PELARANGAN IMPOR SEBAGAI BENTUK KEBIJAKA (1)

PELARANGAN IMPOR SEBAGAI BENTUK
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENGATUR
KONDISI PERDAGANGAN DI INDONESIA
Disusun Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah
Ekonomi Makro

Oleh:
SHONAFIRI JANNA BIDARI
1360101020

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU EKONOMI
UNIVERSITAS DARUL ’ULUM JOMBANG
2014

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas anugrahNya penulisan paper ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa
kami ucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu


terlaksananya penulisan paper ini hingga bisa tersusun dengan baik.
Paper ini kami susun berdasarkan pengetahuan yang kami peroleh dari
beberapa buku dan media elektronik dengan harapan orang yang membaca dapat
memahami tentang teori impor, pengertian impor, kebijakan impor, manfaat dan
dampak impor serta kebijakan pemerintah dalam mengatasiimpor.
Akhirnya, kami menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi perbaikan penerbitan paper ini di masa mendatang.

Jombang, Mei 2014

Penyusun

2

PENDAHULUAN
Pada mulanya hubungan perdagangan hanya terbatas pada satu wilayah
negara tertentu, tetapi dengan semakin berkembangnya arus perdagangan maka
hubungan dagang tersebut tidak hanya dilakukan antara para pengusaha dalam

satu wilayah negara saja, tetapi juga dengan para pedagang dari negara lain, tidak
terkecuali Indonesia. Bahkan hubungan dagang tersebut semakin beraneka ragam,
termasuk cara pembayarannya. Kegiatan ekspor impor didasari oleh kondisi
bahwa tidak ada suatu negara yang benar-benar mandiri karena satu sama lain
saling membutuhkan dan saling mengisi. Setiap negara memiliki karakteristik
yang berbeda, baik sumber daya alam, iklim, geografi, demografi, struktur
ekonomi dan struktur sosial. Perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan
komoditas yang dihasilkan, komposisi biaya yang diperlukan, kualitas dan
kuantitas produk. Secara langsung atau tidak langsung membutuhkan pelaksanaan
pertukaran barang dan atau jasa antara satu negara dengan negara lainnya. Maka
dari itu antara negara yang terdapat didunia perlu terjalin suatu hubungan
perdagangan untuk memenuhi kebutuhan tiap negara tersebut. Transakasi
perdagangan internasional yang lebih dikenal dengan istilah ekspor impor, pada
hakikatnya adalah suatu transaksi sederhana yang tidak lebih dari membeli dan
menjual barang antara pengusaha yang bertempat tinggal atau berdomisili di
negara yang berbeda.
Kebijakan Perdagangan internasional adalah suatu aturan yang dibentuk
oleh badan badan tertentu dalam melakukan perdagangan dunia yang dilakukan
oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan
bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu


3

dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau
pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara,
perdagangan Internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan
GDP. Di Indonesia perdagangan Internasional juga terjalin dengan negara luar
termasuk yang satu kawasan dengan Indonesia.
Pesatnya

perkembangan

teknologi

telah

mendorong

terjadinya


kompleksitas hubungan atau transaksi dagang internasional, yang menembus
batas-batas negara serta perbedaan sistem hukum, sistem politik dan lain-lain dari
dan antar pelaku dalam perdagangan internasional. Kompleksitas tersebut dapat
dilihat, misalnya dari transaksi yang berlangsung cepat, terjadinya persaingan
dagang yang ketat baik perdagangan barang maupun jasa, yang kemudian
menumbuhkan kebutuhan akan adanya suatu perdagangan bebas (free trade) yang
dilangsungkan dengan fair, tanpa dibatasi dan atau diintervensi dengan pengenaan
tarif, kuota, subsidi, kontrol nilai tukar, dan lain-lain yang bersifat proteksi dan
dapat menghambat arus dan kelangsungan pedagangan tersebut.

PEMBAHASAN
Impor dalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara
ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor
umumnya adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke
dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan
dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Impor adalah bagian penting
dari perdagangan internasional, lawannya adalah ekspor (wikipedia.co.id)

4


Pembeli barang dan jasa ini disebut sebuah "importir" yang berbasis di
negara impor sedangkan penjual berbasis luar negeri disebut sebagai "eksportir".
Dengan demikian, impor merupakan setiap yang legal (misalnya komoditas ) atau
layanan yang dibawa dari satu negara ke negara lain dengan cara yang sah,
biasanya untuk digunakan dalam perdagangan . Impor yang legal dibawa dari
negara lain untuk dijual. Impor barang atau jasa yang disediakan untuk konsumen
dalam negeri oleh perusahaan asing produsen. Impor di negara penerima adalah
ekspor ke negara pengirim.
Berikut ini manfaat dari kegiatan impor:
1. Memenuhi kebutuhan masyarakatdalam negeri.
2. Pendapatan negara akan bertambah karena adanya devisa.
3. Mendorong berkembangnya kegiatan industri.
Kegiatan impor dapat terselenggara karena beberapa hal antara lain:
1. Produksi dalam negeri belum ada, namun barang atau jasa tersebut sangat
diperlukan di dalam negeri kita.
2. Produksi dalam negeri sudah ada, namun hasilnya belum mencukupi
kebutuhan dalam negeri sehingga masih dibutuhkan dari impor.

KEBIJAKAN IMPOR
Untuk melindungi produksi dalam negerinya dari ancaman produk sejenis

yang diproduksi di luar negeri, maka pemerintah suatu negara biasanya akan
menerapkan atau mangeluarkan suatu kebijakan perdagangan internasional di
bidang impor. Kebijakan ini, secara langsung maupun tidak langsung pasti akan
mempengaruhi struktur, komposisi, dan kelancaran usaha untuk mendorong atau

5

melindungi pertumbuhan industri dalam negeri (domestik) dan penghematan
devisa negara.
Kebijakan

perdagangan

internasional

di

bidang

impor


dapat

dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu kebijakan hambatan tarif (tariff
barrier)

dan

kebijakan

hambatan

non-tarif

(non-tariff

barrier)

(bisniskeuangan.kompas.com)
1. Hambatan Tarif (Tariff Barrier)

Hambatan tarif (tariff barrier) adalah suatu kebijakan proteksionis
terhadap barang-barang produksi dalam negeri dari ancaman membanjirnya
barang-barang sejenis yang diimpor dari luar negeri. Tarif adalah hambatan
perdagangan yang berupa penetapan pajak atas barang-barang impor atau barangbarang dagangan yang melintasi daerah pabean (custom area). Sementara itu,
barang-barang yang masuk ke wilayah negara dikenakan bea masuk. Efek
kebijakan ini terlihat langsung pada kenaikan harga barang. Dengan pengenaan
bea masuk yang besar, pendapatan negara akan meningkat sekaligus membatasi
permintaan konsumen terhadap produk impor dan mendorong konsumen
menggunakan produk domestik.
A. Macam-macam Penentuan Tarif
1. Bea Ekspor (export duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap
barang yang diangkut menuju negara lain (di luar costum area).
2. Bea Transito (transit duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap
barang-barang yang melalui batas wilayah suatu negara dengan tujuan
akhir barang tersebut negara lain.
3. Bea Impor (import duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap
barang-barang yang masuk dalam suatu negara (tom area).

6


B. Jenis Tarif
1. Ad valorem duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan dalam
presentase dari nilai barang yang dikenakan bea tersebut.
2. Specific duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan untuk tiap
ukuran fisik daripada barang.
3. Specific ad valorem atau compound duties, yakni bea yang merupakan
kombinasi antara specific dan ad valorem. Misalnya suatu barang tertentu
dikenakan 10% tarif ad valorem ditambah Rp 20,00 untuk setiap unit.
C. Sistem Tarif
1. Single-column tariffs : sistem di mana untuk masing-masing barang hanya
mempunyai satu macam tarif. Biasanya sifatnya autonomous tariffs (tarif
yang tingginya ditentukan sendiri oleh sesuatu negara tanpa persetujuan
dengan negara lain). Kalau tingginya tarif ditentukan dengan perjanjian
dengan negara lain disebut conventional tariffs.
2. Double-column tariffs : sistem di mana untuk setiap barang mempunyai 2
(dua) tarif. Apabila kedua tarif tersebut ditentukan sendiri dengan undangundang, maka namanya : “bentuk maksimum dan minimum”.
3. Triple-column tariffs : biasanya sistem ini digunakan oleh negara penjajah.
Sebenarnya sistem ini hanya perluasan daripada double column tariffs,
yakni dengan menambah satu macam tariff preference untuk negaranegara bekas jajahan atau afiliasi politiknya. Sistem ini sering disebut
dengan nama “preferential system”.

D. Efek tarif

7

Pembebanan tarif terhadap sesuatu barang dapat mempunyai efek terhadap
perekonomian suatu negara, khususnya terhadap pasar barang tersebut. Beberapa
sfek tarif tersebut adalah :
1. Efek terhadap harga (price effect)
2. Efek terhadap konsumsi (consumption effect)
3. Efek terhadap produk (protective/import substitution effect)
4. Efek terhadap redistribusi pendapatan (redistribution effect)
E. Effective Rate of Protection
Tarif terhadap bahan mentah akan menaikkan ongkos produksi. Apabila
tarif hanya dikenakan pada barang jadi maka harga barang tersebut akan naik.
Hubungan antara tarif terhadap barang jadi dan tarif terhadap bahan mentah dapat
dinyatakan dengan adanya “effective rate of protection” yang dinikmati oleh
produsen yang memproses barang jadi tersebut. apabila barang jadi dan juga
bahan mentah impor itu dikenakan tarif, maka effective rate of protection bagi
produsen barang tersebut makin tinggi apabila makin rendah tarif terhadap bahan
mentah.

F. Alasan pembebanan tarif
1. Yang secara ekonomis dapat dipertanggungjawabkan
a. Memperbaiki dasar tukar
Pembebanan tarif dapat mengurangi keinginan untuk mengimpor.
Ini berarti bahwa untuk sejumlah tertentu ekspor menghendaki jumlah
impor yang lebih besar, sebagian daripadanya diserahkan kepada
pemerintah sebagai pembayaran tarif.
b. Infant-industry

8

Pembebanan terif terhadap barang dari luar negeri dapat memberi
perlindungan terhadap industri dalam negeri yang sedang tumbuh ini.
c. Diversifikasi
Pembebanan tarif industry dalam negeri dapat berkembang
sehingga dapat memperbanyak jumlah serta jenis barang yang dihasilkan
terutama oleh negara yang hanya menghasilkan satu atau beberapa macam
barang saja
d. Employment
Pembebanan tarif mengakibatkan turunnya impor dan menaikkan
produksi dalam negeri.
e. Anti dumping
Pembebanan tarif terhadap barang yang berasal dari negara yang
menjalankan politik dumping supaya tidak terkena akibat jelek daripada
politik tersebut.
2.

Yang secara ekonomis tidak dapat dipertanggungjawabkan
a. To keep money at home
Pembebanan tarif impor, maka impor akan berkurang sehingga
akan mencegah larinya uang ke luar negeri.
b. The low-wage
Negara yang tingkat upahnya tinggi tidak dapat mengadakan
hubungan dengan negara yang tingkat upahnya rendah tanpa menanggung
risiko akan turunnya tingkat upah. Untuk melindungi para pekerja yang
upahnya tinggi dari persaingan para pekerja yang upahnya rendah maka

9

negara yang tingkat upahnya tinggi tersebut perlu membebankan tarif bagi
barang yang berasal dari negara yang tingkat upahnya rendah.
3. Yang tidak dapar diuji atau dibuktikan, karena mengandung premis
ekonomi yang salah.
Tarif akan mengakibatkan turunnya atau hilangnya impor dan diganti
dengan prosuksi dalam negeri. Kenaikan produksi berarti tambahnya
kesempatan kerja yang akhirnya berarti pula kenaikan kegiatan ekonomi.

2. Hambatan Non-Tarif (Non-Tariff Barrier)
Hambatan non-tarif (non-tarif barrier) adalah berbagai kebijakan
perdagangan selain bea masuk yang dapat menimbulkan distorsi, sehingga
mengurangi potensi manfaat perdagangan internasional (Dr. Hamdy Hady).
A.M. Rugman dan R.M. Hodgetts mengelompokkan hambatan non-tarif
(non-tariff barrier) sebagai berikut :
1. Pembatasan spesifik (specific limitation)
a. Larangan impor secara mutlak
b. Pembatasan impor (quota system)
Kuota adalah pembatasan fisik secara kuantitatif yang dilakukan atas
pemasukan barang (kuota impor) dan pengeluaran barang (kuota ekspor) dari/ke
suatu negara untuk melindungi kepentingan industri dan konsumen.
c. Peraturan atau ketentuan teknis untuk impor produk tertentu
d. Peraturan kesehatan / karantina
e. Peraturan pertahanan dan keamanan negara
f. Peraturan kebudayaan

10

g. Perizinan impor (import licence)
h. Embargo
i. Hambatan pemasaran / marketing
2. Peraturan bea cukai (customs administration rules)
a. Tatalaksana impor tertentu (procedure)
b. Penetapan harga pabean
c. Penetapan forex rate (kurs valas) dan pengawasan devisa (forex control)
d. Consulate formalities
e. Packaging / labelling regulations
f. Documentation needed
g. Quality and testing standard
h. Pungutan administasi (fees)
i. Tariff classification
3. Partisipasi pemerintah (government participation)
a. Kebijakan pengadaan pemerintah
b. Subsidi dan insentif ekspor
Subsidi adalah kebijakan pemerintah untuk memberikan perlindungan
atau bantuan kepada indusrti dalam negeri dalam bentuk keringanan pajak,
pengembalian pajak, fasilitas kredit, subsidi harga.
c. Countervaling duties
d. Domestic assistance programs
e. Trade-diverting

11

4. Import charges
a. Import deposits
b. Supplementary duties
c. Variable levies

PRODUK IMPOR
Tidak semua jenis barang dapat diimpor. Jenis barang yang dapat diimpor
telah ditetapkan pemerintah suatu Negara. Misalnya, di Indonesia, pemerintah
melalui Menteri Perdagangan, menetapkan aturan jenis barang yang diimpor
sebagai berikut (detik.com):
1. Barang-barang konsumsi atau barang-barang yang dapat langsung digunakan
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat dan pemerintah, seperti
beras, barang-barang kebutuhan pokok, alat-alat elektronik, dan alat-alat
rumah tangga.
2. Bahan baku/penolong yang biasanya dipakai dalam proses produksi barang
seperti bahan kimia dasar, bahan obat-obatan, pupuk, bahan kertas, benang
tenun, semen, kapur, bahan plastic, besi, baja, logam, bahan karet, plastik,
bahan bangunan, alat-alat listrik, dan lainnya.
3. Barang modal dan barang/peralatan yang digunakan untuk menghasilkan suatu
barang lebih lanjut. Contoh: mesin-mesin produksi, generator listrik, alat
telekomunikasi, mesin pemintal benang, mesil diesel, traktor, peralatan listrik,
alat pengangkutan, dan lainnya.

12

Indonesia mengimpor barang-barang konsumsi bahan baku dan bahan
penolong serta bahan modal. Barang konsumsi merupakan barang yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ,seperti makanan, minuman, susu,
mentega, beras, dan daging. Bahan baku dan bahan penolong merupakan barangbarang yang diperlukan untuk kegiatan industri baik sebagai bahan baku maupun
bahan pendukung, seperti kertas, bahan-bahan kimia, obat-obatan dan kendaraan
bermotor.
Barang modal adalah barang yang digunakan untuk modal usaha seperti
mesin, suku cadang, komputer, pesawat terbang, dan alat-alat berat. Produk impor
Indonesia yang berupa hasil pertanian, antara lain, beras, terigu, kacang kedelai
dan buah-buahan. Produk impor Indonesia yang berupa hasil peternakan antara
lain daging dan susu (pengertianahli.com).
Produk impor Indonesia yang berupa hasil pertambangan antara lain
adalah minyak bumi dan gas, produk impor Indonesia yang berupa barng industri
antara lain adalah barang-barang elektronik, bahan kimia, kendaraan. dalam
bidang jasa indonesia mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri.

DAMPAK IMPOR
Impor, bersama dengan ekspor, membentuk dasar dari perdagangan
internasional. Impor barang biasanya membutuhkan keterlibatan pabean
berwenang di kedua negara impor dan negara ekspor dan sering tunduk pada
impor kuota, tarif dan perjanjian perdagangan.

13

Berikut ini adalah dampak dari kegiatan Impor (jurnal.unsiyah.ac.id):
1. Dampak Positif Impor
a. Meningkatkan kesejahteraan konsumen
Dengan adanya impor barang konsumsi, masyarakat Indonesia biasa
menggunakan barang yang tidak dapat dihasilkan di dalam negeri.
b. Meningkatkan industri dalam negeri
Dengan adanya impor, kita mendapat kesempatan untuk mengimpor
barang modal, baik yang berupa mesin industri maupun bahan baku
yang memungkinkan kita untuk megembangkan suatu industri.
c. Alih teknologi
Dengan adanya impot memungkinkan terjadinya alih teknologi. Secara
bertahap negara kita mencoba mengembangkan teknologi modern
untuk mengurangi ketertinggalan kita dengan bangsa yang sudah maju.
2. Dampak Negatif Impor
a. Menciptakan persaingan bagi industri dalam negeri
Selain akan mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan industri
dalam negeri melalui impor barang modal, namun bisa terjadi
sebalikya, industri kita tidak berkembang karena menghadapi pesaing
di luar negeri.
b. Menciptakan pengangguran
Dengan mengimpor barang dari luar negeri berarti kita tidak
mempunyai kesempatan untuk memproduksi barang tersebut. Sama
artinya kita telah kehilangan kesempatan untuk membuka lapangan
pekerjaan yang tercipta dari proses memproduksi barang tersebut.

14

c. Konsumerisme
Konsumsi berlebihan terutama untuk barang mewah merupakan salah
satu dampak yang dapat diciptakan dari adanya kegiatan impor barang.
d. Inflasi
e. Melemahnya nilai tukar mata uang Rupiah
f. Defisit Perdagangan yang berdampak pada Defisit Neraca Pembayaran
Kegiatan

impor

memiliki

dampak

positif

dan

negatif

terhadap

perekonomian suatu negara. Untuk melindungi produsen dalam negeri, maka
negara melakukan pembatasan terhadap jumlah/ kuota impor.
Dampak positif pembatasan impor:
1. Menumbuhkan rasa cinta produksi dalam negeri.
2. Mengurangi keluarnya devisa ke luar negeri.
3. Memperkuat neraca pembayaran.
Dampak negatif pembatasan impor:
1. Lesunya perdagangan internasional akibat terjadinya balas membalas kegiatan
pembatasan kuota impor.
2. Kurangnya peningkatan mutu produksi akibat produsen dalam negeri merasa
tidak mempunyai pesaing.

PELARANGAN IMPOR
Larangan impor adalah kebijakan pemerintah yang melarang masuknya
barang tertentu atau produk asing (ke dalam pasar domestik) ke dalam negeri.
Kebijakan larangan impor dilakukan untuk menghindari barang yang dapat
merugikan masyarakat. Misalnya melarang impor daging sapi yang mengandung

15

penyakit Anthrax. Kebijakan ini biasanya dilakukan karena alasan politik dan
ekonomi.
Menurut Dijen KPI Kemendag (2011), ada tiga sasaran kebijakan larangan
impor, yaitu:
1. Kebijakan Larangan Impor Berorientasi Lingkungan Hidup.
2. Kebijakan Larangan Impor Untuk Melindungi Industri Dalam Negeri dan
3. Menjaga Balance of Payments
Berikut ini adalah ulasan kebijakan larangan impor sesuai ketiga sasaran
tersebut diatas:
1. Kebijakan Larangan Impor Berorientasi Lingkungan Hidup
Pemerintah suatu negara dapat melarang impor produk tertentu apabila
produk tersebut berbahaya bagi manusia, hewan, maupun tumbuhan di suatu
negara, atau karena produk itu merupakan hasil eksploitasi sumber daya alam
hingga merusak keseimbangan ekologi.
Di Indonesia, terdapat beberapa produk yang dilarang masuk ke Indonesia
karena berbahaya bagi lingkungan hidup, antara lain limbah plastik (Keputusan
Menteri Perdagangan Nomor 520/MPP/Kep/8/2003), Pestisida etilen dibromida,
Limbah B3 kecuali item tertentu, Udang spesies Penaeus Vanamae (Peraturan
Bersama Mendagri dan Menteri Kelautan dan Perikanan), dan produk susu dan
olahan susu dari Cina. Akan tetapi, pada Agustus 2008 muncul berita bahwa
Pemerintah akan mengizinkan impor limbah plastik untuk memenuhi kebutuhan
bahan baku murah bagi industri, karena menurut data Asosiasi Industri Plastik dan
Olefin Indonesia, selama semester pertama 2008 harga bahan baku plastik
polyethylene dan polypropylene naik 100 persen dari US$ 1.100 menjadi US$
2.200 per ton. Sedangkan pelarangan impor udang spesies Penaeus Vanamae

16

adalah karena di pasar internasional beredar udang jenis ini yang terserang
penyakit.
Produk susu dan olahan susu dari Cina juga masuk dalam daftar larangan
impor di 31 negara lain, menyusul terjadinya skandal susu bermelamin di Cina.
pada akhir September 2008, dilaporkan susu bermelamin telah menimbulkan
94.000 korban, termasuk 4 bayi meninggal karena kerusakan ginjal. Pada tahun
2004, terjadi kasus malnutrisi anak-anak di Cina Daratan , akibat susu yang tidak
mengandung protein. Oleh karena itu, Pemerintah mengeluarkan peraturan
mengenai kandungan protein. Nampaknya, perusahaan-perusahaan susu di Cina
menambahkan melamin dalam susu agar seakan-akan susunya mengandung
protein yang tinggi. WHO menyebutkan bahwa ini adalah salah satu skandal
keamanan makanan paling besar dalam beberapa tahun terakhir. Setelah
terungkapnya skandal ini di dunia Internasional, reputasi ekspor makanan asal
Cina menjadi jelek, dan tercatat 11 negara menghentikan seluruh impor produk
susu dan olahan susu dari Cina Daratan.
2. Kebijakan Larangan Impor Untuk Melindungi Industri Dalam Negeri
Dalam kondisi normal, suatu anggota WTO dilarang untuk melakukan
pembatasan kuantitatif untuk impor dan ekspor sebagaimana diatur dalam pasal
XI GATT 1994. Namun demikian, dalam kondisi tertentu negara anggota dapat
melakukan safeguard measures sebagai langkah guna melindungi industri
domestik dari kerugian yang disebabkan peningkatan impor. Terdapat dua kondisi
untuk menerapkan safeguards measures, yakni :
a. Terjadi peningkatan impor dibandingkan produksi barang sejenis di dalam
negeri.

17

b. Peningkatan impor tersebut mengancam dan mengakibatkan kerugian
yang serius terhadap industri dalam negeri yang memproduksi barang
serupa.
Dengan adanya ketentuan ini, diharapkan negara tersebut dapat melakukan
penyesuaian atas produk tertentu yang menghadapi tekanan yang berasal dari
impor barang yang diakibatkan terjadinya persaingan atau kompetisi secara
internasional. Safeguards measures bersifat sementara dan semata-mata dilakukan
dalam rangka proses penyesuaian bagi industri domestik yang menghadapi
tekanan. Safeguards measures tidak dapat digunakan untuk memproteksi industri
domestik dalam jangka panjang.
3. Menjaga Balance of Payments
Apabila negara anggota WTO menghadapi kesulitan neraca pembayaran
(balance of payments/BOP difficulties), maka negara anggota tersebut dapat
menerapkan pembatasan atas perdagangan jasa yang menyebabkan timbulnya
komitmen termasuk pembayaran atau transfer yang berkitan dengan komitmen
tersebut. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar pengecualian tersebut
dapat diberlakukan adalah :
a. Perekonomian negara berkembang tersebut lemah, sehingga hanya dapat
menyokong standar kehidupan yang rendah.
b. Dalam tahap awal pembangunan
c. Mengalami kesulitan BOP sebagai akibat dari kebijakan membuka pasar
domestik dan perubahan persyaratan perdagangan (terms of trade).
Kebijakan larangan impor demi industri lokal di Negeria tidak diimbangi
dengan penyediaan infrastruktur yang memadai akan merugikan industri sendiri.
Pihak industri sendiri menyatakan bahwa seharusnya pemerintah memikirkan

18

bagaimana menyediakan infrastruktur bagi mereka, daripada melakukan
pelarangan impor. Misalnya dalam kasus industri baja, untuk mencegah
perusahaan-perusahaan baja gulung tikar, maka pemerintah Nigeria harus
menyediakan tenaga listrik sekitar 70-80 megawatt. Dengan melakukan
pelarangan impor, pemerintah telah menciptakan pasar bagi produk lokal, tapi
industri lokal sendiri kesulitan untuk memenuhi permintaan pasar. Akibatnya,
terjadi kelangkaan, rendahnya kualitas produk dan mahalnya harga barang-barang,
sehingga konsumen menjadi korban dari kebijakan ini.
Faktanya, walaupun berneraca surplus dalam perdagangan internasional,
tapi Nigeria terbelit utang, sebagai akibat dari ketergantungan yang berlebihan
pada perdagangan sektor minyak yang padat modal dan harga produknya sangat
fluktuatif. Negeri ini sempat menikmati masa kejayaan harga jual minyak pada
tahun 1980-an, sehingga membuat GDP Nigeria menembus US$81 miliar pada
tahun 1985, namun angka GDP terus melorot menjadi US$40,5 miliar saja pada
1995. Akibatnya, Nigeria menanggung beban utang luar negeri yang tak
tertanggungkan yakni US$1,7 miliar per tahun untuk mencicil utang dan
bunganya yang semakin membesar, atau sekitar separuh dari nilai yang harus
dibayarkan. Selain anjloknya harga minyak sejak tahun 1980-an, tingkat korupsi
yang

tinggi

juga

menyebabkan

keadaan

ekonomi

Nigeria

memburuk

(Transparency International mencantumkan Nigeria sebagai negara terkorup
ketiga se-dunia), (indonesia.go.id).
Dalam perkembangan berikutnya, WTO berhasil mendorong Nigeria untuk
menghapuskan hambatan impornya dalam delapan tahun program eliminasi.
(WTO 1998). Sebagaimana dapat dilihat pada Implementation of the Year 2008

19

Fiscal Policy Measures and Tariff Amendments yang dikeluarkan Budget Office
Nigeria, bahwa larangan impor dialihkan ke hambatan tarif impor yang cukup
tinggi, khususnya untuk produk-produk yang dapat ditemukan di dalam negeri
(ditjenkpi.kemendag.go.id).

KONDISI IMPOR DI INDONESIA
Nilai impor Indonesia Januari 2012 sebesar US$14,57 miliar atau turun
11,57 persen dibanding impor Desember 2011 yang besarnya US$16,48 miliar,
sedangkan jika dibanding impor Januari 2011 (US$12,56 miliar) maka naik
sebesar 16,02 persen.
Impor nonmigas Januari 2012 sebesar US$11,58 miliar atau turun
US$1,25 miliar (9,72 persen) dibanding impor nonmigas Desember 2011
(US$12,83 miliar). Sebaliknya jika dibanding Januari 2011 (US$9,57 miliar)
maka terjadi peningkatan, yaitu sebesar US$1,99 miliar atau 20,80 persen.
Impor migas Januari 2012 sebesar US$2,99 miliar atau turun US$0,66
miliar (18,05 persen) dibanding impor migas Desember 2011 (US$3,65 miliar),
sedangkan jika dibanding impor bulan yang sama tahun sebelumnya (US$2,97
miliar) terjadi peningkatan US$0,02 miliar atau 0,58 persen.
Nilai impor nonmigas terbesar Januari 2012 adalah golongan barang mesin
dan peralatan mekanik dengan nilai US$2,32 miliar. Nilai ini turun 7,81 persen
(US$0,20 miliar) dibanding impor golongan barang yang sama Desember 2011
(US$2,52 miliar). Sementara itu, impor golongan barang tersebut meningkat
US$0,60 miliar (34,57 persen) dibanding impor golongan barang yang sama
Januari 2011 (US$1,72 miliar).

20

Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar Januari 2012 ditempati
oleh Cina dengan nilai US$2,53 miliar dengan pangsa 21,88 persen, diikuti
Jepang US$1,74 miliar (15,06 persen), dan Singapura US$0,85 miliar (7,31
persen). Impor nonmigas dari ASEAN mencapai 20,94 persen, sementara dari Uni
Eropa sebesar 9,42 persen.
Nilai impor semua golongan penggunaan barang Januari 2012 dibanding
impor bulan yang sama tahun sebelumnya masing-masing meningkat, yaitu impor
barang konsumsi sebesar 8,71 persen, bahan baku/penolong sebesar 11,19 persen,
dan barang modal sebesar 41,26 persen.

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MEMBATASI IMPOR
Neraca perdagangan Indonesia selama tahun fiskal 2013 telah mengalami
defisit yang tidak sedikit. Menurut data BPS pada tahun 2013 sampai bulan
November, Indonesia mengalami defisit tertinggi sepanjang sejarah yaitu sebesar
US$ 5,65 milyar atau sekitar 67 trilyun. Data impor Januari hingga November itu
empat besarnya semua dari oil and gas related, Adapun jumlah impor dengan nilai
tertinggi adalah kendaraan bermotor, yang berikutnya minyak mentah, lalu solar
untuk industri dan bahan bakar diesel lainnya (Other Diesel Fuel), dan impor
terbesar kelima adalah smartphone.
Oleh karena itu, pemerintah merasa perlu membatasi impor agar defisit
neraca perdagangan tidak berlangsung terus menerus. Beberapa kebijakan yang
telah diambil pemerintah diantaranya :
1. Di bidang migas, pemerintah menetapkan beberapa kebijakan yaitu:
a. Menaikkan harga bbm bersubsidi pada bulan Juni 2013. Hal ini
dimaksudkan agar biaya impor BBM tidak membengkak terlalu besar.

21

b. Menetapkan kendaraan pemerintah dan TNI dilarang menggunakan
BBM bersubsidi.
2. Di bidang impor bahan makanan (beras/kedelai/hewan ternak)
a. Membatasi impor beras, gula, kedelai dan meningkatkan kapasitas
produksi pertanian dalam negeri melalui Kementrian BUMN yang
bekerjasama dengan Kementrian Pertanian.
b. Pembatasan impor sapi untuk meningkatkan kesejahteraan peternak
sapi di dalam negeri.
3. Di bidang impor barang elektronik
a. Menaikkan pajak barang mewah, termasuk barang elektronik seperti
ponsel dan tablet.
4. Di bidang impor otomotif
a. Menaikkan pajak kendaraan bermotor sampai sebesar 125%% yang
tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2014 yang
ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 19
Maret 2014 (bisnis.liputan6.com)
Peraturan tersebut adalah :
1. Barang Kena Pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor yang
dikenai PPnBM dengan tarif sebesar 10% yaitu:
a. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10 orang sampai dengan 15
orang termasuk pengemudi, dengan motor bakar cetus api atau nyala
kompresi (diesel atau semi diesel) untuk semua kapasitas silinder.
b. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang,
termasuk pengemudi selain sedan atau station wagon, dengan motor
bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel atau semi diesel) dengan
sistem satu gardan penggerak 4x2, dengan kapasitas isi silinder sampai
dengan 1.500 cc.

22

2. Kendaraan bermotor yang dikenai PPnBM sebesar 20% adalah:
a. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang
termasuk pengemudi selain sedan atau station wagon, dengan motor
bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel atau semi diesel), dengan
sistem satu gardan penggerak (4x2), dengan kapasitas isi silinder lebih
dari 1.500 cc sampai dengan 2.500 cc.
b. Kendaraan bermotor dengan kabin ganda (double cabin) dalam bentuk
kendaraan bak terbuka atau bak tertutup, dengan penumpang lebih dari
3 orang termasuk pengemudi, dengan motor bakar cetus api atau nyala
kompresi (diesel atau semi diesel), dengan sistem satu gardan
penggerak (4x2) atau dengan sistem dua gardan penggerak (4x4),
untuk semua kapasitas isi silinder, dengan massa total tidak lebih dari
lima ton.
3. Kendaraan bermotor yang terkena tarif PPnBM 30% adalah kendaraan
bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk
pengemudi. Kendaraan bermotor tersebut yaitu:
a. Kendaraan bermotor sedan atau station wagon dengan motor bakar
cetus api atau nyala kompresi (diesel atau semi diesel) dengan
kapasitas isi silinder sampai 1.500 cc.
b. Kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon dengan motor
bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel) dengan sistem
dua gardan penggerak (4x4), kapasitas isi silinder sampai 1.500 cc.

23

4. Kelompok kendaraan bermotor yang dikenai PPnBM dengan tarif 40% adalah
kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang
termasuk pengemudi. Yang masuk kategori ini adalah:
a. Kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon dengan motor
bakar cetus api, dengan sistem satu gardan penggerak (4x2) dengan
kapasitas isi silinder lebih dari 2.500 cc sampai dengan 3.000 cc.
b. Kendaraan bermotor dengan motor bakar cetus api, berupa:
1. Sedan atau station wagon.
2. Selain sedan atau station wagon dengan sistem dua gardan
penggerak (4x4), dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1.500
cc sampai dengan 3.000 cc.
c. Kendaraan bermotor dengan motor bakar nyala kompresi (diesel atau
semi diesel), berupa:
1. Sedan atau station wagon.
2. Selain sedan atau station wagon dengan sistem dua gardan
penggerak (4x4) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1.500
cc sampai dengan 2.500 cc.
5. Adapun kendaraan bermotor yang dikenai PPnBM dengan tarif 50% adalah
semua jenis kendaraan khusus yang dibuat untuk golf. Kendaraan bermotor
yang dikenai PPNBM dengan tarif 60% yaitu:
a. Kendaraan bermotor roda dua dengan kapasitas isi silinder lebih dari
250 cc sampai dengan 500 cc.
b. Kendaraan khusus yang dibuat untuk perjalanan di atas salju, di pantai,
di gunung, dan kendaraan semacam itu.

24

6. Kendaraan bermotor yang dikenai PPnBM dengan tarif sebesar 125% adalah:
a. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang
termasuk pengemudi, dengan motor pencetus api, berupa:
1. Sedan atau station wagon.
2. Selain sedan atau station wagon dengan sistem satu gardan
penggerak (4x2) atau dengan sistem dua gardan penggerak
(4x4) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 3.00 cc.
b. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang
termasuk pengemudi, dengan motor bakar nyala kompresi (diesel atau
semi diesel) berupa:
1. Sedan atau station wagon.
2. Selain sedan atau station wagon dengan sistem 1 (satu) gardan
penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 (dua) gardan penggerak
(4x4), dengan kapasitas isi silinder lebih dari 2.500 cc.
c. Kendaraan bermotor roda dua kapasitas isi silinder lebih dari 500 cc.
d. Trailer, semi trailer dari tipe caravan, untuk perumahan atau kemah.
Kebijaksan pemerintah di bidang perdagangan impor berusaha menekan
impor barang konsumtif terutama yang telah diproduksi sendiri, dan impor
diarahkan untuk (ditjenkpi.kemendag.go.id):
a. Penyediaan barang impor hanya diperuntukkan bagi usaha produktif,
seperti barang modal dan bahan baku/penolong.
b. Impor barang untuk keperluan proses produksi di dalam negeri, juga
impor akan sandang dan pangan tetap dilaksanakan untuk menjaga
kestabilan harga di dalam negeri.

25

PENUTUP
Kesimpulan
Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara
ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor
umumnya adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke
dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan
dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima.
Impor memiliki dampak negatif dan positif, apabila dimanfaatkan dengan
benar dan dikelola dengan baik serta ditunjang dengan kebijakan pemerintah
dalam megatur pembatasan impor dengan tepat, maka kegiatan impor dapat
membawa dampak yang baik bagi perdagangan di Indonesia.
Saran
Pemerintah

diharapkan

dapat

menggelar

operasi

pasar

untuk

menstabilkan harga. Hal ini tentunya harus diimbangi dengan manajemen stok
yang baik. Pemerintah harus berkomitmen kuat mengatasi segala persoalan
perberasan nasional secara komprehensif dari hulu ke hilir agar tidak harus selalu
bergantung pada impor.
DAFTAR PUSTAKA
“Defisit Perdagangan Akibat Kegagalan Pengendalian BBM,”
http://bisniskeuangan.kompas.com/, diakses 23 April 2014.
“Defisit perdagangan Indonesia capai USD 6,36 M tahun 2013,”
http://www.merdeka.com, diakses 23 April 2014.
“Economic Profile,” http://www.kemendag.go.id, diakses 13 Januari 2014.
http://bisnis.liputan6.com/read/2036782/daftar-tarif-baru-pajak-mobil-mewahberlaku-19-april-2014, diakses 23 April 2014.
http://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_internasional, diakses 23 April 2014.

26

http://www.indonesia.go.id/en/ministers/ministry-of-the-state-secretariat/3086pangan-energi/13296-kebijakan-impor-pangan, diakses 23 April 2014.
http://ditjenkpi.kemendag.go.id/website_kpi/Umum/Setditjen/Prosedur
%20Notifikasi%20WTO.pdf, diakses 23 April 2014.
http://saharpova0487.blogspot.com/2010/10/hambatan-tarif-dan-non-tarif.html,
diakses 23 April 2014.
http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2011/11/15/kebijakan-impor-beras-diindonesia/, diakses 23 April 2014.
“Impor Migas Kembali buat Defisit Neraca Perdagangan,”
http://www.merdeka.com, diakses 23 April 2014.
http://jurnal.unsyiah.ac.id/agrisep/article/view/213, diakses 23 April 2014.
http://bisnis.liputan6.com/read/2036782/daftar-tarif-baru-pajak-mobil-mewahberlaku-19-april-2014, diakses 23 April 2014.
“RI Kesulitan Kurangi Impor Migas,” http:// www.republika.co.id, diakses 23
April 2014.
Waluyo, Indarto dan Subroto J. 2007. Ekonomi Kontekstual: Untuk SMA & MA
Kelas XI. Surakarta: Mediatama.

27