BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Prevalensi Anemia Pada Ibu Hamil Di RSUP Adam Malik Medan Pada Periode Januari-Desember 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Anemia

  2.1.1 Defenisi Anemia secara fungsional didefenisikan sebagai punurunan jumlah eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Secara praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit. Tetapi yang paling lazim dipakai adalah kadar hemoglobin, kemudian hematokrit. Pada keadaan tertentu ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti dehidrasi, perdarahan akut dan kehamilan (Bakta, 2006).

  2.1.2 Etiologi Terdapat tiga kategori utama penyebab anemia adalah: 1. Gangguan pembentukan sel darah merah: a.

  Penyakit defisiensi b. Anemia hipoproliferatif (sumsum tulang yang secara fungsional berkurang) c.

  Eritropoiesis yang tidak efektif 2. Kehilangan sel darah merah yang berlebihan: a.

  Perdarahan b. Hemolisis 3. Kelainan distribusi sel darah merah (Sancher, 2004

  2.1.3 Klasifikasi Anemia dapat diklasifikasi menurut Hb dan faktor-faktor morfologik sel darah merah dan indeks-indeksnya (Price, 2005).

  Berdasarkan gambaran morfologi dengan melihat indeks eritrosit atau hapusan darah tepi dalam klasifikasi ini anemia di bagi menjadi 3 golongan, yaitu:

  1) anemia hipokromik mikrositer, bila Mean Corpuscular Volume (MCV) <80fl dan Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) <27pg, 2) anemia normokromik normositer, bila MCV 80 – 95fl dan MCH 27- 34pg c, 3) anemia makrositer bila MCV >95fl.

Table 2.1 Klasifikasi berdasarkan morfologi (Bakta, 2006) Hipokromik Normokromik Makrositer

  Mikrositer Normositer 1.

  1.

  1. Anemia defisiensi Anemia pasca Anemia defisiensi besi perdarahan akut besi

  2.

  2.

  2. Thalasemia Anemia aplastik Anemia defisiensi 3.

  3. B12 Anemia sideroblastik Anemia hemolitik 4.

  3. Anemia pada gagal Anemia pada ginjal kronik penyakit hati

  5.

  4. Anemia penyakit Anemia pada kronis hipotirodisme

  2.1.4 Gejala klinis Secara klinis didapati keluhan-keluhan seperti lemah,pucat, mudah pingsan, mata berkunang-kunang,walaupun tekanan darah masih dalam batas normal (Ayu Wuryanti,2010)

  2.1.5 Diagnosis

  1. Anamnesis

  a. Riwayat faktor predisposisi dan etiologi : 1)

  Kebutuhan meningkat secara fisiologis terutama pada masa pertumbuhan yang cepat, menstruasi, dan infeksi kronis 2)

  Kurangnya besi yang diserap karena asupan besi dari makanan tidak adekuat (malabsorpsi besi)

  3) Perdarahan terutama perdarahan saluran cerna (tukak lambung, penyakit Crohn, colitis ulserativa) b. Pucat, lemah, lesu, gejala pika (gangguan makan yang biasanya didefinisikan sebagai konsumsi terus menerus zat non nutritive) (Bakta,

  2006).

  2. Pemeriksaan fisik Tujuan utamanya adalah menemukan tanda keterlibatan organ atau multi sistem dan untuk menilai beratnya kondisi penderita.

  Pemeriksaan fisik perlu memperhatikan: a.

  Adanya takikardia, dispnea, hipotensi postural.

  b.

  Pucat dapat di lihat pada telapak tangan,kuku,wajah, dan konjungtiva.

  c.

  Ikterus menunjukkan kemungkinan adanya anemia hemolitik.

  d.

  Penonjolan tulang frontoparietal, maksila (facies rodent/chipmunk) pada talasemia.

  e.

  Atrofi papil pada anemia defisiensi Fe.

  f.

  Limfadenopati, hepatosplenomegali, nyeri tulang (terutama di sternum); nyeri tulang dapat disebabkan oleh adanya ekspansi karena penyakit infiltratif (seperti pada leukemia mielositik kronik), lesi litik ( pada myeloma multipel atau metastasis kanker).

  g.

  Petekhie, ekimosis, dan perdarahan lain.

  h.

  Kuku rapuh, cekung (spoon nail) pada anemia defisiensi besi. i.

  Ulkus rekuren di kaki (penyakit sickle cell, sferositosis herediter, anemia sideroblastik familial). j.

  Infeksi rekuren karena neutropenia atau defisiensi imun.(Oehadian, 2006)

  3. Laboratorium a.

  Hemoglobin, Hematokrit dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) b. Hapus darah tepi menunjukkan hipokromik mikrositik, normositik normokrom, makrositik. c.

  Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP) meningkat d.

  Sumsum tulang : aktifitas eritropoitik meningkat. (Bakta, 2006)

  2.1.6 Jenis – jenis Anemia 1) Anemia pendarahan

  Yaitu anemia yang disebabkan karena pendarahan, baik yang sedikit demi sedikit seperti pada infeksi cacing tambang atau pendarahan yang tidak berhenti secara spontan misalnya pada kecelakaan lalulintas maupun cidera oleh benda tajam. 2) Anemia Defesiensi

  Adalah anemia karena kekurangan faktor-faktor pematang sel darah merah seperti : a.

  Anemi Kekurangan Gizi Biasanya karena kekurangan bahan pematang sel darah merah yang semuanya berasal dari protein calory malnutrition seperti vitamin C,vitamin E, dan asam folik .

  b.

  Anemi Defesiensi Besi Anemia karena kekurangan bahan mineral besi sebagai bahan pematangan sitoplasma dan sebagai pembentuk Hb yang berguna mendistribusikan oksigen keseluruh tubuh.

  c.

  Anemia Megaloblastik Disebabkan karena kekurangan vitamin B12 sebagai bahan pematangan inti sel. Biasanya terjadi pada pasien dengan gizi kurang atau infeksi dengan diare. 3) Anemia Aplastik

  Anemia jenis ini dikarenakan kerusakan sumsum tulang belakang mengalami penurunan fungsi atau sama sekali tidak mampu memproduksi sel darah ( eritrosit,leukosit, dan trombosit). Kerusakan sumsum tulang belakang ini dapat disebabkan oleh obat – obatan seperti chlorampenikol dan phenylbutazone atau bahan kimia seperti benzene.

  4) Anemia Hemolitik Anemia ini disebabkan karena eritrosit dihancurkan secara berlebihan.

  Anemia jenis ini biasanya bersifat bawaan turun menurun misalnya seperti penyakit thalassemia.

  2.2 Anemia Pada Ibu Hamil

  2.2.1 Defenisi Anemia pada ibu hamil adalah penurunan kadar hemoglobin kurang dari

  11g/dl (Lenovo,2009). Anemia ringan dapat di jumpai selama kehamilan pada wanita normal yang tidak mengalami defisiensi zat besi atau folat. Hal ini disebabkan oleh ekspansi volume plasma yang lebih besar daripada peningkatan massa hemoglobin dan volume sel darah merah yang terjadi pada kehamilan normal (Lenovo, 2009).

  2.2.2 Prevalensi Dilaporkan bahwa terdapat 52% ibu hamil mengalami anemia di negara berkembang dimana anemia yang sering dialami oleh ibu hamil kebanyakan adalah anemia zat besi dan anemia defisiensi asam folat. Di Indonesia dilaporkan bahwa dari sekitar 4 juta ibu hamil, separuhnya mengalami anemia gizi dan satu juta lainnya mengalami KEK (Kekurangan Energi Kronis) (Satijowati, 2007).

  Menurut Penelitian Riswan (2007) di Indonesia prevalensi anemia pada kehamilan masih tinggi yaitu sekitar 63,5. Di Propinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil survei tahun 1999 adalah sebesar 78,65%. Pada tahun 2002 menurun menjadi 53,8%. Namun angka ini masih tetap tinggi. Secara nasional, untuk kategori kelompok anemia pada wanita, anemia ibu hamil menduduki urutan kedua setelah anemia pada remaja putri (Zaluchu , 2009).

2.2.3 Faktor Resiko 1.

  Perubahan fisiologis Pada kehamilan Konsentrasi hemoglobin, hematokrit dan jumlah sel darah merah selama kehamilan menurun karena ekspansi volume plasma lebih besar dari massa sel darah merah. Namun, ada kenaikan jumlah sirkulasi hemoglobin berhubungan langsung dengan peningkatan massa sel darah merah. Ini tergantung pada status zat gizi ibu hamil. Volume plasma meningkat secara progresif selama kehamilan dengan kecenderungan untuk lebih stabil di 8 minggu terakhir. Pada hamil kembar juga cenderung terkena anemia.

  2. Usia Pada umumnya anemia ditemukan pada usia remaja ini kemungkinan di sebabkan pada usia remaja terjadinya primigravida.

  3. Gravida Pada penelitian yang di lakukan Nurhayati (2011), multigravida lebih banyak menderita anemia ringan sampai berat baik di perdesaan maupun di perkotaan. Peningkatan resiko kehamilan multigravida lebih besar terkena anemia dibandingkan kehamilan primigravida. Jarak antara kehamilan juga mempengaruhi resiko terjadinya anemia pada ibu hamil dikarenakan kondisi ibu yang belum pulih dan pemenuhan asupan gizi belum optimal.

  4. Nutrisi Serdar (2013) mengatakan bahwa tambahan asupan energy (kalori) selama kehamilan diperlukan untuk tercapainya berat badan yang ideal selama kehamilan. Hal ini di karenakan kebutuhan energy saat kehamilan meningkat 17% dibandingkan saat tidak hamil.

  5. Infeksi Malaria, Hookworm, dan HIV merupakan salah satu factor resiko terjadinya anemia pada ibu hamil (Fatimah, 2011). Infeksi dapat mempengaruhi transferin saturation yang dapat mengintervensi dalam penentuan anemia defesiensi besi.

  2.2.4 Patofisiologi Volume plasma meningkat 45-65% pada trimester II dan mencapai puncaknya pada trimester III yang di stimulasi oleh laktogen plasenta yang menyebabkan sekresi aldosteron meningkat. (Riswan,2007)

  Pada kehamilan kerja jantung semakin berat. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan kosentrasi Hemaglobin (Hb) akibat hemodilusi. Perbandingan nya adalah sebagai berikut : plasma 30%, sel darah merah 18%, dan haemoglobin 19% yang dimulai dari usia kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya saat aterm (kehamilan 32-36 minggu) (Ayu,2010).

  Ekspansi volume plasma merupakan penyebab anemia fisiologik pada kehamilan. Volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit (Ht), konsentrasi hemoglobin (Hb), dan hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan jumlah absolute Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Mekanisme yang mendasari perubahan ini belum jelas. Ada spekulasi bahwa anemia fisiologik dalam kehamilan bertujuan menurunkan viskositas darah maternal sehingga meningkatkan perfusi plasenta dan membantu penghantaran oksigen serta nutrisi.

  2.2.5 Penyebab Anemia pada Ibu Hamil Status gizi berperan penting selama masa kehamilan. Tingkat pengetahuan calon ibu hamil dan ekonomi berpengaruh besar dalam menentukan status gizi.

  Ibu hamil dengan kondisi gizi yang buruk dapat berujung dengan anemia dalam kehamilan yang dapat berdampak fatal karena tidak mampu memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan janin dan mengganggu kesehatan ibu yang mengandung.

1. Anemia Defisiensi zat Besi

  Merupakan salah satu Anemia defisiensi gizi dimana zat yang tidak tercukupi kebutuhannya adalah besi (Fe). Besi adalah zat yang dibutuhkan dalam metabolism tubuh dan pembentukan sel darah merah (eritropoesis). Besi berperan memindahkan atom dalam pembentukan ATP melalui

  2

  sistem pengangkutan elektron dari substrat dalam sel ke mol O di mitokondria. Kegagalan sistem pembentukan ATP di mitokondria dapat

  2

  terjadi apabila pemasokan O ke jaringan berkurang, sehingga produksi energi berkurang. Adapun beberapa kausa nya adalah : a.

  Kehilangan darah yang bersifat kronis dan patologis: 1) Yang paling sering adalah perdarahan uterus

  ( menorrhagi,metrorrhagia) pada wanita, perdarahan saluran cerna diantaranya adalah ulcus pepticum, varices esophagus, gastritis, hernia hiatus diverikulitis, karsinoma lambung, karsinoma kolon, maupun karsinoma rectum. Konsumsi alkohol atau aspirin yang berlebihan dapat menyebabkan gastritis, hal ini tanpa disadari terjadi kehilangan darah sedikit-sedikit tapi berlangsungterus menerus. 2) Yang jarang adalah perdarahan saluran kemih, yang disebabkan tumor, batu ataupun infeksi kandung kemih, dan Perdarahan saluran nafas (hemoptoe).

  b.

  Kebutuhan yang meningkat pada prematuritas, pada masa pertumbuhan (remaja), kehamilan, wanita menyusui, wanita menstruasi. Pertumbuhan yang sangat cepat disertai dengan penambahan volume darah yang banyak saat kehamilan, tentu akan meningkatkan kebutuhan besi.

  c.

  Malabsorbsi : sering terjadi akibat dari penyakit coeliac, gastritis atropi dan pada pasien setelah dilakukan gastrektomi.

  d.

  Diet yang buruk/ diet rendah besi merupakan faktor yang banyak terjadi di negara yang sedang berkembang dimana faktor ekonomi yang kurang dan latar belakang pendidikan yang rendah sehingga pengetahuan mereka sangat terbatas mengenai diet/ asupan yang banyak mengandung zatbesi. Beberapa makanan yang mengandungbesi tinggi adalah daging, telur, ikan, hati,kacang kedelai, kerang, tahu, gandum. Yang dapat membantu penyerapan besi adalah vitamin C.

  2. Anemia Megaloblastik Anemia megaloblastik biasanya berbentuk makrositik. Penyebab adalah karena kurangnya asam folat, jarang sekali akibat karena kekurangan vitamin

  B

  12 , biasanya karena malnutrisi dan infeksi kronik. (Mochtar, 1998): 3.

  Anemia Hipoplastik Anemia hipoplasia disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah yang baru (Mochtar, 1998)

  4. Anemia Hemolitik Anemia hemolitik disebabkan penghancuran/pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya hal ini disebabkan oleh: factor intrakorpuskuler dan factor ekstrakorpuskuler (Mochtar, 1998)

  2.2.6 Pengaruh Anemia Terhadap Ibu Hamil 1.

  Keguguran 2. Partus prematurus 3. Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah 4. Atonia uteri dan menyebabkan perdarahan 5. Syok 6. Infeksi intrapartum dan dalam nifas 7. Bila terjadi anemia gravis (Hb dibawah 4 gr%) terjadi payah jantung yang bukan hanya sebagai penyulit tetapi juga bersifat fatal

  2.2.7 Pencegahan 1.

  Meningkatkan program antenatal care (ANC) dengan meningkatkan penyedian layanan ke arah pencegahan, memberikan informasi yang baik dan benar yang bertujuan meningkatkan kesehatan selama hamil sehingga dapat menyelesaikan kehamilan dan melahirkan bayi yang sehat. Pelayanan antenatal care meliputi : a.

  Trimester I : Ibu memeriksakan kehamilannya minimal 1 kali pada 3 bulan pertama umur kehamilan dengan mendapatkan pelayanan 5T (timbang berat badan, mengukurm tekanan darah, mengukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT, dan pemberian tablet zat besi) disebut juga K.1 (kunjungan pertama ibu hamil). Pada saat ini juga dilakukan pemeriksaan kadar Hb yang diulangi pada minggu ke 28 , atau lebih sering pada ibu hamil yang di dicurigai gizi buruk atau di diagnose anemia sebelumnya.

  b.

  Trimester II : Ibu memeriksakan kehamilannya minimal 1 kali pada usia kehamilan 4-6 bulan dengan mendapatkan pelayanan

  5T.

  c.

  Trimester III : Ibu memeriksakan kehamilannya minimal 2 kali pada usia kehamilan 7-9 bulan.

  2. Pengaturan pola makan yang banyak mengandung asam folat dan zat besi selama kehamilan

  3. Mempromosi kan zat besi pada ibu hamil yang bermanfaat untuk ibu hamil dan janin selama kehamilan.

  4. Pemberian suplemen vitamin, zat besi, dan asam folat secara gratis kepada ibu hamil (Pattanee 2004).

  ,