ANALISIS PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN PERANGK docx

ANALISIS PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN PERANGKAT DAERAH SUATU STUDI KASUS
PADA DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DI PROPINSI BENGKULU

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah :
HUKUM TATA NEGARA

Disusun Oleh :

ANDI WIERYAWAN
NIM

: A.131.09.0102

FAKULTAS ILMU HUKUM
UNIVERSITAS SEMARANG
USM - SEMARANG
2010

ANALISIS PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN PERANGKAT DAERAH SUATU STUDI KASUS
PADA DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DI PROPINSI BENGKULU
A. Latar Belakang

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah yang menitikberatkan pada daerah
Kabupaten/Kota sesuai Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah, maka setiap daerah diberikan kewenangan untuk mengatur daerahnya sendiri
sesuai dengan kondisi wilayahnya masing. Dampak diberlakukannya Undang-undang
No. 22 Tahun 1999 serta Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000, tentang Otonomi
dan Kewenangan Daerah, cukup luas terhadap penataan kelembagaan maupun
penataan personil, dimana kewenangan sepenuhnya diberikan kepada daerah. Sesuai
dengan

kewenangannya

untuk

mengatur

dan

mengurus kepentingan

masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

Akan

tetapi perubahan

yang

dimaksudkan adalah

perubahan

yang

terencana, betul-betul tidak berpihak kepada kepentingan kelompok tertentu akan tetapi
untuk kepentingan masyarakat secara keseluruhan serta mengetahui betul perubahan
atau dinamika yang akan terjadi dimasa datang. Bentuk perubahan lembaga tersebut
selanjutnya sebagaimana dikatakan oleh William S. Pooler dan Richard L. Duncan
dalam Joseph (1996: 201) bahwa “lembaga baru itu harus menyediakan sarana-sarana
supaya dapat menerima teknonologi baru, mengelola masalah-masalah kontemporer
efektivitas yang lebih besar dan menyediakan perubahan-perubahan tambahan jika
diperlukan”.


Lebih

lanjut

dikatakan

ada

tiga

dimensi

penting

untuk

memahami proses pembangunan lembaga :
Pertama : ada dimensi intern organisasi yang meliputi variabel-variabel yang
bertalian dengan pimpinan, doktrin, sumber-sumber daya program dan struktur

internal.
Kedua : ada dimensi kaitan yang meliputi variabel-variabel yang berkaitan
dengan

dukungan yang

memungkinkan

pelaksanaan dalam

lingkungan

penerima dan adanya atau munculnya kegiatan-kegiatan fungsional berkaitan
dengan masyarakat.

Ketiga : adanya dimensi transaksi yang meliputi cara-cara bagaimana lembaga
– lembaga yang baru itu mendapat dukungan dari dirinya, membangun
pertukaran sumberdaya, menata lingkungannya dan mengalihkan norma-norma
dan nilai-nilai.
Organisasi


sesungguhnya

hidup

dalam

lingkungan

yang

selalu

berubah, lingkungan hidup organisasi tergantung kepada kemampuan organisasi untuk
beradaptasi dengan perubahan faktor lingkungan tersebut. Pengembangan Organisasi
yang dimaksud adalah merupakan “suatu proses yang berkaitan dengan serangkaian
perencanaan perubahan secara sistimatis dilakukan secara terus menerus oleh
organisasi”. (Indriyo dan I Nyoman, 1997: 282).
Dari berbagai problematika tersebut penulis tertarik menganalisa pembentukan
organisai/lembaga perangkat Daerah dalam rangka pelaksanaan Otonomi pada Dinas

Energi Dan Sumber Daya Mineral Propinsi Bengkulu. Penulis menganggap penting
melakukan penelitian tentang pembentukan kelembagaan ini karena diberlakukannya
Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun
2000 tentang Kewenangan Pemerintah Daerah sebagai daerah otonom. Sebagai daerah
otonom diberi keleluasaan untuk menyelenggarakan otonomi daerah sesuai dengan
kondisi dan potensi wilayah
Dalam menyingkapi Pasal 68 ayat 1 UU No. 22 Tahun 1999 yang berbunyi
“Susunan organisasi perangkat daerah ditetapkan dengan peraturan Daerah sesuai
dengan pedoman pemerintah” maka pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui
Peraturan Pemerintah No. 84 Tahun 2002 tentang pedoman organisasi perangakat
Daerah yang dibedakan menjadi Perangkat Daerah Propinsi dan Perangkat Daerah
Kabupaten dan Kota yang mempunyai kedudukan, tugas dan fungsi masing-masing
sesuai dengan Peraturan Pemerintah tersebut maka prinsip penyusunan organisasi
perangkat daerah mempertimbangkan (1) Kewenangan pemerintah yang dimiliki daerah
(2) Karakteristik potensi dan kebutuhan daerah (3) Kemampuan keuangan daerah (4)
Ketersediaan sumber daya manusia (5) Pengembangan pola kerja sama antar daerah.
Dengan demikian otonomi daerah juga merupakan salah satu perwujudan dari praktik
delegasi wewenang dan tanggung jawab dari organ pemerintah pusat kepada organ

pemerintah di Propinsi/Kabupaten/Kota. Dengan kewenangan yang begitu besar akan

mendorong tumbuh dan berkembangnya sifat-sifat kemandirian, kreativitas dan
akuntabilitas, baik dalam lingkup jajaran birokrasi publik, institusi politik, maupun
rakyat memiliki kedaulatan. Oleh sebab itu wacana yang terus berkembang serta
perdebatan yang sering terjadi dari sisi aspek kehidupan sudah selayaknya dipahami
sebagai proses perbaikan yang dapat menjawab setiap tantangan ke depan di Dinas
Energi Dan Sumber Daya Mineral Propinsi Bengkulu yang dibentuk dengan Peraturan
Daerah Nomor 07 Tahun 2001 tentang Pembentukan Dinas Energi Dan Sumber Daya
Mineral Propinsi Bengkulu
Dari berbagai proses perubahan tersebut berdasarkan pengamatan terdapat
dampak Posisitif dan Negatif dari Penataan Organisasi tersebut sebagai berikut :
1. Dampak Positif
Dampak positif yaitu hal-hal yang dianggap dan dipandang sangat
menguntungkan di dalam melakukan penataan organisasi pemerintah daerah,
struktur organisasi berkembang, eselonisasi meningkat, pimpinan lebih dikenal,
penunjukan pejabat lebih selektif dan kinerja organisasi lebih meningkat.
Kinerja organisasi yang dimaksud diukur dari kualitas layanan yang
diberikan kepada masyarakat. Semakin baik kualitas layanan yang diberikan, maka
semakin baik pula kinerja organisasi yang bersangkutan. Dalam hal ini pembentukan
kelembagaan yang dimaksud adalah restrukturisasi dari lembaga lama menjadi
lembaga baru yang diharapkan dapat memberikan kinerja yang lebih baik.

2. Dampak Negatif
Dampak

negatif

yaitu

hal-hal

yang

dianggap

dan

dipandang

merugikan karena banyak yang akan kehilangan jabatan dan mantan pejabat merasa
tidak ada kejelasan tentang apakah nantinya akan memperoleh jabatan kembali atau
sebaliknya.

Setiap kebijakan pasti mempunyai dua dampak, yaitu dampak positif dan
dampak negatif. Dalam hal ini dampak negatif tersebut tidak dapat dihilangkan sama
sekali, yang dapat dilakukan hanyalah berusaha menekan sekecil mungkin dampak
negatif yang akan timbul.
Diterbitkan Kompas.com, 5 Juli 2008