laporan praktikum proses produksi (1)

Laporan praktikum proses produksi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring kemajuan dunia industri yang pesat, maka setiap industri –industri
yang ada terutama di bidang manufacture pasti ingin menjadikan usahanya maju
dengan pesat, berdaya saing dunia. Untuk memenuhi kebutuhannya pasti di cari
tenaga kerja yang berkualitas, handal, mandiri dan berdisiplin tinggi. Kemampuan
setiap mahasiswa dalam melakukan kerja praktek di lapangan dengan bersungguhsungguh dan disiplin yang tinggi, akan menjadi salah satu prioritas utama untuk
mengisi peluang kerja yang ada. Praktikum ini bertujuan sebagai salah satu syarat
kelulusan dalam mengikuti mata kuliah Praktikum Proses Produksi, disini di
ajarkan caranya menjalankan mesin-mesin, memakai alat-peralatan kerja bangku
dan alat bantu lainnya, sehingga di harapkan semua praktikan mengetahui dan
memahaminya. Untuk menghasilkan produk bermutu tinggi dan standard dalam
pengerjaan mesin, maka sangat di perlukan tenaga kerja yang sangat baik dan
profesional. Mesin-mesin yang ada seperti mesin bubut, mesin gerinda, mesin las
dan lain-lain, memang di desain untuk melakukan salah satu jenis pekerjaan
sesuai dengan fungsi dan kapasitasnya. Materi yang di berikan dan harus di
selesaikan adalah cara / teknik pembubutan dan pengelasan.
1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka para praktikan (peserta
praktek) menentukan lingkup permasalahan, diantarnya :
1.

Bagaimana cara mengoperasikan mesin dan peralatan yang ada agar
dapat di pergunakan dengan baik dan benar, serta sesuai prosedur yang
mengacu pada Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

2.

Bagaimana cara proses-proses yang dapat di lakukan dalam
pembubutan dan pengelasan .

3.

Bekerjasama satu kelompok secara profesional dan aman dalam
menyelesaikan tugasnya.

1.3. Maksud dan Tujuan
1


Laporan praktikum proses produksi

Maksud dan tujuan diadakan praktikum ini adalah :
1.

Untuk memenuhi standard kelulusan mahasiswa yang telah di
tetapkan universitas.

2.

Untuk dapat mengenal dan mempergunakan semua mesin termasuk
mesin las SMAW, serta peralatan yang ada di laboratorium, sehingga
siap bekerja di bengkel yang sesungguhnya dalam dunia kerja bila
sudah lulus dari bangku akademisi.

3.

Untuk dapat mengetahui dan membaca sebuah gambar benda kerja,
peta kerja dan arus operasi kerja.


4.

Dapat mempelajari dan mengetahui bagaimana cara pemecahan
masalahnya bila menemui suatu kendala

5.

Dapat bekerja sama secara teamwork dengan baik dan profesional
dalam menyelesaikan suatu tugas di lapangan.

6.

Dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan yang di tugaskan, dengan mengindahkan norma K3LL
(Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan).

2

Laporan praktikum proses produksi


Bab II
Proses Bubut
2.1. Tujuan Praktikum
a.

Mahasiswa dapat mengetahui komponen-komponen mesin bubut serta
fungsinya.

b.

Mahasiswa dapat memahami dan mengerti gambar kerja.

c.

Mahasiswa dapat melaksanakan kerja dengan efisien (apa yang
dikerjakan terlebih dahulu).

d.


Mahasiswa dapat mengoperasikan mesin bubut dan menguasai cara
pembubutan dengan benar.

2.2. Alat dan Bahan
2.2.1.

Alat :
a. Mesin bubut konvensional
b. Satu set alat perlengkapan mesin bubut
c. Mata bor 8mm
d. Kunci pas 14 mm
e. Tap & snei m12 x 1,25
f. Jangka sorong
g. Gergaji potong
h. Ragum

2.2.2.

Bahan :
Sebuah alumunium alloy silinder dengan diameter 25 mm dan


panjang 125 mm
2.3. Dasar Teori
Mesin bubut adalah sebuah mesin yang mencangkup segala mesin perkakas
yang memproduksi bentuk silindris dan digunakan untuk menghasilkan bendabenda putar, membuat ulir, pengeboran, dan meratakan permukaan benda
putar. Prinsip mekanisme gerakan pada mesin ini adalah merubah energi listrik
menjadi gerakan putar pada motor listrik kemudian ditransmisikan ke mekanisme
gerak mesin bubut. Dalam hal ini prinsip mesin bubut ada 2 macam, yaitu :
3

Laporan praktikum proses produksi

a.

Main Drive
Gerakan utama pada mesin bubut berupa putaran motor listrik yang

ditransmisikan melalui belt menuju gear box. Didalam gear box terdapat
roda gigi yang berfungsi untuk mengatur transmisi putaran spindle,
senhingga menghasilkan putaran pada chuk.

b.

Feed Drive
Yaitu gerakan pemakanan pahat pada benda kerja.

Bagian-bagian dan fungsi mesin bubut
4.21 Gear Box dan Quick Change Gear Box
Adalah bagian dari system transmisi pada mesin bubut, berupa
susunan roda gigi yang berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran dari
motor penggerak dan mengatur kecepatannya sebelum diteruskan ke
spindle. Quick Change Gear Box atau sering juga disebut dengan feed
box berfungsi

untuk

mentransmisikan

box sebelum

diteruskan


ke

daya

mekanisme

dan

putaran

dari gear

pamakanan/apron. Gear

Box dan Quick Change Gear Box terletak pada Head Stock.
4.22 Apron
Apron merupakan

tempat


susunan

roda

gigi

yang

menggerakkan Carriage.
4.23 Carriage
Merupakan meja penggerak pahat dan terletak diatas apron.
4.24 Chuck
Merupakan

bagian

mesin

bubut


yang

berfungsi

untuk

memegang benda kerja agar tidak bergoyang saat pembubutan.
4.25 Tailstock
Tailstock terletak berhadapan dengan spindle. Berfungsi untuk
menahan ujung benda kerja saat pembubutan dan juga dapat digunakan
untuk memegang tool pada saat pengerjaan drilling, reaming, dan tapping.
4.26 Tool Post
Merupakan bagian mesin bubut yang berfungsi untuk memegang
pahat.
4.27 Compound rest
4

Laporan praktikum proses produksi


Digunakan untuk menopang tool post pada bermacam-macam posisi.

Kontrol utama mesin bubut berupa :
1.

Spindle Change Switch

2.

Spindle Change Lever A

3.

Spindle Change Lever B
No 1,2,3 digunakan untuk merubah kecepatan putar (mrngatur
kecepatan pada speed Gear Box). Pengaturan kecepatan dilakukan
dengan merubah posisi handle-handlenya.

4.

Left and Right Thread Change Lever
Digunakan pada proses pembuatan ulir, yaitu untuk mengatur
pembuatan ulir kanan atau kiri.

5.

Pitch and Feed Selector Lever

6.

Pitch and Feed Selector Lever

7.

Main Switch
Saklar utama untuk menghidupkan atau mematikan mesin bubut.

8.

Coolant Pump Switch
Untuk menghidupkan pompa cooling oil.

9.

Spindle Forward-Stop-Reserve Lever
Berfungsi untuk merubah putaran dari feed rod.
5

Laporan praktikum proses produksi

10. Compound Rest Feed Lever
Untuk menggerakkan compound rest tanpa menggerakkan carriage.
11. Carriage Longitudinal Feed Handwheel
Engkol yang berfungsi untuk menggerakkan carriage secara manual
dalam arah longitudinal.
12. Split Nut Lever
Menggerakkan split nut yang nantinya akan memutar lead screw.
13. Saddle Lock Screw
Mengunci saddle agar tidak bergerak dan dalam keadaan stabil.
14. Longitudinal and Crosws Power Feed Lever
Menjalankan pembubutan otomatis dan dapat menggerakkan carriage
dalam arah longitudinal maupun melintang.
15. Tailstock Set Over Screw
Untuk menyetel kedudukan tailstock yang biasanya dilakukan pada
pembubutan tirus.
16. Tailstock Quick Transverse Handwheel
Menggerakkan

ujung

dari

tailstock

biasanya

dilakukan

pada

pembubutan tirus.
17. Tailstock Eccentric Locking Lever
18. Tailstock Quil Clamping Lever
19. Tailstock Locking Nut
17,18,19 pada prinsipnya digunakan untuk mengunci kedudukan
tailstock.
20. Cross Slide Handwheel
Digunakan untuk menggerakkan carriage dalam arah melintang secara
manua
2.4. Prosedur Keselamatan Kerja
Untuk menghindari kecelakaan kerja prosedur keselamatan kerja perlu
dilaksanakan antara lain sebagai berikut ;
1.

Gunakan sepatu dan pakaian kerja saat pelaksanaan praktikum.

2.

Gunakankacamata kerja bila ada.

3.

Ikatlah rambut anda bila memiliki rambut yang panjang.
6

Laporan praktikum proses produksi

4.

Fokus dan lakukan pekerjaan sesuai prosedur.

5.

Jangan bercanda saat praktikum.

2.5. Langkah kerja
1.

Persiapan sebelum membubut :

Gambar kerja

2.

a.

Siapkan gambar kerja yang akan di proses.

b.

Periksa dan persiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan.

c.

Potong benda kerja sepanjang 130 dan diameter 25

d.

Ukur dimensi benda kerja sebelum dibubut.

Proses pembubutan :
a.

Cekam benda kerja dengan dengan rahang tiga yang berada
kepala tetap

b.

Pasang pahat di toolpost dan atur agar center dengan kepala
lepas

c.

Hidupkan mesin untuk mengatur kecepatan putaran spindle

d.

Tentukan titik nol dengan menyinggungkan pahat pada benda
kerja hingga benda kerja tergores

e.

Lakukan proses membubut sesuai gambar benda kerja yang
direncanakan.

3.

Setelah Proses Pembubutan :
a.

Matikan mesin bubut.

b.

Lepaskan benda kerja dari chuck.
7

Laporan praktikum proses produksi

c.

Bersihkan mesin dari sayatan-sayatan besi bekas proses
bubutan.

d.

Bereskan alat-alat yang telah digunakan pada proses membubut.

2.6. Pembahasan
a.

Bubut ujung permukaan benda kerja agar rata setebal 0.5 s/d 1 mm.

b.

Mulai bubut rata sepanjang 44.36 mm dengan pemakanan 0.5 dari
diameter 25 menjadi 10 mm

c.

Atur toolpost 160 untuk membuat tirus.

d.

Bubut permukaan benda kerja pada diameter 25 mm dimulai dengan
jarak 44.36 mm dengan posisi toolpost 160 dengan pemakanan 0.5 dari
diameter 25mm sampai kediameter 10 mm.

e.

Balik benda kerja lalu bubut permukaan benda kerja hingga ukuran
panjangnya menjadi 125 mm.

f.

Bor permukaan dengan diameter drill 8 mm sedalam 25 mm.

g.

Lepaskan benda kerja dari chuk dengan bantuan kunci chuk untuk
dilanjutkan proses selanjutnya

2.6.1.

Pembuatan ulir
a.

Cekam benda kerja dengan dilapisi kain permaukaannya

b.

Posisikan benda kerja pada arah vertikal dengan posisi
diameter 10 mm berada diatas.

c.

Lakukan proses pembuatan ulir luar dengan snei

dengan

ukuran M10x1.5x26 sepanjang 26 mm.
d.

Balik benda kerja pada cekam dengan posisi diameter 25 mm
berada di atas.

e.

Lakukan proses pembuatan ulir dalam dengan hand tap
dengan ukuran M10x1.5x26 sedalam 25 mm.

8

Laporan praktikum proses produksi

2.7. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang talah dilaksanakan saya menyimpulkan bahwa :
a.

Kecepatan

dalam

menggerakkan

longitudinal

feed

handwheel ataupun cross slide handwheel sangat mempengaruhi
halus kasarnya hasil pembubutan.
b.

Hasil bubutan yang baik akan ditandai dengan sayatan yang
berbentuk panjang-panjang.

c.

Ketepatan memilih bagian mana dahulu yang hendak dikerjakan
akan sangat menentukan untuk menyelesaikan benda kerja tepat
waktu.

2.8. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan setelah praktikum ini adalah :
a.

Bagi mahasiswa yang hendak praktikum di masa mendatang,
sebelum praktikum membubut hendaknya mempelajari fungsi
bagian-bagian dari mesin bubut dan modul praktikum terlebih
dahulu.

9

Laporan praktikum proses produksi

b.

Dalam membubut untuk awalan sebaiknya proses membubut
dilakukan secara manual, walaupun hasilnya kasar tidaklah
masalah untuk menghemat waktu dan setelah hendak finishing
barulah gunakan pembubutan otomatis untuk hasil permukaan yang
halus.

c.

Sabaiknya untuk asistensi buat jadual, atau jam asistensi ditembah
untuk dapat mahasiswa menyelesaikan laporan dan menambah
pendalaman tentang membubut.

10

Laporan praktikum proses produksi

Bab III
Pengelasan
3.1. Tujuan Praktikum
a.

Mengetahui peralatan dan perlengkapan las busur listrik.

b.

Melatih ketrampilan praktikan dibidang las busur listrik.

c.

Mahasiswa mampu mengerjakan penyambungan/penempelan logam
besi dengan las busur listrik.

3.2. Alat dan bahan
3.2.1.

3.2.2.

Alat :
a.

Palu

b.

Topeng las

c.

Mistar siku

d.

Tang

e.

Ragum

f.

alas

g.

gurinda potong

h.

Elektroda

i.

Sikat kawat

j.

Mesin las

k.

Hand slep

Bahan :
Besi hollow 40x40 mm tebal 2 mm, panjang 600 mm

3.3. Dasar Teori
Berdasarkan definisi dari deucthe industries normen (din), las adalah ikatan
metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam
keadaan lumer atau cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa
las adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam yang menggunakan
energi panas.
Dalam pengertian lain,las adalah penyambungan dua buah logam sejenis maupun
tidak sejenis dengan cara memanaskan (mencaiarkan) logam tersebut dibawah
11

Laporan praktikum proses produksi

atau diatas titik leburnya,disertai dengan atau tanpa tekanan dan disertai atau tidak
disertai logam pengisi
Berdasarka cara kerjanya, pengelasan di klasifikasikan menjadi tiga kelas utama
yaitu pengelasan cair,pengelasan tekan, dan pematrian.
Pengelasan cair adalah metode pengelasan dimana bagian yang akan disambung
dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik ataupun busur
gas.
Pengelasan tekan adalah metode pengelasan dimana bagian yang akan disambung
dipanaskan sampai lumer (tidak sampai mencair), kemudian ditekan hingga
menjadi satu tampa bahan tambahan.
Pematrian adalah cara pengelasan dimana bagian yang akan disambung diikat dan
disatukan dengan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair yang
rendah.Dengan metode pengelasan ini logam induk tidak ikut cair.
3.3.1.

Perlengkapan las yang utama untuk melakukan pengerjaan
pengelasan
a.

Pembangkit listrik
Pada praktikum ini arus yang digunakan adalah arus
AC. Pesawat arus bolak-balik pada dasarnya merupakan
suatu transformator “step-down” yang dapat mengubah
tegangan arus listrik misalnya listrik permulaan (120 atau 220
Volt) menjadi tegangan kecil yang menghasilkan arus besar
yang sesuai untuk pekerjaan mengelas.

b.

Pemegang elektroda
Perlengkapan ini berfungsi untuk menjepit atau memegang
elektroda. Alat ini harus memenuhi syarat diantaranya tidak
mudah panas, ringan, dan isolator cukup aman bagi
sipemakai.

c.

Penjepit masa
Bagian logam yang akan di las berfungsi sebagai kutub
negatif (masa). Alat ini dapat langsung dijepitkan pada logam
yang akan dikerjakan atau dapat juga dijepitkan pada meja
12

Laporan praktikum proses produksi

kerja (meja besi). Kontak dengan masa ini harus baik agar
diperoleh hasil pekerjaan yang baik pula. Kontak yang tidak
baik akan menimbulkan panas yang berarti penggunaan
tanaga untuk menghasilkan bunga api yang sesuai.
d.

Topeng / kacamata las
Seperti

telah

dikemukakan

bahwa

bunga

api

las

menghasilkan jenis-jenis sinar berbahaya terutama mata dan
kulit. Oleh karena itu diperlukan alat pelindung khusus yang
berupa kaca mata hitam yang terpasang pada helm/topeng
muka.
e.

Elektroda
Elektroda atau kawat las tersedia dalam ukuran standar, baik
dimensi ataupun jenis bahanya. Pada prisipnya jenis bahan
elektroda hampir serupa dengan bahan logam yang akan di
las beberapa macam elektroda untuk penggunaan khusus
misalnya untuk lapisan permukaan, las tembaga dan paduan
tembaga, alumunium, besi tuang, mangan, paduan nikel dan
baja nikel – mangan. Dalam mengelas posisi elektroda harus
tegak lurus dan miring 700-800 untuk menghasilkan alur lasan
yang baik.

f.

Alas/ Meja Las
Meja las sebagai tempat untuk melakukan pekerjaan
pengelasan,serta supaya aman

dan tidak tejangkau oleh

benda-benda yang mudah terbakar ketika terkena percikan
api.
g.

Lain-lain
Perlengkapan tambahan yang diperlukan ialah palu las, alat
ini berguna untuk melepaskan kerak pada permukaan yang di
las. Tang, untuk memegang benda kerja setelah dilas. Sikat
kawat, utuk membersihkan sisa terak.

3.4. Prosedur Keselamatan Kerja
a.

Gunakan sepatu saat pelaksanaan praktikum.

b.

Gunakan topeng/ kacamata las saat mengelas.
13

Laporan praktikum proses produksi

c.

Hindari kontak/hubungan singkat antara kabel terminal mesin las
dalam jangka waktu yg cukup lama.

d.

Gunakan sarung tangan/tang saat akan mengangkat atau memegang
benda kerja yang baru dilas.

e.

Jangan bercanda saat praktikum.

3.5. Langkah kerja
a.

Siapkan gambar kerja (gambar terlampir).

b.

Gunakan alat pelindung.

c.

Periksa dan persiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan.

d.

Potong besi hollow dengan menggunakan gurinda potong sesuai
ukuran masing-masing pada gambar.

e.

Hilangkan bagian pinggir plat yang tajam dengan cara dijepit di ragum
dan di hand slep

f.

Beri tanda di bagian yang akan menjadi dasar benda kerja.

g.

Persiapkan mesin las. Meliputi :


Hubungkan mesin las ke sumber arus.



Jepitkan penjepit masa mesin las pada meja las/meja kerja,
pastikan jepitan tidak pada bagian yang terdapat cat atau bagian
yang dapat menghambat jalanya arus.



Atur arus mesin las sesuai tebal benda kerja dan diameter
elektroda yang akan digunakan. Untuk menentukan besar arus
kita sesuaikan dengan diameter elektroda dan ketebalan logam
yang akan kita las. Semakin tebal logam yang akan dilas,
semakin besar arus yang dibutuhkan untuk menghasilkan hasil
lasan yang maksimal.


h.

Pasang elektroda pada pemegang elektroda.

Lakukan penyalaan elektroda terlebih dahulu sebelum melakukan
pengelasan.

i.

Lakukan pemanasan/latihan dengan mengelas logam lain terlebih
dahulu sebelum mengelas benda kerja.

j.

Jika

pemanasan

dirasa

sudah

cukup,

lakukan

pengelasan/penyambungan dua logam pada posisi logam pertama
14

Laporan praktikum proses produksi

berada tegak lurus dengan logam yang kedua (posisi logam seperti
huruf L jika dilihat dari samping).
k.

Setelah selesai dinginkan benda kerja (bisa didinginkan dengan
dicelupkan ke dalam air atau bisa juga didinginkan dengan dibiarkan
di udara luar), setelah itu bersihkan kerak pada hasil lasan dengan cara
dipukul dengan palu terak atau alat lain yang efektif.

l.

Hasil lasan dapat terlihat setelah terak dibersihkan.

m.

Matikan mesin las.

n.

Bereskan alat-alat pengelasan.

3.6. Pembahasan
a.

Sebelum dilas benda kerja terlebih dahulu harus dilas pada kedua sisi
samping sebagai penguat sementara agar mudah saat dilas siku
nantinya.

b.

Pastikan posisi besi hollow tegak lurus dengan pasangannya (siku
sesuai).
Hambatan

: benda kerja kerap tergeser dan lepas jika terjatuh
dari pasangannya, ujung elektroda sering menempel
dan tidak stabil ketika digunakan mengelas jika
elektroda masih panjang.

Cara mengatasi : meminta bantuan teman yang lain untuk memegangi
benda kerja supaya tetap pada tempatnya saat dilas
dan memakai elektroda yang sudah lebih pendek
untuk melakukan pengelasan ini.
c.

Kedua besi hollow di las pada siku- sikunya
Hambatan

: sering berlubang saat proses pengelasan.

Cara mengatasi : mengecilkan tegangan sampai dirasa cukup dan
stabil.

15

Laporan praktikum proses produksi

1.6.1.

Pembuatan meja
a.

Setelah besi hollow di las maka akan menjadi rangka dari
meja yang menjadi projek dalam praktikum.

b.

Kemudian siapkan triplek yang nantinya sebagai penutup
pada meja.

c.

Potong triplek menggunakan gergaji manual dengan ukuran
sesuai pada ukuran meja.

d.

Setelah itu tempelkan triplek pada rangka meja dengan
menggunakan sekrup bor tangan pada permukaan triplek
dengan besi hollow.

e.

Setelah semua triplek terrangkai pada rangka meja ,
selanjutnya proses pengamplasan pada permukaan triplek
yang bertujuan untuk menghaluskan permukaan triplek.

f.

Untuk menambah nilai estetika

kemudian meja di cat

menggunakan cat besi dan kayu berwarna biru,warna ciri
khas teknik .

1.6.2.

Setelah proses pembuatan meja
a.

bereskan tempat kerja dan letakkan peralatan kerja pada
tempatnya kembali.

b.

Bersihkan kotoran dan cat yang ada dilantai kerja.

c.

Jangan bercanda.

16

Laporan praktikum proses produksi

3.7. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang talah dilaksanakan dapat saya simpulkan bahwa :
a.

Untuk dapat mengelas dengan hasil pengelasan yang baik, perlu
latihan dalam jangka waktu yang tidak singkat.

b.

Dalam mengelas kecepatan menggeser elektroda sangat menentukan
hasil pengelasan. Jika terlalu cepat, tembusan lasnya dangkal oleh
karena kurang waktu pemanasan bahan dasar dan kurang waktu untuk
cairan elektroda menembus bahan dasar. Bila terlalu lambat akan
menghasilkan alur lasan yang lebar, kasar dan kuat, hal ini dapat
menimbulkan kerusakan sisi las (pada logam induknya). Oleh karena
itu kecepatan elektroda harus tepat dan stabil.

c.

Bila elektroda baru dipasang (masih panjang) maka ada kemungkinan
ujung elektroda tidak stabil saat digunakan untuk mengelas. Seperti
tangan kita gemetar. Tetapi jika elektroda sudah setengah dalam
mengelas ini relatif cukup stabil.

d.

Jarak ujung elektroda ke benda kerja juga sangat mempengaruhi hasil
lasan. Jika terlalu dekat elektroda bisa nempel pada benda kerja dan
jika terlalu jauh lelehan elektroda tidak akan menumpuk dan jika
sangat jauh elektroda akan mati.

3.8. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan setelah praktikum ini adalah :
a.

Bagi mahasiswa yang hendak praktikum di masa mendatang,
sebelum praktikum pengelasan sebaiknya melakukan latihan
beberapa kali untuk melatih feeling atau insting mengelas sehingga
saat praktikum tidak perlu pemanasan terlalu lama.

b.

Bagi mahasiswa yang belum pernah mendapatkan pelajaran tentang
pengelasan ,hendaknya meminta contoh cara melakukan proses
pengelasan kepada pembimbing praktikum.

17

Laporan praktikum proses produksi

Bab IV
Penutup
4.1.

Kesimpuulan
Dari praktikum kali ini saya dapat menyimpulkan bahwa :
Kami dapat pengalaman baru tentang mesin bubut ,mesin las, kami juga
mengerti tentang bagaimana cara membubut secara konvensional dengan
mesin

bubut

manual,serta

dapat

melakukan

pengelasan

dengan

menggunakan mesin las listrik, pada dasarnya praktikum pada kesempatan
ini hanya sebagai pengetahuan tentang bagaimana cara membubut,
mengelas dan juga melakukan kerja bangku.

4.2.

Saran
Sebaiknya sebelum melakukan

praktikum gunnakanlah alat

pelindung diri yang sesuai dengan SOP untuk meminimalisir potensi
kecelakaan kerja,serta

minta pendamping untuk mendampingi disaat

melakukan proses praktikum agar praktikum berjalan lancar serta selesai
tepat waktu.

18