Pemilu dan Money Politc (1)

KEWARGANEGARAAN
PEMILU DAN PRAKTEK MONEY POLITIC DALAM
PENERAPAN DEMOKRASI DI INDONESIA

NAMA

: LUH TAMI ASTINI

NIM

: 1417051141

KELAS

: 2C

JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM S1
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2015


KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena saya telah
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemilu dan Praktek Money Politic dalam
Penerapan Demokrasi di Indonesia” tepat waktu.
Dengan segala keterbatasan pengetahuan dan sumber-sumber yang saya miliki dan
saya dapatkan, saya sangat menyadari bahwa makalah yang saya susun masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat saya harapkan, demi lebih
sempurnanya makalah ini.
Dan akhirnya saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Om Santih Santih Santih Om

Singaraja, 30 April 2015

Penulis,

1


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 1
1.3 Manfaat................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Demokrasi.......................................................................................... 3
2.2 Demokrasi di Indonesia....................................................................................... 4
2.3 Pengertian Pemilu................................................................................................ 6
2.4 Perkembangan Pemilu di Indonesia..................................................................... 7
2.5 Praktek Money Politic di Indonesia..................................................................... 9
BAB III PENUTUP............................................................................................................ 13
3.1 Kesimpulan........................................................................................................... 13
3.2 Saran .................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

2


BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara yang menganut sistem demokrasi,
dimana kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh rakyat
itu sendiri atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih melalui sistem pemilihan yang
bebas. Sejak zaman kemerdekaan, pelaksanaan demokrasi di Indonesia telah mengalami
perkembangan dari tahun ke tahun.
Negara dengan sisitem demokrasi tentu tidak dapat dilepaskan dari pelaksanaan
PEMILU (Pemilihan Umum). Pelaksanaan pemilu merupakan suatu sarana untuk
memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki kursi pemerintahan. Sayangnya,
pelaksanaan pemilu di Indonesia belum dapat berjalan dengan baik. Pelaksaan pemilu
tersebut masih banyak diwarnai kecurangan-kecurangan oleh pihak-pihak tertentu.
Praktek Money Politic merupakan salah satu kecurangan yang dilkaukan untuk
menyogok masyarakat untuk mau memilih partai atau perwakilan agar dapat
menduduki kursi pemerintahan.


1.2

Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai
berikut.
a. Apa pengertian dari demokrasi?
b. Bagaimana pelaksanaan demokrasi di Indonesia?
c. Apa pengertian dari pemilu?
d. Bagaimana perkembangan pelaksanaan pemilu di Indonesia?
e. Bagaimana praktek Money Politic di Indonesia?

1.3

Manfaat
Manfaat penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Kita dapat mengetahui apa pengertian demokrasi.
b. Kita dapat mengatahui bagaimana pelaksaan demokrasi di Indonesia.
c. Kita dapat mengetahui pengertian pemilu..
d. Kita dapat mengetahui bagaimana perkembangan pelaksanaan pemilu di Indonesia.

e. Kita dapat mengetahui bagaimana praktek Money Politic di Indonesia.

1

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Demokrasi

2

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, dari kata demos dan kratos. Demos
artinya rakyat. kata kratos berarti pemerintahan. Jadi, demokrasi berarti
pemerintahan rakyat,yaitu pemerintahan yang rakyatnya memegang peranan yang
sangat menenentukan.
Kata demokrasi merujuk kepada konsep kehidupan negara atau
masyarakat, dimana warga negara dewasa turut berpartisipasi dalam pemerintahan
melalui wakilnya yang diplih melalui pemilu. Pemerintahan di Negara demokrasi

juga mendorong dan menjamin kemerdekaan berbicara, beragarna, berpendapat,
berserikat setiap warga Negara, menegakan rule of law, adanya pemerintahan
menghormati hak-hak kelompok minoritas; dan masyarakat warga Negara memberi
peluang yang sama untuk mendapatkan kehidupan yang layak.
Menurut Internasional Commision of Jurits, demokrasi adalah suatu
bentuk pemerintahan oleh rakyar dimana kekuasaan tertinggi ditangan rakyat dan di
jalankan langsung oleh mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih dibawah
sistem pemilihan yang bebas. Jadi, yang di utamakan dalam pemerintahan demokrasi
adalah rakyat.
Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi suatu tatanan yang diterima dan dipakai
oleh hampir seluruh Negara di dunia. Ciri-ciri suatu pemerintahan demokrasi adalah
sebagai berikut:
1.

Adanya keterlibatan warga Negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan
politik, baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan).

2.

Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi

rakyat (warga Negara).

3.

Adanya persamaan hak bagi seluruh warga Negara dalam segala bidang.

4.

Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai
alat penegakan hukum

5.

Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga Negara.

6.

Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan
mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah.


3

7.

Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga
perwakilan rakyat.

8.

Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih)
pemimpin Negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat.

9.

Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan, dan
sebagainya)

2.2

Demokrasi di Indonesia

A.

Perkembangan Demokrasi Di Indonesia
Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dibagi dalam empat
periode, yaitu:
a.

Periode 1945 – 1959 masa demokrasi parlementer.
Pada masa demokrasi parlementer lebih menonjolkan peranan parlemen
serta partai – partai. Kelemahan demokrasi parlementer memberi peluang
untuk dominasi partai – partai politik dan DPR.

b.

Periode 1959 - 1965 masa demokrasi terpimpin.
Pada masa demokrasi terpimpin banyak aspek yang telah menyimpang
dari demokrasi konstitusional dan lebih menampilkan beberapa aspek dari
demokrasi rakyat.

c.


Periode 1966 – 1998 masa demokrasi pancasila era orde baru.
Pada masa demokrasi pancasila era orde baru merupakan demokrasi
konstitusional yang menonjolkan system presidensial. Namun dalam
perkembangannya peran presiden semakin dominan terhadap lembaga –
lembaga Negara yang lain. Kelemahan demokrasi ini adalah pancasila
hanya digunakan sebagai legitimasi politis penguasa saat itu, sebab
kenyataannya yang dilaksanakan tidak sesuai dengan nilai – nilai
pancasila.

d.

Periode 1999 - sekarang masa demokrasi pancasila era reformasi.
Pada masa demokrasi pancasila era reformasi berakar pada kekuatan
multi partai yang berusaha mengembalikan perimbangan kekuatan antar
lembaga Negara, antara lain eksekutif, yudikatif, dan legislative.
Kelebihan pada masa ini adalah peran partai politik kembali menonjol,
sehingga iklim demokrasi memperoleh nafas baru.
4


Konstitusi

Indonesia,

UUD

1945,

menjelaskan

bahwa

Indonesia adalah sebuah Negara demokrasi. Presiden dalam menjalankan
kepemimpinannya harus memberikan pertanggungjawaban kepada MPR
sebagai wakil rakyat. Oleh karena itu secara hirarki rakyat adalah
pemegang kekuasaan tertinggi melalui sistem perwakilan dengan cara
pemilihan umum. Pada era Presiden Soekarno, Indonesia sempat
menganut demokrasi terpimpin tahun 1956. Indonesia juga pernah
menggunakan demokrasi semu(demokrasi pancasila) pada era Presiden
Soeherto hingga tahun 1998 ketika Era Soeharto digulingkan oleh
gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa yang telah memakan banyak
sekali harta dan nyawa dibayar dengan senyum gembira dan rasa syukur
ketika Presiden Soeharto mengumumkan "berhenti sebagai Presiden
Indonesia" pada 21 Mei 1998. Setelah era Seoharto berakhir Indonesia
kembali menjadi Negara yang benar-benar demokratis mulai saat itu.
Pemilu demokratis yang diselenggarakan tahun 1999 dimenangkan oleh
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Pada tahun 2004 untuk pertama
kali Bangsa Indonesia menyelenggarakan pemilihan umum presiden. Ini
adalah sejarah baru dalam kehidupan demokrasi Indonesia.
B.

Pelaksanaan Demokrasi Di Indonesia
Berdasarkan Pembukaan UUD 1945, telah dijelaskan bahwa bentuk
pemerintahan

Indonesia

adalah

demokrasi

Pancasila

dengan

sistem

pemerintahan presidensil.
Demokrasi Pancasila adalah sistem pemerintahan yang telah mengatur
berbagai sisi kehidupan masyarakat Indonesia yang memiliki komposisi
majemuk. Pada perjalanannya, Negara ini telah mencoba beberapa sistem
demokrasi untuk mengatur pemerintahan di Indonesia, seperti demokrasi liberal
dan demokrasi terpimpin. Namun, sistem demokrasi pancasila dinilai paling
cocok dengan keadaan Negara tersebut sehingga tujuannya mampu untuk
mengatasi permasalahan disintegrasi sosial yang sangat rawan terjadi pada
masyarakat Indonesia.
Dalam pelaksanaannya, demokrasi pancasila belum mampu dijalankan
secara optimal. Sehingga masih banyak kekurangan yang dapat dilihat dari
sistem pemerintahan yang ada. Bukan karena tidak cocok atau Pancasila tidak
5

mampu lagi untuk mengatur Negara ini, namun kurang optimalnya pelaksanaan
demokrasi Pancasilalah yang sebenarnya menjadi penyebab utama timbulnya
kekurangan-kekurangan tersebut.
Masih banyak lagi permasalahan jika hari terus berlanjut. Kehidupan
dimana demokrasi sekarang menjadi sebuah kepentingan telah mencoreng arti
demokrasi Pancasila yang sebenarnya. Ironisnya, masyarakat hanya mampu
menjadi saksi bisu apa yang dilakukan oleh pejabat-pejabat Negara. Entah
karena kurangnya wadah untuk menyampaikan aspirasinya atau memang
kesadaran akan berdemokrasi telah mengalami kejenuhan. Sehingga
masyarakat hanya menganggap suara mereka adalah suara yang percuma.
Sebagai pejabat, pemerintah kurang berhasil membawa masyarakatnya
menuju perubahan dimana mereka dapat selalu berkicau menghiasi iklim
demokrasi di Negara ini. Namun, di sisi lain masyarakat juga masih kurang
ilmu dalam sistem yang ada sekarang ini. Masyarakat juga cenderung masih
melakukan banyak penyimpangan guna kepentingan mereka sendiri. Di sisi
lain, juga masih banyak warga Negara yang meras takut untuk menyampaikan
kritik kepada pemerintah guna kemajuan bersama.
Ketakutan-ketakutan dan penyimpangan-penyimpangan itulah yang
tidak sesuai dengan tujuan Pancasila sebagai dasar Negara. Masyarakat tidak
menyadari bahwa secara sistem, rakyatlah yang memegang kekuasaan tertinggi
dan seharusnya selalu mampu menjadi pengawas pemerintah dalam
menjalankan tugasnya.
2.3

Definisi Pemilu (Pemilihan Umum)
Pengertian Pemilu menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pemerintahan
yang menganut sistem demokrasi. Setiap negara-negara yang menganut sistem
demokrasi senantiasa akan menyelenggarakan Pemilu.
Pemilihan umum adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk
memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat, serta
salah satu bentuk pemenuhan hak asasi warga Negara di bidang politik. Pemilu
dilaksanakan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat. Sebab, rakyat tidak mungkin
memerintah secara langsung. Karena itu, diperlukan cara untuk memilih wakil rakyat
dalam memerintah suatu Negara selama jangka waktu tertentu.

6

Menurut Austin Ranney, pemilu dikatakan demokratis apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut:


Penyelenggaraan secara periodik (regular election),



Pilihan yang bermakna (meaningful choices),



Kebebasan untuk mengusulkan calon (freedom to put forth candidate),



Hak pilih umum bagi kaum dewasa (universal adult suffrage),



Kesetaraan bobot suara (equal weighting votes),



Kebebasan untuk memilih (free registration oh choice),



Kejujuran dalam perhitungan suara dan pelaporan hasil (accurate counting of
choices and reporting of results)

2.4

Perkembangan pemilu Di Indonesia
Sejak kemerdekaan hingga tahun 2014 bangsa Indonesia telah menyelenggarakan 11 kali pemilihan umum, yaitu 1945, 1971, 1977, 1982, 1992, 1997, 1999,
2004

, 2009 dan 2014.

Akan tetapi pemilihan pada tahun 1955 merupakan

pemilihan umum yang dianggap istimewa karena ditengah suasana kemerdekaan
yang masih tidak stabil Indonesia melakukan PEMILU , bahkan dunia internasional
memuji pemilu pada tahun tersebut. Pemilihan umum berlangsung dengan terbuka,
jujur dan fair, meski belum ada sarana komunikasi secanggih pada saat ini ataupun
jaringan kerja KPU.
Semua pemilihan umum tersebut tidak diselenggarakan dalam situasi yang
vacuum, melainkan berlangsung di dalam lingkungan yang turut menentukan hasil
pemilihan umum itu sendiri. Dari pemilihan umum tersebut juga dapat diketahui
adanya upaya untuk mencari sistem pemilihan umum yang cocok untuk Indonesia.
a. Zaman Demokrasi Parlementer (1945-1958)
Pada masa ini pemilu diselenggarakan oleh kabinet BH-Baharuddin
Harahap (tahun 1955). Pada pemilu ini pemungutan suara dilaksanakan 2 kali
yaitu yang pertama untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada bulan
September dan yang kedua untuk memilih anggota Konstituante pada bulan
Desember. Sistem yang diterapkan pada pemilu ini adalah sistem pemilu
proporsional.
Pelaksanaan pemilu pertama ini berlangsung dengan demokratis dan
hikmat,,

Tidak ada pembatasan partai politik dan tidak ada upaya dari

7

pemerintah mengadakan intervensi atau campur tangan terhadap partai politik
dan kampanye berjalan menarik. Pemilu ini diikuti 27 partai dan satu perorangan.
Akan tetapi stabilitas politik yang begitu diharapkan dari pemilu tidak
tercapai. Kabinet Ali (I dan II) yang terdiri atas koalisi tiga besar: NU, PNI dan
Masyumi terbukti tidak sejalan dalam menghadapi beberapa masalah terutama
yang berkaitan dengan konsepsi Presiden Soekarno zaman Demokrasi
Parlementer berakhir.
b. Zaman Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Sesudah mencabut maklumat pemerintah November 1945 tentang
kebebasan mendirikan partai , presiden soekarno mengurangi jumlah partai
menjadi 10. Kesepuluh ini antara lain : PNI, Masyumi,NU,PKI, Partai Katolik,
Partindo,Partai Murba, PSIIArudji, IPKI, dan Partai Islam, kemudian ikut dalam
pemilu 1971 di masa orde baru. Di zaman demokrasi terpimpin tidak diadakan
pemilihan umum.
c. Zaman Demokrasi Pancasila (1965-1998)
Sesudah runtuhnya rezim demokrasi terpimpin yang semi otoriter ada
harapan besar dikalangan masyarakat untuk dapat mendirikan suatu sistem
politik yang demokratis dan stabil. Salah satu caranya ialah melalui sistem
pemilihan umum . pada saat itu diperbincangkan tidak hanya sistem proporsional
yang sudah dikenal lama, tetapi juga sistem distrik yang di Indonesia masih
sangat baru.
Jika meninjau sistem pemilihan umum di Indonesia dapat ditarik berbagai
kesimpulan. Pertama, keputusan untuk tetap menggunakan sistem proporsional
pada tahun 1967 adalah keputusan yang tepat karena tidak ada distorsi atau
kesenjangan antara perolehan suara nasional dengan jumlah kursi dalam DPR.
Kedua, ketentuan di dalam UUD 12945 bahwa DPR dan presiden tidak dapat
saling menjatuhkan merupakan keuntungan, karena tidak ada lagi fragmentasi
karena yang dibenarkan eksistensinya hanya tiga partai saja. Usaha untuk
mendirikan partai baru tidak bermanfaat dan tidak diperbolehkan. Dengan
demikian sejumlah kelemahan dari sistem proporsional telah teratasi.
Namun beberapa kelemahan masih melekat pada sistem politik ini.
Pertama, masih kurang dekatnya hubungan antara wakil pemerintah dan
konstituennya tetap ada. Kedua, dengan dibatasinya jumlah partai menjadi tiga
telah terjadi penyempitan dalam kesempatan untuk memilih menurut selera dan
8

pendapat masing-masing sehingga dapat dipertanyakan apakah sipemilih benarbenar mencerminkan, kecenderungan, atau ada pertimbangan lain yang menjadi
pedomannya. Ditambah lagi masalah golput, bagaimanapun juga gerakan golput
telah menunjukkan salah satu kelemahan dari sistem otoriter orde dan hal itu
patut dihargai.
d. Zaman Reformasi (1998-sekarang)
Seperti dibidang-bidang lain, reformasi membawa beberapa perubahan
fundamental. Pertama, dibukanya kesempatan kembali untuk bergeraknya partai
politik secara bebas, termasuk mendirikan partai baru. Kedua, pada pemilu 2004
untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia diadakan pemilihan presiden dan
wakil presiden dipilih melalui MPR. Ketiga, diadakannya pemilihan umum untuk
suatu badan baru, yaitu Dewan Perwakilan Daerah yang akan mewakili
kepentingan daerah secara khusus. Keempat, diadakannya “electoral thresold “ ,
yaitu ketentuan bahwa untuk pememilihan legislatif setiap partai harus meraih
minimal 3% jumlah kursi anggota badan legislatif pusat.

2.5

Praktek Money Politic dalam Sistem Pemilu Indonesia
Money politic (politik uang) merupakan uang maupun barang yang diberikan
untuk menyogok atau memengaruhi keputusan masyarakat agar memilih partai atau
perorangan dalam suatu pemilu, padahal praktek money politic merupakan praktek
yang sangat bertentangan dengan nilai demokrasi.
Lemahnya Undang-Undang dalam memberikan sanksi tegas terhadap pelaku
money politic, membuat praktek money politic ini menjamur luas di masyarakat.
Maraknya praktek money politic ini disebabkan pula karena lemahnya UndangUndang dalam mengantisipasi terjadinya praktek tersebut. Padahal praktek money
politic ini telah hadir dari zaman orde baru tetapi sampai saat ini masih banyak
hambatan untuk menciptakan sistem pemilu yang benar-benar anti money politic.
Praktek money politic ini sungguh misterius karena sulitnya mencari data
untuk membuktikan sumber praktek tersebut,

namun ironisnya praktek money

politic ini sudah menjadi kebiasaan dan rahasia umum di masyarakat. Real-nya
Sistem demokrasi pemilu di Indonesia masih harus banyak perbaikan, jauh berbeda
dibandingkan sistem pemilu demokrasi di Amerika yang sudah matang.

9

Hambatan terbesar dalam pelaksanaan pemilu demokrasi di Indonesia yaitu
masih tertanamnya budaya paternalistik di kalangan elit politik. Elit-elit politik
tersebut menggunakan kekuasaan dan uang untuk melakukan pembodohan dan
kebohongan terhadap masyarakat dalam mencapai kemenangan politik. Dewasanya,
saat ini banyak muncul kasus-kasus masalah Pilkada yang diputuskan melalui
lembaga peradilan Mahkamah Konstitusi (MK) karena pelanggaran nilai demokrasi
dan tujuan Pilkada langsung. Hal itu membuktikan betapa terpuruknya sistem pemilu
di Indonesia yang memerlukan penanganan yang lebih serius.
Praktek dari Money Politics dalam pemilu sangat beragam. Diantara bentukbentuk kegiatan yang dianggap politik uang antara lain: a) distribusi sumbangan baik
berupa barang atau uang kepada para kader partai, penggembira, golongan atau
kelompok tertentu, b) pemberian sumbangan dari konglomerat atau pengusaha bagi
kepentingan

partai

politik

tertentu,

dengan

konsesi-konsesi

yang ilegal, c)

penyalahgunaan wewenang dan fasilitas negara untuk kepentingan dan atau
mengundang simpati bagi partai poltik tertentu, misalnya penyalahgunaan dana JPS
atau penyalahgunaan kredit murah KUT dan lain-lain.
Dari sisi waktunya, praktik Money Politics di negara ini dapat dikelompokkan
menjadi dua tahapan yakni pra pemungutan. Pada pra pemungutan suara mulai dari
seleksi administrasi, masa kampanye, masa tenang dan menjelang pemungutan.
Sasarannya adalah para pemilih, terutama mereka yang masih mudah untuk
dipengaruhi. Untuk tahap kedua adalah setelah pemungutan, yakni menjelang Sidang
Umum DPR atau pada masa sidang tersebut. Sasarannya adalah kalangan elit politik.
Di tangan mereka kedaulatan rakyat berada. Mereka memiliki wewenang untuk
mengambil keputusan-keputusan strategis.
Demoralisasi yang diakibatkan oleh Money Politics akan sangat berbahaya baik
dipandang dari sisi deontologis (maksud) maupun teologis (konsekwensi). Karena
sifatnya yang destruktif, yakni bermaksud mempengaruhi pilihan politik seseorang
dengan imbalan tertentu, atau mempengaruhi visi dan misi suatu partai sehingga
pilihan politik kebijakannya tidak lagi dapat dipertanggungjawabkan untuk
kepentingan rakyat.
Dampak Praktik Money Politics
Ciri khas demokrasi adalah adanya kebebasan (freedom), persamaan derajat
(equality), dan kedaulatan rakyat (people’s sovereghty). Di lihat dari sudut ini,
10

demokrasi pada dasarnya adalah sebuah paham yang menginginkan adanya
kebebasan, kedaulatan bagi rakyatnya yang sesuai dengan norma hukum yang ada.
Dengan

demikian

adanya

praktik Money Politics berarti

prinsi-prinsip

demokrasi telah tercemari dalam praktek politik uang. Suara hari nurani seseorang
dalam bentuk aspirasi yang murni dapat dibeli demi kepentingan. Jadi pembelokan
tuntutan bagi nurani inilah yang dapat dikatakan kejahatan.
Sisi etika politik yang lainnya adalah pemberian uang kepada rakyat dengan
harapan agar terpilihnya partai politik tertentu berimbas pada pendidikan politik,
yaitu mobilisasi yang pada gilirannya menyumbat partisipasi politik. Rakyat dalam
proses seperti ini tetap menjadi objek eksploitasi politik pihak yang memiliki
kekuasaan.
Solusi mengatasi Money Politic
Kita sebagai masyarakat harus ikut berpartisipasi untuk mengkaji keputusan
Mahkamah Konstitusi dalam menyelesaikan kasus-kasus pemillu agar tidak
menyimpang dari peraturan hukum yang berlaku. Calon-calon pada pemilu juga harus
komitmen untuk benar-benar tidak melakukan praktek money politik dan apabila
terbukti melakukan maka seharusnya didiskualifikasi saja.
Bentuk Undang-Undang yang kuat untuk mengantisipasi terjadinya money
politic dengan penanganan serius untuk memperbaiki bangsa ini, misalnya
membentuk badan khusus independen untuk mengawasi calon-calon pemilu agar
menaati peraturan terutama untuk tidak melakukan money politic.
Sebaiknya secara transparan dikemukan kepada publik sumber pendanaan
kampaye oleh pihak-pihak yang mendanai tersebut. Transparan pula mengungkapkan
tujuan mengapa mendanai suatu partai atau perorangan, lalu sebaiknya dibatasi oleh
hukum mengenai biaya kampanye agar tidak berlebihan mengeluarkan biaya sehingga
terhindar dari tindak pencarian pendanaan yang melanggar Undang-Undang.
Misalnya, anggota legislatif yang terpilih tersebut membuat peraturan UndangUndang yang memihak pada pihak-pihak tertentu khususnya pihak yang mendanai
partai atau perorangan dalam kampanye tersebut.
Sadarilah apabila kita salah memilih pemimpin akan berakibat fatal karena
dapat menyengsarakan rakyatnya. Sebaiknya pemerintah mengadakan sosialisasi
pemilu yang bersih dan bebas money politic kepada masyarakat luas agar tingkat
partisipasi masyarakat dalam demokrasi secara langsung meningkat.
11

Perlu keseriusan dalam penyuluhan pendidikan politik kepada masyarakat
dengan penanaman nilai yang aman, damai, jujur dan kondusif dalam memilih. Hal
tersebut dapat membantu menyadarkan masyarakat untuk memilih berdasarkan hati
nurani tanpa tergiur dengan praktek money politic yang dapat menghancurkan
demokrasi.
Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya
pemilu merupakan suatu hak dan partisipasi masyarakat, juga sebagai penghubung
antara infrastruktur politik atau kehidupan politik dilingkungan masyarakat dengan
supra struktur politik atau kehidupan politik dilingkungan pemerintah sehingga
memungkinnya tercipta pemerintahan dari rakyat, pemerintahan oleh rakyat, dan
pemerintahan untuk rakyat.
Meski dapat kita lihat bahwa pemilu yang ada di Indonesia ini belum bisa
berjalan dengan baik. Hal ini dapat kita lihat , bahwa sampai sekarang ini masih
banyak masyarakat yang masih Golput, ini menjadi tanggung jawab kita bersama
dimana pemilu ini penting untuk menentukan pemerintahan kita selama 5 Tahun
mendatang.

12

BAB III
PENUTUP
1.1

Kesimpulan
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga Negaranya
memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup
mereka. Demokrasi mengizinkan warga Negara berpartisipasi baik secara langsung
atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.
Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan
adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.
Pemilihan umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi
untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat,
serta salah satu bentuk pemenuhan hak asasi warga Negara di bidang politik. Pemilu
dilaksanakan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat.
Money politic (politik uang) merupakan uang maupun barang yang diberikan
untuk menyogok atau memengaruhi keputusan masyarakat agar memilih partai atau
perorangan tersebut dalam pemilu.

1.2

Saran
Seperti yang kita ketahui sekarang, walaupun pendidikan kewarganegaraan
telah diberikan semenjak jenjang sekolah dasar, tetapi tetap tidak mendorong pelaku
politik maupun masyarakat sendiri untuk bersikap Luber Jurdil dalam pelaksanaan
pemilu. Pemilu merupakan salah satu bentuk demokrasi, sehingga pelaksanaannya
harus disesuaikan dengan asas yang terkandung di dalamnya.
Pemberian sanksi juga perlu diberlakukan terhadap pihak-pihak yang telah
terbukti melakukan kecurangan dalam pelaksanaan pemilu. Undang-undang yang ada
seharusnya dapat mengikat semua kalangan dan pelaksanaannya perlu mendapat
pengawasan agar tidak terjadi penyelewengan dalam pelaksanaan pemilu itu sendiri.

13

Daftar Pustaka
Aini,

Syarifah.

2013.

Demokrasi

dan

Pemilu

di

Indonesia.

Dalam

https://www.academia.edu/8312446/Makalah_Demokrasi_dan_Pemilu_di_Indonesia.
Diunduh pada 22 April 2015
Anonim.

2014.

Demokrasi

Indonesia.

Dalam

http://makalah-

teknik.blogspot.com/2014/02/makalah-demokrasi-indonesia.html. Diunduh pada 15
April 2015
Anonim. Pemilihan Umu. Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum. Diunduh
pada 22 April 2014
Eta. 2012. Money Politic dalam Praktek Penyelenggaraan Pemilihan Umum di Indonesia.
Dalam https://etaholic.wordpress.com/2012/06/25/money-politic-dalam-praktekpenyelenggaraan-pemilihan-umum-di-indonesia. Diunduh tanggal 6 Mei 2015

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2