Eksistensi Undang Undang Perkawinan Pera
A. Judul
Hal yang mendasari lahirnya Undang Undang Perkawinan, Peradilan Agama , dan
KHI
B. Permasalahan
Apa alasan di Indonesia terdapat UU Perkawinan, Pengadilan Agama, dan
KHI dilihat dari prespektif sejarah ?
Teori apa yang mendasari sehingga hukum Islam dapat diterima secara
nasional ?
Bagaimana perjalanan dibentuknya UU Perkawinan, Peradilan Agama, dan
KHI di Indonesia ?
C. Pembahasan
Mengingat sejarah perkembangan hukum Islam di Indonesia tidak dapat
dipisahkan dari sejarah Islam itu sendiri. Mulai dari sejarah awal masuk islam di
Indonesia pada abad VII M yang dibawa oleh pedagang pedagang Arab, pada saat
itulah islam mulai masuk di Indonesia. Pedagang tersebut ke Indonesia tidak hanya
untuk berdagang saja , namun secara tidak langsung mereka menyebarkan agama
mereka di bumi Nusantara ini. Selain itu para pedangan singgah terlalu lama , dan
terkadang mereka jatuh cinta dan menikahi wanita pribumi. Sehingga dalam
pernikahan tersebut berlakulah tata cara Islam. Hal yang dapat membuktikan bahwa
persebaran Islam tersbeut nyata adalah adanya kerajaan kerjaan di nusantara yang
bercorak Islam seperti Kerajaan Samudra Pasai, Demak, Aceh dan lainnya.
Dalam perkembangannya mulai dari abad XVII , XVIII, XIX bayak sekali
fikih yang diterbitkan oleh para ulama yang kemudian dari fikih itulah para penganut
Islam melaksanakan hukum Islam. Fikih yang ada selalu saja bercorak Syafi’iyah dan
Tasawuf Sunni. Menarik untuk dicermati bahwa perkembangan hukum Islam hampir
bisa dikatakan sempurna , mencakup masalah muamalah, ahwal
syakhisiyyah(perkawinan,perceraian,dan warisan), peradilan dan dalam masalah
ibadah.
Dari uraian singkat sejarah hukum Isalam diatas dapat dicermati bahwa hukum
Islam dari masa sebelum masuknya era penjajahan pun sudah dapat diterapkan
dengan baik berdasarkan sumber sumber fikih yang dibuat oleh ulama. Hal itulah
mengapa pada saat Belanda datang ke indonesiapun , rakyat pribumi tetap
mempertahankan kaidah kaidah tersebut. Perkembangan pada masa penajajahan
Belanda dapat dilihat dari dua bentuk. Pertama, adanya toleransi pihak Belanda
melalui VOC yang memberikan ruang agak luas bagi perkembangan hukum Islam.
Kedua adanya intervensi Belanda terhadap hukum Adat. Setelah kekuasaan VOC
berakhir dan digantikan oleh Belanda , terjadi perubahan secara perlahan lahan yaitu
Belanda karena merasa berkuasa terhadap Indonesia maka Belanda ingin menata dan
mengubah kehidupan hukum di Indonesia dengan hukum Belanda. Berikut adalah
teori yang mendasari
1. Teori receptie in Complexu
Digagas oleh Salomon Keyzer yang dikuatkan oleh Christian Van den
Berg yaitu hukum mengikut agama yang dianut seseorang jika orang
itu memeluk agama Islam, hukum Islamlah yang berlaku baginya.
2. Teori Receptie
Teori ini dikembangkan oleh C Van Vollenhoven dan Ter Harr , dalam
teori ini menjelaskan bahwa hukum Islam akan memiliki kekuatan
hukum kalau telah benar benar diterima oleh hukum adat.
Namun , menurut Ichtiyanto lahirnya teori tersebut lahir muncul karena Hurgronje
khawatir terhadap pengaruh pan islamisme oleh Sayid Jamaluddin al-Afghani di
Indonesia. Baginya jika umat Islam mengamalkan ajaran agamanya terutama sistem
hukumnya secara menyeluruh, maka umat islam akan menjadi kuat dan sulit untuk
dipengaruhi tepatnya dijajah oleh Belanda.
Sampai pada saat Jepang datang ke Indonesia , Jepang lebih memilih untuk
tidak terlalu mengubah beberapa hukum dan peraturan yang ada. Karena jepang tidak
begitu lama dalam menduduki Indonesia maka pengaruh kebijakan pemerintahan
jepang terhadap Hukum Islam di Indonesia tidak begitu tampak.
Pada masa kemerdekaan salah satu maknanya adalah terbebasnya Indonesia
dari pengaruh hukum Belanda. Setelah Indonesia merdeka walaupun peraturan
peraihan menyatakan bahwa hukum yang lama masih berlaku selama jiwanya tidak
bertentangan dengan UUD 1945 , seluruh peraturan pemerintahan Belanda yang
berdasarkan teori receptie tidak berlaku lagi karena jiwanya bertentangan dengan
UUD 1945. Berdasarkan teori receptio a contratrio: hubungan hukum adat dengan
hukum Islam , teori ini mengandung sebuah pemikiran bahwa hukum adat akan
berlaku jika tidak bertentangan dengan hukum Islam. Proses transformasi hukum
Islam menjadi hukum nasional berlangsung sedikit lebih lambat dari yang
diperkirakan, mengingat hukum Islam sudah berlaku di Indonesia sejak berdirinya
kerjaan kerajaan Islam hingga pada masa Belanda pun juga masih depertahankan ,
namun setidaknya departemen agama sudah dibentuk pada saat itu yaitu pada 3
Januari 1946 , hal itu merupakan tonggak awal dari perjalanan hukum Islam di
Indonesia.
Kemudian permasalahan yang dibahas selanjutnya adalah bagaimana dengan
perkembangan hukum Islam ketika sudah dibentuk Departemen Agama. Sebenarnya
pada tanggal 16 Agustus 1973 pemerintah mengajukan RUU Perkawinan, namun
sebulan sebelum diajukannya RUU tersebut pemerintah mendapatkan pertentangan
keras dari umat Islam karena mereka menganggap RUU tersebut akan menyimpangi
fikih fikih Islam yang selama ini mereka jadikan pedoman. Namun , pemerintah harus
tetap mengajukan RUU tersebut karena sangat besar jumlah penduduk Indonesia yang
beragama Islam, untuk menciptakan kepastian hukum dan melindungi umat Islam di
Indonesia maka perlulah hukum Islam tersebut diundangkan. Pada akhirnya melalui
lobbying antara tokoh agama dan pemerintah RUU tersebut mendapat persetujuan
untuk disahkan dengan mencoret beberapa pasal yang menurut kalangan Islam adalah
memberatkan. Dengan disahkannya UU No 1 tahun 1974 hukum Islam memasuki
fase baru dengan apa yang disebut dengan fase taqnin(fase pengundangan). Banyak
sekali ketentuan fikih islam tentang perkawinan yang ditransformasikan ke dalam UU
tersebut.
Kemudian bagaimana dengan peradilan agama, menteri agama Munawir
Sjadzali lah yang membawa RUU Peradilan Agama ke sidang DPR. Sama seperti
alasan mengapa dibutuhkannya mengundangkan hukum Islam yaitu karena penduduk
Indonesia adalah berama Islam. Maka dari itu dibutuhkan suatu pengadilan khusu
yang berkompetensi dalam agama Islam dalam mengatsi sebuah sengketa. Hampir
semua fraksi dapat menerima RUU tersebut , banyak juga pro dan kontra mengenai
peradilan agama. Hal tersebut berhenti ketika disahkannya UU No 7 Tahun 1989
tentang peradilan agama.
Keberhasilan umat Islam Indonesia (menteri agama,ulama) dalam menggolkan
RUU Peradilan Agama, tidaklah berarti semua persoalan yang berkaitan dengan
hukum islam di Indonesia menjadi selesai. Ternyata persoalan yang dihadapi adalah
putusan hakim apabila mengadapi sengketa tentang hukum Islam. Hal itu dikarenakan
tidak ada kodifikasi untuk hukum Islam, tidak tersedianya kitab materi hukum islam
yang sama sehingga para hakim yang memiliki perbedaan pendapat dalam memutus
perkarapun terjadi. Hal tersebut membuat para hakim tidak mempunyai kesamarataan
pedoman hukum dalam mnegatasi sengketa yang terjadi dalam peradilan agama.
Karena keadaan seperti yang disebutkan di atas , kebutuhan untuk menysun
kita hukum islam serasa perlu dilakukan. Penyusunan kompilasi ini bukan saja
didasarkan pada kebutuhan adanya keseragaman refenrensi putusan di peradilan
agama Indonesia, tetapi juga disandarkan pada keharusan terpenuhinya perangkat
perangkat sebuah peradlan yaitu kitab materi hukum Islam yang digunakan di lembaa
peradilan tersebut. Gagasan tentang KHI tersebut akhirnya dapat diwujudkan yang
ditindaklanjuti oleh keluarnya Instruksi Presiden No 1 Tahun 1991 kepada menteri
Agama untuk menyebar luaskan Kompilai Hukum Islam yang terdiri dari buku I
tentang Perkawinan, Buku II tentang Kewarisan, Buku III tentang Perwakafan.
Kemudian Inpres tersebut ditindak lanjuti dengan SK menteri Agama No 154 Tahun
1991 tanggal 22 Juli 1991.
Dengan adanya KHI tersebut , maka saat ini di Indonesia tidak ditemukan lagi
keputusan pluralisme dalam peradilan agama, karena kitab yang menjadi pedoman
atau refenensi para hakim di peradilan Agama adalah sama. Selain itu fikih yang
selama ini bukan hukum positif di Indonesia telah ditransformasikan menjadi hukum
positif yang tertera dalam KHI yang mengikat seluruh umat Islam di Indonesia.
Daftar Pustaka
Nuruddin, Amiur dan Tarigan,A Azhari.2004.Hukum Perdata Islam di Indonesia.Jakarta:Kencana
Prenadamedia Group
ANALISIS
LAHIRNYA UU PERKAWINAN , PERADILAN
AGAMA , DAN KHI
DI INDONESIA
OLEH:
UNGGAR PRAMITA SARI
145010100111043
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Hal yang mendasari lahirnya Undang Undang Perkawinan, Peradilan Agama , dan
KHI
B. Permasalahan
Apa alasan di Indonesia terdapat UU Perkawinan, Pengadilan Agama, dan
KHI dilihat dari prespektif sejarah ?
Teori apa yang mendasari sehingga hukum Islam dapat diterima secara
nasional ?
Bagaimana perjalanan dibentuknya UU Perkawinan, Peradilan Agama, dan
KHI di Indonesia ?
C. Pembahasan
Mengingat sejarah perkembangan hukum Islam di Indonesia tidak dapat
dipisahkan dari sejarah Islam itu sendiri. Mulai dari sejarah awal masuk islam di
Indonesia pada abad VII M yang dibawa oleh pedagang pedagang Arab, pada saat
itulah islam mulai masuk di Indonesia. Pedagang tersebut ke Indonesia tidak hanya
untuk berdagang saja , namun secara tidak langsung mereka menyebarkan agama
mereka di bumi Nusantara ini. Selain itu para pedangan singgah terlalu lama , dan
terkadang mereka jatuh cinta dan menikahi wanita pribumi. Sehingga dalam
pernikahan tersebut berlakulah tata cara Islam. Hal yang dapat membuktikan bahwa
persebaran Islam tersbeut nyata adalah adanya kerajaan kerjaan di nusantara yang
bercorak Islam seperti Kerajaan Samudra Pasai, Demak, Aceh dan lainnya.
Dalam perkembangannya mulai dari abad XVII , XVIII, XIX bayak sekali
fikih yang diterbitkan oleh para ulama yang kemudian dari fikih itulah para penganut
Islam melaksanakan hukum Islam. Fikih yang ada selalu saja bercorak Syafi’iyah dan
Tasawuf Sunni. Menarik untuk dicermati bahwa perkembangan hukum Islam hampir
bisa dikatakan sempurna , mencakup masalah muamalah, ahwal
syakhisiyyah(perkawinan,perceraian,dan warisan), peradilan dan dalam masalah
ibadah.
Dari uraian singkat sejarah hukum Isalam diatas dapat dicermati bahwa hukum
Islam dari masa sebelum masuknya era penjajahan pun sudah dapat diterapkan
dengan baik berdasarkan sumber sumber fikih yang dibuat oleh ulama. Hal itulah
mengapa pada saat Belanda datang ke indonesiapun , rakyat pribumi tetap
mempertahankan kaidah kaidah tersebut. Perkembangan pada masa penajajahan
Belanda dapat dilihat dari dua bentuk. Pertama, adanya toleransi pihak Belanda
melalui VOC yang memberikan ruang agak luas bagi perkembangan hukum Islam.
Kedua adanya intervensi Belanda terhadap hukum Adat. Setelah kekuasaan VOC
berakhir dan digantikan oleh Belanda , terjadi perubahan secara perlahan lahan yaitu
Belanda karena merasa berkuasa terhadap Indonesia maka Belanda ingin menata dan
mengubah kehidupan hukum di Indonesia dengan hukum Belanda. Berikut adalah
teori yang mendasari
1. Teori receptie in Complexu
Digagas oleh Salomon Keyzer yang dikuatkan oleh Christian Van den
Berg yaitu hukum mengikut agama yang dianut seseorang jika orang
itu memeluk agama Islam, hukum Islamlah yang berlaku baginya.
2. Teori Receptie
Teori ini dikembangkan oleh C Van Vollenhoven dan Ter Harr , dalam
teori ini menjelaskan bahwa hukum Islam akan memiliki kekuatan
hukum kalau telah benar benar diterima oleh hukum adat.
Namun , menurut Ichtiyanto lahirnya teori tersebut lahir muncul karena Hurgronje
khawatir terhadap pengaruh pan islamisme oleh Sayid Jamaluddin al-Afghani di
Indonesia. Baginya jika umat Islam mengamalkan ajaran agamanya terutama sistem
hukumnya secara menyeluruh, maka umat islam akan menjadi kuat dan sulit untuk
dipengaruhi tepatnya dijajah oleh Belanda.
Sampai pada saat Jepang datang ke Indonesia , Jepang lebih memilih untuk
tidak terlalu mengubah beberapa hukum dan peraturan yang ada. Karena jepang tidak
begitu lama dalam menduduki Indonesia maka pengaruh kebijakan pemerintahan
jepang terhadap Hukum Islam di Indonesia tidak begitu tampak.
Pada masa kemerdekaan salah satu maknanya adalah terbebasnya Indonesia
dari pengaruh hukum Belanda. Setelah Indonesia merdeka walaupun peraturan
peraihan menyatakan bahwa hukum yang lama masih berlaku selama jiwanya tidak
bertentangan dengan UUD 1945 , seluruh peraturan pemerintahan Belanda yang
berdasarkan teori receptie tidak berlaku lagi karena jiwanya bertentangan dengan
UUD 1945. Berdasarkan teori receptio a contratrio: hubungan hukum adat dengan
hukum Islam , teori ini mengandung sebuah pemikiran bahwa hukum adat akan
berlaku jika tidak bertentangan dengan hukum Islam. Proses transformasi hukum
Islam menjadi hukum nasional berlangsung sedikit lebih lambat dari yang
diperkirakan, mengingat hukum Islam sudah berlaku di Indonesia sejak berdirinya
kerjaan kerajaan Islam hingga pada masa Belanda pun juga masih depertahankan ,
namun setidaknya departemen agama sudah dibentuk pada saat itu yaitu pada 3
Januari 1946 , hal itu merupakan tonggak awal dari perjalanan hukum Islam di
Indonesia.
Kemudian permasalahan yang dibahas selanjutnya adalah bagaimana dengan
perkembangan hukum Islam ketika sudah dibentuk Departemen Agama. Sebenarnya
pada tanggal 16 Agustus 1973 pemerintah mengajukan RUU Perkawinan, namun
sebulan sebelum diajukannya RUU tersebut pemerintah mendapatkan pertentangan
keras dari umat Islam karena mereka menganggap RUU tersebut akan menyimpangi
fikih fikih Islam yang selama ini mereka jadikan pedoman. Namun , pemerintah harus
tetap mengajukan RUU tersebut karena sangat besar jumlah penduduk Indonesia yang
beragama Islam, untuk menciptakan kepastian hukum dan melindungi umat Islam di
Indonesia maka perlulah hukum Islam tersebut diundangkan. Pada akhirnya melalui
lobbying antara tokoh agama dan pemerintah RUU tersebut mendapat persetujuan
untuk disahkan dengan mencoret beberapa pasal yang menurut kalangan Islam adalah
memberatkan. Dengan disahkannya UU No 1 tahun 1974 hukum Islam memasuki
fase baru dengan apa yang disebut dengan fase taqnin(fase pengundangan). Banyak
sekali ketentuan fikih islam tentang perkawinan yang ditransformasikan ke dalam UU
tersebut.
Kemudian bagaimana dengan peradilan agama, menteri agama Munawir
Sjadzali lah yang membawa RUU Peradilan Agama ke sidang DPR. Sama seperti
alasan mengapa dibutuhkannya mengundangkan hukum Islam yaitu karena penduduk
Indonesia adalah berama Islam. Maka dari itu dibutuhkan suatu pengadilan khusu
yang berkompetensi dalam agama Islam dalam mengatsi sebuah sengketa. Hampir
semua fraksi dapat menerima RUU tersebut , banyak juga pro dan kontra mengenai
peradilan agama. Hal tersebut berhenti ketika disahkannya UU No 7 Tahun 1989
tentang peradilan agama.
Keberhasilan umat Islam Indonesia (menteri agama,ulama) dalam menggolkan
RUU Peradilan Agama, tidaklah berarti semua persoalan yang berkaitan dengan
hukum islam di Indonesia menjadi selesai. Ternyata persoalan yang dihadapi adalah
putusan hakim apabila mengadapi sengketa tentang hukum Islam. Hal itu dikarenakan
tidak ada kodifikasi untuk hukum Islam, tidak tersedianya kitab materi hukum islam
yang sama sehingga para hakim yang memiliki perbedaan pendapat dalam memutus
perkarapun terjadi. Hal tersebut membuat para hakim tidak mempunyai kesamarataan
pedoman hukum dalam mnegatasi sengketa yang terjadi dalam peradilan agama.
Karena keadaan seperti yang disebutkan di atas , kebutuhan untuk menysun
kita hukum islam serasa perlu dilakukan. Penyusunan kompilasi ini bukan saja
didasarkan pada kebutuhan adanya keseragaman refenrensi putusan di peradilan
agama Indonesia, tetapi juga disandarkan pada keharusan terpenuhinya perangkat
perangkat sebuah peradlan yaitu kitab materi hukum Islam yang digunakan di lembaa
peradilan tersebut. Gagasan tentang KHI tersebut akhirnya dapat diwujudkan yang
ditindaklanjuti oleh keluarnya Instruksi Presiden No 1 Tahun 1991 kepada menteri
Agama untuk menyebar luaskan Kompilai Hukum Islam yang terdiri dari buku I
tentang Perkawinan, Buku II tentang Kewarisan, Buku III tentang Perwakafan.
Kemudian Inpres tersebut ditindak lanjuti dengan SK menteri Agama No 154 Tahun
1991 tanggal 22 Juli 1991.
Dengan adanya KHI tersebut , maka saat ini di Indonesia tidak ditemukan lagi
keputusan pluralisme dalam peradilan agama, karena kitab yang menjadi pedoman
atau refenensi para hakim di peradilan Agama adalah sama. Selain itu fikih yang
selama ini bukan hukum positif di Indonesia telah ditransformasikan menjadi hukum
positif yang tertera dalam KHI yang mengikat seluruh umat Islam di Indonesia.
Daftar Pustaka
Nuruddin, Amiur dan Tarigan,A Azhari.2004.Hukum Perdata Islam di Indonesia.Jakarta:Kencana
Prenadamedia Group
ANALISIS
LAHIRNYA UU PERKAWINAN , PERADILAN
AGAMA , DAN KHI
DI INDONESIA
OLEH:
UNGGAR PRAMITA SARI
145010100111043
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA