ANALISIS EKONOMI USAHA TERNAK KAMBING PE

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

ANALISIS EKONOMI USAHA TERNAK KAMBING PE
SEBAGAI TERNAK PENGHASIL SUSU DAN DAGING
(Economic Analysis of PE Goat as Milk and Meat Producer
in a Farming Sytem)
I.G.M. BUDIARSANA
Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002

ABSTRACT
Etawah Cross Bred (PE) Goat farming system has not yet developed like dairy cow. The farming system
of PE goat has just been done in small holder farmers and only limited number was developed by large scale
agribusiness. Economic analysis was carried out to PE goat farming system with 90 heads of dam for milk
and meat production. Parameter was based on biology parameters resulted from observation Indonesian
Research Institute for Animal Production and PE goat rearing enterprise, PT Capricorn in Cariu. Price
parameter used was based on survey price, April-May 2009. Analysis showed that minimum amount of milk
production should be achieved 77.500 litters with Rp. 17.400/litter. The capital of Rp. 565 million was
needed, it would be returned in the period of 2.6 year. Internal analysis of return rate showed that 27.91%
value. The value was larger compare with avail interest rate level in the market (Bank). Therefore, this
business is profitable and feasible to be carried out.
Key Words: PE Goat, Economic Analysis

ABSTRAK
Budidaya ternak kambing PE sebagai penghasil susu tidak berkembang seperti halnya peternakan sapi
perah. Budidayanya baru dilakoni oleh para peternak kecil dan hanya sebagian kecil dilakukan oleh
pengusaha agribisnis. Analisis ekonomi dilakukan terhadap usaha peternakan kambing dengan skala 90 ekor
induk untuk tujuan produksi susu dan daging (anak). Parameter yang digunakan untuk analisis ini didasarkan
pada parameter biologis hasil pengamatan di stasiun kandang percobaan Balai Penelitian Ternak Ciawi-Bogor
dan Perusahaan peternakan Kambing PE di P.T. Capricorn di Cariu. Parameter harga yang digunakan
didasarkan pada harga hasil survai yang dilakukan pada bulan April-Mei Tahun 2009. Hasil analisis
menujukkan jumlah produksi susu yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian yaitu pada
saat perusahaan menghasilkan susu sebanyak 77.500 liter atau harga susu Rp. 17.400/liter. Dengan
menggunakan modal sebanyak Rp. 565 juta maka semua modal yang digunakan akan dapat kembali pada
periode usaha 2,6 tahun. Analisis internal rate return menunjukkan nilai sebesar 27,91%. Nilai ini lebih besar
dibandingkan dengan nilai tingkat suku bunga yang berlaku di pasaran (Bank). Dengan demikian dapat
dikatakan usaha ini profitable dan layak untuk dilakukan.
Kata Kunci: Kambing PE, Analisa Ekonomi

PENDAHULUAN
Kambing PE merupakan salah satu ras
kambing Indonesia. Kambing ini merupakan
hasil silang antara kambing lokal Indonesia

(Kambing Kacang) dengan kambing Etawah.
Kambing Etawah ini didatangkan dari India
oleh Pemerintah Belanda pada sekitar tahun
1930 an. Kambing Etawah dikenal dengan
ternak penghasil susu yang cukup baik. Akibat

persilangan tersebut maka kambing PE
sekarang ini juga memiliki potensi sebagai
penghasil susu selain penghasil daging.
Keunggulan kambing PE sudah banyak
dilaporkan; diantaranya beradaptasi baik
dengan lingkungan, termasuk kambing tipe
dwi-guna dan memiliki indeks reproduksi yang
cukup baik yaitu 1,65 anak/induk/tahun
(SODIQ, 2001).

411

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009


Potensi produksi susu kambing pernah
dilaporkan oleh OBST dan NAPITUPULU (1984)
yaitu sebanyak. 0,45 – 2,1 l/hari/laktasi.
Sementara itu produksi susu yang dilaporkan
oleh SUTAMA et al. (2002) yaitu berkisar pada
510 – 1000g/ekor/hari.
Dilapangan dapat dikatakan bahwa
komersialisasi ternak kambing belum banyak
dilakukan. Ada tanda-tanda peningkatan. Hal
ini dicirikan dengan semakin meningkatnya
skala usaha. Beberapa pengusaha telah berani
meningkatkan usaha mencapai 200 ekor,
namun perkembangannya sangat lambat.
Demikian pula halnya dengan komersialisasi
terhadap potensi produksi susunya. Pendugaan
faktor penghambat perkembangan peternakan
kambing PE dapat dilihat dari berbagai aspek.
Faktor yang umum dan sangat berpengaruh
yaitu aspek ekonomi khususnya kemampuan
memberikan

keuntungan
(profitability).
Kemampuan menghasilkan keuntungan dari
suatu kegiatan usaha dapat dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu dari sisi penerimaan dan
pengurbanan usaha. Penerimaan usaha
dipengaruhi oleh tingkat produksi maupun
harga produksi. Disatu sisi pengurbanan atau
yang lebih dikenal dengan pengeluaran atau
biaya dapat dipengaruhi oleh tingkat harga dan
efisiensi dalam menggunakan input. Pada
peternakan kambing PE (industri biologis)
kedua
faktor
tersebut
sangat
nyata
pengaruhnya.
Makalah ini menganalisis usaha peternakan
Kambing PE dari aspek ekonomi. Analisis

menggunakan parameter biologis ternak yang
selanjutnya di ukur dengan nilai ekonomi
(tingkat harga). Analisis juga melihat seberapa
besar usaha yang harus dibuat agar
menguntungkan,
tingkat
pengembalian
investasi. Kajian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai referensi bagi pemilik modal, ataupun
calon investor pada bidang usaha ternak
kambing PE.
MATERI DAN METODE
Analisis feasibilitas usaha dilakukan pada
usaha ternak kambing dengan skala
pemeliharaan sebanyak 200 ekor yang tujuan
pemeliharaannya yaitu sebagai penghasil susu
dan daging (anak). Analisis dilakukan dengan
menggunakan data parameter biologis ternak

412


hasil pengamatan selama 2 tahun terakhir di
stasiun kandang percobaan Balai Penelitian
Ternak dan di Perusahaan Peternakan kambing
PE yaitu PT Capricorn di Cariu-Bogor.
Sedangkan parameter harga yang digunakan
didasarkan pada harga-harga yang berlaku di
pasar yang diperoleh melalui metode survai
pada awal tahun 2009. Parameter biologis dan
harga-harga yang digunakan pada analisis
ekonomi seperti tertera pada Tabel 1
Ternak kambing yang diamati yaitu ternak
yang dipelihara secara intensif yaitu kambing
dikandangkan terus menerus pada kandang
panggung yang memiliki kadang kelompok
masing-masing kandang mampu menampung 9
ekor induk dan 1 ekor pejantan kambing.
Masing-masing kandang dilengkapi dengan
tempat pakan dan minum secukupnya sehingga
ternak kambing mempunyai kesempatan

makan dalam waktu bersamaan. Masa
pemeliharaan kambing dipertahankan hanya
sampai 3 tahun sejak dimasukkan ke kegiatan
usaha. Analisis dilakukan dengan cara
melalukan proyeksi-proyeksi baik terhadap
penerimaan maupun terhadap biaya yang akan
terjadi.
Proyeksi biaya-biaya didasarkan pada biaya
selama pemeliharaan meliputi biaya langsung,
biaya overhead dan biaya depresiasi. Proyeksi
penerimaan (revenue) diperoleh dari produksi
susu dan penjualan ternak kambing afkir.
Profit merupakan selisih antara total
revenue dengan total cost. Selanjutnya dihitung
cash flows yang menggambarkan besarnya
cash inflow (hasil penjualan + dana yang
disetor) dan cash outflow (pengeluaran untuk
operasional usaha + biaya investasi dan modal
kerja).
Untuk mengetahui respon atau senstivitas

perubahan parameter maupun variabel yang
digunakan maka dilakukan analisis sensitifitas.
Analisis
yang
digunakan
untuk
menganalisis usaha peternakan kambing ini
yaitu analisis sensitivitas (break even point dan
analisis return on investment).
Analisis break event point (tingkat
produksi) menggunakan rumus:
Total biaya usaha
x 1 liter
Harga susu

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

Tabel 1. Parameter teknis (kwantitas dan tingkat harga) yang digunakan untuk basis analisis ekonomi usaha
ternak kambing
No


Jenis parameter

Nilai

No

Jenis parameter

1

Jumlah grup

9.00

1

Harga rumput

2


Pejantan

9.00

2

Harga konsentrat

3

Induk betina

90.00

3

Konsumsi susu anak (l)

4


Fertilitas

0.98

4

Harga susu pengganti (Rp/l)

5

LS

1.30

5

Harga jual susu kambing (Rp/l)

6

Anak disapih

0.90

6

Harga kambing (Rp/kg)

7

Anak dijual

0.97

7

8

Produksi susu (l/ekor/hari)

9

Lama hari/bulan

10
11

Konsumsi hijauan (rumput):

Nilai
150
2,500
1,5
3,000
15,000

Induk (Rp/ekor)

1,500,000

Jantan

3,000,000

0.75

8

30.00

9

Harga ternak bibit (Rp/kg)

25,000

10

Harga ternak potong/sayur
(Rp/kg)

23,500
25.0

0.00

Induk

4.00

11

Berat jual ternak bibit (kg)

12

Anak

1.00

12

Persentase ternak bibit

0,5

13

Anak pembesaran

2.00

13

Produksi pupuk (kg/ekor/hari)

0,3

0.00

14

Harga pupuk (Rp./kg)

50

14

Kons. konsentrat (kg/ekor)

15

Induk

0.70

15

Biaya obat (Rp/ekor/bulan)

2,000

16

Anak pembesaran fase 1.

0.25

16

Berat induk afkir (kg/ekor)

40

17

Anak pembesaran fase 2.

0.50

17

Harga ternak afkir (Rp/kg)

20,000

18

Handling cavacity tenaga kerja
kandang (ekor)

100.00

18

Rate tenaga kandang (Rp/bulan)

19

Kebutuhan kandang (m2/ekor)

1.50

19

Rate manajer (Rp/bulan)

20

Jumlah tenaga adm dan manajer

1.00

20

Nilai investasi
Kandang
Lahan
Kendaraan bermotor

Break event point untuk tingkat harga susu
menggunakan rumus:
Total biaya pada periode tertentu
x Rp. 1
Total produksi pada periode tertentu
Untuk mengetahui keunggulan usaha ternak
kambing ini dibandingkan dengan apabila dana
disimpan dalam bentuk deposito di Bank maka
dilakukan penghitungan tingkat pengembalian
internal (InternaI Rate of Return) dengan
menggunakan rumus:
NVP1
IRR = R1+ --------------- R2-R1 (Riyanto 1980)
NPV1+NPV2

dimana :
R1
=
R2
=
NPV1 =
NPV2 =

750,000
250,000
153,996,030
30,000,000
125,000,000

Tingkat bunga ke- 1
Tingkat bunga ke-2
Net Present Value pada tingkat bunga R1
Net Present Value pada tingkat bunga R2

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis sumber dan penggunaan dana
Untuk menganalisis usaha peternakan
kambing secara menyeluruh harus dimulai dari
analisis terhadap sumber dan penggunaan dana.
Melalui analisis ini diharapkan akan diperoleh
informasi mengenai jumlah dana yang

413

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

dibutuhkan dan selanjutnya dari mana sumber
dana tersebut akan diperoleh. Pada proyekproyek tertentu sebagian kebutuhan dana

mungkin telah diperoleh dari penghasilan pada
tahun pertama. Seperti halnya pada usaha
peternakan kambing pada analisis ini (Tabel 2),

Tabel 2. Analisis sumber dan kebutuhan dana usaha peternakan kambing PE
Keterangan

Tahun
1

2

3

4

260,212

80,871,176

104,625,440

21,825,440

49,612,500

238,140,000

238,140,000

238,140,000

238,140,000

0

27,805,050

41,707,575

41,707,575

41,707,575

0

26,136,747

39,205,121

39,205,121

39,205,121

618,875

1,078,587

1,108,771

1,108,771

1,108,771

Saldo awal

5

Sumber dana
Setoran modal awal
Susu
Ternak bibit
Ternak non-bibit
Pupuk
Ternak afkir
Total sumber dana
Total dana

565,000,000

0

0

0

79,200,000

0

50,231,375

293,160,384

320,161,467

399,361,467

320,161,467

615,231,375

293,420,596

320,161,467

399,361,467

320,161,467

Penggunaan dana
Biaya langsung
Biaya pengadaan bakalan
(bibit kambing)

162,000,000

162,000,000

Biaya pakan
Biaya rumput

21,538,791

25,710,924

26,263,012

26,263,012

26,263,012

Biaya konsentrat

57,817,463

80,398,852

82,699,218

82,699,218

82,699,218

Biaya susu tambahan u
anak

20,638,800

61,916,400

61,916,400

61,916,400

61,916,400

2,750,556

4,793,721

4,927,873

4,927,873

4,927,873

500,000

500,000

500,000

500,000

500,000

Biaya obat-obatan
Biaya perlengkapan kandang
Gaji tenaga kandang

18,479,524

18,479,524

18,479,524

18,479,524

18,479,524

Total biaya langsung

283,725,133

191,799,421

194,786,027

356,786,027

194,786,027

15,000,000

15,000,000

15,000,000

15,000,000

15,000,000

Biaya transportasi

1,000,000

1,000,000

1,000,000

1,000,000

1,000,000

Listrik dan telepon

2,000,000

2,000,000

2,000,000

2,000,000

2,000,000

Biaya pemasaran

2,000,000

2,000,000

2,000,000

2,000,000

2,000,000

750,000

750,000

750,000

750,000

750,000

20,750,000

20,750,000

20,750,000

20,750,000

20,750,000

Biaya tidak langsung
Gaji manajer

Biaya administrasi
Total biaya tidak langsung
Investasi
Kandang
Lahan & kantor
Kendaraan bermotor
Sumur dan pompa air

153,996,030
30,000,000
125,000,000
1,500,000

Nilai investasi

310,496,030

Total penggunaaan dana

614,971,163

212,549,421

215,536,027

377,536,027

215,536,027

260,212

80,871,176

104,625,440

21,825,440

104,625,440

Saldo kas

414

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

karena sifat biologis ternak relatif singkat maka
pada tahun I usaha kambing telah memberikan
hasil dan hasil ini telah dapat digunakan untuk
menutupi sebagian kecil kebutuhan dana pada
tahun I. Total kebutuhan dana pada usaha
peternakan kambing pada analisis ini yaitu
sebesar Rp. 614,9 juta yang di perlukan untuk
menutupi kebutuhan biaya-biaya langsung,
biaya tidak langsung dan pembangunan
kandang dan alat-alat yang dibutuhkan. Biaya
langsung ( pengadaan bibit ternak, pakan, obatobatan, gaji karyawan kandang) sebesar Rp.
283,7 juta. Biaya tidak langsung (gaji manajer,
biaya listrik, telepon, transpor, pemasaran dan
biaya administrasi) sebesar Rp. 20,7 juta.
Biaya untuk pengadaan alat dan kandang
dengan jumlah Rp. 310 juta. Oleh karena pada
awal tahun usaha sudah memperoleh
pendapatan sebanyak ±Rp 50 juta maka
kebutuhan dana pada tahun I tidak lagi sebesar
Rp. 614,9 juta, tapi hanya sebesar 565 juta.
Penentuan nilai modal awal senatiasa harus
melihat nilai saldo kas pada akhir tahun. Nilai
setoran modal awal harus berdampak atau
memberikan nilai positif pada saldo kas. Nilai
negatif pada saldo kas mengindikasikan bahwa
setoran modal awal tidak mencukupi
kebutuhan dana. Pada proyeksi ini dengan
setoran modal awal sebesar Rp. 565 juta
menyisakan saldo kas sebesar Rp. 260.000,pada brankas usaha. Pada tahun berikutnya
secara umum nilai saldo kas akan terus positif
seiring dengan semakin cepatnya perputaran
usaha. Akan tetapi pada usaha yang memiliki
karakteristik
tertentu
tidak
tertutup
kemungkinan diperlukan tambahan dana
investasi kembali pada tahun berikutnya.
Proyeksi income statement
Proyeksi income statement merupakan
proyeksi
penerimaan-penerimaan
yang
kemungkinan akan terjadi pada usaha yang
akan dilaksanakan melalui pengoperasian asset
yang digunakan. Pada usaha peternakan
kambing yang tujuan usaha nya sebagai
penghasil daging (anak) dan susu (Tabel 3),
terlihat bahwa pada tahun pertama walaupun
usaha sudah memberikan hasil sebanyak Rp.
50,2 juta namun secara keseluruhan usaha yang

dilakukan belum memberikan hasil positif.
Kerugian pada tahun I untuk usaha yang baru
berdiri adalah umum terjadi, karena biasanya
pada tahun pertama kebuthan dana biasanya
sangat besar disatu sisi usaha belum beroperasi
secara normal yang berdampak pada belum
optimalnya penerimaan usaha. Nilai negatif
pada tahun pertama usaha ternak kambing ini
yaitu sebesar Rp.254,2 juta. Nilai tersebut yaitu
nilai sebelum pengenaan beban penyusutan dan
pajak.
Pada tahun ke 2 oleh karena sebagian besar
ternak yang di gunakan telah melahirkan dan
menghasilkan susu maka terlihat proyeksi
penerimaan semakin besar yaitu mencapai
Rp.293,1 juta. Besarnya penerimaan pada
tahun II ini tidak hanya dari hasil usaha berupa
produk susu kambing, akan tetapi ternyata juga
bersumber dari penjualan anak baik untuk
ternak potong maupun ternak bibit. Pada
analisis ini diasumsikan bahwa 50% anak yang
dihasilkan dapat dikatagorikan sebagai ternak
bibit. Asumsi ini logis manakala bibit yang
digunakan pada awal usaha memiliki kriteria
baik dengan demikian pencapaian hasil berupa
anak kambing yang memiliki kriteria bibit
dapat dengan mudah dihasilkan.
Analisis sensitivitas
Berbagai analisis sensitivitas usaha ternak
kambing untuk tujuan penghasil susu disajikan
pada Tabel 4.
Analisis break even point
Metode titik pulang pokok (break even
point) menunjukkan bahwa jumlah produksi
susu yang harus dihasilkan pada usaha
kambing peranakan Etawah dengan tujuan
menghasilkan susu agar tidak mengalami
kerugian namun belum menguntungkan pada
skala pemeliharaan sebanyak 90 ekor induk
yaitu sebanyak 77.575 liter. Nilai break even
tersebut diperoleh melalui jumlah biaya yang
telah dikeluarkan dibagi dengan harga susu
kambing. Jumlah biaya yang dikeluarkan
secara agregat selama 5 tahun yaitu Rp.1.163,6
juta sementara itu harga susu yang digunakan
pada perhitungan analisis ini yaitu Rp. 15.000.

415

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

Tabel 3. Proyeksi income statement usaha peternakan kambing selama 5 tahun
Tahun

Proyeksi income statement
1

2

Total

3

4

5

Penerimaan
Susu

49,612,500

238,140,000

238,140,000

238,140,000

238,140,000

1,002,172,500

Ternak bibit

0

27,805,050

41,707,575

41,707,575

41,707,575

152,927,775

Ternak non-bibit

0

26,136,747

39,205,121

39,205,121

39,205,121

143,752,109

618,875

1,078,587

1,108,771

1,108,771

1,108,771

5,023,777

0

0

0

79,200,000

0

79,200,000

50,231,375

293,160,384

320,161,467

399,361,467

320,161,467

1,383,076,160

Pupuk
Ternak afkir
Total penerimaan
Direct cost

283,725,133

191,799,421

194,786,027

194,786,027

194,786,027

1,059,882,634

(233,493,758)

101,360,964

125,375,440

204,575,440

125,375,440

323,193,526

Adm and General Cost

20,750,000

20,750,000

20,750,000

20,750,000

20,750,000

103,750,000

Gross Profit before tax

(254,243,758)

80,610,964

104,625,440

183,825,440

104,625,440

219,443,526

Total Depreciation

18,599,735.33

18,599,735.33

18,599,735.33

18,599,735.33

18,599,735.33

Net profit before tax

(272,843,493)

62,011,228

86,025,705

165,225,705

86,025,705

Gross income

416

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

Analisis pay back period
Analisis ini melihat seberapa jauh dana
yang digunakan dalam proses produksi dapat
kembali ke penanam modal. Pada analisis ini
nilai payback period yaitu 2,57 (Tabel 4). Nilai
ini mengindikasikan bahwa semua modal yang
digunakan akan dapat kembali pada tahun ke
III yaitu di bulan keenam.
Analisis BC rasio
Analisis ini melihat dan membandingkan
besaran nilai penerimaan usaha dengan biaya
yang terjadi. Nilai pada analisis ini
menunjukkan nilai 1,19 (Tabel 4), artinya
penerimaan usaha lebih besar dari biaya yang
terjadi. Dengan demikian kegiatan usaha ini
menguntungkan.
Analisis internal rate of return
Analisis ini merupakan analisis yang sering
digunakan dalam evaluasi proyek yang

mengukur apakah proyek tersebut layak
dijalankan atau tidak. Ukurannya mengacu dan
membandingkan nilai suku bunga yang
berlaku. Hasil analisis IRR usaha peternakan
kambing pada analisis ini seperti ditunjukkan
pada Tabel 5.
KESIMPULAN
1. Hasil analisis menujukkan jumlah produksi
susu yang harus dicapai agar perusahaan
tidak mengalami kerugian yaitu pada
saat perusahaan menghasilkan susu
sebanyak 77.500 liter atau harga susu
Rp. 17.400/liter.
2. Dengan menggunakan modal sebanyak Rp.
565 juta maka semua modal yang
digunakan akan dapat kembali pada periode
usaha 2,6 tahun.
3. Analisis internal rate return menunjukkan
nilai sebesar 27,91%. Nilai ini lebih besar
dibandingkan dengan nilai tingkat suku
bunga yang berlaku di pasaran (Bank).

Tabel 4. Berbagai analisis sensitivitas usaha peternakan kambing untuk tujuan produksi susu
Jenis analisis

Nilai

BEP volume produksi susu = cost/harga satuan hasil produksi

77.575.51

BEP untuk harga = biaya produksi/total produksi

17.416.65

Payback period = total investasi x 1 tahun/laba (tahun)

2,57

Turn over investment = (sales/investment) (times)

2,45

Profit margin (net operating income/net sales) (%)

0,16

ROI (net sales/net operating income) x turn over investment (%)

39%

BC ratio

1.189

Tabel 5. Analisis internal rate of return usaha peternakan kambing PE pola produksi susu dan daging
Tahun

Proceed

DF 25%

NPV DF 25%

DF 29%

NPV DF 29%

(254.243.758,00)

0,80

(203.395.006,40)

0,78

(197.088.184,50)

II

80.610.963,64

0,64

51.591.016,73

0,60

48,441.177,60

III

104.625.440,04

0,51

53.568.225,30

0,47

48.738.051,97

I

IV

183.825.440,04

0,41

75.294.900,24

0,36

66.381.455,87

V

104.625.440,04

0,33

34.283.664,19

0,28

29.287.934,60

Total
Tingkat IRR

11.342.800,06

(4.239.564,47)
27,91

417

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

DAFTAR PUSTAKA
DEPTAN. 2003. Laporan Bulanan Tentang Keragaan
Pembangunan
Pertanian.
Subsektor
Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta.
OBST, J.M. and Z. NAPITUPULU. 1984. Milk yields of
Indonesian goats. Proc. Aust. Soc. Anim.
Prod. 15: 501-504.
SODIQ. 2001. Small Ruminant production system
under rural area and improving weaning
weight. Scientific Publication Unsoed,
Purwokerto. 27(3): 41 – 52.

RIYANTO., 1980. Dasar-dasar pembelanjaan
perusahaan. Yayasan Badan Penerbit Gajah
Mada, Yogyakarta.
SUTAMA. I-K., B. SETIADI, SUBANDRYO, I.G.M.
BUDIARSANA,
T.
KOSTAMAN,
M.
MARTAWIDJAJA, M.S.HIDAYAT, R. SUKMANA,
MULYAWAN
dan
BACHTIAR.
2002.
Optimalisasi produktivitas kambing Peranakan
Etawah untuk menunjang produksi daging dan
susu nasional. Kumpulan Hasil Penelitian
APBN TA. 2002. Buku I Ternak Ruminansia
hlm.111 – 142.

DISKUSI
Pertanyaan:
1. Apakah permasalahan selama 2 tahun pemeliharaan?
2. Apakah permasalahan pemasaran susu kambing?
Jawaban:
1. Perkembangan usaha sangat lambat.
2. Belum popular seperti susu sapi.

418