Manajemen Strategis lelang Smart City

Seminar Nasional Riset Terapan 2015 | SENASSET 2015
Serang, 12 Desember 2015

ISSN: XXXX-XXXX

MANAJEMEN STRATEGIS SMART CITY
Dr. Djoko Poernomo, M.Si
Jurusan Ilmu Administrasi Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember
Jl. Kalimantan 37 Jember
E-mail: poernomod@yahoo.com
poernomod19@gmail.com

ABSTRAKS
Tujuan paper ini mengalisis implementasi smart city (kota cerdas) dalam konteks manajemen strategis. Metode
penelitian menggunakan mentode penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data memanfaatkan data-data
sekunder melalui kajian pustaka. Data sekunder tersebut ialah konsep smart city dan contoh implementasinya,
konsep strategi dan manajemen strategis. Analisis data menggunakan content analysis. Hasilnya menunjukkan
bahwa penerapan konsep manajemen strategis sangat penting karena mampu memberikan pedoman yang jelas
apa yang harus dilakukan oleh perancang kota cerdas atau kota impian masa depan, mengingat konsep smart
city adalah konsep yang multitafsir. Pedoman yang dimaksud ialah para perancang kota cerdas atau kota

impian masa depan memiliki panduan langkah-langkah strategis, mulai dari membangun visi, misi, tujuan,
strategi, kebijakan, program dan ukuran-ukuran penilaian kinerja (kuantitatif dan kualitatif) dalam rangka
memberikan layanan terbaik kepada penduduknya.
Kata Kunci: Smart City, Strategi, Manajemen Strategis
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sepanjang kota dianggap lebih menarik oleh
orang dari desa atau kota besar lebih menjanjikan
masa depan yang lebih indah dari masyarakat yang
tinggal di kota kecil maka peluang terjadi urbanisasi
akan sangat besar. Orang desa pindah ke kota atau
orang kota pindah ke kota yang lebih besar lagi.
Kota atau kota besar lajimnya dianggap dapat
memberikan lapangan pekerjaan yang lebih baik
sehingga dapat memperbaiki kualitas kehidupan
mereka. Ketika urbanisasi terjadi maka kota
bertambah jumlah penduduknya dan perlahan namun
pasti permasalahan yang dihadapi kota makin
bertambah banyak seiring dengan makin padatnya
penduduk kota. Permasalahan tersebut misalnya

menyediakan perumahan sebagai tempat tinggal, air
minum, listrik, jalan, pendidikan, rumah sakit, pasar,
tempat hiburan, dan masih banyak lagi selain
lapangan pekerjaan.
Bagi petugas resmi pemerintahan kota tidak
mudah untuk mengatasi sejumlah permasalahan
yang cukup kompleks tersebut. Pendekatan
“tradisional” yang selama ini digunakan sudah tidak
memadai lagi untuk mengatasi permasalahan kota.
Esensi pendekatan tradisional ialah memecahkan
permasalahan secara “satu per satu” dan ini tidak
menyelesaikan permasalahan sebab satu masalah
barangkali selesai, masalah lainnya muncul, begitu
seterusnya. Oleh sebab itu dibutuhkan pendekatan
“serentak” atau pendekatan “simultan” atau
pendekatan “integral holistik/terintegrasi” untuk
mengatasi persoalan kota yang semakin kompleks,
menuju kota masa depan yang diimpikan oleh

penduduknya, yang lebih dikenal dengan sebutan

konsep Smart City atau kota “cerdas” atau kota
“impian masa depan”.
Di belahan dunia lain di luar Indonesia, konsep
smart city sudah dikenal. Ada yang masih berupa
pilot project, namun ada juga yang telah
menerapkan. Kota-kota utama dunia yang telah
mengimplementasikan konsep smart city misalnya
Seoul, New York, Tokyo, Shanghai, Singapore,
Amsterdam, London, Kairo, Dubai, Kochi dan
Malaga.
Kota-kota
yang
telah
mengimplementasikan
konsep
smart
city
menganggap kota sebagai “kota impian masa depan”
bagi penduduknya maupun pemerintahan kota.
Konsep smart city adalah sebuah pendekatan

cerdas dalam membangun kota impian yang bersifat
“integralistik atau terintegrasi” untuk mengatasi
permasalahan kota yang bertambah kompleks seiring
dengan jumlah penduduknya yang makin banyak,
yang berbanding lurus dengan kebutuhankebutuhannya, ekonomi maupun non ekonomi.
Akan tetapi tidak mudah mewujudkan impian “kota
cerdas” tersebut, dibutuhkan pemikiran strategis,
kreatif, inovatif yang sarat dengan penguasaan
pengetahuan yang memadai bagi perancangnya
untuk mengambil keputusan final. Strategis,
mengandung arti dikerjakan secara terencana demi
masa depan (futuristic), mulai dari identifikasi
masalah, pengelompokan masalah, proses abstraksi,
penentuan cara dan solusi masalah, serta
perencanaan untuk implementasi (Nugraha, 2014).
Kreatif, mengandung arti kemampuan menghasilkan
karya yang berguna dan baru, baik pada tataran
individu maupun organisasi (Schilling, 2013).

Seminar Nasional Riset Terapan 2015 | SENASSET 2015

Serang, 12 Desember 2015

Inovatif, mengandung arti implementasi praktis dari
sebuah ide menjadi sebuah alat atau proses baru
yang bermanfaat bagi individu, organisasi, dan
masyarakat (Schilling, 2013; Fontana, 2011). Ketiga
hal tersebut terintegrasi kedalam sebuah sistem
penataan kota. Implementasi konsep smart city akan
berjalan lebih efektif apabila pemerintahan kota
dalam merancang kota impian masa depan
menggunakan kerangka pemikiran manajemen
strategis. Tanpa menggunakan konsep manajemen
strategis dalam mengimplementasikan konsep smart
city, maka permasalahan yang muncul ialah
pemerintahan kota tidak akan mampu memberikan
layanan yang memuaskan kepada publik atau pihakpihak yang berkepentingan (stakeholders). Tujuan
penulisan paper ini ialah mengulas konsep smart
city dalam konteks manajemen strategis. Secara
metodologis, paper ini menggunakan kajian pustaka
dilengkapi dengan contoh penerapan konsep smart

city di kota London Canada dan contoh kota menuju
smart city di Indonesia.
1.2 Referensi
Smart City
Konsep smart city multi tafsir. Yang
menjadikan multi tafsir pada hakekatnya ialah istilah
atau konsep “smart”. Yahya (2013) mengartikan
smart sebagai bersikap, berpikir dan bertindak
secara cerdas dalam pekerjaan yang dilakukan.
Lebih jauh ia mengatakan smart terwujud oleh olah
rasa melalui intuisi yang tajam, olah rasio melalui
kreativitas dan inovasi yang menghasilkan terobosan
(breakthrough), dan olah raga melalui aksi-aksi
yang impresif. Korea Selatan, menerjemahkan smart
city sebagai kota “pengetahuan”, kota “digital”, kota
“cyber” atau kota “eco” sekaligus. Mencermati hal
tersebut, konsep smart city menggambarkan konsep
yang terbuka atas tafsir-tafsir yang diberikan oleh
pihak yang berkepentingan (misalnya pemerintahan
kota), tergantung kepada para perencana kota

mendisain tujuan kota kearah mana. Akan tetapi,
apapun tafsir yang diberikan untuk konsep smart
city, esensi yang tidak boleh hilang ialah
pembenahan atau pembangunan kota yang dilakukan
secara berkelanjutan, tetap memperhitungkan aspek
fungsional, struktural, dan estetika, melalui
penggunaan teknologi komunikasi dan informasi
sebagai basis infrastrukturnya.
Secara fungsional dimaksudkan kota impian
masa depan harus mampu mengakomodasi orangorang (masyarakat) dengan fungsinya masingmasing, apakah sebagai pelaku ekonomi atau bisnis,
pelaku sosial, pelaku pemerintahan, yang bisa
bekerja dengan tenang, aman, dan nyaman dengan
didukung oleh infrastruktur (jalan raya dan jalan
kereta api, jembatan, pelabuhan, bandara,
perbankan, teknologi informasi, dsb). Secara
struktural, yang dimaksudkan ialah kota impian
masa depan harus mampu menjamin kelembagaan
dan sistem kelembagaan berjalan lancar, baik dalam
konteks ekonomi atau bisnis, sosial, dan


ISSN: XXXX-XXXX

pemerintahan. Secara estetika, dimaksudkan kota
impian masa depan dirancang dengan pendekatan
ramah lingkungan, ramah orang, ramah teknologi,
ramah tata kelola, tidak meninggalkan keindahan,
ramah moralitas, tidak ada eksternalities yang
membahayakan, dsb). Menurut Department for
Business Innovation & Skills (2013) ada lima aspek
yang sangat penting untuk dapat dijadikan sebuah
pendekatan dalam membangun kota impian masa
depan, yakni:
 a modern digital infrastructure, combined with a
secure but open access approach to public reuseable data, which enables citizens to access
the information they need, when they need it;
 a recognition that service delivery is improved
by being citizen centric:this involves placing the
citizen’s needs at the forefront, sharing
management information to provide a coherent
service, rather than operating in a multiplicity of

service silos (for example, sharing changes of
address more effectively), and offering internet
service delivery where possible (at a fraction of
the face to face cost);
 an intelligent physical infrastructure (“smart”
systems or the Internet of Things), to enable
service providers to use the full range of data
both to manage service delivery on a daily basis
and to inform strategic investment in the
city/community (for example, gathering and
analysing data on whether public transport is
adequate to cope with rush hour peaks);
 an openness to learn from others and experiment
with new approaches and new business models;
and
 transparency of outcomes/performance, for
example, city service dashboards to enable
citizens to compare and challenge performance,
establishment by establishment, and borough by
borough.

Singkatnya, kota impian masa depan harus mampu
membuat
penduduknya
yang
beraktivitas,
melakukannya dengan tenang, aman, nyaman,
senang, dan bahagia tinggal didalamnya.
Strategi & Manajemen Strategi
Menurut Hitt et al (2005), strategi didefinisikan
sebagai: “strategy is an integrated and coordinated
set of commitments and actions designed to exploit
core competencies and gain a competitive
advantage”. Pada dasarnya strategi dapat diartikan
sebagai sejumlah rencana yang luas, sistematis,
terintegrasi
dalam
satu
kesatuan,
yang
menghubungkan keunggulan atau kompetensi inti

organisasi terhadap lingkungannya, yang dalam
hubungan tersebut, semuanya menerima manfaat,
baik ekonomi maupun non ekonomi. Menelaah
pengertian di atas, dapat dinyatakan elemen strategi
terdiri atas sejumlah rencana, terintegrasi,
menghubungkan internal-eksternal, dan bermanfaat.
Menurut Sampurno (2011), strategi yang baik
semestinya seperti ini: (i) efektif untuk memecahkan

Seminar Nasional Riset Terapan 2015 | SENASSET 2015
Serang, 12 Desember 2015

masalah yang sedang terjadi, (ii) praktis dalam
pengertian bisa dilaksanakan dalam situasi yang ada
dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki
oleh organisasi, (iii) feasible dalam reasionable time
frame, (iv) cost effective dan dapat diterima oleh
stakeholders, dan (v) mesti pula memperhatikan
adanya kesesuaian (fits) antara sumber daya dan
kompetensi dengan peluang dan fits antara risiko dan
ekspektasi. Oleh sebab itu, strategi perlu dikelola
secara profesional.
Menurut Nugraha (2014), manajemen strategi
didefinisikan sebagai seni dan ilmu pengetahuan
yang merumuskan, mengimplementasikan, dan
menilai keputusan-keputusan yang cross-functional
yang memungkinkannya suatu organisasi mencapai
tujuan-tujuannya (objectives). Suyanto (2007) dilain
sisi menyatakan manajemen strategi merupakan
sekumpulan keputusan dan tindakan yang dirancang
untuk mencapai tujuan atau sasaran organisasi.
Lebih jauh ia menjelaskan manajemen strategi
melibatkan pengambilan keputusan berjangka
panjang dan rumit serta karenanya berorientasi ke
masa depan, yang untuk itu membutuhkan sumber
daya yang besar dan partisipasi berbagai tingkatan
manajemen dalam organisasi. Hunger dan Wheelen
(1996) mendefinisikan manajemen strategis sebagai
serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang
menentukan kinerja organisasi dalam jangka panjang
meliputi pengamatan lingkungan, perumusan
strategi, implementasi strategi, dan evaluasi serta
pengendalian. Berpijak dari sejumlah pengertian di
atas maka dapat digarisbawahi bahwa manajemen
strategis menekankan pada pengamatan dan evaluasi
peluang dan ancaman lingkungan eksternal dari
sudut kekuatan dan kelemahan organisasi.
Kemudian
organisasi
akan
memanfaatkan
kekuatannya untuk mengeksploitasi peluang yang
ada sedemikian rupa (maksimal).
2. METODE PENELITIAN
Paper atau karya ilmiah ini tidak ditujukan untuk
menguji hubungan kausal antar variabel (causal
correlation). Oleh sebab itu, tidak ada populasi dan
teknik penarikan sampel sebagaimana dituntut pada
penelitian uji hubungan atau pengaruh antar variabel
dan generalisasi pada paper ini. Paper ini
menawarkan sebuah kajian manajemen strategis
yang sangat layak dipertimbangkan dalam
implementasi smart city karena keluarannya dapat
lebih
memuaskan
stakeholders
dibanding
pendekatan lainnya (non manajemen strategis).
Paper ini menggunakan metode penelitian
deskriptif dengan teknik pengumpulan data
memanfaatkan data-data sekunder melalui kajian
pustaka. Data sekunder tersebut ialah konsep smart
city dan contoh implementasinya, serta konsep
strategi dan manajemen strategi. Analisis data
menggunakan content analysis, yakni menelaah
secara kritis terhadap data-data yang diperoleh dan
menyimpulkan serta memberi rekomendasi atau
saran-saran yang diperlukan.

ISSN: XXXX-XXXX

3. PEMBAHASAN
Kajian manajemen strategis sangat tepat untuk
dipakai dalam mengimplementasikan konsep smart
city dalam membangun kota impian masa depan
disebabkan pendekatan yang digunakan bersifat
integral terintegrasi, yakni memperhatikan atau
menganalisis faktor internal (endowment) dan
eksternal secara berimbang. Faktor eksternal adalah
elemen-elemen yang ada di luar organisasi
pemerintahan kota sedangkan faktor internal adalah
elemen-elemen yang ada di dalam (dimiliki)
organisasi pemerintahan kota. Elemen atau faktorfaktor di luar organisasi pemerintahan kota misalnya
faktor sosial, ekonomi atau bisnis, budaya, politik,
yang terus bergerak (berubah) relatif dinamis yang
seringkali memberi tekanan-tekanan kepada
pemerintahan kota. Apabila pemerintahan kota tidak
siap, maka tekanan-tekanan tersebut akan
memberikan efek negatif (misalnya demonstrasi
masyarakat). Biasanya faktor-faktor eksternal
tersebut relatif sulit dikendalikan oleh pemerintahan
kota. Berbeda dengan faktor eksternal, faktor
internal
relatif
mudah
dikendalikan
oleh
pemerintahan kota. Faktor internal tersebut misalnya
pegawai (jumlah orang dan penguasaan pengetahuan
serta keahlian atau keterampilannya), struktur
organisasi, kultur, sistem dan teknologi informasi.
Akan tetapi karena mudah dikendalikan, faktor
internal tidak jarang kurang diperhatikan. Ini
ibaratnya menanam bom waktu yang suatu saat akan
meledak menghancurkan. Oleh sebab itu semua
faktor perlu di analisis secara serius. Dalam teori
manajemen strategis biasanya analisis lingkungan
menggunakan analisis SWOT (strengtheness,
weaknessess, opportunities, dan threats). Keluaran
dari analisis SWOT ialah berupa profil keunggulan
strategis (strategic advantage profile) yang menjadi
pijakan untuk menyusun langkah-langkah strategis
berikutnya. Menurut Hunger & Wheelen (1996),
langkah-langkah berikutnya tersebut ialah menyusun
visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program,
anggaran, prosedur, dan diakhiri dengan mengukur
kinerja. Lalu bagaimana cara memanfaatkan konsep
manajemen strategis? Berikut langkah-langkahnya.
Pentingnya Visi dan Misi
Visi adalah suatu pandangan yang jauh tentang
organisasi, tujuan-tujuan organisasi, dan apa yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut
(Dirgantoro, 2004). Mencermati hal tersebut, visi
sarat dengan nilai-nilai filosofis (abstrak) yang butuh
diturunkan kedalam nilai-nilai stratejik dan konkrit.
Membangun kota dengan menerapkan konsep smart
city sangat dibutuhkan visi yang jelas dan kuat dari
para penanggung jawab atau perancangnya
(misalnya pimpinan organisasi pemerintahan kota).
Visi adalah cita-cita atau impian yang hendak
diwujudkan di masa depan tertentu. Visi kota impian
masa depan harus mampu mengintegrasikan nilainilai ekonomi atau bisnis, sosial, pemerintahan, dan

Seminar Nasional Riset Terapan 2015 | SENASSET 2015
Serang, 12 Desember 2015

nilai-nilai lainnya. Oleh sebab itu, visi harus jelas
dan fokus. Tidak mudah membangun visi karena
perlu menerawang, meramalkan, memperkirakan,
dan menganalisis dengan banyak faktor yang
dipertimbangkan
sekian
tahun
ke
depan.
Konsekwensinya,
penguasaan
pengetahuan
(terutama tacit knowledge) yang cukup bagi
pemerintahan kota sangat diperlukan untuk
membangun visi yang tepat. Kota impian masa
depan yang seperti apa yang akan diwujudkan oleh
pemerintahan kota sudah ada dipikiran pimpinan
organisasi pemerintahan kota, dan akan terwujud
tidak lama lagi (misalnya 10 tahun lagi). Contoh visi
kota impian masa depan London Canada tahun
2015-2019 ialah “A leader in commerce, culture,
and innovation – our region’s connections to the
world” yang dapat dimaknai sebagai menjadi
pemimpin dalam perdagangan, budaya, dan inovasi
di dunia. Sedangkan di Indonesia, misalnya visi kota
impian masa depan Kabupaten Sragen di Provinsi
Jawa Tengah tahun 2006-2011 yang diderivasi dari
Visi Pembangunan Daerah Jangka Panjang Tahun
2006-2025 sebagai berikut: “Sragen menjadi
Kabupaten Cerdas: Kabupaten Sragen terdepan
dalam inovasi kepemerintahan yang membangun
kepercayaan rakyat, menuju Sragen sejahtera”
(Nugraha, 2014). Kedua visi di atas sangat filosofis,
sarat makna.
Visi organisasi perlu diturunkan kedalam misi.
Misi organisasi pada dasarnya menjelaskan
kegunaan dan alasan mengapa suatu organisasi (kota
impian masa depan) ada. Menurut Purnomo dan
Zulkieflimansyah (2005), misi organisasi harus ada
karena ia merupakan raison d’tre organisasi. Lebih
jauh mereka menyatakan manfaat misi organisasi
sebagai berikut: (i) membantu memfokuskan sumber
daya secara umum, (ii) membantu memastikan
bahwa organisasi tidak terlibat dalam konflik
kepentingan, (iii) berfungsi sebagai dasar pemikiran
umum untuk mengalokasikan sumber daya
organisasi, (iv) membentuk wilayah tanggung jawab
kerja yang luas dalam organisasi, dan (v) berfungsi
sebagai dasar pengembangan tujuan organisasi.
Dengan demikian misi adalah pernyataan tentang
alasan
mengapa
organisasi
eksis.
Misi
mengkomunikasikan kepada publik apa itu kota
impian masa depan dan apa yang dikerjakan
sekarang. Misi kota impian masa depan bisa disusun
dengan jangkauan yang luas atau sempit. Contoh
misi kota London Canada tahun 2015-2019 ialah “At
your service – a respected and inspired public
service, building a better city for all” yang kemudian
dilengkapi dengan nilai-nilai atau values system:
“individual responsibility, collective accountability,
collaboration, and innovation”. Itulah (vision,
mission, dan values) yang menjadi pedoman dalam
menyusun strategic planning kota London Canada
2015-2019. Contoh di Indonesia ialah misi
Kabupaten Sragen tahun 2006-2011 yang diturunkan
dari visinya oleh pimpinan pemerintahannya sebagai

ISSN: XXXX-XXXX

berikut: “Mewujudkan Rakyat Yang Unggul,
Produktif, dan Sejahtera” (Nugraha, 2014).
Pernyataan “yang unggul”, “produktif”, dan
“sejahtera” tentu saja telah dijabarkan lebih terinci
lagi kedalam tujuan-tujuan pembangunan Kabupaten
Sragen oleh pimpinan organisasi pemerintahan
kabupaten.
Perumusan Tujuan
Rumusan tujuan organisasi kota impian masa
depan dijabarkan dari misi organisasi. Lajimnya
tujuan organisasi merumuskan apa yang akan
diwujudkan, kapan akan dilakukan, dan apa ukuranukuran keberhasilan mewujudkan tujuan. Tujuan
bisa dirumuskan menjadi tujuan jangka panjang,
jangka menengah, dan jangka pendek. Tujuan
jangka panjang bisa sampai 20 tahun kedepan,
jangka menengah bisa 5 tahun sampai 10 tahun, dan
tujuan jangka pendek bisa ukurannya satu tahun.
Tujuan tersebut bisa lebih dari satu, dan tersusun
dalam pernyataan-pernyataan. Sebaiknya, rumusan
tujuan selain berupa pernyataan kualitatif juga
disertai dengan ukuran-ukuran kuantitatif agar
mudah diukur kinerjanya di kemudian hari
(misalnya dalam kurun satu tahun).
Sebagai ilustrasi, berikut ini ialah sebagian
tujuan Kabupaten Sragen dalam periode tahun 20062011: mengurangi jumlah penduduk miskin,
memperluas
penyediaan
lapangan
kerja,
meningkatkan jumlah dan mutu SDM pemerintahan
dan masyarakat secara keseluruhan, penyediaan
sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan,
menciptakan iklim usaha yang kondusif, mengurangi
tingkat kesenjangan laju pertumbuhan dan
pembangunan antar wilayah, menjaga keseimbangan
dan kelestarian alam dalam pembangunan
berwawasan lingkungan. Ini adalah contoh tujuan
yang bersifat kualitatif. Tujuan yang bersifat
kuantitatif misalnya jumlah penduduk miskin turun
dari 3% pada periode lalu menjadi 5% pada periode
sekarang, penyediaan lapangan pekerjaan pada
periode sekarang meningkat menjadi 10% dibanding
periode lalu yang hanya 6%, dan begitu seterusnya.
Perumusan Strategi
Sudah dibahas di atas tentang konsep strategi.
Singkatnya strategi adalah action plan atau rencana
aksi untuk mewujudkan tujuan-tujuan organisasi.
Mengikuti tujuan organisasi, maka pimpinan
organisasi pemerintahan kota impian masa depan
bisa merumuskan strategi dengan mengoptimalkan
seluruh kekuatan atau keunggulan sumber daya
untuk merealisir sejumlah tujuan jangka pendek
yang telah ditetapkan. Apabila tujuan jangka pendek
berhasil diwujudkan, strategi diarahkan ke tujuan
jangka menengah, begitu pola berpikir strategis yang
efektif.
Sebaiknya perumusan strategi bersifat luwes atau
fleksibel agar memudahkan melakukan perubahanperubahan atau penyesuaian-penyesuaian apabila
tuntutannya mengharuskan demikian. Misalnya
adanya perubahan yang begitu dramatis di

Seminar Nasional Riset Terapan 2015 | SENASSET 2015
Serang, 12 Desember 2015

lingkungan eksternal, contoh temuan teknologi
informasi yang “memaksa” organisasi pemerintahan
dalam
melayani
masyarakat
mengharuskan
menggunakan teknologi informasi terbaru agar
pelayanan menjadi lebih cepat, lebih efesien, dan
lebih memuaskan.
Contoh, dalam merancang kota impian masa
depan, area fokus strategis (strategic areas of focus)
kota London Canada 2015-2019 diarahkan kepada
kekuatan
penduduknya
(strengthening
our
community), pertumbuhan ekonominya (growing our
economy), terkemuka dalam layanan public (leading
in public service), dan membangun kota yang dapat
berkelanjutan (building a sustainable). Kekuatan
penduduk bertumpu pada (i) vibrant, connected, and
engaged neighbourhoods; (ii) diverse, inclusive, and
welcoming
community;
(iii)
caring
and
compassionate service; (iv) amazing arts, culture,
and recreation experiences. Pertumbuhan ekonomi
bertumpu pada (i) diverse and resilient economy; (ii)
urban regeneration; (iii) local, regional, and global
innovation;
(iv)
strategic,
collaborative
partnerships; (v) diverse employment opportunities.
Terkemuka dalam layanan publik berpijak pada (i)
open, accountability, and responsive government;
(ii) innovative and supportive organizational
practices; (iii) proactive financial management; (iv)
collaborative, engaged leadership; (v) excellent
service delivery. Membangun kota berkelanjutan
berpijak pada (i) robust infrastructure; (ii)
convenient and connected mobility choices; (iii)
strong and healthy environment; (iv) beautiful
places and spaces; (v) responsible growth; (vi)
heritage conservation. Dari sejumlah tumpuan atau
pijakan tersebut kemudian dirumuskan masingmasing strateginya dengan memfokuskan pada dua
pertanyaan utama: (i) apa yang harus dilakukan? dan
(ii) bagaimana melakukannya? Lalu dijabarkan lebih
detil point-point penting dari kedua pertanyaan
tersebut. Ilustrasi rencana strategis kota London
Canada tersebut memperlihatkan bahwa semua harus
dikerjakan
dengan
matang,
cermat,
dan
komprehensif. Demikian pula seyogyanya yang
perlu kita lakukan ketika kita hendak membangun
kota impian masa depan.
Contoh strategi pemerintahan Kabupaten Sragen
tahun 2011 untuk mewujudkan tujuan-tujuannya,
antara lain sebagai berikut: menciptakan inovasi
kepemerintahan entrepreneur dengan pelayanan
publik yang prima, membentuk SDM yang unggul
dan berdaya saing, menumbuhkembangkan ekonomi
rakyat yang berbasis desa, memandirikan
masyarakat untuk hidup sehat jasmani, rohani, dan
peduli kelestarian lingkungan, inovasi pengetahuan
dan teknologi untuk meningkatkan kualitas,
produktivitas, dan efisiensi pembangunan yang
berkelanjutan.
Perumusan kebijakan, program, anggaran
Kebijakan pada hakekatnya dapat diartikan
sebagai pedoman untuk melakukan tindakan-

ISSN: XXXX-XXXX

tindakan. Rumusan strategi yang sudah dirancang
perlu diikuti dengan kebijakan-kebijakan yang
berhubungan langsung dengan pelaksanaan strategi
agar efektif. Namun kebijakan saja belum cukup,
juga harus dilengkapi pula dengan penyusunan
program dan anggaran. pada dasarnya program
adalah muatan sejumlah kegiatan yang konkrit, detil,
dan spesifik yang merupakan derivasi dari strategi.
Dalam program terkandung kegiatan, sumber daya
yang dialokasikan (manusia, keahlian atau
keterampilan, waktu mulai kerja dan selesai kerja,
biaya yang diperlukan, dan target kinerja yang
diinginkan).
Penilaian kinerja
Implementasi strategi (pembangunan) kota
impian masa depan harus dapat dinilai atau diukur
keberhasilannya. Ukurannya bisa kuantitatif dan
kualitatif. Sebaiknya kedua ukuran tersebut
digunakan sebab bisa jadi ada hal-hal yang tidak
bisa diukur dengan menggunakan ukuran-ukuran
kuantitatif. Hasil pengukuran tersebut kemudian bisa
dikroscek (sebagai umpan balik) kepada tujuantujuan pembangunan kota impian masa depan yang
telah ditetapkan sebelumnya, apakah sudah tercapai
atau belum.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, kesimpulan
yang dapat ditarik dari tulisan ini sebagai berikut: (i)
membangun kota dengan menerapkan konsep smart
city memerlukan pendekatan yang komprehensif
yang terintegrasi kedalam satu kesatuan (sistem)
dengan satu tujuan pokok, yakni melayani semua
kebutuhan masyarakat dengan cepat, tepat, ramah,
dan
memuaskan,
dengan
bertumpu
pada
pemanfaatan teknologi informasi secara maksimal;
(ii) pemanfaatan konsep manajemen strategi dalam
membangun kota impian masa depan memberikan
pedoman yang sangat jelas terhadap langkahlangkah strategis sehingga segala sesuatunya akan
teridentifkasi dengan jelas pula. Ini menyebabkan
tingkat keberhasilan membangun kota impian masa
depan sangat besar.
Membangun atau mempertahankan keberlanjutan
kota impian masa depan tidaklah mudah karena kota
tersebut multifungsi (ekonomi atau bisnis, sosial,
budaya, pendidikan, wisata, tempat tinggal). Oleh
sebab itu, saran yang diusulkan ialah dibutuhkan
komitmen yang tinggi bagi masyarakat maupun
aparatur pemerintahan kota untuk menjaga
ketertiban dan kenyamanan beraktivitas dan
bertempat tinggal di kota tersebut.
PUSTAKA
Agung, Julianto, 2003, Manajemen Strategis,
terjemahan dari Strategic Management, by J.
David Hunger & Thomas L. Wheelen (1996),
Yogyakarta, Penerbit Andi.
Dirgantoro, Crown, 2004, Manajemen Stratejik,
Jakarta, Penerbit PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia.

Seminar Nasional Riset Terapan 2015 | SENASSET 2015
Serang, 12 Desember 2015

Fontana, Avanti, 2011, Innovative We Can:
Manajemen Inovasi dan Penciptaan Nilai
Individu, Organisasi, dan Masyarakat,
Bekasi, Penerbit Cipta Inovasi Sejahtera.
Hit, M.A., R.D, Ireland & Robert E. Hoskisson,
2005, Strategic Management, USA, SouthWestern, Thomson Corporation.
Lazuardi, Ahmad Lintang, 2015, Manajemen
Strategis Inovasi dan Teknologi, terjemahan
dari Strategic Management of Technological
Innovation, by Mellissa A. Schilling (2013),
Yogyakarta, Penerbit Pustaka Pelajar.
Nugraha, M. Quadrat, 2014, Manajemen Strategis
Pemerintahan, cetakan ketiga, Jakarta,
Penerbit Universitas Terbuka.
Purnomo, Setiawan Hari, Zulkieflimansyah, 2005,
Manajemen Strategi, Jakarta, Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sampurno, 2011, Manajemen Stratejik:
Menciptakan Keunggulan Bersaing Yang
Berkelanjutan, Cetakan kedua, Jogyakarta,
Gadjah Mada University Press.
Suyanto M, 2007, Strategic Management: Global
Most Admired Companies, Yogyakarta,
Penerbit Andi.
Yahya, Arief, 2013, Great Spirit Grand Strategy:
Corporate Philosophy, Leadership
Architecture, and Corporate Culture for
Sustainable Growth, Jakarta, Penerbit PT.
Gramedia.
Department for Business, Innovation and Skills:
Smart Cities, 2013, 1 Victoria Street London,
Crown copyright.
Strategic Plan for the City of London Canada
20150219, download, 11 November 2015.

ISSN: XXXX-XXXX