KAJIAN EFEKTIVITAS BERBAGAI PROGRAM KB D
KAJIAN EFEKTIVITAS BERBAGAI PROGRAM KB
DALAM RANGKA PENINGKATAN CAKUPAN
PENGGUNAAN KONTRASEPSI
(POS KB)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada
Mata kuliah Pengembangan Asuhan Pelayanan KB
Disusun Oleh :
Enong Mardiana
PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
PADJADJARAN
BANDUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan
di
bidang
kependudukan
lebih
diarahkan
pada
upaya
pengembangan sumber daya manusia agar penduduk makin menjadi kekuatan yang efektif
dan produktif bagi pembangunan. Dalam upaya ini diusahakan ditingkatkan keterpaduan dan
koordinasi upaya pengendalian kelahiran dengan berbagai kegiatan pembangunan lainnya,
khususnya upaya pembangunan dibidang kesehatan, transmigrasi, pengendalian urbanisasi,
pendidikan, pembangunan daerah dan penciptaan lapangan kerja. Usaha penurunan tingkat
pertumbuhan penduduk dilaksanakan melalui pengendalian tingkat kelahiran dan penurunan
tingkat kematian, terutama kematian bayi dan anak.
Upaya pengendalian kelahiran dilaksanakan melalui program keluarga berencana
(KB). Sebagaimana telah diketahui oleh masyarakat luas KB bertujuan mengatur kelahiran
anak dan meningkatkan kesejahteraan ibu. Selanjutnya upaya penurunan tingkat kematian
dilaksanakan dengan memperluas dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan
kesehatan dan gizi masyarakat. Dari pengalaman selama hampir lima Repelita ini nyata sekali
bahwa dalam melaksanakan upaya pembangunan kependudukan peran serta masyarakat
merupakan faktor yang sangat menentukan.
Pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) pada era reformasi dipengaruhi
oleh berbagai perubahan lingkungan strategis. Paradigma baru dalam sistem pemerintahan
Indonesia yang tertuang pada UU Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian diubah menjadi UU
Nomor 32 Tahun 2004 dan terakhir diubah dengan UU Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Pemerintahan Daerah telah mengubah posisi Program KB. Sebelumnya menjadi kewenangan
pemerintah pusat, kini eksistensinya sepenuhnya menjadi keputusan pemerintah
kabupaten/kota termasuk perubahan pengelolaan program lini di lapangan.
Perubahan paradigma ini otomatis berimplikasi pada perubahan sistem dan
manajemen program pelayanan KB, yang tentunya disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan daerah. Kondisi ini mengharuskan daerah memiliki kesiapan yang matang dalam
melayani masyarakat termasuk dalam program pelayanan KB. Dengan diterbitkannya
Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah
khususnya yang berkaitan dengan program KB Nasional/BKKBN, maka Keluarga Berencana
dan Keluarga Sejahtera merupakan salah satu rusan wajib pemerintah. Dengan demikian
Peraturan Pemerintah RI tersebut menegaskan bahwa Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera merupakan salah satu kebutuhan masyarakat sehingga pemerintah daerah baik
Provinsi, Kabupaten/Kota wajib menyelenggarakan program KB dan program KS tersebut di
daerahnya masing-masing.
Tantangan yang dihadapi yaitu adanya desentralisasi membuat kebijakan nasional
tidak serta merta dapat diterima di masing-masing daerah, anggaran yang terbatas membuat
sosialisasi KB harus dapat dicari strategi dengan memanfaatkan elemen masyarakat lain dan
anggaran yang efektif, dan image masyarakat harus diubah tidak lagi membatasi kelahiran
namun meningkatkan kualitas manusia, dan mensinergikan program KB dengan pandangan
agama yang masih bertentangan.
Mengacu lima hal pokok yang menjadi tolok ukur keberhasilan pelimpahan
wewenang kepada pemerintah daerah oleh pemerintah pusat melalui asas desentralisasi
maka sudah seharusnya bahwa pembentukan wadah pelaksanaan Program KB sebagaimana
telah dipaparkan di atas merupakan cerminan dari menyangkut komitmen pemerintah daerah
terhadap program KB, yang ditunjukkan dengan pendayagunaan pelaksana program secara
optimal, peningkatan sistem manajemen program KB Nasional yang tetap dilanjutkan di
daerah dengan penyesuaian seperlunya, dan pemberian dukungan sumber pembiayaan yang
dibutuhkan untuk kelancaran pelaksanaan program yang dicanangkan oleh pemerintah
daerah.
B. Tujuan
Melalui pembuatan makalah ini, tim penulis dan para pembaca dapat mengetahui
perkembangan program KB di Indonesia dan efektivitas program pemerintah yang sudah ada,
seperti Pos KB.
BAB II
KAJIAN EFEKTIVITAS PROGRAM POS KB
A. PROGRAM KB DI INDONESIA
1. Pengertian Program KB
Menurut WHO (World Health Organization), keluarga berencana adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami isteri untuk :
Mendapatkan objektif-objektif tertentu
Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan dan menentukan jumlah anak
Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
Mengatur interval diantara kehamilan
Mengontrol waktu saat kelahiran dengan umur suami dan isteri
Program KB adalah suatu langkah-langkah/suatu usaha kegiatan yang disusun oleh
organisasi-organisasi KB dan merupakan program pemerintah untuk mencapai rakyat
yang sejahtera berdasarkan peraturan dan perundang-undangan kesehatan.
Program KB sesungguhnya bukan bertujuan untuk mengurangi jumlah penduduk tetapi
mengendalikan pertumbuhan penduduk serta meningkatkan keluarga kecil berkualitas
sehingga bermanfaat bagi kesehatan ibu dan anak.Program KB bermanfaat bagi
peningkatan kualitas generasi mendatang.
Program KB saat ini diarahkan untuk :
a. Mengendalikan tingkat kelahiran penduduk melalui upaya memaksimalkan akses
dan kualitas pelayanan KB terutama bagi keluarga miskin dan rentan serta daerah
terpencil.
b. Peningkatan komunikasi informasi dan edukasi ( KIE ) bagi pasangan usia subur
tentang kesehatan reproduksi
c. Melindungi peserta KB dari dampak negative penggunaan alat dan obat kontrasepsi
d. Peningkatan kualitas penyediaan dan pemanfaatan alat dan obat kotrasepsi
e. Peningkatan pemakaian kontrasepsi yang lebih efektif serta efisien untuk jangka
panjang.
2. Tujuan KB
Mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (NKKBS) yang menjadi dasar
terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan
penduduk Indonesia.
3. Sasaran Program KB
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, penggarapan program Nasional KB diarahkan
pada dua bentuk sasaran :
a. Sasaran langsung
Yaitu pasangan usia subur (PUS) (20 – 35 tahun) dengan jalan mereka secara
bertahap menjadi peserta KB yang aktif sehingga memberi efek langsung penurunan
fertilitas.
b. Sasaran tidak langsung
Yaitu organisasi-organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansi-instansi
pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (alim ulama, wanita dan
pemuda) yang diharapkan dapat memberikan dukungannya dalam pelembagaan
NKKBS.
4. Ruang Lingkup KB
a. Untuk Ibu
Yaitu dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran. Adapun manfaat yang
diperoleh oleh ibu adalah :
Tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu
pendek, sehingga kesehatan ibu dapat terpelihara terutama kesehatan organ
reproduksinya.
Meningkatkan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya
waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak untuk beristirahat yang cukup
karena kehadiran akan tersebut memang diinginkan.
b. Untuk Suami
Yaitu dengan memberikan kesempatan kepadanya agar dapat :
Memperbaiki kesehatan fisik
Mengurangi beban ekonomi keluarga yang ditanggungnya
c. Untuk Seluruh Keluarga
Dengan dilaksanakannya program KB maka dapat meningkatkan kesehatan fisik,
mental dan sosial setiap anggota keluarga.Dan bagi si anak sendiri dapat
memperoleh kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan serta kasih sayang
dar orang tuanya.
5. Ruang Lingkup Dalam Pelayanan
Beberapa komponen dalam pelayanan kependudukan/KB yang dapat diberikan sebagai
berikut :
a. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
Tujuan :
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek KB sehingga tercapai
penambahan peserta baru
Membina kelestarian peserta KB
Meletakkan dasar bagi mekanisme sosio-kultural yang dapat menjamin
berlangsungnya proses penerimaan
b. Konseling
Merupakan tindak lanjut dari KIE.Jenis dan bobot konseling yang diberikan
tergantung pada tingkatan KIE yang telah diterimanya. Tujuan konseling :
Memahami diri secara lebih baik
Mengarahkan perkembangan diri sesuai dengan potensinya
Lebih realisasi dalam melihat diri dan masalah yang dihadapi Informasi yang
diberikan meliputi :
-
Arti keluarga berencana
-
Manfaat keluarga berencana
-
Cara ber KB atau metode kontrasepsi
-
Desas-desus tentang kontrasepsi dan penjelasannya
-
Pola perencanaan keluarga dan penggunaan kontrasepsi yang rasional
c. Pelayanan kontrasepsi
Mempunyai 2 tujuan :
1. Tujuan umum
Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu
dihayatinya NKBBS.
2. Tujuan pokok
Penurunan angka kelahiran,Guna mencapai tujuan tersebut maka ditempuh
kebijaksanaan mengkategorikan 3 fase untuk mencapai sasaran yaitu :
Fase menunda perkawinan/kesuburan
Fase menjarangkan kehamilan
Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan
Maksud kebijaksanaan tersebut yaitu untuk menyelematkan ibu dan anak akibat
melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan
pada usia tua.
6. Strategi Pendekatan Dan Cara Operasional Program Pelayanan KB
Dalam hal pelayanan kontrasepsi, diambil kebijaksanaan sebagai berikut :
Perluasan jangkauan pelayanan kontrasepsi dengan cara menyediakan sarana yang
bermutu, dalam jumlah yang mencukupi dan merata
Pembinaan mutu pelayanan kontrasepsi dan pengayoman medis
Perlembagaan pelayanan kontrasepsi mandiri oleh masyarakat dan pelembagaan
keluarga kecil sejahtera.
Dalam hal strategi pelayanan kontrasepsi terdapat pokok-pokok sebagai berikut :
Menggunakan pola pelayanan kontrasepsi rasional sebagai pola pelayanan
kontrasepsi kepada masyarakat, berdasarkan kurun reproduksi sehat. Pada usia di
bawah 20 tahun dianjurkan menunda kehamilan dengan menggunakan pil KB, AKDR,
kontrasepsi suntikan, susuk, kondom atau intravag. Pada usia 20 – 30 tahun
dianjurkan untuk menjarangkan kehamilan. Cara kontrasepsi yang dianjurkan adalah
AKDR, susuk, kontrasepsi suntikan, pil mini, pil KB, kondom atau intravag. Sesudah
usia 30 tahun atau pada fase mengakhiri kesuburan, dianjurkan memakai kontrasepsi
mantap, AKDR, susuk, kontrasepsi suntikan, pil KB, kondom atau intravag.
Penyediaan sarana dan alat kontrasepsi yang bermutu dalam jumlah yang cukup dan
merata
Meningkatkan mutu pelayanan kontrasepsi
Menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kontrasepsi
maupun dalam mengelola pelayanan kontrasepsi.
Untuk mencapai sukses yang diinginkan maka ditempuh strategi 3 dimensi, yaitu :
1. Perluasan Jangkauan
Semua jajaran pembangunan diajak serta untuk ikut menangani program
KB. Juga sekaligus mengajak semua PUS yang potensial untuk menjadi akseptor
KB.Istri pegawai negeri, ABRI dan pemimpin masyarakat diajak menjadi pelopor
yang dapat diandalkan agar masyarakat mengikutinya dengan senang hati dan
penuh kebanggaan.
2. Pembinaan
Organisasi yang sudah mulai ikut serta menangani program diajak serta
mendalami lebih terperinci apa yang terjadi, dan kepada mereka makin diberi
kepercayaan untuk ikut menangani program KB dalam lingkungannya sendiri,
menjadi petugas sukarela dan mulai dikenalkan program-program pos KB,
posyandu, pembinaan anak-anak dan sebagainya.
3. Pelembagaan dan pembudayaan
Tahapan awal KB – Mandiri yaitu masyarakat akan mencapai suatu tingkat
kesadaran dimana ber KB bukan hanya karena ajakan melainkan atas kesadaran dan
keyakinan sendiri.
Strategi ini dilengkapi dengan pendekatan Panca Karya yang mempertajam
sasaran dan memperjelas target, yaitu pasangan usia muda dengan paritas rendah,
PUS dengan jumlah anak yang cukup, generasi muda.
Dengan penajaman pendekatan yang bersifat kemasyarakatan dan wilayah
tersebut.Maka program KB tidak menunggu sasarannya lagi, tetapi bersikap aktif.
7. Dampak Program KB Terhadap Pencegahan Kehamilan
Alasan menunda/mencegah kehamilan
Umur di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dulu
karena berbagai alasan
Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral karena peserta masih muda
Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda masih tinggi
frekuensi bersenggamanya sehingga kegagalan tinggi
Penggunaan IUD bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini dapat dianjurkan,
terlebih bagi calon peserta dengan kontra indikasi terhadap pil oral
8. Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan
Reversibilitas yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin hampir 100 %
karena pada masa ini peserta belum punya anak dan efektivitas yang tinggi karena
kegagalan akan menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi dan kegagalan
ini merupakan kegagalan program.
Dampaknya :
Dapat mengurangi angka kelahiran
Dapat mengurangi jumlah kematian
Dapat mengurangi angka kesakitan pada ibu dan anak
Dapat mengurangi kepadatan penduduk
Dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia dan sejahtera pada keluarga
Akan mendapatkan pendidikan yang lebih baik bagi anak
Kehidupan sosial ekonomi akan menjadi lebih baik
Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas
9. Aspek yang menunjang keberhasilan program KB adalah :
a. Pos KB
b. PLKB ( Petugas Lapangan Keluarga Berencana )
c. PKBRS ( Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit )
B. POS KB
Dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan KB dilapangan, maka perlu digerakkan
institusi-institusi masyarakat yang ada ditingkat desa sampai tingkat RT. Institusi masyarakat
pedesaan/perkotaan yang telah dibentuk untuk membantu pelayanan KB Salah satu adalah
Posyandu KB/ Pos KB Desa.Pos KB Desa ini ada yang ditingkat desa, dan Ada yang ada
ditingkat Dusun dan RT.
Dimasa lalu Posyandu dikembangkan oleh masyarakat sebagai dua jenis Pos
Pelayanan, yaitu Pos Pelayanan KB dan Pos Pelayanan Kesehatan.Pos Pelayanan KB
dibantu oleh jajaran BKKBN, sedangkan Pos Kesehatan Desa dibantu jajaran Departemen
dan Dinas Kesehatan. Karena sasaran dan dukungan tehnis yang diperlukan oleh dua jenis
pos pelayanan itu hampir sama, sehingga akhirnya, dalam praktek, waktu dan kegiatan kedua
jenis Pos itu oleh masyarakat dipadukan. Pemerintah, pada tanggal 29 Juni 1983, melalui
Keputusan Bersama antara Kepala BKKBN Pusat, Dr. Haryono Suyono, dan Menteri
Kesehatan RI, dr. Suwardjono Suryaningrat, mengukuhkan keterpaduan itu. Keputusan
pengukuhan itu tertuang dalam bentuk Instruksi BersamaNo. 296/HK-OH/E3/1983 danNo
264/Menkes/VI/1983 tentang Intensifikasi Pelaksanaan Program Kependudukan dan Keluarga
Berencana.
Sejak saat itu jumlah dan kegiatan Posyandu makin marak. Tim Penggerak PKK,
utamanya kelompok kerja ke-IV, atau Pokja IV, menjadi penggerak utama pengembangan
Posyandu di pedesaan. Sejak saat itu Posyandu diarahkan sebagai wadah petugas dan
sukarelawan dari kalangan masyarakat dalam memberikan pemberdayaan dan pelayanan
kepada keluarga secara paripurna.Dengan bantuan tenaga profesional maupun pelatihan,
tenaga-tenaga yang melaksanakan kegiatan di Posyandu makin dikembangkan menjadi
tenaga profesional.
Di Jawa Barat tahun 2012 terdapat 7.000-an Pos KB, melibatkan kader PKK.
Sedangkan PLKB-nya akan terus ditambah, saat ini baru sekitar 3.500 orang, dalam setahun
ke depan diharapkan menjadi 5.000 orang.
Di Kota Bandung menurut Hj. Nani Harun, Wakil Ketua DPD Forum Pos KB Kota
Bandung mengatakan, pos KB telah ada dari tahun 1972 namun baru terbentuk menjadi
wadah forum pos KB tahun 2004, telah terbentuk di 30 kecamatan Kota Bandung yang
jumlahnya 1.500 pos KB dengan 11.000 kader.
Fungsi Pos KB Desa
Ada beberapa fungsi Pos KB Desa yang telah dilaksanakan antara lain ;
1. Melakukan penyuluhan KB-Kesehatan
2. Melakukan Pendataan Keluarga
3. Membantu melaksanakan Pelayanan KB
4. Melakukan Kegiatan Posyandu
5. melakukan pencatatan dan Pelaporan
Salah satu peran bantu Pos KB desa yang sangat strategis adalah melaksanakan pendataan
keluarga. untuk tahun 2006, pendataan ini dilaksanakan dari satu rumah kerumah guna
mendapatkan data mikro keluarga, baik data demografi, peserta KB maupun data tahapan KS.
C. KAJIAN JURNAL
Kajian Jurnal “ Potensi Akses Yang dimiliki Rumah Tangga Terhadap Pemanfaatan Aktual
Pelayanan Kontrasepsi
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectionalyaitu
melakukan
pengukuran
variabel
bebas
danvariabel
tergantung
pada
waktu
yang
bersamaan.Penelitian ini menggunakan sumber data sekunderdari Survei Aspek Kehidupan
Rumah Tinggal Indonesia.
Jumlah sampel tahun 2000 total dari 13 provinsi di Indonesia adalah 10.435 Rumah tangga dan
dari Provinsi Jawa Tengah tersebut jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1.200 rumah tangga.
Hasil Penelitian nya adalah :
variabel adaatau tidaknya jaminan pemeliharaan kesehatan danjumlah anggota keluarga yang
mempunyai hubungansignifikan terhadap pemanfaatan aktual pelayanankontrasepsi dengan nilai p
masing-masing variabeladalah p
DALAM RANGKA PENINGKATAN CAKUPAN
PENGGUNAAN KONTRASEPSI
(POS KB)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada
Mata kuliah Pengembangan Asuhan Pelayanan KB
Disusun Oleh :
Enong Mardiana
PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
PADJADJARAN
BANDUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan
di
bidang
kependudukan
lebih
diarahkan
pada
upaya
pengembangan sumber daya manusia agar penduduk makin menjadi kekuatan yang efektif
dan produktif bagi pembangunan. Dalam upaya ini diusahakan ditingkatkan keterpaduan dan
koordinasi upaya pengendalian kelahiran dengan berbagai kegiatan pembangunan lainnya,
khususnya upaya pembangunan dibidang kesehatan, transmigrasi, pengendalian urbanisasi,
pendidikan, pembangunan daerah dan penciptaan lapangan kerja. Usaha penurunan tingkat
pertumbuhan penduduk dilaksanakan melalui pengendalian tingkat kelahiran dan penurunan
tingkat kematian, terutama kematian bayi dan anak.
Upaya pengendalian kelahiran dilaksanakan melalui program keluarga berencana
(KB). Sebagaimana telah diketahui oleh masyarakat luas KB bertujuan mengatur kelahiran
anak dan meningkatkan kesejahteraan ibu. Selanjutnya upaya penurunan tingkat kematian
dilaksanakan dengan memperluas dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan
kesehatan dan gizi masyarakat. Dari pengalaman selama hampir lima Repelita ini nyata sekali
bahwa dalam melaksanakan upaya pembangunan kependudukan peran serta masyarakat
merupakan faktor yang sangat menentukan.
Pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) pada era reformasi dipengaruhi
oleh berbagai perubahan lingkungan strategis. Paradigma baru dalam sistem pemerintahan
Indonesia yang tertuang pada UU Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian diubah menjadi UU
Nomor 32 Tahun 2004 dan terakhir diubah dengan UU Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Pemerintahan Daerah telah mengubah posisi Program KB. Sebelumnya menjadi kewenangan
pemerintah pusat, kini eksistensinya sepenuhnya menjadi keputusan pemerintah
kabupaten/kota termasuk perubahan pengelolaan program lini di lapangan.
Perubahan paradigma ini otomatis berimplikasi pada perubahan sistem dan
manajemen program pelayanan KB, yang tentunya disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan daerah. Kondisi ini mengharuskan daerah memiliki kesiapan yang matang dalam
melayani masyarakat termasuk dalam program pelayanan KB. Dengan diterbitkannya
Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah
khususnya yang berkaitan dengan program KB Nasional/BKKBN, maka Keluarga Berencana
dan Keluarga Sejahtera merupakan salah satu rusan wajib pemerintah. Dengan demikian
Peraturan Pemerintah RI tersebut menegaskan bahwa Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera merupakan salah satu kebutuhan masyarakat sehingga pemerintah daerah baik
Provinsi, Kabupaten/Kota wajib menyelenggarakan program KB dan program KS tersebut di
daerahnya masing-masing.
Tantangan yang dihadapi yaitu adanya desentralisasi membuat kebijakan nasional
tidak serta merta dapat diterima di masing-masing daerah, anggaran yang terbatas membuat
sosialisasi KB harus dapat dicari strategi dengan memanfaatkan elemen masyarakat lain dan
anggaran yang efektif, dan image masyarakat harus diubah tidak lagi membatasi kelahiran
namun meningkatkan kualitas manusia, dan mensinergikan program KB dengan pandangan
agama yang masih bertentangan.
Mengacu lima hal pokok yang menjadi tolok ukur keberhasilan pelimpahan
wewenang kepada pemerintah daerah oleh pemerintah pusat melalui asas desentralisasi
maka sudah seharusnya bahwa pembentukan wadah pelaksanaan Program KB sebagaimana
telah dipaparkan di atas merupakan cerminan dari menyangkut komitmen pemerintah daerah
terhadap program KB, yang ditunjukkan dengan pendayagunaan pelaksana program secara
optimal, peningkatan sistem manajemen program KB Nasional yang tetap dilanjutkan di
daerah dengan penyesuaian seperlunya, dan pemberian dukungan sumber pembiayaan yang
dibutuhkan untuk kelancaran pelaksanaan program yang dicanangkan oleh pemerintah
daerah.
B. Tujuan
Melalui pembuatan makalah ini, tim penulis dan para pembaca dapat mengetahui
perkembangan program KB di Indonesia dan efektivitas program pemerintah yang sudah ada,
seperti Pos KB.
BAB II
KAJIAN EFEKTIVITAS PROGRAM POS KB
A. PROGRAM KB DI INDONESIA
1. Pengertian Program KB
Menurut WHO (World Health Organization), keluarga berencana adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami isteri untuk :
Mendapatkan objektif-objektif tertentu
Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan dan menentukan jumlah anak
Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
Mengatur interval diantara kehamilan
Mengontrol waktu saat kelahiran dengan umur suami dan isteri
Program KB adalah suatu langkah-langkah/suatu usaha kegiatan yang disusun oleh
organisasi-organisasi KB dan merupakan program pemerintah untuk mencapai rakyat
yang sejahtera berdasarkan peraturan dan perundang-undangan kesehatan.
Program KB sesungguhnya bukan bertujuan untuk mengurangi jumlah penduduk tetapi
mengendalikan pertumbuhan penduduk serta meningkatkan keluarga kecil berkualitas
sehingga bermanfaat bagi kesehatan ibu dan anak.Program KB bermanfaat bagi
peningkatan kualitas generasi mendatang.
Program KB saat ini diarahkan untuk :
a. Mengendalikan tingkat kelahiran penduduk melalui upaya memaksimalkan akses
dan kualitas pelayanan KB terutama bagi keluarga miskin dan rentan serta daerah
terpencil.
b. Peningkatan komunikasi informasi dan edukasi ( KIE ) bagi pasangan usia subur
tentang kesehatan reproduksi
c. Melindungi peserta KB dari dampak negative penggunaan alat dan obat kontrasepsi
d. Peningkatan kualitas penyediaan dan pemanfaatan alat dan obat kotrasepsi
e. Peningkatan pemakaian kontrasepsi yang lebih efektif serta efisien untuk jangka
panjang.
2. Tujuan KB
Mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (NKKBS) yang menjadi dasar
terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan
penduduk Indonesia.
3. Sasaran Program KB
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, penggarapan program Nasional KB diarahkan
pada dua bentuk sasaran :
a. Sasaran langsung
Yaitu pasangan usia subur (PUS) (20 – 35 tahun) dengan jalan mereka secara
bertahap menjadi peserta KB yang aktif sehingga memberi efek langsung penurunan
fertilitas.
b. Sasaran tidak langsung
Yaitu organisasi-organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansi-instansi
pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (alim ulama, wanita dan
pemuda) yang diharapkan dapat memberikan dukungannya dalam pelembagaan
NKKBS.
4. Ruang Lingkup KB
a. Untuk Ibu
Yaitu dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran. Adapun manfaat yang
diperoleh oleh ibu adalah :
Tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu
pendek, sehingga kesehatan ibu dapat terpelihara terutama kesehatan organ
reproduksinya.
Meningkatkan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya
waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak untuk beristirahat yang cukup
karena kehadiran akan tersebut memang diinginkan.
b. Untuk Suami
Yaitu dengan memberikan kesempatan kepadanya agar dapat :
Memperbaiki kesehatan fisik
Mengurangi beban ekonomi keluarga yang ditanggungnya
c. Untuk Seluruh Keluarga
Dengan dilaksanakannya program KB maka dapat meningkatkan kesehatan fisik,
mental dan sosial setiap anggota keluarga.Dan bagi si anak sendiri dapat
memperoleh kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan serta kasih sayang
dar orang tuanya.
5. Ruang Lingkup Dalam Pelayanan
Beberapa komponen dalam pelayanan kependudukan/KB yang dapat diberikan sebagai
berikut :
a. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
Tujuan :
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek KB sehingga tercapai
penambahan peserta baru
Membina kelestarian peserta KB
Meletakkan dasar bagi mekanisme sosio-kultural yang dapat menjamin
berlangsungnya proses penerimaan
b. Konseling
Merupakan tindak lanjut dari KIE.Jenis dan bobot konseling yang diberikan
tergantung pada tingkatan KIE yang telah diterimanya. Tujuan konseling :
Memahami diri secara lebih baik
Mengarahkan perkembangan diri sesuai dengan potensinya
Lebih realisasi dalam melihat diri dan masalah yang dihadapi Informasi yang
diberikan meliputi :
-
Arti keluarga berencana
-
Manfaat keluarga berencana
-
Cara ber KB atau metode kontrasepsi
-
Desas-desus tentang kontrasepsi dan penjelasannya
-
Pola perencanaan keluarga dan penggunaan kontrasepsi yang rasional
c. Pelayanan kontrasepsi
Mempunyai 2 tujuan :
1. Tujuan umum
Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu
dihayatinya NKBBS.
2. Tujuan pokok
Penurunan angka kelahiran,Guna mencapai tujuan tersebut maka ditempuh
kebijaksanaan mengkategorikan 3 fase untuk mencapai sasaran yaitu :
Fase menunda perkawinan/kesuburan
Fase menjarangkan kehamilan
Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan
Maksud kebijaksanaan tersebut yaitu untuk menyelematkan ibu dan anak akibat
melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan
pada usia tua.
6. Strategi Pendekatan Dan Cara Operasional Program Pelayanan KB
Dalam hal pelayanan kontrasepsi, diambil kebijaksanaan sebagai berikut :
Perluasan jangkauan pelayanan kontrasepsi dengan cara menyediakan sarana yang
bermutu, dalam jumlah yang mencukupi dan merata
Pembinaan mutu pelayanan kontrasepsi dan pengayoman medis
Perlembagaan pelayanan kontrasepsi mandiri oleh masyarakat dan pelembagaan
keluarga kecil sejahtera.
Dalam hal strategi pelayanan kontrasepsi terdapat pokok-pokok sebagai berikut :
Menggunakan pola pelayanan kontrasepsi rasional sebagai pola pelayanan
kontrasepsi kepada masyarakat, berdasarkan kurun reproduksi sehat. Pada usia di
bawah 20 tahun dianjurkan menunda kehamilan dengan menggunakan pil KB, AKDR,
kontrasepsi suntikan, susuk, kondom atau intravag. Pada usia 20 – 30 tahun
dianjurkan untuk menjarangkan kehamilan. Cara kontrasepsi yang dianjurkan adalah
AKDR, susuk, kontrasepsi suntikan, pil mini, pil KB, kondom atau intravag. Sesudah
usia 30 tahun atau pada fase mengakhiri kesuburan, dianjurkan memakai kontrasepsi
mantap, AKDR, susuk, kontrasepsi suntikan, pil KB, kondom atau intravag.
Penyediaan sarana dan alat kontrasepsi yang bermutu dalam jumlah yang cukup dan
merata
Meningkatkan mutu pelayanan kontrasepsi
Menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kontrasepsi
maupun dalam mengelola pelayanan kontrasepsi.
Untuk mencapai sukses yang diinginkan maka ditempuh strategi 3 dimensi, yaitu :
1. Perluasan Jangkauan
Semua jajaran pembangunan diajak serta untuk ikut menangani program
KB. Juga sekaligus mengajak semua PUS yang potensial untuk menjadi akseptor
KB.Istri pegawai negeri, ABRI dan pemimpin masyarakat diajak menjadi pelopor
yang dapat diandalkan agar masyarakat mengikutinya dengan senang hati dan
penuh kebanggaan.
2. Pembinaan
Organisasi yang sudah mulai ikut serta menangani program diajak serta
mendalami lebih terperinci apa yang terjadi, dan kepada mereka makin diberi
kepercayaan untuk ikut menangani program KB dalam lingkungannya sendiri,
menjadi petugas sukarela dan mulai dikenalkan program-program pos KB,
posyandu, pembinaan anak-anak dan sebagainya.
3. Pelembagaan dan pembudayaan
Tahapan awal KB – Mandiri yaitu masyarakat akan mencapai suatu tingkat
kesadaran dimana ber KB bukan hanya karena ajakan melainkan atas kesadaran dan
keyakinan sendiri.
Strategi ini dilengkapi dengan pendekatan Panca Karya yang mempertajam
sasaran dan memperjelas target, yaitu pasangan usia muda dengan paritas rendah,
PUS dengan jumlah anak yang cukup, generasi muda.
Dengan penajaman pendekatan yang bersifat kemasyarakatan dan wilayah
tersebut.Maka program KB tidak menunggu sasarannya lagi, tetapi bersikap aktif.
7. Dampak Program KB Terhadap Pencegahan Kehamilan
Alasan menunda/mencegah kehamilan
Umur di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dulu
karena berbagai alasan
Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral karena peserta masih muda
Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda masih tinggi
frekuensi bersenggamanya sehingga kegagalan tinggi
Penggunaan IUD bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini dapat dianjurkan,
terlebih bagi calon peserta dengan kontra indikasi terhadap pil oral
8. Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan
Reversibilitas yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin hampir 100 %
karena pada masa ini peserta belum punya anak dan efektivitas yang tinggi karena
kegagalan akan menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi dan kegagalan
ini merupakan kegagalan program.
Dampaknya :
Dapat mengurangi angka kelahiran
Dapat mengurangi jumlah kematian
Dapat mengurangi angka kesakitan pada ibu dan anak
Dapat mengurangi kepadatan penduduk
Dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia dan sejahtera pada keluarga
Akan mendapatkan pendidikan yang lebih baik bagi anak
Kehidupan sosial ekonomi akan menjadi lebih baik
Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas
9. Aspek yang menunjang keberhasilan program KB adalah :
a. Pos KB
b. PLKB ( Petugas Lapangan Keluarga Berencana )
c. PKBRS ( Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit )
B. POS KB
Dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan KB dilapangan, maka perlu digerakkan
institusi-institusi masyarakat yang ada ditingkat desa sampai tingkat RT. Institusi masyarakat
pedesaan/perkotaan yang telah dibentuk untuk membantu pelayanan KB Salah satu adalah
Posyandu KB/ Pos KB Desa.Pos KB Desa ini ada yang ditingkat desa, dan Ada yang ada
ditingkat Dusun dan RT.
Dimasa lalu Posyandu dikembangkan oleh masyarakat sebagai dua jenis Pos
Pelayanan, yaitu Pos Pelayanan KB dan Pos Pelayanan Kesehatan.Pos Pelayanan KB
dibantu oleh jajaran BKKBN, sedangkan Pos Kesehatan Desa dibantu jajaran Departemen
dan Dinas Kesehatan. Karena sasaran dan dukungan tehnis yang diperlukan oleh dua jenis
pos pelayanan itu hampir sama, sehingga akhirnya, dalam praktek, waktu dan kegiatan kedua
jenis Pos itu oleh masyarakat dipadukan. Pemerintah, pada tanggal 29 Juni 1983, melalui
Keputusan Bersama antara Kepala BKKBN Pusat, Dr. Haryono Suyono, dan Menteri
Kesehatan RI, dr. Suwardjono Suryaningrat, mengukuhkan keterpaduan itu. Keputusan
pengukuhan itu tertuang dalam bentuk Instruksi BersamaNo. 296/HK-OH/E3/1983 danNo
264/Menkes/VI/1983 tentang Intensifikasi Pelaksanaan Program Kependudukan dan Keluarga
Berencana.
Sejak saat itu jumlah dan kegiatan Posyandu makin marak. Tim Penggerak PKK,
utamanya kelompok kerja ke-IV, atau Pokja IV, menjadi penggerak utama pengembangan
Posyandu di pedesaan. Sejak saat itu Posyandu diarahkan sebagai wadah petugas dan
sukarelawan dari kalangan masyarakat dalam memberikan pemberdayaan dan pelayanan
kepada keluarga secara paripurna.Dengan bantuan tenaga profesional maupun pelatihan,
tenaga-tenaga yang melaksanakan kegiatan di Posyandu makin dikembangkan menjadi
tenaga profesional.
Di Jawa Barat tahun 2012 terdapat 7.000-an Pos KB, melibatkan kader PKK.
Sedangkan PLKB-nya akan terus ditambah, saat ini baru sekitar 3.500 orang, dalam setahun
ke depan diharapkan menjadi 5.000 orang.
Di Kota Bandung menurut Hj. Nani Harun, Wakil Ketua DPD Forum Pos KB Kota
Bandung mengatakan, pos KB telah ada dari tahun 1972 namun baru terbentuk menjadi
wadah forum pos KB tahun 2004, telah terbentuk di 30 kecamatan Kota Bandung yang
jumlahnya 1.500 pos KB dengan 11.000 kader.
Fungsi Pos KB Desa
Ada beberapa fungsi Pos KB Desa yang telah dilaksanakan antara lain ;
1. Melakukan penyuluhan KB-Kesehatan
2. Melakukan Pendataan Keluarga
3. Membantu melaksanakan Pelayanan KB
4. Melakukan Kegiatan Posyandu
5. melakukan pencatatan dan Pelaporan
Salah satu peran bantu Pos KB desa yang sangat strategis adalah melaksanakan pendataan
keluarga. untuk tahun 2006, pendataan ini dilaksanakan dari satu rumah kerumah guna
mendapatkan data mikro keluarga, baik data demografi, peserta KB maupun data tahapan KS.
C. KAJIAN JURNAL
Kajian Jurnal “ Potensi Akses Yang dimiliki Rumah Tangga Terhadap Pemanfaatan Aktual
Pelayanan Kontrasepsi
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectionalyaitu
melakukan
pengukuran
variabel
bebas
danvariabel
tergantung
pada
waktu
yang
bersamaan.Penelitian ini menggunakan sumber data sekunderdari Survei Aspek Kehidupan
Rumah Tinggal Indonesia.
Jumlah sampel tahun 2000 total dari 13 provinsi di Indonesia adalah 10.435 Rumah tangga dan
dari Provinsi Jawa Tengah tersebut jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1.200 rumah tangga.
Hasil Penelitian nya adalah :
variabel adaatau tidaknya jaminan pemeliharaan kesehatan danjumlah anggota keluarga yang
mempunyai hubungansignifikan terhadap pemanfaatan aktual pelayanankontrasepsi dengan nilai p
masing-masing variabeladalah p