Komunikasi Lintas Budaya dan komunikasi
KOMUNIKASI BISNIS
Contoh Komunikasi Lintas Budaya Internasional
33212010001
MEIDITA ANDRILIA
LATAR BELAKANG
Dalam dasawarsa tahun 1990-an, dunia tengah memasuki periode kemakmuran
ekonomi atau yang sering disebut boom economi. Globalisasi telah menjadi konsep
fenomenal dalam diskursus pemikiran dewasa ini. Kekuatan-kekuatan ekonomi dunia
melanda, melintasi batas negara, menghasilkan demokrasi, kebebasan, peluang,
tantangan dan kemakmuran yang lebih besar.
Pada era ini, berbagai produk industry yang masuk pasar global dipatok dengan
standar internasional. Kita tidak cukup hanya mengandalkan produk yang kompetitif,
harga yang bersaing, iklan dan promosi yang menggebu-gebu, tetapi kita juga dituntut
untuk memiliki keahlian dalam mengamati karakteristik pasar dan kemampuan persuasi
pemasaran/negosiasi bisnis lewat ancangan komunikasi antarbudaya.
Di Indonesia bidang komunikasi yang mencakup komunikasi pemasaran,
periklanan, negosiasi, public realtions, dan komunikasi bisnis antabudaya terlihat masih
terpinggirkan.
Padahal,
untuk
(internasional),
kemampuan
membentuk
berkomunikasi
pebisnis-pebisnis
mutlak
diperlukan.
lintas
Dalam
budaya
konstelasi
persaingan ekonomi global, kemampuan kita memasarkan barang tidak cukup hanya
mengandalakan naluri “berjualan”, tapi perlu dibentuk budaya bisnis professional yang
1. KOMUNIKASI BISNIS DALAM BUDAYA
JEPANG
Orang Jepang akan saling membungkukkan badan ketika bertemu, dan ketika orang
tidak mau melakukannya maka hukuman sosial akan dikenakan kepada orang tersebut.
Orang Jepang sangat bangga terhadap budaya saling menghormati dengan cara
membukkan badan tersebut.
Para pebisnis Jepang sangat dikenal sebagai pebisnis yang sangat disiplin waktu
sehingga tidak ada toleransi untuk terlambat datang ketika perjanjian bisnis akan
dilakukan, dan jika partner bisnis melakukannya maka selamanya para pebisnis Jepang
akan sulit menerima partner nya tersebut.
Bagi
orang Jepang, kontak pertama dengan calon mitra bisnis, biasanya dilakukan
pembicaraan ringan terlebih dahulu, sampai terbentuk kenyamanan berkomunikasi baru
memasuki pembicaraan serius. Ritual kecil seperti ini merupakan bagian dari gaya
komunikasi khas Jepang.
Pengambilan
keputusan dalam budaya Jepang dilakukan dengan cara konsensus melalui
proses yang rumit dan lama dan tanpa menggunakan aturan mayoritas
Orang
Jepang menyatakan “tidak” dengan cara mengangkat tangan kanannya.
Lanjutan...
Mengenai
kesopanan, ketika dalam sebuah pertemuan bisnis maka pada saat saling bertukar
kartu nama maka orang Jepang akan membungkukkan badan dan sambil memegang kartu
namanya dengan kedua tanggan nya sebagai tanda penghormatan hal ini sangat berbeda
dengan cara orang Amerika yang memberikannya dengan cara langsung hanya dengan
menggunakan satu tangan, dan ketika orang tidak memahami hal ini sebaik apapun negosiasi
dan presentasi bisnis nya kemungkinan besar pebisnis Jepang akan berfikir lebih banyak lagi
untuk menerima negosiasi dan proposal bisnis mereka
Cara
mereka dalam memberikan kata setuju atau deal dalam sebuah negosiasi bisnis. Orang
Jepang berbicara dalam high context sehingga apa yang mereka ucapkan sering menimbulkan
ambigue bagi orang yang menjadi lawan bicaranya (bisnisnya), Ketika menolak sebuah proposal
kerjasama bisnis, orang Jepang tidak langsung akan memberikan kata “tidak” pada saat negosiasi
tersebut, akan tetapi mereka akan memberikan jawaban yang mengambang sehingga lawan
bisnis nya akan sulit menyimpulkan apakah mereka menerima atau tidak, dan hal ini sangat
berbeda dengan orang eropa atau amerika yang berbicara dengan low context, dengan gaya ini
orang akan cenderung untuk berbicara langsung kearah tujuan dari yang dimaksud dalam
pembicaraan tersebut. Sehingga orang eropa akan sangat sulit untuk melakukan negosiasi bisnis
dengan orang Jepang
2. KOMUNIKASI BISNIS DALAM BUDAYA
TIMUR TENGAH
Dalam berkomunikasi dengan mitra bisnis Timur Tengah, memanggil
nama orang harus dengan panggilan formal seperti menggunakan Mr, Ms,
atau Mrs dan menggunakan nama asli orang tersebut, bukan memanggil
dengan nama kecil atau nama akrabnya. Orang Timur Tengah biasa memulai
pembicaraan dengan hal-hal yang sifatnya membawa nilai-nilai keluarga karna
disana nilai-nilai keluarga amat dijunjung tinggi. Setelah pembicaraan tersebut
selesai barulah negosiasi bisnis dimulai.
Negosiasi bisnis di Timur Tengah pada umumnya berjalan alot dan
bertele-tele. Oleh sebab itu materi negosiasi harus ditampilkan dengan
lengkap dan bersifat menyeluruh. Biasanya, keputusan harus diambil saat itu
juga misalnya menunjuk siapa mitra bisnis Timur Tengah yang akan
memasarkan produk, menghandle pesanan dsb. Selama negosiasi tersebut,
akan ada banyak kejutan dan ketegangan yang mungkin saja sifatnya tidak
prinsipil. Ketegangan tersebut dapat dicairkan dengan memancing mitra bisnis
Lanjutan....
Memberi hadiah kepada mitra bisnis di Timur Tengah merupakan hal yang
lumrah dan tidak di anggap melanggar etika dan peraturan bisnis disana, terlebih
jika hadiah tersebut di tujukan kepada keluarganya. Dalam Timur Tengah bahkan
memberikan hadiah menjadi sesuatu yang penting dan vital dalam berbisnis.
Memberikan hadiah bisa memperlancar kerja sama bisnis. Hal ini bertolak belakang
dengan negara Arab dan Amerika yang jelas melarang untuk memberikan hadiah
apapun kepada mitra bisnis.
Dulu, orang Timur Tengah memandang buruk para
wanita yang menjadi rekan bisnis mereka, hal ini dikarenakan wanita bersikap lebih
alot dan sulit untuk di tundukkan dalam meja perundingan. Tetapi sekarang,
pandangan tersebut sudah tidak ada lagi dalam diri mereka.
Berbeda dengan Amerika yang terkenal dengan kebebasan berekspresi,
Timur Tengah tidak memberikan kebebasan dalam berekspresi, hal ini dikarenakan
anggapan mereka yang menganggap pernyataan emosi sebagai cara untuk
menekan dan memperkuat posisi negosiasi.
3. KOMUNIKASI BISNIS DALAM BUDAYA
INDIA
Di India, meeting selalu didahului dengan pembicaraan-pembicaraan yang bersifat ringan dan
umum. Berbeda dengan Negara Jerman yang langsung mengalihkan pembicaraan ke hal yang
pokoknya saja. Pembicaraan dengan topik keluarga paling sering digunakan karna mereka selalu
menghargai nilai-nilai keluarga. Orang India selalu mengharapkan mitra bisnisnya untuk membangun
kepercayaan dan hubungan yang baik.
Dalam proses negosiasi, mereka tidak suka di tekan dan dipaksa mengenai keputusan yang akan
mereka ambil. Mereka juga sedikit sensitif dalam sebuah kritikan yang ditujukan untuk mereka. Untuk
itu, sikap agresif sebaiknya dihindari karna akan mengurangi penilaian mereka yang akan berakibat
pada keputusan yang kurang memuaskan.
Jamuan yang ditawarkan sebaiknya tidak ditolak karna mereka akan senang jika mitra bisnis
mereka mencicipi jamuan yang telah mereka hidangkan. Dalam menggunakan komunikasi non verbal,
bahasa non verbal orang India berbeda dengan bahasa non verbal di Indonesia. Di India, mengatakan
“tidak” dalam non verbal dengan cara mengangguk dan mengatakan “iya” dengan cara
menggelengkan kepalanya. Hal ini tentu sangat bertolak belakang dengan Indonesia yang
menyatakan “tidak” dengan menggelengkan kepala dan “iya” dengan menganggukan kepala.
4. KOMUNIKASI BISNIS DALAM BUDAYA
AMERIKA SERIKAT
Budaya Amerika memandang waktu sedemikian penting, sehingga
harus dimanfaatkan secara efisien. Dalam suatu pertemuan bisnis,
pertemuan dimulai tepat waktu, menggunakan waktu rapat secara efisien,
dan berusaha mengakhiri rapat seperti yang dijadwalkan. Hal ini juga
tercermin pada saat melakukan komunikasi bisnis, mereka menitikberatkan
pada hal-hal yang penting saja, dan kemudian menyudahi komunikasi
tersebut. Tetapi, bukan berarti tidak ada pembicaraan yang bersifat ringan.
Orang Amerika terkadang terbiasa membicarakan sesuatu yang umum
seperti mengenai cuaca saat itu atau bisa juga menanyakan ”how was
your weekend?”. Mereka sebisa mungkin tidak membicarakan hal-hal yang
menyangkut keluarga karna menurut mereka pembicaraan mengenai
keluarga tsb sedikit tabu dan menganggap keluarga adalah privacy yang
tidak patut untuk dibicarakan dengan orang lain.
Lanjutan...
Amerika sangat tergantung pada komunikasi verbal. Hal ini dikarenakan orang
Amerika pada umumnya tidak terampil dalaam membaca pesan non verbal. Dalam
melakukan
pembicaraan
mereka
cenderung
langsung
pada
persoalan
atau
disampaikan secara eksplisit dan tanpa basa-basi. Komunikasi non verbal di budaya
Amerika misalnya saja menatap mata pada saat berkomunikasi mengandung
makna menghargai lawan bicaranya, selain itu orang Amerika menyatakan “tidak”
dengan menggerakkan kepala ke kiri dan ke kanan.
Konsep jarak komunikasi di budaya Amerika yakni mereka menjaga jarak
sekitar 5 feet dari lawan bicara mereka. Berbeda dengan budaya Jepang yang
menganggap jarak tersebut terlalu jauh. Dalam pengambilan keputusan, manajer
puncak selalu berupaya secepat dan seefisien mungkin dalam mengambil suatu
.keputusan penting. Umumnya para manajer puncak berkaitan dengan suatu
keputusan pokok atau utama, sedangkan hal-hal yang lebih rinci di serahkan kepada
manajer yang lebih bawah.
5. KOMUNIKASI BISNIS DALAM BUDAYA
RUSIA
Dalam memulai kerja sama dengan orang Rusia, sebaiknya menggunakan
panggilan resmi seperti Ms, Mr atau Mrs diikuti dengan nama formal orang tersebut.
Hal ini dikarenakan mereka sangat menghargai formalitas. Di Rusia, orang terbiasa
memulai pembicaraan dari hal-hal yang umum dan ringan seperti cuaca, olahraga,
hingga acara televisi. Mereka tidak suka berbicara mengenai politik ataupun agama.
Untuk hal negosiasi bisnis, pertemuan dimulai selalu tepat waktu. Mereka
menggunakan waktu rapat secara efisien. Hal ini juga tercermin pada saat melakukan
komunikasi bisnis, mereka menitikberatkan pada hal-hal yang penting saja. Orang
Rusia juga selalu memperhatikan hal-hal kecil dalam penyajian yang akan dipaparkan.
Mereka berharap mitra bisnisnya mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
mereka ajukan karna ketidak-mampuan mitra bisnis dalam menjawab pertanyaan
mereka akan mengurangi kepercayaan mereka terhadap mitra bisnisnya tersebut.
Selain itu, kejujuran sangatlah dihargai oleh orang Rusia.
Lanjutan...
Dalam jamuan, orang Rusia terbiasa menyajikan minuman vodka
kepada siapapun mitra bisnisnya. Berbeda dengan Indonesia yang
menganggap tabu minuman vodka. Tetapi, mereka juga menghargai
mitra bisnis yang tidak meminum alkohol, mereka akan mengganti
minuman tersebut dengan minuman lain.
Mitra bisnis Rusia pada dasarnya amat tertutup, dingin dan
menjaga jarak, tapi pada umumnya dalam pembicaraan personal
khususnya bila terkait keluarga, mereka akan berubah menjadi personal
yang hangat. Mereka bisa saja mengalami perubahan sikap yang bisa
terjadi sewaktu-waktu dari mitra bisnis Rusia yaitu saat negosiasi bisnis
dan saat santai.
KESIMPULAN
Komunikasi bisnis lintas budaya adalah komunikasi yang digunakan
dalam dunia bisnis baik komunikasi verbal maupun non verbal dengan
memperhatikan faktor-faktor budaya disuatu daerah, wilayah, atau negara.
Apabila pelaku bisnis akan melakukan ekspansi bisnisnya ke daerah
lain atau negara lain, pemahaman budaya di suatu daerah atau negara
tersebut menjadi sangat penting artinya. Perbedaan ras, etnis, agama,
kelas
dan
gender
bukanlah
merupakan
hambatan
mutlak
dalam
komunikasi. Dengan memahami kajian komunikasi lintas budaya maka kita
dapat menumbuhkan sikap toleransi, saling menghargai dan bersikap lebih
terbuka terhadap budaya lain tanpa adanya rasa curiga akan adanya sikap
monopoli budaya yang cenderung lebih menguntungkan sebagian pihak.
TERIMA KASIH
Contoh Komunikasi Lintas Budaya Internasional
33212010001
MEIDITA ANDRILIA
LATAR BELAKANG
Dalam dasawarsa tahun 1990-an, dunia tengah memasuki periode kemakmuran
ekonomi atau yang sering disebut boom economi. Globalisasi telah menjadi konsep
fenomenal dalam diskursus pemikiran dewasa ini. Kekuatan-kekuatan ekonomi dunia
melanda, melintasi batas negara, menghasilkan demokrasi, kebebasan, peluang,
tantangan dan kemakmuran yang lebih besar.
Pada era ini, berbagai produk industry yang masuk pasar global dipatok dengan
standar internasional. Kita tidak cukup hanya mengandalkan produk yang kompetitif,
harga yang bersaing, iklan dan promosi yang menggebu-gebu, tetapi kita juga dituntut
untuk memiliki keahlian dalam mengamati karakteristik pasar dan kemampuan persuasi
pemasaran/negosiasi bisnis lewat ancangan komunikasi antarbudaya.
Di Indonesia bidang komunikasi yang mencakup komunikasi pemasaran,
periklanan, negosiasi, public realtions, dan komunikasi bisnis antabudaya terlihat masih
terpinggirkan.
Padahal,
untuk
(internasional),
kemampuan
membentuk
berkomunikasi
pebisnis-pebisnis
mutlak
diperlukan.
lintas
Dalam
budaya
konstelasi
persaingan ekonomi global, kemampuan kita memasarkan barang tidak cukup hanya
mengandalakan naluri “berjualan”, tapi perlu dibentuk budaya bisnis professional yang
1. KOMUNIKASI BISNIS DALAM BUDAYA
JEPANG
Orang Jepang akan saling membungkukkan badan ketika bertemu, dan ketika orang
tidak mau melakukannya maka hukuman sosial akan dikenakan kepada orang tersebut.
Orang Jepang sangat bangga terhadap budaya saling menghormati dengan cara
membukkan badan tersebut.
Para pebisnis Jepang sangat dikenal sebagai pebisnis yang sangat disiplin waktu
sehingga tidak ada toleransi untuk terlambat datang ketika perjanjian bisnis akan
dilakukan, dan jika partner bisnis melakukannya maka selamanya para pebisnis Jepang
akan sulit menerima partner nya tersebut.
Bagi
orang Jepang, kontak pertama dengan calon mitra bisnis, biasanya dilakukan
pembicaraan ringan terlebih dahulu, sampai terbentuk kenyamanan berkomunikasi baru
memasuki pembicaraan serius. Ritual kecil seperti ini merupakan bagian dari gaya
komunikasi khas Jepang.
Pengambilan
keputusan dalam budaya Jepang dilakukan dengan cara konsensus melalui
proses yang rumit dan lama dan tanpa menggunakan aturan mayoritas
Orang
Jepang menyatakan “tidak” dengan cara mengangkat tangan kanannya.
Lanjutan...
Mengenai
kesopanan, ketika dalam sebuah pertemuan bisnis maka pada saat saling bertukar
kartu nama maka orang Jepang akan membungkukkan badan dan sambil memegang kartu
namanya dengan kedua tanggan nya sebagai tanda penghormatan hal ini sangat berbeda
dengan cara orang Amerika yang memberikannya dengan cara langsung hanya dengan
menggunakan satu tangan, dan ketika orang tidak memahami hal ini sebaik apapun negosiasi
dan presentasi bisnis nya kemungkinan besar pebisnis Jepang akan berfikir lebih banyak lagi
untuk menerima negosiasi dan proposal bisnis mereka
Cara
mereka dalam memberikan kata setuju atau deal dalam sebuah negosiasi bisnis. Orang
Jepang berbicara dalam high context sehingga apa yang mereka ucapkan sering menimbulkan
ambigue bagi orang yang menjadi lawan bicaranya (bisnisnya), Ketika menolak sebuah proposal
kerjasama bisnis, orang Jepang tidak langsung akan memberikan kata “tidak” pada saat negosiasi
tersebut, akan tetapi mereka akan memberikan jawaban yang mengambang sehingga lawan
bisnis nya akan sulit menyimpulkan apakah mereka menerima atau tidak, dan hal ini sangat
berbeda dengan orang eropa atau amerika yang berbicara dengan low context, dengan gaya ini
orang akan cenderung untuk berbicara langsung kearah tujuan dari yang dimaksud dalam
pembicaraan tersebut. Sehingga orang eropa akan sangat sulit untuk melakukan negosiasi bisnis
dengan orang Jepang
2. KOMUNIKASI BISNIS DALAM BUDAYA
TIMUR TENGAH
Dalam berkomunikasi dengan mitra bisnis Timur Tengah, memanggil
nama orang harus dengan panggilan formal seperti menggunakan Mr, Ms,
atau Mrs dan menggunakan nama asli orang tersebut, bukan memanggil
dengan nama kecil atau nama akrabnya. Orang Timur Tengah biasa memulai
pembicaraan dengan hal-hal yang sifatnya membawa nilai-nilai keluarga karna
disana nilai-nilai keluarga amat dijunjung tinggi. Setelah pembicaraan tersebut
selesai barulah negosiasi bisnis dimulai.
Negosiasi bisnis di Timur Tengah pada umumnya berjalan alot dan
bertele-tele. Oleh sebab itu materi negosiasi harus ditampilkan dengan
lengkap dan bersifat menyeluruh. Biasanya, keputusan harus diambil saat itu
juga misalnya menunjuk siapa mitra bisnis Timur Tengah yang akan
memasarkan produk, menghandle pesanan dsb. Selama negosiasi tersebut,
akan ada banyak kejutan dan ketegangan yang mungkin saja sifatnya tidak
prinsipil. Ketegangan tersebut dapat dicairkan dengan memancing mitra bisnis
Lanjutan....
Memberi hadiah kepada mitra bisnis di Timur Tengah merupakan hal yang
lumrah dan tidak di anggap melanggar etika dan peraturan bisnis disana, terlebih
jika hadiah tersebut di tujukan kepada keluarganya. Dalam Timur Tengah bahkan
memberikan hadiah menjadi sesuatu yang penting dan vital dalam berbisnis.
Memberikan hadiah bisa memperlancar kerja sama bisnis. Hal ini bertolak belakang
dengan negara Arab dan Amerika yang jelas melarang untuk memberikan hadiah
apapun kepada mitra bisnis.
Dulu, orang Timur Tengah memandang buruk para
wanita yang menjadi rekan bisnis mereka, hal ini dikarenakan wanita bersikap lebih
alot dan sulit untuk di tundukkan dalam meja perundingan. Tetapi sekarang,
pandangan tersebut sudah tidak ada lagi dalam diri mereka.
Berbeda dengan Amerika yang terkenal dengan kebebasan berekspresi,
Timur Tengah tidak memberikan kebebasan dalam berekspresi, hal ini dikarenakan
anggapan mereka yang menganggap pernyataan emosi sebagai cara untuk
menekan dan memperkuat posisi negosiasi.
3. KOMUNIKASI BISNIS DALAM BUDAYA
INDIA
Di India, meeting selalu didahului dengan pembicaraan-pembicaraan yang bersifat ringan dan
umum. Berbeda dengan Negara Jerman yang langsung mengalihkan pembicaraan ke hal yang
pokoknya saja. Pembicaraan dengan topik keluarga paling sering digunakan karna mereka selalu
menghargai nilai-nilai keluarga. Orang India selalu mengharapkan mitra bisnisnya untuk membangun
kepercayaan dan hubungan yang baik.
Dalam proses negosiasi, mereka tidak suka di tekan dan dipaksa mengenai keputusan yang akan
mereka ambil. Mereka juga sedikit sensitif dalam sebuah kritikan yang ditujukan untuk mereka. Untuk
itu, sikap agresif sebaiknya dihindari karna akan mengurangi penilaian mereka yang akan berakibat
pada keputusan yang kurang memuaskan.
Jamuan yang ditawarkan sebaiknya tidak ditolak karna mereka akan senang jika mitra bisnis
mereka mencicipi jamuan yang telah mereka hidangkan. Dalam menggunakan komunikasi non verbal,
bahasa non verbal orang India berbeda dengan bahasa non verbal di Indonesia. Di India, mengatakan
“tidak” dalam non verbal dengan cara mengangguk dan mengatakan “iya” dengan cara
menggelengkan kepalanya. Hal ini tentu sangat bertolak belakang dengan Indonesia yang
menyatakan “tidak” dengan menggelengkan kepala dan “iya” dengan menganggukan kepala.
4. KOMUNIKASI BISNIS DALAM BUDAYA
AMERIKA SERIKAT
Budaya Amerika memandang waktu sedemikian penting, sehingga
harus dimanfaatkan secara efisien. Dalam suatu pertemuan bisnis,
pertemuan dimulai tepat waktu, menggunakan waktu rapat secara efisien,
dan berusaha mengakhiri rapat seperti yang dijadwalkan. Hal ini juga
tercermin pada saat melakukan komunikasi bisnis, mereka menitikberatkan
pada hal-hal yang penting saja, dan kemudian menyudahi komunikasi
tersebut. Tetapi, bukan berarti tidak ada pembicaraan yang bersifat ringan.
Orang Amerika terkadang terbiasa membicarakan sesuatu yang umum
seperti mengenai cuaca saat itu atau bisa juga menanyakan ”how was
your weekend?”. Mereka sebisa mungkin tidak membicarakan hal-hal yang
menyangkut keluarga karna menurut mereka pembicaraan mengenai
keluarga tsb sedikit tabu dan menganggap keluarga adalah privacy yang
tidak patut untuk dibicarakan dengan orang lain.
Lanjutan...
Amerika sangat tergantung pada komunikasi verbal. Hal ini dikarenakan orang
Amerika pada umumnya tidak terampil dalaam membaca pesan non verbal. Dalam
melakukan
pembicaraan
mereka
cenderung
langsung
pada
persoalan
atau
disampaikan secara eksplisit dan tanpa basa-basi. Komunikasi non verbal di budaya
Amerika misalnya saja menatap mata pada saat berkomunikasi mengandung
makna menghargai lawan bicaranya, selain itu orang Amerika menyatakan “tidak”
dengan menggerakkan kepala ke kiri dan ke kanan.
Konsep jarak komunikasi di budaya Amerika yakni mereka menjaga jarak
sekitar 5 feet dari lawan bicara mereka. Berbeda dengan budaya Jepang yang
menganggap jarak tersebut terlalu jauh. Dalam pengambilan keputusan, manajer
puncak selalu berupaya secepat dan seefisien mungkin dalam mengambil suatu
.keputusan penting. Umumnya para manajer puncak berkaitan dengan suatu
keputusan pokok atau utama, sedangkan hal-hal yang lebih rinci di serahkan kepada
manajer yang lebih bawah.
5. KOMUNIKASI BISNIS DALAM BUDAYA
RUSIA
Dalam memulai kerja sama dengan orang Rusia, sebaiknya menggunakan
panggilan resmi seperti Ms, Mr atau Mrs diikuti dengan nama formal orang tersebut.
Hal ini dikarenakan mereka sangat menghargai formalitas. Di Rusia, orang terbiasa
memulai pembicaraan dari hal-hal yang umum dan ringan seperti cuaca, olahraga,
hingga acara televisi. Mereka tidak suka berbicara mengenai politik ataupun agama.
Untuk hal negosiasi bisnis, pertemuan dimulai selalu tepat waktu. Mereka
menggunakan waktu rapat secara efisien. Hal ini juga tercermin pada saat melakukan
komunikasi bisnis, mereka menitikberatkan pada hal-hal yang penting saja. Orang
Rusia juga selalu memperhatikan hal-hal kecil dalam penyajian yang akan dipaparkan.
Mereka berharap mitra bisnisnya mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
mereka ajukan karna ketidak-mampuan mitra bisnis dalam menjawab pertanyaan
mereka akan mengurangi kepercayaan mereka terhadap mitra bisnisnya tersebut.
Selain itu, kejujuran sangatlah dihargai oleh orang Rusia.
Lanjutan...
Dalam jamuan, orang Rusia terbiasa menyajikan minuman vodka
kepada siapapun mitra bisnisnya. Berbeda dengan Indonesia yang
menganggap tabu minuman vodka. Tetapi, mereka juga menghargai
mitra bisnis yang tidak meminum alkohol, mereka akan mengganti
minuman tersebut dengan minuman lain.
Mitra bisnis Rusia pada dasarnya amat tertutup, dingin dan
menjaga jarak, tapi pada umumnya dalam pembicaraan personal
khususnya bila terkait keluarga, mereka akan berubah menjadi personal
yang hangat. Mereka bisa saja mengalami perubahan sikap yang bisa
terjadi sewaktu-waktu dari mitra bisnis Rusia yaitu saat negosiasi bisnis
dan saat santai.
KESIMPULAN
Komunikasi bisnis lintas budaya adalah komunikasi yang digunakan
dalam dunia bisnis baik komunikasi verbal maupun non verbal dengan
memperhatikan faktor-faktor budaya disuatu daerah, wilayah, atau negara.
Apabila pelaku bisnis akan melakukan ekspansi bisnisnya ke daerah
lain atau negara lain, pemahaman budaya di suatu daerah atau negara
tersebut menjadi sangat penting artinya. Perbedaan ras, etnis, agama,
kelas
dan
gender
bukanlah
merupakan
hambatan
mutlak
dalam
komunikasi. Dengan memahami kajian komunikasi lintas budaya maka kita
dapat menumbuhkan sikap toleransi, saling menghargai dan bersikap lebih
terbuka terhadap budaya lain tanpa adanya rasa curiga akan adanya sikap
monopoli budaya yang cenderung lebih menguntungkan sebagian pihak.
TERIMA KASIH