesempatan hidup terhadap para imigran Yahudi itu. Didirikanlah perumahan-perumahan dan pabrik-pabrik untuk mereka dan berlatih menggunakan senjata-senjata modern (Ahmad Shalaby, 1991: 84).

Sebagai pejabat tinggi, Herbert Samuel memberlakukan kebijakan agar petani meminjam uang dari rentenir untuk modal tanaman mereka. Setelah panen Samuel melarang menjual hasil panennya ke orang lain. Sehingga harga panen hancur dan para petani kecil tidak bisa membayar hutangnya, kemudian semua hasil panennya disita dan akhirnya tanahnya dijual untuk membayar hutang- hutangnya menurut cara-cara Yahudi. Setelah Herbert Samuel menjatuhkan mental orang-orang Arab Palestina dan merampas tanah-tanah mereka, mulailah hasil orang Yahudi berkembang dan memperkuat ekonomi Palestina. Hal ini terjadi berkat berlakunya undang-undang Palestina ketiga belas khususnya bagi para pejabat tinggi untuk memiliki atau menyewakan tanahnya kepada siapa saja yang mau (Ismail Yaghi, 2001: 76).

Arus imigran Yahudi dan jumlah penduduk Yahudi yang semakin besar, diperkuat lagi kebijakan pemerintah Inggris yang banyak membantu bangsa Yahudi dalam merealisasikan gerakan Zionisme menimbulkan kekhawatiran bagi penduduk Arab Palestina. Penduduk Arab Palestina khawatir akan terbentuknya negara Yahudi di Palestina dan nasib penduduk Arab Palestina di masa mendatang. Melihat keadaan yang demikian, semangat kebangsaan Arab bertambah lama bertambah meluap. Seperti yang terjadi pada tahun 1929 meletuslah suatu pemberontakan yang banyak memakan korban, baik pihak bangsa Arab maupun dipihak Yahudi. Pemberontakan itu akhirnya dapat ditindas oleh Inggris dengan kekuatan senjata (M.Nur El Ibrahimy, 1955:16).

Pada tahun 1931, Dunia Islam mulai menaruh konsentrasi terhadap masalah Palestina, hingga digelarlah Konferensi Umat Islam di Yerusalem. Konferensi Umat Islam ini terhitung sebagai langkah maju, meskipun pada saat itu keberuntungan belum memihak muslim. Negara mereka juga dalam cengkraman Inggris. Berbagai putusan hasil konferensi pun tidak dapat diimplementasikan karena Inggris selalu memberi tekanan. Pada tahun 1932, muslim Palestina berhasil mendirikan Partai Kemerdekaan. Tetapi akibat tekanan Inggris, partai ini tidak dapat bertahan lebih dari setahun (Abu Bakar, 2008: 244)

Pada tahun 1935 partai-partai politik Palestina dengan maksud untuk membulatkan perjuangan nasional telah bergabung dalam suatu front yaitu Panitia Arab Tertinggi. Pada tanggal 26 November 1935, panitia ini mengajukan suatu nota tentang masalah zionisme kepada pemerintah Inggris, berisi tuntutan- tuntutan diantaranya membentuk suatu pemerintahan nasional, menghentikan pemindahan kaum Yahudi ke Palestina, melarang penjualan tanah pada Yahudi. Tetapi tuntutan itu tidak disetujui oleh pemerintah Inggris.

Pada tahun 1936 muncul kembali suatu pemberontakan antar rakyat dengan alat-alat kekuasaan negara, terjadi bentrokan dan perkelahian yang banyak memakan korban. Setelah enam bulan pemberontakan berlangsung dengan sengitnya akan tetapi belum dapat dipadamkan oleh Inggris meskipun mempergunakan cara-cara kekejaman yang luar biasa. Kekerasan tidak membawa hasil, Inggris berusaha meredam suasana dengan cara yang lain. Pada tanggal 27 Agustus 1936 pemerintah Inggris mengirim suatu misi ke Palestina yang terkenal dengan Misi Peel. Setelah mengadakan peninjauan beberapa bulan di Palestina, misi ini menyampaikan laporannya kepada pemerintah Inggris. Misi Pell ini mengusulkan supaya pembagian wilayah Palestina harus dibagi ke dalam negara Arab, negara Yahudi dan daerah netral di sekitar Yerusalem, Nazaret dan Bethlehem yang berada di bawah pengawasan Inggris. Usulan Misi Pell itu ditolak oleh penduduk Arab dan negara-negara Arab.

Inggris hampir berada diambang pintu Perang Dunia II dan menginginkan ketentraman di Palestina ini, maka pada tahun 1939 Inggris menerbitkan ”Buku Putih” yang isinya mengakui prinsip pembentukan ”Negara Kesatuan Palestina” Inggris hampir berada diambang pintu Perang Dunia II dan menginginkan ketentraman di Palestina ini, maka pada tahun 1939 Inggris menerbitkan ”Buku Putih” yang isinya mengakui prinsip pembentukan ”Negara Kesatuan Palestina”

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Presiden Truman (Amerika Serikat) mengumumkan suatu keterangan bahwa negerinya menginginkan pemindahan sebanyak mungkin orang-orang Yahudi ke Palestina dan menginginkan pula pembangunan suatu negara Yahudi di Palestina. Keterangan Truman ini sangatlah melukai hati bangsa Arab. Pada tanggal 31 Agustus 1945 Presiden Truman mengajukan permintaan kepada perdana menteri Inggris Atlee, untuk memasukan 100.000 pelarian Yahudi ke Palestina. Didalam jawabannya kepada Truman, Atlee menganjurkan supaya dibentuk panitia bersama Inggris-Amerika untuk menyelidiki masalah Yahudi (M.Nur El Ibrahimy, 1955: 25-26).

Pada tahun 1946 timbul kerusuhan Arab dan Yahudi lagi. Pada tanggal 2 April 1947 Inggris secara resmi meminta kepada sekretariat sidang umum PBB supaya mencantumkan soal Palestina, dalam agendanya Inggris memutuskan untuk melepas mandatnya. Dengan demikian, Inggris dengan bantuan Amerika Serikat telah memainkan peranannya sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh gerakan Zionisme (H. Chefik Chehab, 1980: 14).

Akibat mendapatkan desakan dari Amerika Serikat, Inggris mulai menginternasionalkan masalah Palestina. Pada tahun 1947, Palestina di masukan dalam rancangan sidang PBB. Sebelum disidangkan, PBB membentuk badan Investigasi untuk masalah Palestina. Setelah beberapa bulan, badan tersebut merekomendasikan dua hal. Pertama, penghentian pemerintahan Inggris di Palestina. Hal ini dilakukan untuk memberikan jalan serta memperlancar kemerdekaan Israel Yahudi sebagaimana digagas Zionisme. Kedua, Tanah Palestina dibagi menjadi dua negara, Israel dan Palestina. Negara Isarel meliputi Safad, Triberias, Beisan, Haifa, Tilkaram, Sahara Negeb dan Jaffa. Sementara Palestina meliputi Acre, Nazareth, Jenin, Nablus, Ramallah, Hebron dan Jalur

Gaza serta meletakkan Yeruzalem karena menjadi tanah suci bagi tiga agama, sebagai zona internasional yang dikenal juga dengan istilah Corpus Separatum. Pada 29 November 1947 Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi No. 181 (Abu Bakar, 2008: 251-252). Resolusi No. 181 tersebut menegaskan pembagian tanah Palestina menjadi dua, yaitu untuk Yahudi dan Arab, serta memberi jangka waktu kekuasaan pemerintahan protektorat Inggris di tanah Palestina sampai bulan Agustus 1948. Perlu ditegaskan, bahwa badan investigasi internasional untuk masalah Palestina tidak pernah mengakomodasi aspirasi bangsa Palestina. Pada batasan inilah, PBB telah menzalimi Palestina, dan tidak lebih dari alat Amerika Serikat untuk mendukung Zionisme Herzl (Abu Bakar, 2008: 252).

Pada tanggal 14 Mei 1948 penguasa Inggris secara resmi menanggalkan mandatnya atas tanah Palestina. Pada hari yang sama Dewan Nasional Yahudi di Tel Aviv memproklamirkan terbentuknya negara Israel dengan Chaim Weizman sebagai presiden dan David Gurion sebagai perdana menteri, dengan berpijak pada legitimasi resolusi No. 181 pada 29 November 1947. Beberapa jam kemudian negara baru itu diakui secara de facto oleh Amerika Serikat dan kemudian diikuti oleh Uni Soviet. Dengan pengakuan negara besar ini negara Israel mempunyai kedudukan yang kuat dalam dunia internasional. Selanjutnya negara baru Israel tersebut berhasil masuk menjadi anggota penuh PBB. Adapun politik Uni Soviet mengakui kemerdekaan Palestina adalah dengan jatuhnya Palestina dalam kekuasaan Yahudi, Soviet hendak mencoba mempergunakannya sebagai batu loncatan ke daerah-daerah pedalaman Timur Tengah yang lain, yang kaya dengan minyak ataupun dengan tempat-tempat yang strategis (M.Nur El Ibrahimy, 1955: 33).

Sehubungan dengan uraian dan persoalan yang dipaparkan di atas, maka penulis akan melakukan penelitian yang berjudul Peranan Inggris Dalam

Pembentukan Negara Israel di Tanah Palestina Tahun 1920 – 1948

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah antara lain :

1. Bagaimana perkembangan nasionalisme bangsa Yahudi?

2. Bagaimana usaha-usaha yang dijalankan Inggris dalam membantu pembentukan negara Israel tahun 1920-1948?

3. Bagaimana reaksi bangsa Arab Palestina setelah berdirinya negara Israel?

4. Bagaimana sikap negara-negara Timur Tengah terhadap pembentukan negara Israel?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan perumusan masalah di atas, yaitu untuk mengetahui :

1. Perkembangan nasionalisme bangsa Yahudi.

2. Usaha-usaha yang dijalankan Inggris dalam membantu pembentukan negara Israel tahun 1920-1948.

3. Reaksi bangsa Arab Palestina setelah berdirinya negara Israel.

4. Sikap negara-negara Timur Tengah terhadap pembentukan negara Israel.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat menambah pengetahuan sejarah kepada penulis dan pembaca khususnya yang berkaitan dengan Peranan Inggris Dalam Pembentukan Negara Israel di Tanah Palestina Tahun 1920 - 1948.

b. Penulisan ilmiah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman secara obyektif Peranan Inggris Dalam Pembentukan Negara Israel di Tanah Palestina Tahun 1920 - 1948.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk memenuhi salah satu syarat guna meraih gelar Sarjana Kependidikan Program Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Dapat dipakai sebagai karya ilmiah yang dapat melengkapi penelitian yang lebih lanjut.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kerangka Teori

1. Nasionalisme

a. Pengertian Nasionalisme

Nasionalisme berasal dari kata nation (Inggris) atau natie (Belanda), yang berarti bangsa (Leo Agung S, 2002: 31). Miriam Budiardjo (2004: 44) menyatakan nasionalisme merupakan suatu perasaaan subyektif pada sekelompok manusia bahwa mereka merupakan satu bangsa dan cita-cita serta aspirasi mereka bersama hanya dapat tercapai jika mereka tergabung dalam satu negara atau nasion.

Menurut L. Stoddard (1966: 137) bahwa nasionalisme adalah suatu kepercayaan, yang dianut oleh sejumlah besar manusia perorangan sehingga mereka membentuk suatu ”kebangsaan”. Pada tingkat terakhir, nasionalisme adalah sesuatu di atas segalanya yang menjelmakan dirinya dalam suatu sintese yang baru dan lebih tinggi.

Menurut Anthony D. Smith (2003: 11) bahwa nasionalisme sebagai suatu gerakan ideologis untuk mencapai dan mempertahankan otonomi, kesatuan dan identitas bagi suatu populasi, yang sejumlah anggotanya bertekad untuk membentuk suatu bangsa yang aktual atau negara yang potensial.

Isjwara (1982: 126-127) mendefinisikan nasionalisme sebagai rasa kesadaran yang kuat yang berlandaskan atas kesabaran akan pengorbanan yang pernah diderita bersama dalam sejarah dan atas kemauan menderita hal-hal serupa itu di masa depan.

Slamet Mulyana yang dikutip oleh Leo Agung S (2002: 31) menyatakan bahwa nasionalisme adalah manifestasi kesadaran berbangsa dan bernegara atau semangat bernegara. Sukarna (1990: 57) mengemukakan bahwa nasionalisme Slamet Mulyana yang dikutip oleh Leo Agung S (2002: 31) menyatakan bahwa nasionalisme adalah manifestasi kesadaran berbangsa dan bernegara atau semangat bernegara. Sukarna (1990: 57) mengemukakan bahwa nasionalisme

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1989: 610) yang dimaksud nasionalisme adalah keanggotaan dalam satu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan dan mengabdikan identitas, integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsa itu “semangat kebangsaaan”.

Hans Kohn (1984: 11-12) mengatakan bahwa yang dimaksud nasionalisme adalah suatu faham yang berpendapat bahwa kesetian tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Nasionalisme menyatakan bahwa negara kebangsaan adalah cita dan satu-satunya bentuk sah dari organisasi politik dan bahwa bangsa merupakan sumber dari semua tenaga kebudayaan kreatif dan kesejahteraan ekonomi.

Menurut Boyd C. Shafer yang dikuti oleh Sutarjo Adisusilo (2006: 41) nasionalime antara lain dimengerti sebagai berikut: (1) nasionalisme adalah rasa cinta pada tanah air, ras, bahasa atau sejarah budaya bersama; (2) nasionalisme adalah suatu keinginan akan kemerdekaan politik, keselamatan dan prestise bangsa; (3) nasionalisme adalah dogma yang mengajarkan bahwa individu hanya hidup untuk bangsa dan bangsa demi bangsa itu sendiri; (4) nasionalisme adalah doktrin yang menyatakan bahwa bangsa sendirilah yang harus Dominan di antara bangsa-bangsa lain harus bertindak agressif.

Fukuyama (1988: 15) mendefinisikan nasionalisme menurut pengertian yang sesungguhnya tidak hanya memperluas pengakuan atas para anggota dari suatu kelompok bangsa atau etnik tertentu. Sikap ini tercakup dengan lebih tepat menuntut pengakuan hanya atas para anggota perorangan dari suatu kelompok bangsa atau etnik tertentu. Yang dituntut adalah pengakuan atas bangsa secara keseluruhan, yang berarti memperoleh tanda umum kebangsaan : status hukum sebagai sebuah negara merdeka (sebanding dengan status hukum kewarganegaraan secara individu) dan penerimaan sebagai anggota yang sederajad ”keluarga bangsa-bangsa”.

Dari berbagai pendapat tentang pengertian nasionalisme di atas, maka dapat disimpulkan bahwa nasionalisasi adalah suatu rasa kesadaran yang kuat dan Dari berbagai pendapat tentang pengertian nasionalisme di atas, maka dapat disimpulkan bahwa nasionalisasi adalah suatu rasa kesadaran yang kuat dan

b. Faktor Penyebab Munculnya Nasionalisme

Munculnya nasionalisme disebabkan oleh berbagai faktor, yang antara bangsa satu dengan bangsa yang lain, antara jaman yang satu dengan jaman yang lain dapat berbeda. Menurut Carlton J.H. Hayes menyebutkan bahwa ada faktor- faktor obyektif seperti faktor politik (penjajahan), faktor sosial, faktor ekonomi, faktor budaya dll. Serta faktor subyektif seperti dogma dan ide pemikiran (Sutarjo Adisusilo (2006 :1).

Menurut Boyd C. Shafer yang dikutip oleh Sutarjo Adisusilo (2006: 41) bahwa nasionalisme mangandung aspek subyektif dan aspek obyektif. Aspek subyektif nasionalisme dapat muncul dari rasa cinta tanah air dan keinginan untuk merdeka serta dogma dan doktrin yang diajarkan oleh seseorang atau lembaga tertentu. Nasionalisme juga mengandung aspek obyektif, yaitu aspek obyektif yang ikut berperan dalam menimbulkan nasionalisme, yang dirasakan sama oleh seluruh bangsa seperti kondisi politik (penjajahan), kondisi kultural (bahasa dan sejarah budaya), kondisi fisis (tanah air dan ras). Baik unsur subyektif maupun obyektif tersebut akan memberi warna khusus terhadap nasionalisme suatu bangsa.

Dalam kenyataannya setiap bangsa yang mempunyai rasa kebangsaan akan memelihara nilai-nilai kepribadiannya, nilai-nilai sejarahnya, agamanya, ideologinya dan berjuang memperbaiki nasib. Dengan demikian setiap bangsa mempunyai kepentingan yang berlainan. Hal ini dapat dilihat dari pendapat Hertz yang dikutip oleh Djokosutono (1958: 9) bahwa ada empat unsur nasionalisme yaitu (1) hasrat untuk mencapai kesatuan (2) hasrat untuk mencapai kemerdekaan (3) hasrat untuk mencapai keaslian (4) hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa. Menurut Sutarjo Adisusilo (2006 :1) unsur yang sama dalam nasionalisme dari Dalam kenyataannya setiap bangsa yang mempunyai rasa kebangsaan akan memelihara nilai-nilai kepribadiannya, nilai-nilai sejarahnya, agamanya, ideologinya dan berjuang memperbaiki nasib. Dengan demikian setiap bangsa mempunyai kepentingan yang berlainan. Hal ini dapat dilihat dari pendapat Hertz yang dikutip oleh Djokosutono (1958: 9) bahwa ada empat unsur nasionalisme yaitu (1) hasrat untuk mencapai kesatuan (2) hasrat untuk mencapai kemerdekaan (3) hasrat untuk mencapai keaslian (4) hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa. Menurut Sutarjo Adisusilo (2006 :1) unsur yang sama dalam nasionalisme dari

Perasaan sangat mendalam akan suatu ikatan yang erat dengan tanah tumpah darahnya, dengan tradisi-tradisi setempat dan penguasa-penguasa resmi di daerahnya selalu ada di sepanjang sejarah dengan kekuatan yang berbeda. Tetapi baru pada akhir abad kedelapan belas Masehi nasionalisme dalam arti kata modern menjadi suatu perasaan yang diakui secara umum (Hans Kohn, 1984: 1). Lahirnya paham nasionalisme ini diikuti dengan terbentuknya negara-negara kebangsaan. Pada mulanya terbentuknya negara kebangsaan dilatar belakangi oleh faktor-faktor obyektif seperti: persamaan keturunan, persamaan bahasa dan daerah budaya, kesatuan politik, adat istiadat dan tradisi atau juga karena persamaan agama. Kebangsaan yang dibentuk atas dasar paham nasionalisme lebih menekankan kemauan untuk hidup bersama dalam negara kebangsaan (Leo Agung S, 2002: 32). Dengan demikian nasionalisme telah ada sepanjang sejarah, dengan bentuk yang berbeda.

Nasionalisme muncul dibelahan dunia. Akan tetapi, faktor penyebab timbulnya nasionalisme di setiap benua berbeda. Nasionalisme Eropa muncul disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

1. Munculnya nasionalisme Eropa didahului dengan lahirnya liberalisme dan kapitalisme. Lahirnya liberalisme dan kapitalisme karena pengaruh Revolusi Industri dan Revolusi Perancis. Dengan demikian timbulnya nasionalisme di Eropa karena pengaruh Revolusi Industri dan Revolusi perancis (Leo Agung S, 2002: 32).

2. Nasionalisme juga disebabkan suatu gerakan politik untuk membatasi kekuasaan pemerintah dan menjamin hak-hak warga negara. Gerakan politik ini juga dimaksudkan untuk membina masyarakat sipil yang liberal dan rasional (Cahyo Budi Utomo, 1995: 18)

Nasionalisme Asia Afrika muncul disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut (Leo Agung S, 2002: 32-33):

1. Kenangan kejayaan masa lampau Sebelum datangan imperialisme barat, bangsa-bangsa Asia pada umumnya memiliki negara kebangsaan jaya dan berdaulat. Misalnya Indonesia, masa Sriwijaya dan Majapahit, India masa Ashoka dan sebagainya. Kejayaan itu menimbulkan kenangan akan masa lampau, sehingga mereka selalu mengadakan perlawanan terhadap kepada penjajahan.

2. Adanya penderitaan akibat imperialisme dan kolonialisme Adanya imperialisme mengakibatkan penderitaan dan kesengsaraan bangsa-bangsa terjajah. Hal inilah yang menimbulkan perlawanan nasional.

3. Kemajuan di bidang politik,ekonomi dan budaya Nasionalisme suatu bangsa dapat juga muncul karena perkembangan beberapa aspek kehidupan, seperti:

a. Aspek politik Nasionalisme bersifat menumbangkan dominasi politik imperialisme dan bertujuan menghapus pemerintah kolonial.

b. Aspek Sosial Ekonomi Nasionalisme bersifat menghilangkan kesenjangan sosial yang diciptakan oleh pemerintah kolonial dan bertujuan menghentikan eksploitasi ekonomi.

c. Aspek Budaya Nasionalisme bersifat menghilangkan pengaruh kebudayaan asing yang buruk dan bertujuan menghidupkan kebudayaan yang mencerminkan harga diri bangsa setara dengan bangsa lain (http://www.e-dukasi.net/2009/05/30).

4. Timbulnya golongan terpelajar Golongan cendekiawan muncul di mana-mana akibat perkembangan dan peningkatan pendidikan.

5. Kemenangan Jepang atas Rusia Kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905, mendorong semangat bangsa Asia untuk bangkit menentang imperialisme barat.

Hal diatas tidak lepas dari pentingnya nasionalisme sebagai menifestasi kesadaran nasional mengandung cita-cita yang merupakan ilham yang mendorong dan merangsang sesuatu bangsa. Hertz menyebutkan empat macam cita-cita nasionalisme, yaitu :

1) Perjuangan untuk mewujudkan persatuan nasional yang meliputi persatuan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, keagamaan, kebudayaan dan persekutuan serta adanya solidaritas.

2) Perjuangan untuk mewujudkan kebebasan nasional yang meliputi kebebasan dari penguasaan asing atau campur tangan dunia luar dan kebabasan dari kekuatan-kekuatan intern yang tidak bersifat nasional atau yang hendak menyampingkan bangsa dan negara.

3) Perjuangan untuk mewujudkan kesendirian (separatenses), pembedaaan (distictivenses), individualitas, keaslian (orginality) atau keistimewaan.

4) Perjuangan untuk mewujudkan perbedaaan di antara bangsa-bangsa, yang meliputi perjuangan untuk memperoleh kehormatan, kewibawaan, gengsi dan pengaruh (Isjwara, 1982: 127). Semangat nasionalisme orang-orang Yahudi muncul, disebabkan karena

orang-orang Yahudi yang tersebar di seluruh dunia ingin kembali ke tanah leluhur mereka yaitu tanah Palestina yang telah dijanjikan Tuhan dan tempat kelahirannya (kondisi fisis), spiritual, religius, dan nasionalnya (kondisi kultural). Munculnya nasionalisme bangsa Yahudi juga didorong adanya paham Antisemitisme (anti bangsa Yahudi) yang tumbuh di Eropa sehingga menimbulkan pengusiran terhadap kaum Yahudi dan perasaan Superioritas dari bangsa Yahudi (merasa unggul dibandingkan bangsa lain) (kondisi politik).

c. Nasionalisme Bangsa Yahudi

Nasionalisme Yahudi pertama kali muncul pada akhir abad ke 19 sebagai akibat paham Anti semitisme (anti bangsa Yahudi) yang tumbuh di Eropa dan perasaan superioritas atau merasa unggul dibandingkan bangsa-bangsa lain. Nasionalisme Yahudi diawali dengan penulisan buku Der Yudenstaat (Negara Yahudi) pada tahun 1896 oleh Theodore Herzl (1860-1904), seorang keturunan

Yahudi yang berprofesi sebagai responden pada harian Nimsawiya di Wina (Austria). Ia menuntut bagi “bangsa tanpa tanah air” suatu “tanah air tanpa bangsa”. Kaum Hoveve Zion (pecinta zion) menunut kembalinya bangsa Yahudi ke tanah nenek moyangnya di Palestina dan peritis-perintis pertama telah berangkat ke negeri itu untuk menempati kembali tanah airnya. Zion yang terkenal dalam sejarah menjadi tujuan nasionalisme bangsa Yahudi modern (Hans Kohn, 1984: 97).

Zion adalah sebuah kata sinonim untuk nama kota suci Yeruzalem. Zion adalah istilah bahasa Inggris yang barasal dari bahasa latin “sion”, terambil dari bahasa Ibrani, yaitu ”tyson”. Sementara “tyson” memiliki konotasi makna bukit suci di Yerusalem. Menurut kepercayaan bangsa Israel Yahudi, bukit suci Zion adalah tempat tinggal sesembahan mereka, tuhan Yahweh di muka bumi. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam perjanjian lama (Abu Bakar, 2008: 212).

Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MEDIA DAN KESENJANGAN KEPUASAN (Studi Tentang Tayangan Berita Liputan 6 Petang di SCTV dan Program Reportase Sore di Trans TV terhadap Kepuasan Menonton Siaran Berita Televisi dalam Usaha Mendapatkan Informasi yang Aktual di Kalangan Anggota DP

0 0 75

Perancangan papan landasan untuk aktivitas di kolong mobil (studi kasus : bengkel mobil cn world Banjarnegara) Skripsi

1 1 116

PEMASARAN POLITIK (POLITICAL MARKETING) PARTAI GOLONGAN KARYA DAN PARTAI DEMOKRAT (Studi Tentang Perbandingan Pemasaran Politik Partai Golkar dan Partai Demokrat Dalam Rangka Menarik Massa Pada Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2009 di Daerah Pilihan II Kab

0 0 150

1 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Sekolah Menengah Internasional di Jakarta Dengan Penekanan Pada Green Architecture TUGAS AKHIR - Konsep perencanaan dan perancangan Sekolah Menengah Internasional di Jakarta dengan penekanan pada green architecture

4 17 55

Profil klub bola voli Yuso Yogyakarta tahun 2003-2007

2 4 56

Rumah susun dengan struktur hypar di Bantaran kali Pepe sebagai solusi hunian yang ekonomis bagi masyarakat lokal

0 2 35

ANALISIS TANGGUNG JAWAB PENGUSAHA HOTEL TERHADAP BARANG MILIK PENYEWA ARCADE ( Studi di Hotel Sahid Kusuma Surakarta)

0 1 66

ANALISIS PEMODELAN TARIKAN PERGERAKAN DEPARTMENT STORE (Studi Kasus di Wilayah Surakarta) Trip Attraction Model Analysis for Department Strore (Case Study in Area Surakarta) SKRIPSI

1 4 118

Pelaksanaan payment point online bank (ppob) di PT. PLN (persero) area pelayanan dan jaringan Surakarta

1 1 112

Program acara lek-lekan solo di solo radio

0 2 118