DAMPAK KEBIJAKAN KANTONG PLASTIK BERBAYA

SOSIALISASI KEBIJAKAN KANTONG PLASTIK
BERBAYAR TERHADAP PERILAKU KONSUMEN
DI YOGYAKARTA
Disusun guna melengkapi tugas mata kuliah
Seminar Rencana Penelitian

Disusun oleh:
Hastomo Aditya Nugroho
09/285708/SP/23709

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada zaman sekarang plastik merupakan alat yang mendominasi dalam
setiap kebutuhan masyarakat. Bahkan dalam jaman yang modern ini plastik

juga sangat berperan dalam menggantikan bahan yang biasanya digunakan
seperti bambu, kayu, rotan, dan masih banyak yang lainnya. Dalam
implementasinya plastik dianggap lebih mudah didapatkan, dan dianggap
lebih awet atau tahan lama dari pada bahan yang lain. Namun kunci utama
masyarakat menggunakan plastik adalah harga yang lebih dapat dijangkau
oleh semua kalangan. Plastik sendiri merupakan material baru yang
dikembangkan dan disebarluaskan sejak abad ke-20 , dimana plastik
mengalami perkembangan yang luar biasa dari hanya beberapa ratus ton pada
tahun 1930-an menjadi 150 juta ton/tahun pada tahun 1990-an dan 220 juta
ton/tahun pada tahun 2005.1
Istilah plastik merupakan perpaduan antara kondensasi organik atau
penambahan polimer dan juga terdiri dari zat lain untuk meningkatkan
peforma atau polimerisasi sintetik. Plastik merupakan polimer; rantai panjang
atom yang mengikat satu sama lain, dan rantai tersebut membentuk banyak
molekul berulang yang biasa disebut “monomer”. Pada umumnya plastik
terbentuk dari polimer karbon saja, namun ada juga yang menggunakan
oksigen, nitrogen, chlorine atau belerang di tulang belakangnya. Tulang
belakang merupakan bagian dari rantai dijalur utama yang menghubungkan
monomer menjadi satu kesatuan. Dalam hal ini membuat plastik merupakan
salah satu alat dari polimer yang menjadi kebutuhan utama untuk bisa

menggantikan alat yang berasal dari polimer juga.
Plastik merupakan salah satu bahan yang dinilai sangat menguntungkan
fungsinya oleh masyarakat, apabila dinilai dari segi akses kemudahan
mencari bahan, lebih awet dan tahan lama, juga dari segi harga lebih
terjangkau dari alat yang menggunakan bahan organik. Namun setiap bahan
yang dikonsumsi atau dipakai akan meninggalkan sisa, termasuk plastik juga.
1 http://id.wikipedia.org/wiki/plastik

Banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa limbah plastik memakan
jangka waktu lama untuk mengurai atau hancur, sehingga dapat menyebabkan
kerusakan lingkungan yang cukup besar. Sampah plastik oleh beberapa
pemerhati lingkungan hidup dinyatakan sebagai bencana lingkungan, karena
jangka waktu penguraiannya bisa mencapai 500 sampai 1000 tahun. Sampah
plastik terdiri dari kantong plastik, botol plastik, bungkus makanan, dan
barang-barang

lainnya

yang


bahan

dasarnya

menggunakan

plastik.

Khususnya mengenai kantung plastik atau yang juga dikenal dengan sebutan
“keresek”, berikut merupakan fakta menurut Reuselt.
 Lebih dari 1 triliun kresek digunakan setiap tahunnya di dunia.
Tiongkok sebagai negara berpenduduk terbanyak di dunia, sekitar 1.3
Miliar jiwa, mengkonsumsi sekitar 3 Miliar sampah kresek



pertahunnya
Sekitar 1 juta keresek digunakan setiap menitnya
Sebuah keresek memerlukan waktu 1000




menguraikannya secara alami
Lebih dari 3.5 juta ton keresek, karung dan pembungkus lainnya



dibuang pada tahun 2008
Penggunaan keresek saja di Amerika Serikat mencapai 100 miliar

tahun

untuk

yang menghabiskan biaya bagi para retailer sekitar 4 milliar dollar per


tahun
Keresek merupakan jenis sampah di lautan yang paling umum kedua





setelah puntung rokok
Keresek tetap mengandung racun meskipun sudah terurai
1 mil persegi lautan memiliki sekitaer 46 ribu plastik yang
mengambang diatasnya.
Dalam hal tersebut negara kita termasuk negara penghasil limbah

plastik terbesar nomor 2 di dunia. Penduduk Indonesia mengkonsumsi 9,8
Milliar bungkus plastik pertahun dimana angka tersebut menjadi angka
fenomenal urutan ke dua setelah negara China.2 Dari total nilai konsumsi
bungkus plastik tersebut, 95% bungkus plastik menjadi limbah yang
memadati setiap daerah. Pada negara maju dalam kasus penanganan limbah
plastik, terutama limbah kantong plastik ditangani oleh pemerintah dengan
2 http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/02/23

mengeluarkan kebijakan tentang kantong plastik berbayar, dimana seluruh
perusahaan ritel maupun tradisional wajib mengenakan biaya tersendiri untuk
penggunaan kantong plastik yang dibebankan ke konsumen, sehingga akan

memberikan efek jera kepada konsumen agar enggan menggunakan kantong
plastik sekali pakai untuk membawa belanjaannya. Namun ada beberapa
negara yang langsung dengan ekstrim melarang penggunaan kantong plasting
di negaranya, sebagai contoh Bangladesh. Bangladesh merupakan negara
pertama yang memberlakukan pelarangan penggunaan kantong plastik, hal
tersebut dikarenakan adanya insiden banjir bandang yang diakibatkan
tersumbatnya Drainage system selama musim hujan di negara ini.3
Di Indonesia sendiri baru saja menerapkan sistem kantong plastik
berbayar tersebut, dengan sasaran perusahaan ritel modern, dimana 90%
menggunakan kantong plastik sebagai kemasannya. Atas beberapa alasan
diatas pemerhati lingkungan hidup menyarankan kepada masyarakat dan
pemerintah melakukan gerakan diet kantong plastik berbayar agar dapat
menekan sampah plastik. Saran tersebut bukannya tanpa dasar, namun
berdasarkan riset yang dilakukan Greenation Indonesia sejak 2008, kedua
metode tersebut akan mampu mengurangi sampah plastik di indonesia hingga
70 persen dalam setahun.
Seiring dengan desakan dan pergerakan para pemerhati lingkungan,
pemerintah Indonesia pun akhirnya menerapkan kebijakan uji coba kantung
plastik berbayar mulai tanggal 21 Februari 2016, yang bertepatan dengan Hari
Peduli Sampah Nasional, di 22 kota di indonesia. 22 kota tersebut terdiri dari

Jakarta, Bandung, Bekasi, Depok, Bogor, Tanggerang, Solo, Semarang,
Surabaya, Denpasar, Palembang, Medan, Balikpapan, Banjarmasin, Makasar,
Ambon, Papua, Jayapura, Pekanbaru, Banda Aceh, Kendari, dan yang terakhir
adalah kota Yogyakarta. Di kota Yogyakarta sendiri program tersebut dimulai
pada beberapa sektor seperti daerah Sleman, kota Yogyakarta, Kabupaten
Bantul, dan Imogiri. Dalam kebijakan tentang kantong plastik berbayar
tersebut pemerintah kota Yogyakarta mengincar perusahaan – perusahaan ritel
besar seperti Indomaret, Alfamart, Progo, Gramedia, Togamas, Hypermart,

3 https://anisketels.wordpress.com/2016/03/03/kebijakan-plastik-berbayar

Carefour, Hero, Superindo dan beberapa perusahaan ritel lainnya yang
dianggap besar dan familiar untuk masyarakat.
Pemerintah kota Yogyakarta juga meminta para perusahaan ritel
tersebut memasang selebaran tentang kebijakan kantong plastik berbayar di
area kasir agar para konsumen dapat melihat dan membaca tentang peraturan
baru tersebut. Para perusahaan ritel juga dihimbau untuk menyediakan kardus
– kardus bekas sebagai pilihan untuk menggantikan kantong plastik atau bisa
juga menyediakan kantong belanja daur ulang (Reusable Bag) baik secara
gratis maupun berbayar. Hal tersebut dilakukan agar masyarakat dapat

memiliki beberapa alternatif untuk membawa barang belanjaan selain dengan
kantong plastik.
Dengan melihat kebijakan baru yang di kota Yogyakarta tentang
pemberlakuan kantong plastik berbayar, penulis ingin melihat dan
menganalisis sejauh mana pengaruh kebijakan tersebut sudah berjalan dan
bagaimana perilaku konsumen perusahaan ritel terhadap kebijakan kentong
plastik berbayar tersebut.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah disebutkan di atas maka
dapat diambil rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Mengapa sosialisasi tentang kebijakan kantong plastik berbayar
terhadap perilaku konsumen masih minim di Yogyakarta?

1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui problematika minimnya sosialisasi kebijakan
kanton plastik berbayar terhadap konsumen
2. Untuk mengetahui
1.4 Manfaat penelitian
1. Memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan terutama dalam
implementasi ilmu kebijakan publik

2. Hasil penelitian dapat menjadi referensi penelitian serupa di masa yang
akan datang

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sampah Plastik
2.1.1 Pengertian Sampah Plastik
Sampah merupakan material sisa yang tidak terpakai setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat
keterpakaiannya, dalam proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah,
yang ada hanya produk – produk yang tersisa dari proses alam tersebut. Akan
tetapi karena didalam kehidupan manusia dimasukan dalam konteks
lingkungan makasampah dapat dibagi menurut jeni-jenisnya.
Berdasarkan sifatnya:
 Sampah Organik – dapat diurai
Sampah organik yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa
makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Dan sampah jenis


ini dapat diproses untuk dijadikan pupuk kompos.

Sampah Anorganik – tidak terurai
Sampah anorganik yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti
plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol, gelas
minuman, kaleng, kayu dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan
sampah yang komersial atau sampah yang laku untuk dijual dan

dijadikan produk lainnya. Beberapa sampah anorganik yang masih dapat
dijual adalah wadah pembungkus maknan, botol dan gelas bekas
minuman, kaleng, kaca, dan kertas baik kertas koran maupun HVS juga
karton.
Berdasarkan bentuknya:
Biasanya penggolongan sampah dari bentuknya dibagi dua yaitu sampah padat
dan sampah cair.


Sampah padat adalah segala bahan buangan yang memiliki bentuk dan
wujud yang padat. Seperti sampah rumah tangga, sampah dapur, sampah
kebun, plastik, metal, gelas, dan lain-lainnya.

Menurut bahannya sampah padat ini digolongkan menjadi dua bagian yaitu

sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik merupakan smapah
yang mengandung bahan bahan dari organik. Seperti sisa-sisa sayuran, hewan,
kertas, potongan-potongan kayu dari perabot rumah tangga, potonganpotongan ranting dan sebagainya. Sampah anorganik merupakan sampah yang
tidak gampang terurai. Sebagai contoh kantong plastik.
2.1.2

Pencemaran lingkungan
Kantong plastik merupakan salah satu faktor penyebab pencemaran

lingkungan hidup. Pencemaran didarat yang dapat ditimbulkan oleh sampah
misalnya ditinjau dari dari segi kesehatan yaitu sebagai sarang dari penyakit
dan bakteri yang menyebabkan bibit penyakit. Lingkungan hidup sendiri
merupakan sekumpulan ekosistem yang terdiri dari berbagai makhluk hidup
yang hidup berdampingan dengan lingkungannya. Dalam kasus ini limbah
sampah kantong plastik memiliki peranan yang cukup besar dalam perusakan
lingkungan, seperti yang dijabarkan oleh UU nomor 23 tahun 1997, pasal 1
butir 12 dapat diartikan masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat,
energi dan/atau komponen lain kedalam sebuah lingkungan hidup oleh kegiatan
yang mangakibatkan penurunan kualitas pada tingkat tertentu sehingga
menyalahi dari esensi pengertian lingkungan hidup.
Adapun pencemaran dibagi menjadi 3 jenis:4
4 http://id.wikipedia.org/wiki/pencemaran



Pencemaran air
Air dapat dikatakan tercemar apabila terjadi perubahan komposisi atau
kondisi yang diakibatkan oleh adanya kegiatan atau hasil dari sebuah
kegiatan yang dilakukan oleh manusia sehingga secara langsung maupun
tidak langsung air menjadi tidak layak atau kurang layak untuk semua
fungsi atau tujuan pemanfaatan sebagaimana kewajaran air dalam keadaan



alami.
Pencemaran udara
Pencemaran udara yaitu masuknya komponen dari berbagai substansi
kedalam udara yang mengakibatkan gangguan terhadap kesehatan manusia
atau bentuk kehidupan yang lebih rendah, bersifat menyerang,merugikan
bagian kulit luar atau keberadaannya secara langsung maupun tidak



langsung menimbulkan pengaruh buruk terhadap kesejahteraan manusia.
Pencemaran tanah
Yaitu perubahan fisik maupun kimiawi tanah yang dapat mengakibatkan
menurunnya daya guna atau berkurangnya kemampuan daya dukung

tanah, bila digunakan tanpa daya olah terlebih dahulu.
Melihat berbagai definisio perncemaran diatas maka dapat diketahui bahwa
dampak yang timbul akibat dari pencemaran lingkungan tidak hanya
berpengaruh pada sektor lingkungan saja, akan tetapi juga berpengaruh terhadap
kehidupan tanaman, hewan dan juga manusia.
2.2 Kebijakan Diet Kantong Plastik
Kantong plastik merupakan alat bantu yang biasa digunakan masyarakat
untuk tempat membawa suatu benda atau makanan. Hal tersebut dinilai
praktis dan hemat, namun dengan konsumsi kantong plastik yang berlebihan
seperti sekarang ini berakibat menumpuknya sampah atau limbah plastik.
Dengan melihat perihal tersebut pemerintah indonesia mengeluarkan surat
edaran melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan
Berbahaya dan Beracun (KLHK) surat edaran resmi nomor : SE-06/PSLB3PS/2015 tentang langkah antisipasi penerapan kebijakan kantong plastik
berbayar pada usaha ritel modern dan juga surat edaran Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Bahan Berbahaya dan Beracun Nomor: S.1230/PSLB3-PS/2016
yang berisi tentang harga dan mekanisme penerapan kantong plastik berbayar.

Didalam surat edaran yang pertama dijelaskan bahwa salah satu arah
kebijakan pemerintah dalam rangka menekan angka sampah di Indonesia,
terutama limbah atau sampah kantong plastik yaitu adalah dengan
memberlakukannya kantong plastik berbayar yang mulai diberlakukan oleh
perusahaan ritel modern di seluruh Indonesia. Hal tersebut guna memenuhi
target pengurangan sampah plastik sekitar 1,9 ton pertahun. Pengurangan
sampah plastik sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Pemerintah terkait pengurangan sampah nasional sekitar 11 persen
pada tahun 2016.
Kebijakan tersebut baru mulai diuji coba pada tanggal 21 februari 2016
serentak di 22 kota di Indonesia, termasuk kota Yogyakarta. Apabila
sebelumnya masyarakat yang berbelanja di tempat perbelanjaan ritel
diberikan kantung plastik secara gratis untuk membawa barang belanjaannya
kini harus membayar dalam jumlah tertentu untuk perkantong plastiknya.
Dalam surat edaran tersebut dikatakan bahwa minimal perusahaan ritel
modern mematok harga Rp. 200 perkantong plastik, namun pada
implementasinya diserahkan sepenuhnya kepada kebijakan daerah dan kota
masing-masing. Di Jakarta sendiri kantong plastik dihargai Rp. 5000
perkantong plastik, hal tersebut dianggap akan sangat memberikan efek jera
terhadap konsumen agar tidak lagi menggunakan kantong plastik, dan
konsumen dianjurkan menggunakan kantong belanjaan sendiri. Di kota
Yogyakarta sendiri kantong plastik masih dihargai Rp. 200 perkantong plastik
yang kecil, sehingga para konsumen masih banyak yang menggunakan
kantong plastik karena dianggap masih terjangkau harganya. Sosialisasi
tentang kebijakan kantong plastik berbayar tersebut diselenggarakan mulai
tanggal 21 februari yang bertepatan dengan hari Peduli Sampah Nasional. hari
dimana bangsa Indonesia mengenang tragedi kelam tentang longsornya
gunungan sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Leuwigajah, cimahi,
Jawa Barat pada 2005 silam yang menewaskan 157 jiwa.5
Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri turut mendukung kebijakan
tentang diet kantong plastik tersebut. Menurut Kepala Badan Lingkungan
Hidup (BLH) kota Yogyakarta, Suyana, mengatakan penggunaan plastik
5 http://www.inspiratorfreak.com/21-februari-hari-peduli-sampah-nasional

sudah semakin masif dan meningkat. Sampah plastik mendominasi jenis
sampah dikota Yogyakarta. Namun dengan adanya kebijakan tersebut
diharapkan adanya penurunan sebesar 11 persen terhadap limbah sampah
kantong plastik.
Kebijakan kantong plastik tersebut masih dalam tahap uji coba dimana
sasaran pertama yang di tuju oleh pemerintah adalah perusahaan ritel modern
dan belum mengarah kepasar tradisional. Pada implementasinya kebijakan
tersebut akan di evaluasi setiap 3 bulan sekali. Apabila hasil evaluasi
menunjukan pengurangan

sampah plastik tidak terlalu signifikan setelah

kebijakan ini dikeluarkan bisa saja kebijakan diubah dengan menaikan harga
kantong plastik atau bahkan akan adanya pelarangan penggunaan kantong
plastik.
2.3 Perilaku Konsumen
Perilaku

Konsumen

merupakan

proses

atau

aktivitas

ketikaseseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, penggunaan,
serta pengevaluasian produk atau jasa demi memenuhi kebutuhan. Perilaku
konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat
keputusan pembelian. Menurut Peter & Olson (2005), perilaku konsumen
mengikuti pikiran dan perasaan yang dialami manusia dan aksi yang
dilakukan saat proses konsumsi. Modern ini konsumen memilih segala
sesuatu baik produk maupun jasa yang lebih mengutamakan kemudahan dan
terjangkaunya harga. Dimana dengan banyaknya pilihan secara otomatis
konsumen akan memberikan ranking dari yang paling mahal dan susah dalam
penggunaan sampai yang termurah dan mudah dalam penggunaan. Sebagai
contoh konsumen perusahaan ritel modern, mereka lebih memilih
menggunakan kantong plastik belanja dari pada kardus bekas dalam
membungkus barang belanjaannya dikarenakan kantong plastik dianggap
lebih praktis dan mudah untuk dibawa, dan kardus dinilai tidak efektif karena
selain mudah hancur juga dianggap kurang aerodinamis dalam proses
membawanya, padahal dalam implementasinya menggunakan kardus dapat
memasukan lebih banyak barang belanjaan dari pada kantong plastik. Namun
konsumen tetap memilih kantong plastik karena memang dianggap lebih

praktis dan dianggap juga sama-sama tidak dikenakan biaya sama sekali
untuk kantong plastik sekali pakai yang baru.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Penelitian mengenai kebijakan kantong plastik dan perilaku konsumen
terhadap implementasi dari kebijakan tersebut akan diteliti menggunakan
pendekatan Kualitatif karena data yang diharapkan bukan berupa angka-angka,
dan lebih menampilkan data deskriptif yang tidak dapat dicapai melalui prosedur
statistik atau kuantitatif. Penelitian kualitatif dapat digunakan untuk meneliti
kehidupan masyarakat, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, gerakan sosial,
hubungan kekerabatan.
Jenis penelitian kualitatif menggunakan pendekatan studi kasus. Studi
kasus merupakan strategi yang lebih cocok digunakan apabila pertanyaan pokok
yang berfokus terhadap fenomena masa kini yang berefek terhadap perilaku
masyarakat kota Yogyakarta.
3.2 Subyek Dan Obyek Penelitian
Penelitian ini mengambil subyek data dari konsumen-konsumen yang
berbelanja di perusahaan ritel seperti Indomaret, Alfamart, Progo, Superindo di
daerah yogyakarta dimana sudah diberlakukannya kebijakan kantong plastik
berbayar. Sedangkan obyek penelitian ini difokuskan terhadap bagaimana opini
dan pendapat dari konsumen tentang kebijakan kantong plastik berbayar dan juga
apakah konsumen masih menggunakan kantong plastik atau sudah membawa
kantong belanjaan sendiri.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
a. Interview (Wawancara)
Dalam penelitian ini peneliti akan terjun ke lapangan langsung untuk
berbicara dengan konsumen-konsumen perusahaan ritel dengan persiapan
materi pertanyaan yang sudah disiapkan sehingga jawaban yang diberikan
oleh konsumen menjurus ke data yang diinginkan oleh peneliti.
b. Kuesioner

Kuesioner merupakan alat pengambilan data yang peneliti lakukan dengan
menyebarkan seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden atau
konsumen perushaan ritel untuk dijawab. Kuesioner merupakan teknik
pengumpuklan data yang efisien untuk mendapatkan data dan variabel
yang diinginkan oleh peneliti.
c. Observasi
Dalam penelitian ini peneliti akan terjun langsung untuk mengamati dan
mencatat dan membertimbangkan perilaku konsumen dan juga melakukan
penilaian pada skala bertingkat untuk mendapatkan data.

3.4 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, tahapan alanisis atas data yang didapatkan oleh peneliti
antara lain adalah:
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan menggunakan tiga teknik pengumpulan
data diatas. Data yang sudah terkumpul kemudian akan dibuat data
nominal dan data ordinal sehingga memudahkan untuk
penginterpertasi data.
b. Penyajian Data
Penyajian data akan disajikan dalam tabel statistik yang telah di uji
dengan tes signifikasi untuk membandingkan antara nilai hasil
perhitungan dengan nilai yang ada di dalam tabel statistik.
c. Kesimpulan
Kesimpulan dapat ditarik dari data tabel statistik diharapkan dapat
menjawab rumusan masalah yang ada sehingga dapat memberikan
jawaban dari permasalahan yang diteliti. Kesimpulan tersebut juga bisa
jadi temuan baru yang belum ada sebelumnya dan bisa memberikan
manfaat kepada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
A. Latif, Misno, 2000, Teknik Analisis Data Kuantitatif, Makalah diklat Action
Research Mahasiswa STAIN Jember.
Arikunto, Suharsimi, 1993, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.
Maqsun Arr. Sofwan, Misno A. Latif, 1991, Pengantar Statistik Pendidikan,
Jember, FKIP.
Sudijono, Anas, 1987, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers.
Wayan Ardana, 1982, Beberapa Metode Statistik Untuk Penelitian Pendidikan,
Surabaya: Usaha Nsional.
http://www.inspiratorfreak.com/21-februari-hari-peduli-sampah-nasional-hpsndan-alasan-kebijakan-plastik-berbayar (diakses pada tanggal 28 juni 2016 pukul
13.00)
http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/4015/1/kantong.plastik.berbayar
(diakses pada tanggal 28 juni 2016 pukul 13.45)
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/02/23/o2ynxp313-ylkiplastik-berbayar-ubah-prilaku-konsumen (diakses pada tanggal 28 juni 2016 pukul
15.20)
http://www.voaindonesia.com/a/walhi-perlu-kebijakan-integral-soal-sampahplastik/3202034.html (diakses pada tanggal 28 juni 2016 pukul 16.05)
http://www.academia.edu/24256568/Makalah_pro_kantong_plastik_berbayar
(diakses pada tanggal 28 juni pukul 23.20)
https://shintaokrami.wordpress.com/2014/10/30/contoh-perilaku-konsumendalam-membuat-keputusan-membeli-barang-dan-jasa (diakses pada tanggal 29
juni pukul 02.00)