KONVENSI TENTANG PERLINDUNGAN BENDA BUDA

KONVENSI TENTANG PERLINDUNGAN BENDA
BUDAYA PADA WAKTU SENGKETA BERSENJATA
Den Haag, 14 Mei 1954
Pihak-Pihak Peserta Agung,
Menyadari bahwa benda budaya telah menderita kerugian
besar selama konflik-konflik bersenjata belakangan ini dan bahwa
karena perkembangan-perkembangan tehnik berperang, benda
budaya sedang berada dalam bahaya kerusakan yang meningkat;
Diyakinkan bahwa kerusakan terhadap benda budaya milik
siapapun bagaimanapun artinya adalah kerusakan terhadap warisan
budaya umat manusia, karena setiap orang membuat konstribusi
terhadap budaya dunia;
Menimbang bahwa pemeliharaan warisan budaya adalah
kepentingan besar umat manusia di dunia dan bahwa warisan ini
perlu menerima perlindungan internasional;
Dipedomani oleh prinsip-prinsip mengenai perlindungan
benda budaya pada waktu sengketa bersenjata, sebagaimana
ditetapkan dalam Konvensi Den Haag 1899 dan 1977 dan dalam Pakta
washington 15 April 1935;
Merupakan pendapat bahwa perlindungan tersebut tidak dapat
efektif tanpa tindakan nasional serta internasional yang

dilakukan untuk mengaturnya pada waktu damai;
Ditetapkan untuk mengambil semua langkah-langkah yang
memungkinkan untuk melindungi benda budaya;
Menyetujui ketentuan-ketentuan berikut ini :

BAB I : Ketentuan Umum Mengenai Perlindungan

Definisi Benda Budaya
Pasal 1
Untuk kegunaan Konvensi ini, istilah "benda budaya", tanpa
memperhatikan asal dan kepemilikannya, meliputi :
(a) benda bergerak atau tidak bergerak yang mempunyai
kepentingan besar terhadap warisan budaya setiap orang, seperti
monumen-monumen arsitektur, seni atau sejarah, baik yang bersifat
religius maupun sekular; situs arkeologi; kelompok bangunan yang

secara keseluruhan mempunyai kepentingan sejarah atau artistik;
karya seni; sebagaimana koleksi-koleksi ilmiah dan
koleksi-koleksi penting dari buku-buku dan arsip-arsip atau
reproduksi dari benda-benda yang ditetapkan diatas;

(b) bangunan-bangunan yang kegunaan utama dan efektifnya
adalah untuk memelihara atau mempertunjukkan benda budaya
bergerak yang ditetapkan pada sub-paragraf (a) seperti
museum-museum, perpustakaan-perpustakaan besar dan
penyimpanan-penyimpanan arsip-arsip, dan, dan tempat
penampungan
untuk melindungi, pada waktu sengketa bersenjata, benda budaya
bergerak yang ditetapkan dalam subparagraf (a);
(c) pusat-pusat yang berisi sejumlah besar benda budaya
sebagaimana ditetapkan dalam sub-paragraf (a) and (b), untuk
diketahui sebagai "pusat-pusat yang berisi monumen-monumen".

Perlindungan Benda Budaya
Pasal 2.
Untuk kegunaan Konvensi ini, perlindungan benda budaya
terdiri dari pengamanan dan penghormatan terhadap benda budaya
tersebut

Pengamanan Benda Budaya
Pasal 3

Pihak-Pihak Peserta Agung berusaha pada waktu damai
untuk mempersiapkan pengamanan benda budaya yang terletak
dalam
teritorinya dari efek-efek yang dapat diperkirakan terjadi pada
waktu sengketa bersenjata, dengan melakukan tindakan-tindakan
yang mereka anggap sepatutnya.

Penghormatan Benda Budaya
Pasal 4.
(1) Pihak-Pihak Peserta Agung bertanggung jawab untuk

menghormati benda budaya baik yang terdapat dalam teritorinya
maupun dalam teritori Pihak Peserta Agung lainnya dengan cara
mencegah penggunaan benda budaya dan lingkungan sekitarnya atau
penggunaan alat-alat yang digunakan untuk perlindungan benda
budaya yang dapat mengakibatkan kehancuran atau kerusakannya
pada waktu sengketa bersenjata; dan dengan cara mencegah setiap
tindakan permusuhan yang ditujukan langsung terhadap benda
budaya tersebut.
(2) Kewajiban-kewajiban yang disebutkan diatas dalam

paragraf 1 dari Pasal ini hanya dapat dikesampingkan dalam hal
dimana kepentingan militer mengharuskan adanya
pengenyampingan yang demikian.
(3) Pihak-Pihak Peserta Agung selanjutnya berusaha
untuk melarang, mencegah dan, apabila perlu, menghentikan setiap
bentuk pencurian, penjarahan atau penyalahgunaan, dan setiap
tindakan-tindakan vandalisme yang ditujukan langsung terhadap
benda budaya. Mereka seharusnya, menghentikan pengambil
alihan-benda budaya bergerak yang terletak dalam teritori Pihak
Peserta Agung lainnya.
(4) Mereka seharusnya mencegah setiap cara tindakan
pembalasan yang diarahkan langsung terhadap benda budaya.
(5) Tidak ada Pihak Peserta Agung, dalam kaitannya dengan Pihak
Pesera Agung lainnya, yang boleh mengelak dari kewajibankewajiban yang ditetapkan dalam Pasal ini, dengan alasan fakta
bahwa Pihak yang disebut terakhir belum menerapkan tindakantindakan pengamanan yang dimaksud dalam Pasal 3.

Pendudukan
Pasal 5
(1) Setiap Pihak Peserta Agung yang sedang melakukan
pendudukan di seluruh atau sebagian teritori Pihak Peserta Agung

lainnya harus sedapat mungkin membantu otoritas nasional yang
berkompoten dari negara yang diduduki tersebut dalam pengamanan
dan pemeliharaan benda budayanya.

(2) Apabila terbukti perlu melakukan tindakan-tindakan untuk
memelihara benda budaya yang terletak di teritori yang diduduki
dan rusak akibat operasi-operasi militer, dan apabila otoritas nasional
yang berwenang ternyata tidak dapat melakukan tindakan-tindakan
dimaksud, maka Penguasa Pendudukan harus, sedapat mungkin
dalam kerjasama erat dengan otoritas tersebut, melakukan
tindakan-tindakan pemeliharaan yang paling diperlukan.
(3) Setiap Pihak Peserta Agung yang pemerintahnya dianggap
pemerintah yang sah oleh anggota-anggota suatu gerakan
perlawanan, harus, apabila mungkin, memperhatikan
kewajiban-kewajiban sesuai ketentuan-ketentuan dalam
Konvensi-Konvensi yang berkaitan dengan penghormatan benda
budaya.

Tanda Pembeda Benda budaya
Pasal 6

Sesuai dengan ketentuan-ketentuan Pasal 16, benda budaya boleh
mengenakan suatu lambang khusus sehingga mudah dikenali.

Tindakan-Tindakan Militer
Pasal 7
(1) Pihak-Pihak Peserta Agung berusaha pada waktu damai
memperkenalkan ke dalam perarutan-peraturan militer atau
instruksi-instruksi mereka tentang ketentuan-ketentuan yang
dapat menjamin ketaatan terhadap Konvensi ini, serta
meningkatkan semangat penghormatan terhadap budaya dan benda
budaya semua orang di kalangan anggota-anggota angkatan
bersenjata.
(2) Pihak-Pihak Peserta Agung berusaha untuk membuat rencana
atau menetapkan pada waktu damai didalam angkatan perangnya,
pelayanan atau personil ahli yang dimaksudkan untuk menjamin
penghormatan terhadap benda budaya serta untuk bekerjasama
dengan otoritas sipil yang bertanggung jawab untuk pengamanan
benda budaya.

BAB II : PERLINDUNGAN KHUSUS

Jaminan Perlindungan Khusus
Pasal 8
(1) Terhadap sejumlah terbatas tempat penampungan yang
dimaksudkan untuk menyimpan benda budaya bergerak pada saat
sengketa bersenjata dapat ditempatkan dibawah perlindungan
khusus, dan juga terhadap pusat-pusat yang berisi monumenmonumen dan benda budaya tak bergerak lainnya yang sangat
penting, apabila mereka :
(a) terletak pada suatu jarak yang memadai dari setiap pusat
industri besar atau dari setiap objek militer penting yang
merupakan suatu titik rawan, seperti, misalnya, suatu aerodrome,
stasiun siaran, perusahaan yang berkaitan dengan kerja pertahanan
nasional, suatu pelabuhan atau stasiun kereta api yang relatif
penting atau suatu jaringan utama komunikasi;
(b) tidak digunakan untuk tujuan-tujuan militer.
(2) Suatu tempat penampungan untuk benda budaya bergerak juga
dapat ditempatkan dibawah perlindungan khusus, dimanapun
lokasinya, jika didirikan sedemikian rupa sehingga, dalam semua
kemungkinan, tidak bisa dirusak oleh bom.
(3) Suatu pusat yang berisi monumen-monumen harus dianggap
digunakan untuk tujuan-tujuan militer apabila ia digunakan untuk

gerakan personil atau bahan militer, walaupun dalam transit. Hal
yang sama juga berlaku apabila kegiatan-kegiatan dihubungkan
secara langsung dengan operasi-operasi militer, penempatan
personil militer, atau produksi bahan-bahan perang yang dilakukan
dalam pusat tersebut.
(4) Penjagaan benda budaya yang disebut dalam paragraf 1 diatas
oleh petugas bersenjata yang ditugaskan untuk itu, atau kehadiran
petugas polisi yang sehari-harinya bertanggung jawab untuk
pemeliharaan ketertiban umum disekitar disekitar benda budaya,
seharusnya tidak dianggap digunakan untuk tujuan-tujuan militer.

(5) Jika setiap benda budaya yang disebutkan dalam paragraf 1 dari
Pasal ini terletak berdekatan dengan suatu objek militer yang
penting sebagaimana ditetapkan dalam paragraf tersebut, maka
benda budaya tersebut bagaimanapun dapat ditempatkan dibawah
perlindungan khusus jika Pihak Peserta Agung yang meminta
perlindungan tersebut itu berusaha, pada saat sengketa bersenjata,
untuk tidak menjadikannya sebagai sasaran, dan khususnya untuk
suatu pelabuhan, stasiun kereta api atau aerodrome, untuk
mengalihkan semua lalu-lintasnya daripadanya. Dalam hal yang

demikian maka pengalihan tersebut harus dipersiapkan pada waktu
damai.
(6) Perlindungan khusus diberikan untuk benda budaya melalui
pendaftarannya dalam "Pendaftaran Internasional atas Benda budaya
dibawah Perlindungan Khusus". Pendaftaran ini hanya dapat
dilakukan, sesuai dengan ketentuan-ketentuan Konvensi ini dan
dibawah syarat-syarat yang ditentukan dalam PeraturanPeraturan Pelaksanaan Konvensi ini.

Kekebalan Benda Budaya dibawah Perlindungan Khusus
Pasal 9
Pihak-Pihak Peserta Agung berusaha untuk menjamin kekebalan
benda budaya dibawah perlindungan khusus yaitu mulai dari waktu
pendaftarannya dalam Pendaftaran Internasional, menghentikan
setiap tindakan permusuhan yang ditujukan langsung kepada benda
tersebut dan, kecuali dalam kasus-kasus yang disebutkan dalam
paragraf 5 Pasal 8, menghentikan setiap
penggunaan benda tersebut atau sekitarnya untuk tujuan-tujuan
militer.

Identifikasi dan Pengawasan

Pasal 10
Pada waktu sengketa bersenjata, benda budaya yang berada dibawah
perlindungan khusus harus ditandai dengan lambang khusus
sebagaimana yang dijelaskan dalam Pasal 16, dan harus terbuka
untuk pengawasan internasional seperti diatur dalam PeraturanPeraturan untuk pelaksanaan Konvensi ini.

Pencabutan Kekebalan
Pasal 11
(1) Jika salah satu dari Pihak-Pihak Peserta Agung melakukan
pelanggaran atas kewajiban-kewajiban terhadap benda budaya yang
berada dibawah perlindungan khusus sebagaimana diatur dalam Pasal
9, maka Pihak lawan seharusnya, selama pelanggaran tersebut masih
berlangsung, dilepaskan dari kewajiban menjamin kekebalan benda
budaya yang bersangkutan. Namun demikian, pada setiap waktu
yang dimungkinkan, maka Pihak yang disebut belakangan
seharusnya yang pertama meminta penghentian pelanggaran tersebut
dalam waktu yang wajar.
(2) Terlepas dari kasus yang disebutkan dalam paragraf 1 Pasal ini,
kekebalan terhadap benda budaya yang berada dibawah
perlindungan khusus seharusnya dicabut hanya dalam hal adanya

kepentingan militer yang tidak dapat dihindarkan dan pencabutan itu
berlangsung hanya pada waktu kepentingan militer itu berlangsung.
Kepentingan militer yang demikian hanya dapat ditetapkan
Komandan dari suatu pasukan setingkat divisi atau yang diatasnya.
Apabila keadaan memungkinkan, Pihak lawan harus diberitahukan
tentang keputusan pencabutan kekebalan tersebut sebelumnya
dalam tenggang waktu yang cukup.
(3) Pihak yang mencabut kekebalan seharusnya, sesegara mungkin,
menginformasikan secara tertulis kepada Commissioner-General
untuk benda budaya yang ditetapkan dalam Peraturan-peraturan
pelaksanaan dari Konvensi, dengan menyebutkan alasanalasannya.

BAB III : PENGANGKUTAN BENDA BUDAYA
Pengangkutan dibawah Perlindungan Khusus
Pasal.12
(1) Pengangkutan yang secara khusus digunakan untuk pengiriman
benda budaya, baik dalam suatu teritori ataupun menuju suatu teritori
lain, boleh dilakukan atas permintaan Pihak Peserta Agung yang
terkait, dengan diletakkan dibawah perlindungan khusus sesuai

dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam Peraturan-Peraturan
pelaksanaan Konvensi.
(2) Pengangkutan dibawah perlindungan khusus berada dalam suatu
pengawasan internasional yang ditetapkan dalam PeraturanPeraturan yang telah disebutkan dan dengan menggunakan lambang
khusus sebagaimana yang digambarkan dalam Pasal 16.
(3) Pihak peserta Agung seharusnya menghentikan setiap tindakan
permusuhan yang ditujukan langsung terhadap pengangkutan
dibawah perlindungan khusus.

Pengangkutan dalam Kasus-Kasus yang Mendesak
Pasal 13
(1) Jika suatu Pihak Peserta Agung menimbang bahwa untuk
kepentingan keamanan dari benda budaya tertentu memerlukan
pemindahannya dan bahwa persoalannya demikian mendesak
sehingga prosedur yang ditetapkan dalam pasal 12 tidak dapat
diikuti, khususnya pada permulaan suatu sengketa bersenjata,
transportasinyanya boleh menggunakan lambang khusus yang
digambarkan dalam Pasal 16, jika suatu penerapan untuk kekebalan
yang dimaksud dalam Pasal 12 belum dibuat dan ditolak. Sedapat
mungkin pemindahan tersebut diberitahukan kepada Pihak lawan.
Namun demikian, pengangkutan yang membawa benda budaya
ke teritori dari suatu negara lain tidak boleh memperlihatkan
lambang khusus tanpa adanya kekebalan yang telah diberikan secara
tegas.
(2) PihakPihak Peserta Agung sedapat mungkin harus melakukan
tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menghindarkan
tindakan-tindakan permusuhan yang ditujukan langsung terhadap
pengangkutan yang digambarkan dalam paragraf 1 Pasal ini serta
sedapat mungkin menggunakan lambang khusus.
Kekebalan dari Penyitaan, Penangkapan dan Perompakan
Pasal 14
(1) Kekebalan dari penyitaan, penawanan atau penahanan harus
diberikan kepada:

(a) benda budaya yang menikmati perlindungan sebagaimana yang
ditetapkan dalam pasal 12 atau yang ditetapkan dalam Pasal 13;
(b) alat transport yang secara eksklusif dilibatkan dalam pemindahan
benda budaya.
(2). Tidak ada bagian dalam Pasal ini yang dapat membatasi hak
memeriksa dan menggeledah benda budaya yang dimaksud.

BAB IV : PERSONIL
Personil
Pasal 15
Sepanjang masih berkaitan dengan kepentingan-kepentingan
keamanan, untuk kepentingan benda budaya yang dilindungi, maka
orang-orang yang bertugas untuk melindungi benda budaya tersebut
dihormati; dan jika mereka jatuh ke tangan Pihak lawan maka
mereka pada setiap saat harus diijinkan untuk terus melaksanakan
tugasnya sekalipun benda budaya yang berada dibawah tanggung
jawabnya telah jatuh ketangan pihak lawan.

BAB V : Lambang Pengenal
Lambang Konvensi
Pasal 16
(1) Lambang pengenal dalam Konvensi ini berupa tameng yang
mengarah kebawah dengan saltir biru dan putih (sebuah tameng yang
terdiri dari suatu segi empat sama sisi biru yang salah satu sudutnya
merupakan ujung dari tameng, dan sebuah segitiga sama sisi biru yang
berada pada bagian atas; ruang disisi kiri dan kanannya terdiri dari
masing-masing sebuah segitiga warna putih)
(2) Lambang harus digunakan sebuah, atau digunakan tiga buah
dalam formasi segitiga (satu tameng dibawah), menurut syaratsyarat yang ditentukan dalam Pasal 17.
Penggunaan Lambang

Pasal 17
(1) Tanda pengenal yang digunakan tiga buah digunakan sebagai alat
identifikasi dari :
(a) benda budaya tak bergerak yang berada dibawah perlindungan
khusus;
(b) pengangkutan benda budaya menurut syarat-syarat yang
ditetapkan dalam Pasal 12 dan 13;
(c) tempat penampungan sementara, menurut syrat-syarat yang
ditetapkan dalam Peraturan-Peraturan untuk pelaksanaan Konvensi.
(2) Lambang pengenal yang digunakan satu buah digunakan sebagai
suatu alat identifikasi dari :
(a) benda budaya yang tidak dibawah perlindungan khusus;
(b) orang-orang yang bertanggung-jawab untuk melaksanakan
pengawasan sesuai dengan Peraturan-Peraturan untuk pelaksanaan
Konvnesi;
(c) personil yang terlibat dalam tugas perlindungan benda budaya;
(d) kartu-kartu identitas yang disebut dalam Peraturan-Peraturan
pelaksanaan Konvensi.
(3) Selama suatu sengketa bersenjata, penggunaan lambang khusus
dalam kasus-kasus lainnya dari yang disebut dalam paragraf
sebelumnya dari Pasal ini, dan penggunaan untuk setiap maksud
apapun dari suatu tanda yang mirip lambang pengenal, harus dilarang.
(4) Lambang pengenal tidak boleh ditempatkan pada setiap benda
budaya tak bergerak kecuali pada saat yang sama ada suatu otorisasai
yang dapat diperlihatkan sepatutnya dan ditandatangani oleh penguasa
yang berwenang dari Pihak Peserta Agung.

BAB VI : RUANG LINGKUP PENERAPAN KONVENSI
Penerapan Konvensi
Pasal 18
(1) Terlepas dari ketentuan-ketentuan yang berlaku diwaktu damai,
Konvesi ini berlaku pada setiap perang yang diumumkan atau
setiap sengketa bersenjata yang mungkin timbul diantara dua atau
lebih Pihak-Pihak Peserta Agung, sekalipun jika keadaan perang

tidak diakui oleh satu atau lebih dari mereka yang terlibat dalam
peperangan.
(2) Konvensi juga harus berlaku terhadap semua kasus pendudukan
baik terhadap sebagian atau seluruh wilayah dari suatu Pihak Peserta
Agung, sekalipun jika pendudukan tersebut tidak mendapatkan
perlawanan bersenjata.
(3) Jika salah satu dari pihak dalam sengketa bukan suatu pihak dari
Konvensi ini, maka mereka yang merupakan Pihak pada Konvensi
bagaimanapun harus terikat dalam hubungan mereka. Mereka
selanjutnya harus terikat dengan
Konvensi, dalam hubungan dengan mereka yang bukan merupakan
pihak pada Konvensi jika mereka yang disebut terakhir tersebut telah
menyatakan bahwa ia menerima ketentuan-ketentuan Konvensi dan
sepanjang ini berlaku terhadap
mereka.

Sengketa Bersenjata yang Tidak Bersifat Internasional
Pasal 19
(1) Pada saat sengketa bersenjata yang tidak bersifat internasional
yang terjadi dalam teritori dari satu Pihak Peserta Agung, maka
setiap pihak yang bersengketa terikat untuk memberlakukan
ketentuan-ketentuan dari Konvensi ini yang berhubungan dengan
pengormatan benda budaya sebagai ketentuan minimum.
(2) Pihak-Pihak yang bersengketa harus berusaha memberlakukan
semua atau sebagian ketentuan-ketentuan Konvensi ini, melalui
kesepakatan-kesepakatan khusus.
(3) Badan Ekonomi, Sosial dan Science dari PBB (UNESCO) boleh
menawarkan jasa-jasanya kepada pihak-pihak yang bersengketa.
(4) Penerapan dari ketentuan-ketentuan terdahulu tidak akan
mempengaruhi status hukum dari para pihak yang bersengketa.

BAB VII : PELAKSANAAN KONVENSI
Peraturan-Peraturan untuk Pelaksanaan Konvensi

Pasal 20
Prosedur untuk memberlakukan Konvensi ini ditetapkan dalam
Peraturan-Peraturan untuk pelaksanaannya, yang merupakan bagian
yang integral dari Konvensi.
Negara-Negara Pelindung
Pasal 21
Konvensi ini dan Peraturan-Peraturan untuk pelaksanaannya
harus diberlakukan dengan kerjasama dari Negara-Negara
Pelindung yang bertanggung-jawab untuk kepentingan-kepentingan
para Pihak yang bersengketa.
Prosedur Konsiliasi
Pasal 22
(1) Negara-Negara Pelindung harus memberikan jasa-jasa baiknya
dalam semua kasus dimana mereka anggap berguna untuk
kepentingan-kepentingan benda budaya, khususnya jika terdapat
ketidak-sepakatan diantara para Pihak
yang bersengketa misalnya tentang pemberlakuan dan penafsiran
dari ketentuan-ketentuan Konvensi atau Peraturan-Peraturan
pelaksanaannya.
(2) Untuk maksud ini, setiap Negara-negara Pelindung boleh, baik
atas undangan dari satu Pihak, dari Direktur Jenderal UNESCO,
atau atas inisiatif sendiri, mengusulkan kepada Pihak-Pihak yang
bersengketa suatu pertemuan dari wakil-wakilnya, dan khususnya
dari otoritas-otoritas yang
bertanggung-jawab terhadap perlindungan benda budaya, jika
dianggap patut di teritori netral yang dipilih. Pihak-pihak yang
bersengketa terikat untuk menanggapi usulan pertemuan yang dibuat
untuk mereka. Negara-negara Pelindung dapat mengusulkan
seseorang dari negara netral atau seseorang yang diusulkan oleh
Dirjen UNESCO, untuk diundang mengikuti pertemuan dan bertindak
sebagi ketua dalam pertemuan tersebut.
Bantuan UNESCO
Pasal 23

(1) Pihak-Pihak Peserta Agung boleh meminta bantuan teknis dari
UNESCO
untuk pengorganisasian perlindungan dari benda budaya mereka, atau
dalam hubungannya dengan persoalan lain yang timbul dari
pemberlakuan Konvensi ini atau Peraturan-Peraturan untuk
pelaksanaannya. ONESCO akan memberikan bantuan yang dimaksud
dalam batas-batas yang telah ditetapkan oleh program dan
sumberdayanya.
(2) UNESCO berwenang untuk membuat, dengan inisiatifnya sendiri,
usulan-usulan mengenai persoalan ini kepada PIhak-Pihak Peserta
Agung.

Persetujuan-persetujuan Khusus
Pasal 24
(1) Pihak-Pihak Peserta Agung boleh membuat persetujuanpersetujuan khusus untuk semua persoalan-persoalan mengenai
yang mereka anggap layak untuk dibuat ketentuan yang terpisah.
(2) Tidak ada persetujuan khusus yang boleh dibuat dengan tujuan
untuk mengurangi perlindungan yang diberikan oleh Konvensi ini
bagi benda budaya serta terhadap orang-orang yang terlibat dalam
perlindungannya.

Penyebarluasan Konvensi
Pasal 25
Pihak-Pihak Peserta Agung berusaha, baik pada waktu damai maupun
pada waktu sengketa bersenjata, untuk menyebar-luaskan teks dari
Konvensi ini dan Peraturan-Peraturan pelaksanaannya seluas
mungkin di dalam negaranya. Mereka berusaha, khususnya, untuk
memasukkan pelajaran tentang Konvensi ini dalam program militer
mereka dan, jika memungkinkan, dalam pelatihan sipil, sehingga
prinsip-prinsip Konvensi ini di beritahukan kepada seluruh
penduduk, khususnya angkatan bersenjata dan personil yang terlibat
dalam perlindungan benda budaya.

Terjemahan dan Laporan
Pasal 26
(1) Pihak-Pihak Peserta Agung akan berkomunikasi satu dengan
yang lainnya, melalui Direktur Jenderal UNESCO, mengenai
terjemahan-terjemahan resmi dari Konvensi ini serta PeraturanPeraturan pelaksanaannya.
(2) Selanjutnya, sedikitnya setiap empat tahun sekali, mereka harus
menyampaikan kepada Direktur Jenderal, suatu laporan yang
memberikan informasi mengenai setiap tindakan yang mereka
lakukan, yang dipersiapkan atau dipertimbangkan oleh masingmasing administrasi mereka dalam memenuhi ketentuan Konvensi ini
dan Peraturan pelaksanaannya.
Pertemuan-Pertemuan
Pasal 27
(1) Direktur Jenderal UNESCO boleh, denganpersetujuan
Executive Board, mengadakan pertemuan wakil-wakil Pihak Peserta
Agung. Ia harus mengadakan pertemuan demikian jika sedikitnya
seperlima dari Pihak-Pihak Peserta Agung memintanya.
(2) Dengan tidak mengabaikan fungsi-fungsi lain yang telah dibentuk
dalam Konvensi ini atau Peraturan pelaksanaannya, maksud
pertemuan tersebut adalah untuk membahas masalah-masalah
penerapan Konvensi ini dan
Peraturan-Peraturan pelaksanaannya, dan untuk merumuskan
rekomendasi yang berkaitan dengan Konvensi ini.
(3) Pertemuan selanjtunya dapat membuat suatu revisi dari Konvensi
ini atau Peraturan-Peraturan pelaksanaannya jika diwakili oleh
mayoritas Pihak-Pihak Peserta Agung, dan sesuai dengan ketentuanketentuan dalam Pasal 39

Sanksi

Pasal 28
Pihak-Pihak Peserta Agung berusaha untuk melakukan, dalam
kerangka kerja yurisdiksi kriminal mereka, semua langkahlangkah yang diperlukan untuk menuntut dan mengenakan sanksi
pidana atau sanksi disiplin terhadap setiap orang, apapun
kewarganegaraannya, yang melakukan atau menyuruh melakukan
suatu pelanggaran terhadap Konvensi ini.
KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP
Bahasa
Pasal 29
(1) Konvensi ini dibuat dalam teks bahasa Inggris, Perancis, Russia
dan Spanyol, yang keempatnya merupakan bahasa resmi Konvensi.
(2) UNESCO akan membuat penterjemahan Konvensi ini kedalam
bahasa-bahasa resmi lainnya dari Sidang Umumnya.
Penandatanganan
Pasal 30
Konvensi ini, mulai tanggal 14 Mei 1954 sampai dengan tanggal 31
Desember 1954, terbuka untuk ditandatangani oleh negara-negara
diundang untuk mengikuti Konperensi di Den Haag pada tanggal 21
April 1954 sampai dengan 14 Mei 1954.
Ratifikasi
Pasal 31
(1) Konvensi ini terbuka untuk diratifikasi oleh negara
penandatangan sesuai dengan prosedur konstitusional mereka masingmasing.
(2) Instrument-instrument ratifikasi disimpan oleh Direktur Jenderal
UNESCO.

Aksesi

Pasal 32
Terhitung sejak tanggal berlakunya, Konvensi ini terbuka untuk
diaksesi oleh semua Negara yang disebut dalam Pasal 30 yang belum
menandatanganinya, juga untuk Negara lainnya yang diundang untuk
ikut serta oleh Executive Board UNESCO. Aksesi akan berlaku
setelah penyimpanan instrumen aksesi oleh Direktur Jenderal
UNESCO.
Mulai Berlakunya Konvensi
Pasal 33
(1) Konvensi ini mulai berlaku tiga bulan setelah diterimanya lima
instrumen ratifikasi.
(2) Setelah itu, Konvensi mulai berlaku, bagi setiap Pihak Peserta
Agung, tiga bulan setelah penyimpanan instrumen ratifikasi atau
instrumen aksesinya.
(3) Situasi-situasi yang disebut dalam Pasal 18 dan 19 akan segera
memberikan pengaruh terhadap ratifikasi atau aksesi yang telah
disimpankan oleh Pihak-pihak yang bersengketa baik sebelum atau
sesudah permulaan permusuhah atau pendudukan. Dalam kasus
demikian, Direktur Jenderal UNESCO harus meneruskan komunikasi
yang ditunjuk dalam Pasal 38 dengan metoda tercepat.
Penerapan Effektif
Pasal 34
(1) Setiap Negera Peserta Konvensi pada saat berlakunya Konvensi
harus melakukan semua tindakan-tindakan yang diperlukan untuk
menjamin penerapan efektif dari Konvensi ini dalam waktu enam
bulan setelah mulai berlakunya.
(2) Periode ini adalah enam bulan setelah tanggal penyimpanan
instrumen ratifikasi atau instrumen aksesi bagi setiap Negara yang
menyimpan instrumen ratifikasi atau aksesinya setelah tanggal mulai
berlakunya Konvensi.

Perluasan Teritori Konvensi

Pasal 35
Setiap Pihak Peserta Agung boleh, pada waktu ratifikasi atau
aksesi, atau pada waktu kapanpun setelah itu, menyatakan notifikasi
yang dialamatkan kepada Direktur Jenderal UNESCO, bahwa
Konvensi ini akan diperluas ke seluruh atau setiap teritori dimana ia
bertanggung jawab atas hubungan internasional dari teritori tersebut.
Pemberitahuan berlaku efektif terhitung sejak tiga bulan setelah
diterimanya pemberitahuan tersebut.
Hubungan dengan Konvensi-Konvensi Sebelumnya
Pasal 36
(1) Dalam hubungan dengan Negara-Negara yang terikat dengan
Konvensi-Konvensi Den Haag mengenai Hukum dan Kebiasaan
Perang di Darat (IV) dan mengenai Pemboman Laut pada waktu
Perang (IX), baik yang dibuat pada tanggal 29 Juli 1899 ataupun
tanggal 18 Oktober 1907, dan yang juga
menjadi Pihak dalam Konvensi ini, maka Konvensi terakhir ini
merupakan pelengkap terhadap Konvensi yang disebut sebelumnya
(IX) dan terhadap Peraturan-Peraturan terlampir pada Konvensi yang
disebut sebelumnya (IV) dan akan menggantikan lambang yang
digambarkan dalam Pasal 5 Konvensi yang disebut didepan (IX)
dengan lambang yang digambarkan dalam Pasal 16 Konvensi ini,
dalam kasus dimana Konvensi ini dan Peraturan-Peraturan
pelaksanaannya menetapkan penggunaan lambang khusus ini.
(2) Dalam hubungan antara Negara-Negara yang terikat dengan
Pakta Washington tanggal 15 April 1935 tentang Perlindungan
Institusi-Institusi Seni dan Ilmiah serta Monumen Sejarah (pakta
Roerich) dan yang juga merupakan Peserta-Peserta Konvensi ini,
Konvensi yang kemudian ini merupakan pelengkap bagi Pakta
Roerich dan menggantikan bendera pembeda yang digambarkan
dalam Pasal III Pakta dengan lambang yang ditetapkan dalam Pasal
16 Konvensi ini, dalam kasus Konvensi ini dan Peraturan-Peraturan
pelaksanaannya menetapkan penggunaan lambang khusus.

Penolakan

Pasal 37
(1) Setiap Pihak Peserta Agung dapat menolak Konvensi ini, atas
namanya, atau atas nama setiap teritori dimana ia bertanggung jawab
atas hubungan internasionalnya.
(2) Penolakan tersebut harus dinotifikasikan melalui suatu instrumen
tertulis, yang disimpan di Direktur Jenderal UNESCO.
(3) Penolakan akan berlaku efektif satu tahun setelah penerimaan
instrumen penolakan. Bagaimanapun, jika, pada waktu berakhirnya
periode ini, Pihak yang menolak terlibat dalam suatu sengketa
bersenjata, penolakan tidak akan berlaku sampai akhir permusuhan,
atau sampai operasi-operasi pengembalian benda budaya dilengkapi,
salah satu yang terjadi belakangan.
Notifikasi
Pasal 38
Direktur Jenderal UNESCO akan memberitahukan Negara-Negara
yang ditunjuk dalam Pasal 30 dan 32, dan juga Perserikatan BangsaBangsa, tentang penyimpanan semua instrumen ratifikasi, aksesi atau
akseptasi yang ditetapkan dalam Pasal 31, 32 dan 39 dan
tentang notifikasi-notifikasi dan penolakan-penolakan yang
masing-masing ditetapkan dalam Pasal 35,
37 dan 39.
Revisi Konvensi dan Peraturan-Peraturan pelaksanaannya
Pasal 39
(1) Setiap Pihak Peserta Agung dapat mengusulkan amandemen
terhadap Konvensi ini atau terhadap Peraturan-Peraturan
pelaksanaannya. Teks dari setiap usulan amandemen harus
dikomunikasikan dengan Direktur Jenderal UNESCO yang akan
menyampaikannya kepada setiap Pihak Peserta Agung dengan
permintaan agar Pihak tersebut menjawabnya dalam waktu empat
bulan denga menyatakan apakah ia :
(a) menginginkan suatu Konfrensi diselenggarakan untuk
mempertimbangkan usulan amandemen;
(b) mendukung penerimaan usulan amandemen tanpa suatu
Konfrensi; atau

(c) mendukung penolakan usulan amandemen tanpa suatu
Konfrensi.
(2) Direktur Jenderal akan meneruskan jawaban-jawaban yang
diterimanya menurut paragraf 1 Pasal ini kepada semua Pihak
Peserta Agung.
(3) Jika semua Pihak-Pihak Peserta Agung, dalam jangka waktu yang
sudah ditentukan, telah menyatakan pandangan mereka kepada
Direktur Jenderal UNESCO, sesuai paragraf 1 (b) Pasal ini,
memberitahukannya bahwa mereka mendukung penerimaan
amandemen tanpa suatu Konfrensi, maka notifikasi keputusan mereka
dibuat oleh Direktur Jenderal sesuai dengan Pasal 38. Amandemen
berlaku efektif bagi semua Pihak Peserta Agung setelah sembilan
puluh hari dari tanggal notifikasi dimaksud.
(4) Direktur Jenderal akan memanggil Konfrensi Para Pihak Peserta
Agung untuk mempertimbangkan usulan amandemen jika diminta
demikian oleh lebih dari sepertiga dari Pihak Peserta Agung.
(5) Amandemen terhadap Konvensi atau terhadap PeraturanPeraturan pelaksanaannya, yang berkaitan dengan ketentuanketentuan dalam paragraf terdahulu, akan mulai berlaku hanya
setelah diterima secara bulat oleh Para Pihak Peserta Agung yang
diwakili dalam Konfrensi dan diterima oleh
Para Pihak Peserta Agung.
(6). Penerimaan oleh Para Pihak Peserta Agung atas amandemen
terhadap Konvensi atau terhadap Peraturan-Peraturan
pelaksanaannya, yang telah diterima oleh Konfrensi sebagaimana
disebut dalam paragraf 4 dan 5, akan
berlaku efektif setelah penyimpanan satu instrumen formal pada
Direktorat Jenderal UNESCO.
(7) Setelah mulai berlakunya amandemen terhadap Konvensi ini
atau terhadap Peraturan-Peraturan pelaksanaannya, maka hanya teks
Konvensi atau Peraturan pelaksanaan yang telah diamandemen yang
terbuka untuk diratifikasi atau diaksesi.

Pendaftaran

Pasal 40
Sesuai dengan Pasal 102 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,
Konvensi ini akan didaftarkan pada Sekretariat Perserikatan
Bangsa-Bangsa atas permintaan Direktur Jenderal UNESCO.
Dengan penuh kepercayaan penandatangan, dengan kekuasaan
penuh, menandatangani Konvensi ini.
Dibuat di Den Haag, hari ini 14 Mei 1954, dalam suatu salinan
tunggal yang akan disimpan pada arsip UNESCO, dan salinansalinan yang sudah disahkan akan dikirim kepada semua Negaranegara yang ditunjuk dalam Pasal 30 dan 32, dan juga kepada
Perserikatan Bangsa-Bangsa.

PERATURAN PELAKSANA KONVENSI BAGI
PERLINDUNGAN BENDA-BENDA BUDAYA

PADA SAAT PERTIKAIAN BERSENJATA

Bab I : Pengawasan
Daftar Personil Internasional
Pasal 1
Pada waktu berlakunya Konvensi, Directur Jendera UNESCO
membuat daftar internasional yang terdiri dari orang orang yang
dinominasikan oleh Pihak Pihak Peserta Agung yang memenuhi
untuk melaksanakan fungsi sebagai Komisaris jenderal untuk
Benda Benda Budaya. Atas dasar usulan Directur Jenderal
UNESCO, daftar ini akan direvisi secara periodk atas
dasar permintaan permintaan yang diformulasikan oleh Pihak Pihak
Peserta Agung.
Sistem Organisasi Pengawasan
Pasal 2
Segera setelah Pihak Peserta Agung terlibat pertikaian bersenjata
sesuai Pasal 18 Konvensi maka :
(a) Pihak Peserta Agung menunjuk suatu perwakilan untuk bendabenda budaya yang berlokasi di daerahnya; apabila benda-benda
budaya tersebut berlokasi di daerah yang diduduki pihak lain, maka
Pihak Peserta Agung menunjuk suatu perwakilan khusus untuk
benda-benda budaya yang berlokasi di daerah tersebut;
(b) Negara Pelindung yang bertindak atas nama masing-masing Pihak
yang bertikai beserta Pihak Peserta Agung menunjuk delegasi
delegasi yang diakreditasi oleh Pihak Peserta Agung sebagai
diatur dala Pasal 3 dibawah ini ;
(c) Komisaris jenderal untuk Benda-Benda Budaya ditunjuk bagi
Pihak Peserta Agung sesuai dengan ketentuan pasal 4.
Penunjukan Delegasi untuk Negara Pelindung
Pasal 3
Negara Pelindung menunjuk delegasi delegasi yang merupakan
anggota staff diplomatik atau staf konsul atau, dengan
persetujuan Pihak dimana mereka akan diakreditasi dari antara
orang orang lainnya.

Penunjukan Komisaris Jenderal
Pasal 4
(1) Komisaris Jenderal untuk Benda Benda Budaya dipilih dari
daftar personil internasional dengan persetujuan bersama antara
Pihak dimana yang bersangkutan akan diakreditasikan dan Negara
Pelindung yang bertindak atas nama Pihak Pihak yang Bertikai.
(2) Apabila Pihak Pihak tersebut gagal mencapai persetujuan dalam
waktu tiga minggu sejak pembicaraan dimulai, pada saat itu,
Pihak-Pihak tersebut dapat meminta Presiden Mahkamah
Internasional untuk menunjuk Komisaris Jenderal yang akan
melaksanakan tugasnya sampai Pihak dimana dia
diakreditasikan menyetujui penunjukannya.
Fungsi Delegasi
Pasal 5
Delegasi delegasi dari Negara Pelindung mencatat pelanggaran
pelanggaran Konvensi, menyelidiki, dengan persetujuan Pihak
dimana mereka diakreditasikan, situasi dimana hal itu terjadi,
membuat perwakilan perwakilan lokal untuk memastikan
penghentian dan jika perlu, memberi tahu Komisaris Jenderal
tentang pelanggaran yang terjadi. Mereka harus memastikan
Komisaris Jenderal mengetahui tentang kegiatan mereka.
Fungsi Komisaris Jenderal
Pasal 6
(1) Komisaris Jenderal membahas semua masalah yang diajukan
kepadanya sehubungan dengan pelaksanaan Konvensi, sesuai
dengan perwakilan Pihak dimana dia diakreditasikan dan dengan
delegasi yang bersangkutan.
(2) Komisaris Jenderal mempunyai kewenangan untuk memutuskan
dan menunjuk pada kasus kasus yang dijelaskan pada peraturan
perautran saat ini.
(3) Dengan persetujuan Pihak dimana dia diakreditasikan, Komisaris
Jenderal mempunyai hak untuk memutuskan suatu penyelidikan
atau melakukannya sendiri.

(4) Komisaris Jenderal membentuk perwakilan perwakilan untuk
Pihak Pihak yang bertikai atau untuk Negara Pelindung yang menurut
pertimbangan Komisi Jendral perlu untuk penerapan Konvensi ini.
(5) Komisaris Jenderal membuat laporan-laporan yang mungkin
diperlukan untuk pelaksanaan Konvensi dan
menyebarluaskannya kepada Pihak Pihak yang berkepentingan dan
kepada Negara Pelindung. Komisaris Jenderal mengirimkan tembusan
laporan kepada Direktur Jendral UNESCO, yang mungkin akan
memakai bagian teknisnya saja.
(6) Apabila Negara Pelindung tidak ada, Komisaris Jenderal akan
berfungsi sebagai Negara Pelindung seperti dituliskan pada Pasal
21 dan Pasal 22 dari Konvensi.

Pengawas dan Para Ahli
Pasal 7
(1) Kapanpun Komisaris Jenderal Benda- Benda Budaya merasa
perlu, baik atas permintaan delegasi yang bersangkutan atau setelah
berkonsultasi dengan mereka, Komisaris Jenderal mengusulkan,
dengan persetujuan dari Pihak dimana dia diakreditasikan,
seorang pengawas Benda Benda Budaya yang bertanggung jawab
untuk suatu tugas khusus. Seorang pengawas hanya
bertanggung jawab kepada Komisaris Jenderal.
(2) Komisaris Jenderal, delegasi, dan pengawas boleh meminta
bantuan para ahli, yang akan diusulkan dengan persetujuan dari Pihak
yang disebutkan pada paragraf sebelumnya.
Pemberhentian Misi Pengawas
Pasal 8
Komisaris Jenderal untuk Benda Benda Budaya, delegasi dari Negara
Pelindung, pengawas dan para ahli tidak boleh bertindak
melampaui mandatnya. Khususnya, mereka akan mempertimbangkan
kepentingan keamanan daripada Pihak Peserta Agung dimana
mereka diakreditasikan dan bertindak pada segala macam situasi
sesuai dengan persayaratan situasi militer seperti
dikomunikasikan kepada mereka oleh Pihak Peserta Agung.

Penggantian Negara Pelindung
Pasal 9
Apabila salah satu Pihak yang bertikai tidak mendapatkan manfaat
atau berhenti mengambil manfaat dari suatu Negara Pelindung,
maka suatu negara yang netral dapat di minta untuk melaksanakan
fungsi dari Negara Pelindung dengan memperhatikan penunjukan
dari Komisaris Jenderal untuk Benda Benda Budaya sesuai dengan
prosedur yang tertulis dalam Pasal 4. Jika diperlukan, Komisaris
Jenderal yang ditunjuk dapat mempercayakan kepada pengawas
mengenai fungsi dari delegasi Negara Pelindung seperti yang
dijelaskan pada Peraturan ini.
Pembiayaan
Pasal 10
Penggajian dan Pembiayaan dari Komisaris Jenderal untuk Benda
Benda Budaya, Pengawas, dan Para Ahli dibayar oleh Pihak dimana
mereka diakreditasikan. Penggajian dan Pembiayaan delegasi dari
Negara Pelindung bergantung pada persetujuan antara dua Negara dan
Negara Negara yang kepentingannya perlu dijaga.

Bab II : Perlindungan Khusus
Penampungan sementara
Pasal 11
(1) Apabila, pada waktu pertikaian bersenjata, Pihak Peserta
Agung terdorong oleh keadaan keadaan yang tidak bisa diduga
harus mendirikan tempat penampungan sementara dan berkeinginan
supaya benda tersebut ditempatkan dibawah perlindungan khusus,
maka Pihak Peserta Agung harus mengkomunikasikan hal ini kepada
Komisaris Jenderal yang diakreditkan kepada Pihak tersebut.
(2) Apabila Komisaris Jenderal menimbang bahwa langkah tersebut
memang harus diambil karena situasinya dan karena pentingnya
benda benda budaya dilindungi dalam tempat penampungan ini,
Komisaris jenderal boleh memberi otoritas kepada Pihak Peserta
Agung untuk memasang di tempat penampungan tersebut lambang

khusus seperti di definisikan dalam pasal 16 dalam Konvensi.
Komisaris Jenderal harus segera mengkomunikasikan
keputusan ini kepada delegasi Negara Pelindung yang bersangkutan,
yang masing masing boleh, dalam waktu tiga puluh hari,
memerintahkan penarikan segera lambang tersebut.
(3) Segera setelah delegasi-delegasi menunjukan persetujuannya atau
apabila batas waktu tiga puluh hari telah lewat tanpa ada keberatan
dari delegasi yang bersangkutan, dan apabila, dalam pandangan
Komisaris Jenderal tempat penampungan tersebut memenuhi
kondisi-kondis yang dinyatakan dalam pasal 8 dari Konvensi,
Komisaris Jenderal dapat meminta Directur Jenderal UNESCO untuk
memasukkan tempat penampungan tersebut dalam Daftar benda
Benda Budaya di Bawah Perlindungan Khusus.
Daftar Internasioanl Untuk Benda Budaya Di Bawah
Perlindungan Khusus
Pasal 12
(1) Suatu " Daftar Internasioanl Benda Benda Budaya Dibawah
Perlindungan Khusus" akan disusun.
(2) Direktur Jenderal UNESCO akan mengurusi daftar ini. Direktur
Jenderal memberikan tembusan kepada Sekretaris Jenderal PBB dan
kepada Pihak Pihak Peserta Agung.
(3) Daftar tersebut dibagi menjadi bagian bagian, masing masing atas
nama Pihak Peserta Agung. Setiap bagian akan dibagi lagi menjadi
tiga paragraph, dengan judul : Tempat penampungan, Pusat-pusat
dimana monumen berada, Benda Benda Budaya yang tidak dapat
dipindahkan. Direktur Jenderal akan menentukan rincian isi dari
masing masing bagian.

Permohonan untuk Pendaftaran
Pasal 13
(1) Setiap Pihak Peserta Agung dapat menyerahkan kepada
Direktur Jenderal UNESCO permohonan untuk dimasukkan dalam
daftar tempat penampungan, pusat pusat yang ada monumennya, atau
benda benda budaya yang tidak dapat dipindahkan yang terletak

dalam daerahnya. Permohonan ini harus memberikan deskripsi
lokasi dari benda benda tersebut dan harus menjelaskan bahwa
benda benda tersebut sesuai dengan ketentuan ketentuan pasal 8
dari Konvensi.
(2) Pada waktu pendudukan, Penguasa Pendudukan berwenang
membuat permohonan tersebut.
(3) Direktur Jenderal UNESCO, akan segera mengirim tembusan
permohonan untuk pendaftaran kepada setiap Pihak Pihak Peserta
agung.
Keberatan-keberatan
Pasal 14
(1) Setiap Pihak Pihak Peserta Agung, boleh melalui surat ditujukan
kepada Direktur Jenderal UNESCO, memasukkan keberatan atas
pendaftaran benda benda budaya. Surat ini harus diterima oleh
Direktur Jenderal dalam waktu empat bulan dari hari dimana dia
mengirimkan tembusan permohonan pendaftaran.
(2) Keberatan tersebut harus menyatakan alasan dibelakangnya,
alasan alasan yang berlaku adalah :
(a) benda tersebut bukan benda budaya
(b) benda tersebut tidak memenuhi kondisi kondisi yang disebutkan
dalam pasal 8 Konvensi.
(3) Direktur Jenderal akan segera mengirimakan tembusan surat
keberatan kepada Pihak Pihak Peserta Agung. Dia harus, apabila
perlu, meminta pendapat dari Komite Internasional Monumen,
daerah daerah Artistik and Historik, dan Penggalian Arkeologi dan
juga, apabila menurutnya diperlukan, pendapat dari organisasi atau
orang orang yang berkompetensi.
(4) Direktur Jenderal atau Pihak Peserta Agung yang mengajukan
pendaftaran, boleh membuat representasi yang menurut mereka
diperlukan kepada Pihak Pihak Peserta Agung yang memasukkan
keberatan, dengan suatu pendapat yang dapat mengakibatkan
ditariknya keberatan tersebut.

(5) Apabila Pihak Peserta Agung yang membuat permohonan
pendaftaran pada masa damai menjadi terlibat dalam pertikaian
bersenjata sebelum dimasukkan dalam daftar, benda benda budaya
yang bersangkutan harus segera dimasukkan kedalam daftar oleh
Direktur Jenderal, dengan menunda konfirmasi, pencabutan atau
pembatalan dari keberatan yang mungkin akan ada atau sudah
dibuat.
(6) Apabila dalam waktu enam bulan dari tanggal penerimaan surat
keberatan, Direktur Jenderal belum menerima dari Pihak Peserta
Agung yang menyerahkan keberatnnya sebuah komunike yang
menyatakan bahwa keberatan tersebut belum ditarik, Pihak Peserta
Agung yang menyerahkan permohonan pendaftaran dapat meminta
arbitrasi sesuai dengan prosedur yang disebutkan dalam paragraph
berikut ini.
(7) Permohonan arbitrasi tidak boleh dibuat dalam waktu lebih dari
satu tahun setelah tanggal diterimanya surat keberatan oleh Director
General. Ketika lebih dari satu surat keberatan dikirimkan untuk
satu permohonan pendaftaran, Pihak Pihak Peserta Agung yang
memasukkan surat keberatan harus, dengan kesadarannya, menunjuk
satu arbitrasi. Dua arbiter (wasit) harus memilih satu kepala arbitrasi
dari daftar personil internasioanl yang disebutkan dalam pasal 1 dari
peraturan ini. Apabila para arbiter tidak dapat mencapai kesepakatan
untuk memilih satu, mereka harus menanyakan kepada Presiden
Mahkamah Internasional untuk memilih satu kepala arbitrasi yang
mungkin tidak harus dipilih dari daftar internasional. Pengadilan
arbitrasi kemudian menentukan
prosedurnya sendiri. Tidak akan ada banding untuk keputusan yang
diambil.
(8) Setiap Pihak Pihak Peserta Agung dapat mengumumkan , pada
setiap saat suatu perselisihan untuk suatu Pihak muncul, bahwa
Pihak tersebut tidak ingin melaksanakan prosedure arbitrasi yang
tersebut dalam paragraf sebelum ini. Pada kasus ini, keberatan atas
permohonanan pendaftaran dapat diserahkan oleh Direktur Jenderal
kpada Pihak Pihak Peserta Agung. Keberatan hanya aan
dikonfirmasi apabila Pihak Pihak Peserta Agung memutuskan dengan
dua pertiga mayoritas dari Pihak Pihak Peserta Agung yang
mengikuti Voting. Voting ini akan dilaksanakan dengan sistem
korespondense, kecuali jika Direktur Jenderal UNESCO
mengganggap penting untuk berkumpul untuk mengadakan rapat

dibawah kekuasan yang dimiliknya sesuai dengan pasal 27 dari
Konvensi. Apabila Direktur Jenderal memutuskan untuk
melaksanakannya dengan sistim korespondensi, dia harus
mengundang Pihak Pihak Peserta Agung untuk mengirimkan
keputusannya (vote) melalui surat tertutup
dalam waktu enam bulan dari hari mereka diminta untuk
melakukannya.
Pendaftaran
Pasal 15
(1) Direktur Jenderal UNESCO harus memasukkan ke dalam
Pendaftaran, dengan nomer seri, setiap benda budaya yang
permohonan pendaftarannya telah dibuat, asalkan dia belum
menerima surat keberatan dalam jangka waktu yang telah disebutkan
dalam paragraf 1 Pasal 14.
(2) Apabila suatu keberatan sudah dimasukkan, dan dengan tidak
mengabaikan ketentuan dari paragraf 5 Pasal 14, Direktur Jenderal
akan memasukkan benda-benda ke dalam daftar hanya bila keberatan
telah dicabut atau telah gagal untuk dikonfirmasikan setelah
mengikuti prosedur yang disebutkan dalam paragraf 7 atau paragrf 8
Pasal 14.

(3) Apabila paragraf 3 Pasal 11 berlaku, maka Direktur Jenderal akan
memasukkan benda benda budaya dalam daftar apabila diminta oleh
Komisaris Jenderal untuk Benda Benda Budaya.
(4) Direktur Jenderal akan segera mengirimkan kepada Sekretaris
Jenderal PBB, kepada Pihak Pihak Peserta Agung, dan atas
permintaan Pihak yang membuat permohonan, kepada semua Negara
yang disebutkan pada pasal 30 dan 32 dari Konvensi, tembusan
yang telah disertifikasi dari setiap ijin pendaftaran. Ijin akan mulai
efektif berlaku tiga puluh hari sesudah pengiriman tembusan
tersebut.

Pembatalan

Pasal 16
(1) Direktur Jenderal UNESCO akan membatalkan pendaftaran dari
benda benda budaya bila :
(a) atas permintaan Pihak Peserta Agung yang menguasai daerah
dimana benda benda budaya itu terletak.
(b) apabila Pihak Peserta Agung yang meminta pendaftaran telah
menolak konvensi, dan ketika penolakan itu telah berlaku.
(c) dalam situasi khusus seperti tertuang dalam pasal 14 paragraf
5, ketika suatu keberatan diterima setelah melalui prosedur yang
tersebut dalam paragraph 7 atau paragraph 8 Pasal 14.
(2) Direktur Jenderal akan segera mengirimkan kepada Sekretaris
Jenderal PBB dan semua Negara yang menerima tembusan ijin
pendaftaran, tembusan yang disertifikasi dari pembatalan.
Pembatalan akan mulai efektif berlaku tiga puluh hari sesudah
pengiriman tembusan tersebut.

Bab III : Pemindahan Benda Budaya
Prosedur untuk memperoleh Imunitas/Kekebalan
Pasal 17
(1) Permohonan yang tersebut dalam paragraf 1 Pasal 12 dalam
Konvensi ini akan ditujukan kepada Komisaris Jenderal untuk
Benda Benda Budaya. Permohonan itu harus menyebutkan alasan
yang mendasarinya dan menjelaskan perkiraan jumlah dan mengenai
pentingnya benda benda itu untuk dipindahkan, lokasinya saat ini,
lokasi yang dipertimbangkan, alat transportasi yang digunakan, rute
perjalanan yang akan dilewati, tanggal pemindahan yang
diajukan, dan informasi-informasi relevan lainnya.
(2) Apabila Komisaris Jenderal, setelah menimbang pendapat yang
diperolehnya tepat, menggangap bahwa pemindahan memang harus
dilakukan, dia harus berkonsultasi dengan delegasi-delegasi dari
Negara Pelindung yang terkait mengenai cara-cara yag diusulkan
untuk memindahkannya. Setelah konsultasi tersebut, dia harus
memberitahu Pihak Pihak yang terlibat dalam konflik tentang
pemindahan serta semua informasi penting yang dimasukkan dalam
surat pemberitahuan tersebut.

(3) Komisaris Jenderal akan memilih satu atau lebih pengawas, yang
akan memeriksa bahwa hanya benda benda yang tertulis dalam
permohonan yang akan dipindahkan dan bahwa transportasinya
akan dilakukan dengan cara yang disetujui dan memakai lambang
lambang khusus. Pengawas atau para pengawas akan mendampingi
benda benda tersebut sampai ditempat tujuannya.
Transportasi Ke Luar Negeri
Pasal 18
Apabila pemindahan dibawah perlindungan khusus dilakukan ke
negara lain, pemindahan ini harus diatur tidak saja berdasarkan
pada pasal 12 dari Konvensi dan pasal 17 dari peraturan ini, tetapi
juga dengan mengikuti ketentuan ketentuan berikut ini :
(a) Sementara benda benda budaya tersebut tetap berada dalam
teritori negara lain, negara dimana tempat benda budaya tersebut
disimpan akan memberikan perlakuan secermat mungkin pada benda
tersebut sebagaimana mereka memperlakuan benda budaya mereka
yang nilainya seimbang.
(b) Negara penyimpan harus mengembalikan benda benda tersebut
hanya pada akhir pertikaian; pengembalian tersebut dilakukan dalam
waktu enam bulan dari tanggal permintaan.
(c) Pada saat operasi pemindahan, dan sementara masih berada di
dearah negara lain, benda benda budaya tersebut harus dibebaskan
dari penyitaan dan tidak dapat diberikan baik oleh pemberi benda
ataupun penyimpan. Akan tetapi, jika pertimbangan keamanan
keamanan benda memerlukannya, maka negara penyimpan dapat,
dengan persetujuan pemberi barang, memindahkan benda benda
tersebut ke daerah negara ketiga, dibawah kondisi kondisi yang
disebutkan dalam pasal pasal ini,
(d) Permohonan untuk perlindungan khusus harus menunjukkan
bahwa negara yang daerahnya dipakai untuk pemindahan benda
tersebut menerima ketentuan ketentuan dari pasal ini.

Daerah Pendudukan

Pasal 19
Jika suatu Pihak Peserta Agung yang menduduki daerah Pihak
Peserta Agung lainnya memindahkan benda benda budaya ke
tempat penampungan dimanapun di daerah tersebut, tanpa dapat
mengikuti prosedur yang termuat dalam pasal 17 dari peraturan ini,
pemindahan seperti itu tidak dapat dianggap bertentangan dengan
ketentuan pasal 4 dari Konvensi, asalkan Komisaris Jenderal untuk
Benda benda Budaya memberi sertifikasi dalam bentuk tertulis,
setelah berkonsultasi dengan pemelihara yang seharusnya,
pemindahan tersebut penting dilaksanakan karena situasinya.

Bab IV : Lambang Khusus
Pembubuhan Lambang
Pasal 20
(1) Penempatan lembang khusus dan tingkatan ketampakannya
harus diserahkan pada kebijaksanaan dari otoritas yang berwenang
dari setiap Pihak Peserta Agung. Hal ini ini bisa dipertunjukkan
pada bendera-bendera atau ban lengan , boleh dicat pada suatu benda
atau ditampilkan dalam setiap bentuk yang pantas.
(2) Bagaimanapun, tanpa mengabaikan setiap tanda-tanda yang
mungkin lebih besar, lambang harus, pada saat sengketa bersenjata
dan dalam kasus-kasus yang disebut dalam pasal 12 dan 13
dari Konvensi, ditempatkan pada kendaraan-kendaraan
pengangkutan sehingga menjadi jelas terlihat pada siang hari dari
udara maupun dari darat.
Lambang yang harus terlihat dari darat :
(a) pada selang waktu tertentu cukup untuk mengindikasikan secara
jelas garis keliling dari suatu pusat yang berisi monumen-monumen
dibawah perlindungan khusus;
(b) pada pintu masuk menuju benda budaya tak bergerak lainnya
yang berada dibawah perlindungan khusus.

Identifikasi Personil

Pasal 21
(1) Orang-orang yang disebut dalam pasal 17 , paragraf 2 (b) dan (c)
dari Konvensi boleh memakai suatu ban lengan yang memuat
lambang khusus, yang dikeluarkan dan dicap oleh otoritas yang
berwenang.
(2). Orang-orang tersebut harus membawa kartu identitas khusus
yang memuat lambang khusus. Kartu ini harus menyebutkan
sedikitnya nama keluarga dan nama kecil, pangkat, dan fungsi dari si
pembawa. Kartu harus memuat foto si pembawa serta tanda
tangannya atau cap jarinya, atau keduanya. Kartu ini harus memuat
cap timbul dari otoritas yang berwenang.
3. Setiap Pihak Peserta Agung harus membuat kartu identita