Mengapa Harus Ikut Amnesti Pajak

Mengapa Harus Ikut Amnesti Pajak? 03 Agustus 2016 15:03:08 Diperbarui:
03 Agustus 2016 16:19:23 Dibaca : 805 Komentar : 6 Nilai : 6 Mengapa
Harus Ikut Amnesti Pajak? Mengapa Harus Ikut Amnesti Pajak? | Ilustrasi:
pengampunanpajak.com “Banyak WP (Wajib Pajak) yang sedang diperiksa
tiba-tiba menyatakan akan ikut tax amnesty, buat kami itu dilema, tapi tak
apa untuk kesuksesan tax amnesty kami stop semua pemeriksaan, “demikian
janji Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di hadapan lebih dari sepuluh
ribu peserta sosialisasi tax amnesty di gedung JI expo Kemayoran, Senin
(1/8/2016). Pernyataan Sri Mulyani di hadapan sebagian besar pengusaha
yang bergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) itu
sebenarnya mengandung sebuah makna. Bahwa bagi Wajib Pajak yang
bersedia mengikuti tax amnesty akan diberikan sebuah privilege lebih, yaitu
atas harta yang dilaporkan tak akan dilakukan pemeriksaan oleh fiskus.
Padahal pemeriksaan pajak merupakan salah satu instrumen penegakan
hukum di Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak. Sebuah sarana untuk mengawasi
kepatuhan Wajib Pajak. Untuk memantau apakah sistem self assessment
dalam perpajakan telah berjalan semestinya. Hal ini mengisyaratkan satu hal:
pemerintah tak main-main dengan amnesti pajak ini. Apa sebenarnya
Undang-Undang Tentang Pengampunan Pajak (Amnesti Pajak) itu? Adalah
sebuah undang-undang yang mengatur tentang penghapusan pajak yang
seharusnya terutang, sanksi administrasi dan pidana di bidang perpajakan

bagi Wajib Pajak yang mengungkapkan hartanya di dalam Surat Pernyataan,
dan kemudian membayar uang tebusannya. Harta yang diungkapkan di sini
adalah harta yang belum dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan terakhir. Atas harta yang diungkapkan itulah dibayar uang
tebusannya. Untuk periode pertama dimulai dari berlakunya undang-undang
sampai dengan akhir September besarnya uang tebusan adalah 2%. Tinggal
kalikan nilai harta bersih yang dilaporkan dengan tarif tersebut. Apa
maksudnya harta bersih? Harta bersih di sini adalah selisih nilai harta
dikurangi nilai utang. Sesederhana itu. Berlakunya Undang-Undang ini
memantik antusiasme masyarakat. Bisa dilihat dari penuhnya peserta acaraacara sosialisasi amnesti pajak yang diadakan. Bahkan acara sosialisasi
amnesti pajak yang diadakan Apindo tempo hari di gedung JI Expo
pesertanya membludak. Banyak peserta yang rela lesehan di karpet lantai
demi mendengarkan pemaparan dari Presiden Jokowi dan Menteri Keuangan
Sri Mulyani. Acara tanya jawab langsung dengan Dirjen Pajak Ken
Dwijugiasteadi pun tak luput dari antusiasme peserta. Pemandangan yang

langka, apa lagi tema tentang pajak biasanya kurang asyik dijual. Biasanya
Wajib Pajak harus dirayu-rayu agar bersedia datang di acara-acara sosialisasi
tentang pajak. Tapi tidak kali ini. Keputusan pemerintah memberikan amnesti
pajak sendiri tak lepas dari kondisi ekonomi global yang berimbas pada

Indonesia. Mengutip Sri Mulyani, negara-negara di dunia kini berlombalomba berupaya agar uang masuk ke negaranya. Dunia sedang berusaha
mencari dana lewat pajak, dan itu tak mudah. Praktek transfer pricing
merajalela. Karena para ahli menghindari pajak itu memang ahli betul,
katanya setengah bergurau (hadirin tertawa). Untuk itu disepakati pada tahun
2018 nanti akan ada kesepakatan bersama tentang pertukaran data dan
informasi (automatic exchange of information). Saat itu dunia menjadi tanpa
sekat. Data dan informasi akan lintas antarnegara. Saat itu tak ada lagi harta
yang bisa disembunyikan. Karena itu pemerintah mengajak para pemilik
harta yang hartanya masih disimpan di luar Indonesia tersebut agar bersedia
membawa hartanya kembali dan menginvestasikannya di Indonesia. Untuk
itu, negara akan melepaskan haknya untuk menagih pajak yang seharusnya
terutang, dan menggantinya dengan uang tebusan. Itulah muasalnya uang
tebusan. Undang-Undang amnesti pajak mengatur untuk harta dalam wilayah
Indonesia yang diungkapkan (deklarasi Dalam Negeri) serta harta dari luar
Indonesia yang dibawa masuk ke Indonesia (repatriasi) dikenakan uang
tebusan sebesar 2% sampai dengan akhir September 2016, 3% dari Oktober
2016 sampai dengan Desember 2016, dan 5% dari Januari 2017 sampai
dengan Maret 2017. Seandainya sang pemilik harta ingin tetap hartanya di
simpan di luar negeri bagaimana perlakuannya? Dia tetap dapat
mendeklarasikan hartanya dan akan dikenakan tarif dua kali lipatnya. Jadi

apa keuntungan bagi Wajib Pajak yang ikut amnesti pajak ini? Pertama tarif
uang tebusan yang rendah, Bandingkan jika atas harta yang belum dilaporkan
itu dikenakan tarif pajak progresif yang berlaku, berapa pajak terhutang yang
harus dibayar. Belum lagi sanksi administrasinya. Tentu saja amnesti pajak
ini menguntungkan dari segi ekonomis. Kedua hapusnya pajak yang
seharusnya terhutang, sanksi administrasi, dan sanksi pidana di bidang
perpajakan. Maka seluruh kewajiban pajak yang seharusnya terhutang (PPh,
PPN, maupun PPnBM) hapus. Begitu pula dengan sanksi administrasi dan
sanksi pidana dalam perpajakan. Coba kita lihat Pasal 11 ayat 5 dimana Wajib
Pajak yang telah memperoleh Surat Keterangan amnesti pajak tidak akan
dilakukan pemeriksaan, pemeriksaan bukti permulaan, dan/atau penyidikan
Tindak Pidana di Bidang Perpajakan. Bahkan jika sedang dilakukan

pemeriksaan, pemeriksaan bukti permulaan, dan/atau penyidikan Tindak
Pidana di Bidang Perpajakan maka itu akan dihentikan. Ini sebuah privilege
yang luar biasa. Ketiga amnesti pajak memberi jaminan keamanan dan
kepastian hukum bagi pemilik harta yang ingin membawa kembali hartanya
ke Indonesia, sebelum berlakunya automatic exchange of information tahun
2018 nanti. Keempat ini akan terdengar merdu di telinga tapi bukan gombal
(:D). Bagi Anda yang bersedia mengikuti amnesti pajak, dengan

mendeklarasikan harta yang masih tersembunyi itu atau me-repatriasi harta
yang berada di negeri antah berantah itu, maka Anda lah pahlawan itu.
Negara sedang sekarat. APBN defisit. Maka suntikan dana yang Anda
berikan, adalah sebuah vitamin untuk sang tubuh (negara Republik
Indonesia). Kembali mengutip Sri Mulyani: tidak ada satu negara pun di
dunia ini yang bisa maju jika sektor keuangannya tidak dalam dan luas. Maka
dana dari amnesti pajak ini bisa digunakan untuk membangun fondasi
ekonomi Indonesia agar lebih stabil dan mampu untuk membiayai
pembangunan dari sumber dana sendiri.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/dewidamayanti/mengapa-harusikut-amnesti-pajak_57a1a53c44afbde409b6959e