LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I TAHANAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
“TAHANAN DALAM”
Disusun oleh:
Kadek Alitya Ambarwati
16/394060/PA/17151
35A
PRODI GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
“TAHANAN DALAM”
I.
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Resistor merupakan komponen elektronika yang tidak bisa
dipisahkan dari semua rangkaian elektronika karena bisa dikatakan semua
rangkaian elektronika pasti menggunakan komponen resistor, baik dalam
jumlah sedikit maupun banyak. Resistor berfungsi sebagai pengatur dalam
membatasi jumlah arus yang mengalir dalam suatu rangkaian. Untuk
membuat sebuah rangkaian elektronika, diharuskan untuk mengetahui nilai
dan fungsi dari sebuah resistor.
Berbagai macam peralatan elektronik digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, untuk menghidupkan peralatan elektronik itu dibutuhkan suatu
sumber tegangan yang dapat berupa aliran listrik DC ataupun AC. Sumber
tegangan tidak mungkin mengirimkan seluruh alirannya ke peralatan
elektronik, pasti terdapat hambatan yang mengurangi efisiensi aliran
listrik. Hambatan tersebut dapat berupa hambatan dalam (tahanan dalam)
yang memang sudah ada ataupun hambatan luar yang sengaja dibuat untuk
mengatur aliran arus listrik.
Tahanan dalam baterai dimiliki dan memang berada di dalam
baterai itu sendiri. Tahanan dalam baterai ini merupakan suatu halangan
yang selalu ada untuk muatan yang mengalir bebas di dalam elektrolit
antara elektroda-elektroda baterai. Pada praktikum kali ini, praktikan akan
mengukur besar tahanan dalam pada baterai dengan memvariasikan besar
tegangan dan nilai hambatan luar.
1.2. Tujuan
Belajar menerapkan dan mengartikan (menginterpretasikan) grafik
Menentukan tahanan dalam suatu elemen dengan metode grafik
II.
Dasar Teori
Amperemeter adalah alat ukur kuat listrik yang bercirikan dengan
simbol A pada skala penunjukkan kuat arus listrik yang diukur.
Pemasangan amperemeter harus dipasang secara seri dengan komponen
yang akan diukur kuat arus listriknya. George Simon Ohm (1789-1854)
mengemukakan Hukum Ohm sebagai berikut:
“Kuat arus listrik yang timbul pada suatu penghantar berbanding
lurus Secara
denganmatematis,
beda potensial
atau
tegangan
kedua ujung
penghantar
Hukum
Ohm
dapat dirumuskan
sebagai
berikut:
itu”
V
V≈I
= konstanta
I
Konstanta yang menyatakan perbandingan antara tegangan dan
atau
kuat arus oleh Ohm dinyatakan sebagai hambatan penghantar dan diberi
simbol R, sehingga berlaku persamaan Hukum Ohm sebagai berikut:
V
=R
atau
V=IR,
I
dengan
V : beda potensial atau tegangan ujung-ujung penghantar (volt
(V))
I : kuat arus listrik (Ampere (A))
R : hambatan penghantar (ohm (Ω))
Apabila pada suatu rangkaian listrik tertutup sederhana yang terdiri
atas sebuah sumber tegangan, hambatan dalam, dan sebuah hambatan luar
sehingga arus listrik dapat mengalir, maka berlaku Hukum II Kirchhoff
yang menyatakan bahwa:
“Pada rangkaian tertutup, jumlah aljabar gaya gerak listrik sumber arus
dengan penurunan potensial (hasil perkalian antara kuat arus dan hambatan)
Secara matematis, Hukum
II Kirchhoff dapat dituliskan sebagai
sama dengan nol (0)”
berikut:
V + IR + Ir = 0
atau
V + I(R+r) = 0
V
I=
R+ r
atau
Keterangan :
V : beda potensial atau tegangan ujung-ujung penghantar (volt
(V))
I : kuat arus listrik (Ampere (A))
R : hambatan penghantar (ohm (Ω))
r : tahanan dalam (ohm (Ω))
III.
Metode Penelitian
3.1. Alat dan Bahan
Sumber tegangan DC 6 V ( 4 buah baterai 1,5 V)
DC milliamperemeter (100 mA)
10 tahanan seri masing-masing 10 Ω (decade resistor)
Kabel penghubung
3.2. Skema Penelitian
Keterangan:
R : hambatan luar
r : hambatan dalam
A : milliamperemeter
I : arus listrik
V : sumber tegangan
Gambar 3.2.1 Rangkaian sederhana
Gambar 3.2.2 Skema percobaan I dengan sumber tegangan 1,5 V
Gambar 3.2.3 Skema percobaan II dengan sumber tegangan 3 V
3.3. Tata Laksana Penelitian
1. Alat dan bahan disiapkan dan dirangkai sesuai gambar 3.2.2
dengan sumber tegangan 1,5 V
2. Rangkaian dihubungkan dengan tahanan seri yang divariasikan
dari 10 Ω hingga 100 Ω sampai didapatkan 10 data
3. Angka yang ditunjukkan oleh milliamperemeter diamati dan
dicatat
4. Langkah-langkah di atas diulangi dengan rangkaian sesuai gambar
3.2.3 dan sumber tegangan 3 V
5. Setelah percobaan selesai, alat dan bahan dirapikan dan
dikembalikan seperti semula
3.4. Analisis Data
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode grafik.
V =I ( R+ r )
V
I=
R+r
1
I
(A-1)
Grafik
1
I
vs R
1
R+ r
=
I
V
c
1
R
r
=
+
I
V
V Gambar 3.4.1 Grafik
y 2 -y1
1m= x 2 -x11
r
=R
+
I
V
V
1
m=
V
|m-m 1|+|m-m 2 |
2
1
V=
mm=…± …
∴ m± ∆
∆ m=
ΔV =
1
.∆m
m2
∴ V ±r ∆ V =( … ± … ) V
c=
V
r=c . V
IV.
∆ r =c . ∆ V
Hasil dan Pembahasan
4.1. ∴
Data
r ± ∆ r=( … ±…) Ω
1
I
R (Ω)
terhadap R
Percobaan I
Percobaan II (3
(1,5 V)
V)
No.
1
I
R (Ω)
I (mA)
(
1
mA
No.
1
I
R (Ω)
I (mA)
1
mA
)
1.
10
2.
20
3.
4.
40
5.
50
6.
10.
16
80
9.
14
90
0,0833
11 0,0909
Tabel 4.1.1.
10.
28
80
9.
26
90
0,0385
23
100
0,0357
0,0322
31
70
8.
0,0278
36
60
7.
0,0244
0,0714
12
100
0,0625
41
50
6.
0,0208
0,0556
48
40
5.
0,0169
18
70
8.
0,0476
59
30
4.
0,0133
21
60
7.
0,0385
75
20
3.
26
10
2.
0,0322
1.
0,0244
31
0,0172
41
30
)
58
(
0,0435
21
0,0476
Tabel 4.1.2.
Hasil percobaan dengan
Hasil percobaan dengan
sumber tegangan 1,5 V
sumber tegangan 3 V
4.2. Grafik
Gambar 4.2.1 Grafik
1
I
terhadap R pada tegangan 1,5 V
Gambar 4.2.2 Grafik
1
I
terhadap R pada tegangan 3 V
4.3. Pembahasan
Praktikum ini dilakukan dengan dua kali percobaan, yaitu
dengan sumber tegangan DC 1,5 V dan 3 V. Besar hambatan luar
divariasikan dari 10 Ω sampai 100 Ω hingga didapatkan 10 data kuat arus
listrik yang ditunjukkan oleh DC milliamperemeter.
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode
grafik, dimana
1
V
sebagai sumbu x,
1
I
sebagai sumbu y, dan R sebagai
gradien. Garis yang dihasilkan akan memotong pada titik (x,y) yang akan
menjadi c. Data yang diperoleh digunakan untuk membuat garis m, yang
kemudian menjadi patokan untuk mencari m1 dan m2. Untuk membuat garis
m1 dan m2, praktikan membuat bendera dengan panjang yang sama pada
koordinat data pertama dan data kesepuluh. Lalu, praktikan membuat garis
m1 dari bendera atas data kesepuluh dengan bendera bawah data pertama dan
garis m2 dibuat dari bendera bawah data kesepuluh dengan bendera atas data
pertama.
1,5
V
Hasil yang diperoleh pada percobaan I dengan sumber tegangan
adalah
m± ∆ m=0,8± 0,1 ,
V ± ∆V =1,2± 0,1 V ,
dan
r ± ∆ r=12,2 ±1 Ω . Hasil yang diperoleh pada percobaan II dengan sumber
tegangan 3 V adalah
m± ∆ m=0,4 ± 0,1 ,
V ± ∆V =2,6 ± 0,2V , dan
r ± ∆ r=26,2 ±2,2 Ω .
Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan bahwa semakin
besar nilai sumber tegangan yang digunakan, semakin kecil gradien pada
grafik, semakin besar nilai tahanan dalam. Hal ini menunjukkan bahwa
berbanding lurus dengan R, dimana R semakin besar,
besar, begitu pula sebaliknya, R semakin kecil,
ini sesuai dengan persamaan V =
V.
I
R
dimana
1
I
1
I
akan semakin
1
I
akan semakin kecil. Hal
R
1
.
I
Kesimpulan
5.1. Kesimpulan
Metode grafik dapat digunakan untuk menentukan nilai tahanan
dalam dan sumber tegangan
Semakin besar nilai sumber tegangan, semakin besar nilai tahanan
dalam
Nilai kuat arus (I) berbanding terbalik dengan nilai hambatan (R)
Hasil yang diperoleh pada percobaan I adalah m± ∆ m=0,8± 0,1 ,
V ± ∆V =1,2± 0,1 V , dan r ± ∆ r=12,2 ±1 Ω .
Hasil yang diperoleh pada percobaan II adalah m± ∆ m=0,4 ± 0,1 ,
V ± ∆V =2,6 ± 0,2V , dan r ± ∆ r=26,2 ±2,2 Ω .
5.2. Saran
Dalam
mengamati
skala
yang
ditunjukkan
pada
milliamperemeter, praktikan harus melihat tepat dari depan milliamperemeter
agar tidak terjadi kesalahan. Selain itu, praktikan juga harus teliti dalam
mengamati skala yang ditunjukkan.
DAFTAR PUSTAKA
Staff Laboratorium Fisika Dasar. 2016. Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar
Semester I, Jurusan Fisika. Yogyakarta : Laboratorium Fisika Dasar Jurusan
Fisika FMIPA UGM.
Angga, Rida (2014).
Fungsi
Resistor
Pada
Rangkaian
Elektronika.
http://skemaku.com/fungsi-resistor-pada-rangkaian-elektronika/, diakses pada 30
Oktober 2016 pukul 19.50 WIB.
Asisten,
Bangun Tri Susilo
Yogyakarta, 17 November 2016
Praktikan,
Kadek Alitya Ambarwati
LAMPIRAN
Percobaan I (V = 1,5 V)
No
R
(Ω)
.
1.
2.
58
20
41
30
40
50
5.
6.
7.
26
21
60
18
70
16
80
90
9.
31
8.
(
10
4.
(mA)
3.
I
14
12
10
100
11
1
I
1
)
mA
0,01
72
0,02
44
0,03
22
0,03
85
0,04
76
0,05
56
0,06
25
0,07
14
0,08
33
0,09
09
.
m =
0,818888889
≈
m1 =
y 2 -y1
x 2-x 1
=
( 0,0909-0,0172 ) 10 3
100−10
y 2 -y1
x 2-x 1
=
( 0,094−0,014 ) 103
100−10
=
80
90
=
y 2 -y1
x 2-x 1
=
( 0,088−0,020 ) 10 3
100−10
=
68
90
=
=
73,7
90
0,8
0,888888889
m2 =
0,755555556
=
Δm =
|0,818888889−0,888888889|+¿ 0,818888889−0,755555556∨ ¿
2
¿
=
0,07+0,063333333
2
=
0,133333333
2
= 0,066666667
0,1
∴ m± ∆ m=0,8± 0,1
V=
ΔV =
1
m
=
1
0,818888889
1
∆m
m2
=
= 1,221166893
V
1
. 0,066666667 =
(0,818888889) 2
1
.0,066666667 = 0,099416572
0,670579012
≈ 0,1
∴ V ± ∆ V =1,2± 0,1 V
r = c.V = 10. 1,221166893 = 12,21166893 ≈ 12,2 Ω
Δr = c. ΔV = 10.0,099416572 = 0,99416572 ≈ 1 Ω
∴ r ± ∆ r=12,2 ±1 Ω
≈ 1,2
Percobaan II (V = 3 V)
No
1.
2.
3.
4.
I
(Ω)
.
R
(mA)
10
20
1
I
(
75
59
30
48
40
41
1
)
mA
0,01
33
0,01
69
0,02
08
0,02
44
5.
6.
50
36
60
31
70
7.
8.
9.
28
80
26
90
23
10
100
0,02
78
0,03
22
0,03
57
0,03
85
0,04
35
0,04
21
76
.
m =
0,381111111
≈
m1 =
y 2 -y1
x 2-x 1
=
( 0,0476-0,0133 ) 10 3
100−10
=
34,3
90
=
y 2 -y1
x 2-x 1
=
( 0,0490−0,0115 ) 10 3
100−10
=
37,5
90
=
y 2 -y1
x 2-x 1
=
( 0,0460−0,0145 ) 10 3
100−10
=
31,5
90
= 0,35
0,4
0,416666667
m2 =
Δm =
|0,381111111−0,416666667|+¿ 0,381111111−0,35∨ ¿
2
¿
0,035555556+ 0,031111111
2
=
0,066666667
2
= 0,033333333
0,1
∴ m± ∆ m=0,4 ±0,1
V=
1
m
=
1
0,381111111
= 2,623906706
≈ 2,6
V
=
ΔV =
1
∆m
m2
=
1
.
(0,381111111 )2
0,033333333 =
1
. 0,033333333 = 0,229496213 ≈ 0,2
0,145245679
∴ V ± ∆ V =2,6 ± 0,2V
r = c.V = 10. 2,623906706 = 26,23906706 ≈ 26,2 Ω
Δr = c. ΔV = 10.0,229496213
∴ r ± ∆ r=26,2 ±2,2 Ω
= 2,29496213 ≈ 2,2 Ω
“TAHANAN DALAM”
Disusun oleh:
Kadek Alitya Ambarwati
16/394060/PA/17151
35A
PRODI GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
“TAHANAN DALAM”
I.
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Resistor merupakan komponen elektronika yang tidak bisa
dipisahkan dari semua rangkaian elektronika karena bisa dikatakan semua
rangkaian elektronika pasti menggunakan komponen resistor, baik dalam
jumlah sedikit maupun banyak. Resistor berfungsi sebagai pengatur dalam
membatasi jumlah arus yang mengalir dalam suatu rangkaian. Untuk
membuat sebuah rangkaian elektronika, diharuskan untuk mengetahui nilai
dan fungsi dari sebuah resistor.
Berbagai macam peralatan elektronik digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, untuk menghidupkan peralatan elektronik itu dibutuhkan suatu
sumber tegangan yang dapat berupa aliran listrik DC ataupun AC. Sumber
tegangan tidak mungkin mengirimkan seluruh alirannya ke peralatan
elektronik, pasti terdapat hambatan yang mengurangi efisiensi aliran
listrik. Hambatan tersebut dapat berupa hambatan dalam (tahanan dalam)
yang memang sudah ada ataupun hambatan luar yang sengaja dibuat untuk
mengatur aliran arus listrik.
Tahanan dalam baterai dimiliki dan memang berada di dalam
baterai itu sendiri. Tahanan dalam baterai ini merupakan suatu halangan
yang selalu ada untuk muatan yang mengalir bebas di dalam elektrolit
antara elektroda-elektroda baterai. Pada praktikum kali ini, praktikan akan
mengukur besar tahanan dalam pada baterai dengan memvariasikan besar
tegangan dan nilai hambatan luar.
1.2. Tujuan
Belajar menerapkan dan mengartikan (menginterpretasikan) grafik
Menentukan tahanan dalam suatu elemen dengan metode grafik
II.
Dasar Teori
Amperemeter adalah alat ukur kuat listrik yang bercirikan dengan
simbol A pada skala penunjukkan kuat arus listrik yang diukur.
Pemasangan amperemeter harus dipasang secara seri dengan komponen
yang akan diukur kuat arus listriknya. George Simon Ohm (1789-1854)
mengemukakan Hukum Ohm sebagai berikut:
“Kuat arus listrik yang timbul pada suatu penghantar berbanding
lurus Secara
denganmatematis,
beda potensial
atau
tegangan
kedua ujung
penghantar
Hukum
Ohm
dapat dirumuskan
sebagai
berikut:
itu”
V
V≈I
= konstanta
I
Konstanta yang menyatakan perbandingan antara tegangan dan
atau
kuat arus oleh Ohm dinyatakan sebagai hambatan penghantar dan diberi
simbol R, sehingga berlaku persamaan Hukum Ohm sebagai berikut:
V
=R
atau
V=IR,
I
dengan
V : beda potensial atau tegangan ujung-ujung penghantar (volt
(V))
I : kuat arus listrik (Ampere (A))
R : hambatan penghantar (ohm (Ω))
Apabila pada suatu rangkaian listrik tertutup sederhana yang terdiri
atas sebuah sumber tegangan, hambatan dalam, dan sebuah hambatan luar
sehingga arus listrik dapat mengalir, maka berlaku Hukum II Kirchhoff
yang menyatakan bahwa:
“Pada rangkaian tertutup, jumlah aljabar gaya gerak listrik sumber arus
dengan penurunan potensial (hasil perkalian antara kuat arus dan hambatan)
Secara matematis, Hukum
II Kirchhoff dapat dituliskan sebagai
sama dengan nol (0)”
berikut:
V + IR + Ir = 0
atau
V + I(R+r) = 0
V
I=
R+ r
atau
Keterangan :
V : beda potensial atau tegangan ujung-ujung penghantar (volt
(V))
I : kuat arus listrik (Ampere (A))
R : hambatan penghantar (ohm (Ω))
r : tahanan dalam (ohm (Ω))
III.
Metode Penelitian
3.1. Alat dan Bahan
Sumber tegangan DC 6 V ( 4 buah baterai 1,5 V)
DC milliamperemeter (100 mA)
10 tahanan seri masing-masing 10 Ω (decade resistor)
Kabel penghubung
3.2. Skema Penelitian
Keterangan:
R : hambatan luar
r : hambatan dalam
A : milliamperemeter
I : arus listrik
V : sumber tegangan
Gambar 3.2.1 Rangkaian sederhana
Gambar 3.2.2 Skema percobaan I dengan sumber tegangan 1,5 V
Gambar 3.2.3 Skema percobaan II dengan sumber tegangan 3 V
3.3. Tata Laksana Penelitian
1. Alat dan bahan disiapkan dan dirangkai sesuai gambar 3.2.2
dengan sumber tegangan 1,5 V
2. Rangkaian dihubungkan dengan tahanan seri yang divariasikan
dari 10 Ω hingga 100 Ω sampai didapatkan 10 data
3. Angka yang ditunjukkan oleh milliamperemeter diamati dan
dicatat
4. Langkah-langkah di atas diulangi dengan rangkaian sesuai gambar
3.2.3 dan sumber tegangan 3 V
5. Setelah percobaan selesai, alat dan bahan dirapikan dan
dikembalikan seperti semula
3.4. Analisis Data
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode grafik.
V =I ( R+ r )
V
I=
R+r
1
I
(A-1)
Grafik
1
I
vs R
1
R+ r
=
I
V
c
1
R
r
=
+
I
V
V Gambar 3.4.1 Grafik
y 2 -y1
1m= x 2 -x11
r
=R
+
I
V
V
1
m=
V
|m-m 1|+|m-m 2 |
2
1
V=
mm=…± …
∴ m± ∆
∆ m=
ΔV =
1
.∆m
m2
∴ V ±r ∆ V =( … ± … ) V
c=
V
r=c . V
IV.
∆ r =c . ∆ V
Hasil dan Pembahasan
4.1. ∴
Data
r ± ∆ r=( … ±…) Ω
1
I
R (Ω)
terhadap R
Percobaan I
Percobaan II (3
(1,5 V)
V)
No.
1
I
R (Ω)
I (mA)
(
1
mA
No.
1
I
R (Ω)
I (mA)
1
mA
)
1.
10
2.
20
3.
4.
40
5.
50
6.
10.
16
80
9.
14
90
0,0833
11 0,0909
Tabel 4.1.1.
10.
28
80
9.
26
90
0,0385
23
100
0,0357
0,0322
31
70
8.
0,0278
36
60
7.
0,0244
0,0714
12
100
0,0625
41
50
6.
0,0208
0,0556
48
40
5.
0,0169
18
70
8.
0,0476
59
30
4.
0,0133
21
60
7.
0,0385
75
20
3.
26
10
2.
0,0322
1.
0,0244
31
0,0172
41
30
)
58
(
0,0435
21
0,0476
Tabel 4.1.2.
Hasil percobaan dengan
Hasil percobaan dengan
sumber tegangan 1,5 V
sumber tegangan 3 V
4.2. Grafik
Gambar 4.2.1 Grafik
1
I
terhadap R pada tegangan 1,5 V
Gambar 4.2.2 Grafik
1
I
terhadap R pada tegangan 3 V
4.3. Pembahasan
Praktikum ini dilakukan dengan dua kali percobaan, yaitu
dengan sumber tegangan DC 1,5 V dan 3 V. Besar hambatan luar
divariasikan dari 10 Ω sampai 100 Ω hingga didapatkan 10 data kuat arus
listrik yang ditunjukkan oleh DC milliamperemeter.
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode
grafik, dimana
1
V
sebagai sumbu x,
1
I
sebagai sumbu y, dan R sebagai
gradien. Garis yang dihasilkan akan memotong pada titik (x,y) yang akan
menjadi c. Data yang diperoleh digunakan untuk membuat garis m, yang
kemudian menjadi patokan untuk mencari m1 dan m2. Untuk membuat garis
m1 dan m2, praktikan membuat bendera dengan panjang yang sama pada
koordinat data pertama dan data kesepuluh. Lalu, praktikan membuat garis
m1 dari bendera atas data kesepuluh dengan bendera bawah data pertama dan
garis m2 dibuat dari bendera bawah data kesepuluh dengan bendera atas data
pertama.
1,5
V
Hasil yang diperoleh pada percobaan I dengan sumber tegangan
adalah
m± ∆ m=0,8± 0,1 ,
V ± ∆V =1,2± 0,1 V ,
dan
r ± ∆ r=12,2 ±1 Ω . Hasil yang diperoleh pada percobaan II dengan sumber
tegangan 3 V adalah
m± ∆ m=0,4 ± 0,1 ,
V ± ∆V =2,6 ± 0,2V , dan
r ± ∆ r=26,2 ±2,2 Ω .
Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan bahwa semakin
besar nilai sumber tegangan yang digunakan, semakin kecil gradien pada
grafik, semakin besar nilai tahanan dalam. Hal ini menunjukkan bahwa
berbanding lurus dengan R, dimana R semakin besar,
besar, begitu pula sebaliknya, R semakin kecil,
ini sesuai dengan persamaan V =
V.
I
R
dimana
1
I
1
I
akan semakin
1
I
akan semakin kecil. Hal
R
1
.
I
Kesimpulan
5.1. Kesimpulan
Metode grafik dapat digunakan untuk menentukan nilai tahanan
dalam dan sumber tegangan
Semakin besar nilai sumber tegangan, semakin besar nilai tahanan
dalam
Nilai kuat arus (I) berbanding terbalik dengan nilai hambatan (R)
Hasil yang diperoleh pada percobaan I adalah m± ∆ m=0,8± 0,1 ,
V ± ∆V =1,2± 0,1 V , dan r ± ∆ r=12,2 ±1 Ω .
Hasil yang diperoleh pada percobaan II adalah m± ∆ m=0,4 ± 0,1 ,
V ± ∆V =2,6 ± 0,2V , dan r ± ∆ r=26,2 ±2,2 Ω .
5.2. Saran
Dalam
mengamati
skala
yang
ditunjukkan
pada
milliamperemeter, praktikan harus melihat tepat dari depan milliamperemeter
agar tidak terjadi kesalahan. Selain itu, praktikan juga harus teliti dalam
mengamati skala yang ditunjukkan.
DAFTAR PUSTAKA
Staff Laboratorium Fisika Dasar. 2016. Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar
Semester I, Jurusan Fisika. Yogyakarta : Laboratorium Fisika Dasar Jurusan
Fisika FMIPA UGM.
Angga, Rida (2014).
Fungsi
Resistor
Pada
Rangkaian
Elektronika.
http://skemaku.com/fungsi-resistor-pada-rangkaian-elektronika/, diakses pada 30
Oktober 2016 pukul 19.50 WIB.
Asisten,
Bangun Tri Susilo
Yogyakarta, 17 November 2016
Praktikan,
Kadek Alitya Ambarwati
LAMPIRAN
Percobaan I (V = 1,5 V)
No
R
(Ω)
.
1.
2.
58
20
41
30
40
50
5.
6.
7.
26
21
60
18
70
16
80
90
9.
31
8.
(
10
4.
(mA)
3.
I
14
12
10
100
11
1
I
1
)
mA
0,01
72
0,02
44
0,03
22
0,03
85
0,04
76
0,05
56
0,06
25
0,07
14
0,08
33
0,09
09
.
m =
0,818888889
≈
m1 =
y 2 -y1
x 2-x 1
=
( 0,0909-0,0172 ) 10 3
100−10
y 2 -y1
x 2-x 1
=
( 0,094−0,014 ) 103
100−10
=
80
90
=
y 2 -y1
x 2-x 1
=
( 0,088−0,020 ) 10 3
100−10
=
68
90
=
=
73,7
90
0,8
0,888888889
m2 =
0,755555556
=
Δm =
|0,818888889−0,888888889|+¿ 0,818888889−0,755555556∨ ¿
2
¿
=
0,07+0,063333333
2
=
0,133333333
2
= 0,066666667
0,1
∴ m± ∆ m=0,8± 0,1
V=
ΔV =
1
m
=
1
0,818888889
1
∆m
m2
=
= 1,221166893
V
1
. 0,066666667 =
(0,818888889) 2
1
.0,066666667 = 0,099416572
0,670579012
≈ 0,1
∴ V ± ∆ V =1,2± 0,1 V
r = c.V = 10. 1,221166893 = 12,21166893 ≈ 12,2 Ω
Δr = c. ΔV = 10.0,099416572 = 0,99416572 ≈ 1 Ω
∴ r ± ∆ r=12,2 ±1 Ω
≈ 1,2
Percobaan II (V = 3 V)
No
1.
2.
3.
4.
I
(Ω)
.
R
(mA)
10
20
1
I
(
75
59
30
48
40
41
1
)
mA
0,01
33
0,01
69
0,02
08
0,02
44
5.
6.
50
36
60
31
70
7.
8.
9.
28
80
26
90
23
10
100
0,02
78
0,03
22
0,03
57
0,03
85
0,04
35
0,04
21
76
.
m =
0,381111111
≈
m1 =
y 2 -y1
x 2-x 1
=
( 0,0476-0,0133 ) 10 3
100−10
=
34,3
90
=
y 2 -y1
x 2-x 1
=
( 0,0490−0,0115 ) 10 3
100−10
=
37,5
90
=
y 2 -y1
x 2-x 1
=
( 0,0460−0,0145 ) 10 3
100−10
=
31,5
90
= 0,35
0,4
0,416666667
m2 =
Δm =
|0,381111111−0,416666667|+¿ 0,381111111−0,35∨ ¿
2
¿
0,035555556+ 0,031111111
2
=
0,066666667
2
= 0,033333333
0,1
∴ m± ∆ m=0,4 ±0,1
V=
1
m
=
1
0,381111111
= 2,623906706
≈ 2,6
V
=
ΔV =
1
∆m
m2
=
1
.
(0,381111111 )2
0,033333333 =
1
. 0,033333333 = 0,229496213 ≈ 0,2
0,145245679
∴ V ± ∆ V =2,6 ± 0,2V
r = c.V = 10. 2,623906706 = 26,23906706 ≈ 26,2 Ω
Δr = c. ΔV = 10.0,229496213
∴ r ± ∆ r=26,2 ±2,2 Ω
= 2,29496213 ≈ 2,2 Ω