Prevalensi Endometriosis Di RSUP Haji Adam Malik Periode 2011-2013

PREVALENSI ENDOMETRIOSIS DI RSUP HAJI ADAM MALIK PERIODE 2011-2013 KARYA TULIS ILMIAH Oleh :
MOHD AMIRUL ASHRAF BIN MOHD ALMIZAT NIM: 110100437
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014

ii
PREVALENSI ENDOMETRIOSIS DI RSUP HAJI ADAM MALIK PERIODE 2011-2013 KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah Ini Dilanjutkan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran Oleh :
MOHD AMIRUL ASHRAF BIN MOHD ALMIZAT NIM: 110100437
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014

iii

LEMBAR PENGESAHAN

PREVALENSI ENDOMETRIOSIS DI RSUP HAJI ADAM MALIK PERIODE 2011 – 2013

NAMA : MOHD AMIRUL ASHRAF BIN MOHD ALMIZAT NIM : 110100437

Pembimbing


Penguji I

Penguji II
Medan, Januari 2015 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD – KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001

iv
ABSTRAK Endometriosis adalah suatu penyakit dimana bercak-bercak jaringan endometrium tumbuh di luar rahim, padahal dalam keadaan normal endometrium hanya ditemukan di dalam lapisan rahim. Penyakit ini makin mendapat banyak perhatian dari para peneliti dikarenakan endometriosis makin sering terjadi pada wanita namun masih belum ditemukan mekanisme yang jelas tentang terjadinya penyakit ini. Dengan permasalahan tersebut maka penelitian dilakukan untuk mengetahui profil gambaran endometriosis di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2011 – 2013.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik (profil penderita) Endometriosis di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2011 hingga 2013. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian dilakukan pada bulan November 2014 di RSUP H. Adam Malik, Medan dengan cara pencatatan data sekunder yang berasal dari rekam medis, sampel yang digunakan 35 orang. Data dikumpulkan dengan mencatat setiap data yang dibutuhkan dari rekam medis, kemudian hasil ditabulasi dan dilakukan pengolahan pada hasil. Populasi penelitian adalah seluruh status rekam penderita rawat jalan dan rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan. Sampel penelitian adalah seluruh status rekam medik penderita endometriosis dari Januari tahun 2011 – Desember 2013 yang telah terdiagnosa pasti dengan hasil pemeriksaan patologi anatomi.
Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan data mengenai profil gambaran endometriosis di RSUP. H. Adam Malik Medan. Dengan hasil profil gambaran didapatkan 35 sampel yang memenuhi kriteria penelitian dengan usia rentang usia 19 - 50 tahun. Lokasi terbanyak endometriosis adalah ovarium sebesar 45.71 %, gejala klinis nyeri saat menstruasi sebesar 68.57 %, usia menarche terbanyak adalah 13 dan 15 tahun sebesar 22.86 %, dan penanganan pasien yang terbanyak adalah pemberian obat sebesar 60.00%

v
Kata Kunci : Endometriosis, Endometrium, Nyeri Haid, Nyeri Pelvis ABSTRACT
Endometriosis is a gynecological disorder characterized by the growth of ectopic endometrial lining which is found outside the normal site. In general, endometriosis occurs in 5-10% of women of reproductive age. Today, the disease gets a lot of attention from researchers and experts, this is due to endometriosis which often occurs in women but not yet found a clear mechanism for this disease. Because of the problem this research was done to find out the profile picture of endometriosis in RSUP H. Adam Malik in the period 2011 – 2013.
This study uses a descriptive method. The study was conducted in November 2014 in the department of RSUP H. Adam Malik Medan by recording the secondary data derived from medical records, the sample used was 35 people. Data were collected by recording any required data from medical records, and the results were tabulated and the processing was done by the results. Research population were all recorded by the medical records of the ambulatory and inpatient department of RSUP H. Adam Malik Medan. The samples were all medical records of patients with endometriosis status from January 2011 December 2013 who have been diagnosed for sure, and was confirmed by pathology anatomy examination.
After doing research the profile picture of the data was obtained in the department of endometriosis RSUP H. Adam Malik Medan. With the results obtained profile picture of 35 samples that met the study criteria with the age range 19-50 years. Location of 45.71 % of endometriosis was in the ovarium, the clinical symptom of pain during menstruation is at 68.57%, menarche highest incidence was at 13 and 15 years old (22.86 %), and most patients were given oral treatment at 60.00 %.
Key Words : Endometriosis, Endometrium, Menstrual Pain, Pelvic Pain.


vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian karya tulis ilmiah ini dengan judul ‘Prevalensi Endometriosis Di RSUP Haji Adam Malik Periode 2011-2013’.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada dr. Ichwanul Adenin, SpOG, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan pengarahan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dalam proses penulisan karya tulis ilmiah ini juga, penulis telah mendapat dukungan, saran dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang ikhlas kepada:
1. Kedua orang tua penulis yang tercinta, En. Mohd Almizat Bin Abu Halip dan Pn. Marzita Bt. Mohamed @ Amran yang telah banyak memberikan dukungan dan doa selama menyiapkan karya tulis ilmah ini.
2. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3. Seluruh dosen pengajar dan staf akademik Program Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan selama penulis menuntut ilmu di FK USU.
4. Teman-teman seperjuangan penulis yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan dalam menyiapkan penulisan karya tulis ilmiah ini.
5. Semua pihak yang terlibat secara langsung atau tidak langsung selama proses penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah ini.

vii
Akhir kata, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dengan rendah hati, penulis menerima kritikan dan saran dari berbagai pihak. Penulis juga berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat dan makna tersendiri bagi pembaca.
Medan, 1 Desember 2014 Mohd Amirul Ashraf Bin Mohd Almizat

viii

DAFTAR ISI

Halaman


Halaman Persetujuan .……………………………………………………... Abstrak............................................................................................................. Kata Pengantar……………………......…………………............................. Daftar Isi………………………………..……………………………............

i ii iv vi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 1.4. Manfaat Penelitian .........................................................................

1 1 2 2 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………........ 4

2.1. Endometrium................................................................................ 2.1.1 Anatomi ............................................................................. 2.1.2 Histologi.............................................................................
2.2. Endometriosis............................................................................... 2.2.1. Definisi............................................................................. 2.2.2. Epidemiologi .................................................................... 2.2.3. Klasifikasi.......................................................................... 2.2.4. Etiopatogenesis.................................................................. 2.2.5. Lokasi Anatomis................................................................ 2.2.6. Faktor Resiko..................................................................... 2.2.7. Gejala Klinis....................................................................... 2.2.8. Diagnosis............................................................................ 2.2.9. Komplikasi.......................................................................... 2.2.10. Prognosis..........................................................................

4 4 4 5 5 6 6 8 10 12 12 15 16 17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL…….. 3.1. Kerangka Konsep Penelitian.............................................. 3.2. Defenisi Operasional..........................................................

18 18 18

BAB 4 METODE PENELITIAN.................................................................... 21


4.1. Rancangan Penelitian ................................................................... 4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................ 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................... 4.4. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................

21 21 21 22 22

ix

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................. 23

5.1. Hasil Penelitian ............................................................................ 5.1.1. Deskripsi Tempat Dan Waktu Penelitian................................... 5.1.2. Deskripsi Sampel Penelitian ...................................................... 5.1.3. Deskripsi Profil Gambaran Endometriosis di RSUP HAM ....... 5.1.4. Deskripsi Usia Pasien Penderita Endometriosis ........................ 5.1.5. Deskripsi Usia Menarche Penderita Endometriosis................... 5.1.6. Deskripsi Riwayat Persalinan Penderita Endometriosis ............ 5.1.7. Deskripsi Keluhan Dismenore Penderita Endometriosis ........... 5.1.8. Deskripsi Penanganan Terhadap Penderita Endometriosis........ 5.2. Pembahasan...................................................................................

23 23 23 23 24 25 25 26 26 27

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN............................................ ................ 29 6.1. Kesimpulan ................................................................................... 29 6.2. Saran.............................................................................................. 29

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 30 LAMPIRAN

iv
ABSTRAK Endometriosis adalah suatu penyakit dimana bercak-bercak jaringan endometrium tumbuh di luar rahim, padahal dalam keadaan normal endometrium hanya ditemukan di dalam lapisan rahim. Penyakit ini makin mendapat banyak perhatian dari para peneliti dikarenakan endometriosis makin sering terjadi pada wanita namun masih belum ditemukan mekanisme yang jelas tentang terjadinya penyakit ini. Dengan permasalahan tersebut maka penelitian dilakukan untuk mengetahui profil gambaran endometriosis di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2011 – 2013.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik (profil penderita) Endometriosis di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2011 hingga 2013. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian dilakukan pada bulan November 2014 di RSUP H. Adam Malik, Medan dengan cara pencatatan data sekunder yang berasal dari rekam medis, sampel yang digunakan 35 orang. Data dikumpulkan dengan mencatat setiap data yang dibutuhkan dari rekam medis, kemudian hasil ditabulasi dan dilakukan pengolahan pada hasil. Populasi penelitian adalah seluruh status rekam penderita rawat jalan dan rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan. Sampel penelitian adalah seluruh status rekam medik penderita endometriosis dari Januari tahun 2011 – Desember 2013 yang telah terdiagnosa pasti dengan hasil pemeriksaan patologi anatomi.

Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan data mengenai profil gambaran endometriosis di RSUP. H. Adam Malik Medan. Dengan hasil profil gambaran didapatkan 35 sampel yang memenuhi kriteria penelitian dengan usia rentang usia 19 - 50 tahun. Lokasi terbanyak endometriosis adalah ovarium sebesar 45.71 %, gejala klinis nyeri saat menstruasi sebesar 68.57 %, usia menarche terbanyak adalah 13 dan 15 tahun sebesar 22.86 %, dan penanganan pasien yang terbanyak adalah pemberian obat sebesar 60.00%

v
Kata Kunci : Endometriosis, Endometrium, Nyeri Haid, Nyeri Pelvis ABSTRACT
Endometriosis is a gynecological disorder characterized by the growth of ectopic endometrial lining which is found outside the normal site. In general, endometriosis occurs in 5-10% of women of reproductive age. Today, the disease gets a lot of attention from researchers and experts, this is due to endometriosis which often occurs in women but not yet found a clear mechanism for this disease. Because of the problem this research was done to find out the profile picture of endometriosis in RSUP H. Adam Malik in the period 2011 – 2013.
This study uses a descriptive method. The study was conducted in November 2014 in the department of RSUP H. Adam Malik Medan by recording the secondary data derived from medical records, the sample used was 35 people. Data were collected by recording any required data from medical records, and the results were tabulated and the processing was done by the results. Research population were all recorded by the medical records of the ambulatory and inpatient department of RSUP H. Adam Malik Medan. The samples were all medical records of patients with endometriosis status from January 2011 December 2013 who have been diagnosed for sure, and was confirmed by pathology anatomy examination.
After doing research the profile picture of the data was obtained in the department of endometriosis RSUP H. Adam Malik Medan. With the results obtained profile picture of 35 samples that met the study criteria with the age range 19-50 years. Location of 45.71 % of endometriosis was in the ovarium, the clinical symptom of pain during menstruation is at 68.57%, menarche highest incidence was at 13 and 15 years old (22.86 %), and most patients were given oral treatment at 60.00 %.
Key Words : Endometriosis, Endometrium, Menstrual Pain, Pelvic Pain.

x
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Endometriosis adalah ditemukannya jaringan menyerupai endometrium di
luar uterus yang dapat memicu reaksi peradangan kronis. (Berek J., 2011).
Kondisi seperti ini terutama ditemukan pada para wanita yang berada di usia reproduktif dari berbagai etnik dan golongan sosial. Gejala-gejalanya dapat mempengaruhi fisik, mental, dan kehidupan sosial. Akan tetapi, kadang-kadang wanita penderita Endometriosis mungkin tidak menunjukkan gejala sama sekali. Oleh sebab itu, penemuan adanya Endometriosis pada beberapa kasus didapat secara kebetulan.
Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunjukkan angka kejadian yang meningkat. Angka kejadian antara 5-15% dapat ditemukan di semua operasi pelvik. Endometriosis lebih sering didapatkan pada wanita-wanita yang berasal dari golongan sosio-ekonomi yang kuat. Yang menarik perhatian adalah bahwa Endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita yang tidak kawin pada umur muda, dan yang tidak mempunyai banyak anak. Ternyata fungsi ovarium secara siklis yang terus menerus tanpa diselingi kehamilan, memegang peranan penting di dalam terjadinya Endometriosis.
Penelitian berdasarkan epidemiologi terhadap endometriosis secara luas belum banyak dilakukan di Indonesia. Meskipun kasus Endometriosis secara umum terjadi pada wanita usia reproduksi, namun pada beberapa kasus ditemukan bahwa Endometriosis masih dapat terjadi pada wanita usia menopause.
Walaupun penyebab pasti Endometriosis belum diketahui, namun sejumlah penelitian berupaya untuk menguraikan patofisiologi Endometriosis. Pengenalan akan patofisiologi Endometriosis yang adekuat diharapkan dapat

xi

membawa alur pemikiran pada penatalaksanaan Endometriosis yang lebih spesifik.
Kasus Endometriosis yang kebanyakannya dengan gejala dan gambaran yang tidak mempunyai pola yang jelas menjadi latar belakang utama peneliti dalam melakukan karya tulis ilmiah ini. Pada penelitian ini akan digambarkan secara luas profil dari penyakit Endometriosis.
Diharapkan pengetahuan terhadap penyakit Endometriosis dapat diperluas dengan kajian prevalensi untuk penyakit ini berdasarkan periode waktu terbaru.
1.2 Rumusan Masalah Bagaimana Prevalensi Endometriosis di RSUP Haji Adam Malik Pada
Tahun 2011 Hingga 2013?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui prevalensi (profil penderita) Endometriosis di RSUP Haji
Adam Malik, Medan pada tahun 2011 hingga 2013. 1.3.2 Tujuan Khusus
Mengetahui prevalensi Endometriosis menurut:
1. usia penderita, 2. lokasi jaringan ektopik, 3. usia sewaktu menarche, 4. riwayat persalinan, 5. keluhan dismenore 6. penanganan.

xii
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1. Memberikan informasi kepada tenaga pengajar, para dokter, dan para ahli di bidang kesehatan dalam mendiagnosa kasus Endometriosis dengan lebih tuntas. 2. Memberikan informasi kepada masyarakat umum tentang kejadian Endometriosis pada wanita. 3. Sebagai sarana kepada peneliti untuk menambah pengetahuan dan logika berpikir mengenai Endometriosis.

xiii
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Endometrium 2.1.1. Anatomi
Uterus adalah organ yang terdiri atas suatu badan (korpus), yang terletak di atas penyempitan rongga uterus (orifisium internum uteri), dan suatu struktur silindris di bawah, yakni serviks, yang terletak di bawah orifisium internum uteri. Uterus adalah organ yang memiliki otot yang kuat dengan ukuran panjang 7 cm, lebar 4 cm, dan ketebalan 2,5 cm (Junqueira, 2007). Pada setiap sisi dari uterus terdapat dua buah ligamentum broad yang terletak diantara rektum dan kandung kemih, ligamentum tersebut menyangga uterus sehingga posisi uterus dapat bertahan dengan baik. Bagian korpus atau badan hampir seluruhnya berbentuk datar pada permukaan anterior, dan terdiri dari bagian yang cembung pada bagian posterior. Pada bagian atas korpus, terdapat bagian berbentuk bulat yang melintang di atas tuba uterina disebut fundus. Serviks berada pada bagian yang lebih bawah, dan dipisahkan dengan korpus oleh ismus (Speroff, 2010). 2.1.2 Histologi
Dari segi histologi, uterus terdiri dari tiga lapisan: (Junquiera, 2007) 1. Lapisan serosa atau peritoneum viseral yang terdiri dari sel mesotelial. 2. Lapisan muscular atau miometrium yang merupakan lapisan paling tebal di uterus dan terdiri dari serat otot halus yang dipisahkan oleh kolagen dan serat elastik (Junquiera, 2007). Berkas otot polos ini membentuk empat lapisan yang tidak berbatas tegas. Lapisan pertama dan keempat terutama terdiri atas serat yang tersusun memanjang, yaitu sejajar dengan sumbu panjang organ. Lapisan tengah mengandung pembuluh darah yang lebih besar (Junquiera, 2007).


xiv
3. Lapisan endometrium yang terdiri atas epitel dan lamina propia yang mengandung kelenjar tubular simpleks (Junquiera, 2007). Sel – sel epitel pelapisnya merupakan gabungan selapis sel – sel silindris sekretorus dan sel bersilia. Jaringan ikat lamina propia kaya akan fibroblas dan mengandung banyak substansi dasar. Serat jaringan ikatnya terutama berasal dari kolagen tipe III (Junquiera, 2007).
Lapisan endometrium dapat dibagi menjadi dua zona. Lapisan fungsional yang merupakan bagian tebal dari endometrium (Junquiera, 2007). Lapisan ini akan luruh pada saat terjadinya fase menstruasi. Lapisan basal yang paling dalam dan berdekatan dengan miometrium. Lapisan ini mengandung lamina propia dan bagian awal kelenjar uterus (Junquiera, 2007). Lapisan ini berperan sebagai bahan regenerasi dari lapisan fungsional dan akan tetap bertahan pada fase menstruasi. Endometrium adalah jaringan yang sangat dinamis pada wanita usia reproduksi (Junquiera, 2007). Perubahan pada endometrium terus menerus terjadi sehubungan dengan respon terhadap perubahan hormon, stromal, dan vascular dengan tujuan akhir agar nantinya uterus sudah siap saat terjadi pertumbuhan embrio pada kehamilan. Stimulasi estrogen dikaitkan erat dengan pertumbuhan dan proliferasi endometrium, sedangkan progesteron diproduksi oleh korpus luteum setelah ovulasi menghambat proliferasi dan menstimulasi sekresi di kelenjar dan juga perubahan predesidual di stroma. (Gompel, 1994)
2.2 Endometriosis
2.2.1 Definisi
Endometriosis adalah kelainan ginekologis yang ditandai dengan adanya pertumbuhan lapisan endometrium secara ektopik yang ditemukan di luar uterus. Secara lebih spesifik lagi dijelaskan sebagai suatu keadaan dengan jaringan yang mengandung unsur – unsur stroma dan unsur granular endometrium khas terdapat secara abnormal pada berbagai tempat di dalam rongga panggul atau daerah lain pada tubuh (Berek, 2011).

xv
2.2.2 Epidemiologi
Endometriosis merupakan salah satu penyakit organ reproduksi yang paling sering terjadi. Endometriosis sering ditemukan pada wanita usia remaja dan usia reproduksi dari segala etnis dan kelompok masyarakat (Berek, 2011). Penyakit ini terjadi pada 5 – 10 % pada wanita usia reproduksi. Epidemiologi endometriosis yang sesungguhnya telah disalahartikan oleh observasi awal yang sering kali menyesatkan dan telah terjadi selama beberapa dekad. Adanya observasi awal yang salah tersebut diperburuk dengan tingginya kesalahan diagnosis visual pada saat dilakukan operasi.
Angka kejadian di Indonesia belum dapat diperkirakan secara pasti karena belum ada studi epidemiologik, namun, dari data temuan di rumah sakit, angka kejadiannya berkisar 13,6-69,5% pada kelompok infertilitas. Pada pasangan infertil dijumpai 25% diakibatkan oleh endometriosis, sedangkan pada kasus infertilitas idiopatik penyakit ini dijumpai 80%.
2.2.3 Klasifikasi
Penentuan klasifikasi dan stadium endometriosis sangat penting dilakukan untuk menerapkan cara pengobatan yang tepat dan untuk evaluasi hasil pengobatan. Stadium endometriosis tidak memiliki korelasi dengan derajat nyeri keluhan pasien maupun prediksi respon terapi terhadap nyeri atau infertilitas (Berek, 2011). Hal ini dikarenakan endometriosis dapat dijumpai pada pasien yang asimptomatik. Klasifikasi Endometriosis yang digunakan saat ini adalah menurut American Society For Reproductive Medicine yang telah direvisi pada tahun 1996 yang berbasis pada tipe, lokasi, tampilan, kedalaman invasi lesi, penyebaran penyakit dan perlengketan.
Berdasarkan visualisasi rongga pelvis pada endometriosis, dilakukan penilaian terhadap ukuran, lokasi dan kedalaman invasi, keterlibatan ovarium dan densitas dari perlekatan. Dengan perhitungan ini didapatkan nilai – nilai dari skoring yang kemudian jumlahnya berkaitan dengan derajat klasifikasi

xvi
endometriosis. Nilai 1-4 adalah minimal (stadium I), 5-15 adalah ringan (stadium II), 16-40 adalah sedang (stadium III) dan lebih dari 40 adalah berat (stadium IV).
Endometriosis dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori berdasarkan lokasi dan tipe lesi,yaitu:
1. Peritoneal endometriosis

Lesi di peritoneum memiliki banyak vaskularisasi, sehingga menimbulkan perdarahan saat menstruasi. Lesi yang aktif akan menyebabkan timbulnya perdarahan kronik rekuren dan reaksi inflamasi sehinggga tumbuh jaringan fibrosis dan sembuh (Berek, 2011). Lesi berwarna merah dapat berubah menjadi lesi berwarna hitam tipikal dan setelah itu lesi akan berubah menjadi lesi putih yang memiliki sedikit vaskularisasi dan akan ditemukan debris glandular.
2. Ovarian Endometrial Cysts (Endometrioma)
Pada endometriosis yang terjadi di ovarium, dapat timbul kista yang berwarna coklat dan sering terjadi perlengketan dengan organ – organ lain, kemudian membentuk konglomerasi. Kista endometrium dapat berukuran >3cm dan multilokus, juga dapat tampak seperti kista coklat karena penimbunan darah dan debris ke dalam rongga kista.
3. Deep Nodular Endometriosis
Pada endometriosis jenis ini, jaringan ektopik menginfiltrasi septum rektovaginal atau struktur fibromuskuler pelvis seperti uterosakral dan ligamentum utero-ovarium. Nodul-nodul dibentuk oleh hiperplasia otot polos dan jaringan fibrosis di sekitar jaringan yang menginfiltrasi (Berek, 2011). Jaringan endometriosis akan tertutup sebagai nodul, dan tidak ada perdarahan secara klinis yang berhubungan dengan endometriosis nodular dalam.
Ada banyak klasifikasi stadium yang digunakan untuk mengelompokkan endometriosis dari ringan hingga berat, dan yang paling sering digunakan adalah sistem American Fertility Society (AFS) yang telah direvisi. Klasifikasi ini

xvii
menjelaskan tentang lokasi dan kedalaman penyakit berikut jenis dan perluasan adhesi yang dibuat dalam sistem skor. Berikut adalah skor yang digunakan untuk mengklasifikasikan stadium:
- Skor 1-5: Stadium I (penyakit minimal)
- Skor 6-15: Stadium II (penyakit sedang)
- Skor 16-40: Stadium III (penyakit berat)
- Skor >40: Stadium IV (penyakit sangat berat)
2.2.4. Etiopatogenesis
Mekanisme terjadinya endometriosis belum dapat diketahui secara pasti. Namun beberapa teori telah dikemukakan dan dipercaya sebagai mekanisme dasar endometriosis. Beberapa teori tersebut antara lain:
A. Menstruasi retrograde
Teori ini dikemukakan oleh Sampson pada tahun 1927, dijelaskan bahwa endometriosis terjadi karena darah menstruasi mengalir balik melalui tuba ke dalam rongga pelvis (retrograde). Darah yang berbalik ke rongga peritoneum diketahui mampu berimplantasi pada permukaan peritoneum dan merangsang metaplasia peritoneum yang kemudian akan merangsang angiogenesis. Hal ini dibuktikan dengan lesi endometriosis sering dijumpai pada daerah yang meningkat vaskularisasinya (Berek, 2011). Dewasa ini, teori ini tidak lagi menjadi teori utama, karena teori ini tidak dapat menjelaskan keadaan endometriosis di luar pelvis. Teori yang menguatkan bahwa teori Sampson tidak dapat lagi diterima adalah telah ditemukan bahwa partikel endometrium memasuki rongga peritoneal mereka akan diserang dan dihancurkan proses imunologi yang masih belum dapat diteliti. Selain itu, teori menstruasi retrograde tidak dapat menjelaskan mekanisme terjadinya endometriosis di organ-organ lain, sehingga endometriosis dipercaya memiliki beberapa patogenesis lain (Berek, 2011).

xviii
B. Teori imunologik dan genetik

Gangguan pada imunitas terjadi pada wanita yang menderita endometriosis. Dmowski mendapatkan adanya kegagalan dalam sistem pengumpulan dan pembuangan zat-zat sisa saat menstruasi oleh makrofag dan fungsi sel NK yang menurun pada endometriosis. Beberapa penelitian menemukan peningkatan IgA, IgG dan IgM dalam serum peritoneal penderita endometriosis. Kadar C3 juga berfluktuasi, tetapi meningkat di dalam serum pada endometriosis yang lebih berat. C3 merupakan komplemen yang memegang kunci penting yang berawalnya kaskade proses imunologis tubuh. Komplemen ini dipakai oleh antibodi untuk proses penghancuran dinding sel sehingga merusak sel (Baziad, 1993). Kadar C3 yang tinggi di dalam serum menunjukkan komplemen tersebut tidak dikonsumsi dalam proses imunologi dan proses sitolisis tidak berlangsung.
C. Teori metaplasia
Teori metaplasia ini dikemukakan oleh Robert Meyer yang menyatakan bahwa endometriosis terjadi karena rangsangan pada sel-sel epitel yang berasal dari sel epitel selomik pluripoten dapat mempertahankan hidupnya di daerah pelvis, sehingga terbentuk jaringan endometriosis (Berek, 2011). Teori ini didukung oleh penelitian-penelitian yang dapat menerangkan terjadinya pertumbuhan endometriosis di toraks, umbilikus dan vulva.
D. Teori emboli limfatik dan vascular
Teori ini dapat menjelaskan mekanisme terjadinya endometriosis di daerah luar pelvis. Daerah retroperitoneal memiliki banyak sirkulasi limfatik. Suatu penelitian menunjukkan bahwa pada 29 % wanita yang menderita endometriosis ditemukan nodul limfa pada pelvis. Hal ini dapat menjadi salah satu dasar teori akan endometriosis yang terjadi di luar pelvis, contohnya di paru.

xix
2.2.5. Lokasi anatomis
Endometriosis dapat tumbuh dimana saja di dalam pelvis dan pada permukaan peritoneum ekstrapelvis lainnya. Ovarium, peritoneum pelvis, cul-desac anterior dan posterior, dan ligamen uterosakral merupakan area yang paling sering terlibat pada kasus endometriosis. Selain beberapa area tersebut, septum retrovaginal, ureter, kandung kemih, perikardium, bekas luka bedah, dan pleura juga dapat menjadi lokasi endometriosis (Berek, 2011). Sebuah studi mengungkapkan bahwa endometriosis telah ditemukan pada seluruh organ, kecuali pada limpa. Beberapa lokasi anatomis endometriosis adalah:
A. Endometriosis uteri interna (Adenomiosis uteri)
Adenomiosis dikarakteristik dengan ditemukannya jaringan endometriosis tumbuh ke lapisan otot yang lebih dalam di uterus (miometrium). Adenomiosis terdiri dari adeno ( kelenjar), mio (otot) dan osis (suatu kondisi) yang secara jelas didefinisikan sebagai adanya atau tumbuhnya kelenjar (endometrium) di lapisan otot (miometrium). Pada keadaan normal, terdapat lapisan pembatas antara endometrium dan miometrium yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap invasi dari jaringan endometrium (Berek, 2011).
Sekalipun belum ada patogenesis pasti dari adenomiosis, namun para peneliti berpendapat bahwa hal ini disebabkan oleh lemahnya lapisan otot pembatas pada wanita yang menderita adenomiosis dan juga dipicu oleh meningkatnya tekanan intra uterin antara kedua sisi (Berek, 2011). Ditemukannya konsentrasi estrogen yang cukup tinggi dan adanya sistem imun yang terganggu pada penderita adenomiosis juga dianggap menjadi mekanisme penting dalam terjadinya adenomiosis. Rahim yang membesar dan lunak merupakan gejala klasik dari adenomiosis.
Tidak seperti endometriosis, beberapa peneliti percaya bahwa adenomiosis dapat terjadi setelah kehamilan dan melahirkan, wanita berusia empat puluhan dan lima puluhan yang telah melahirkan paling tidak satu anak lebih mungkin untuk mengembangkan adenomiosis. Faktor genetik dan hormon dipercaya menjadi

xx
beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya adenomiosis (Berek, 2011). Adenomiosis merupakan kelainan patologis yang sering ditemukan pada wanita multipara usia 40 – 50 tahun.
B. Endometriosis ovarium
Diduga terbentuk akibat invaginasi dari korteks ovarium setelah penimbunan debris menstruasi dari perdarahan jaringan endometriosis (Memardeh, 2003). Pada endometriosis yang terjadi di ovarium dapat terbentuk kista, namun kista yang terbentuk disini bukan merupakan kista sesungguhnya. Kista yang normal berisi cairan dari lapisan sebuah struktur, sedangkan dinding dari kista endometriosis terdiri dari jaringan fibrosa, jaringan inflamasi, dan endometrium tidak menghasilkan cairan.
C. Endometriosis tuba
Saluran yang paling banyak mengalami endometriosis adalah saluran tuba tertutup. Gejala yang paling sering didapatkan dari kasus ini adalah infertilitas. Pada wanita yang mengalami endometriosis di tuba akan lebih rentan mengalami kehamilan ektopik.

D. Endometriosis retroservikalis
Pada rechtal toucher sering ditemukan adanya benjolan yang nyeri pada cavum douglas, benjolan – benjolan ini melekat dengan uterus dan rektum, akibatnya terjadi dismenore, dispareuni, nyeri saat defekasi, serta nyeri pelvis (Memardeh, 2003).
E. Endometriosis ekstragenital
Setiap anggota tubuh yang dikeluhkan mengalami nyeri setiap kali haid perlu dicurigai mengalami endometriosis.

xxi
2.2.6 Faktor resiko Resiko tinggi terjadinya endometriosis ditemukan pada : A. Wanita yang ibu atau saudara perempuannya menderita endometriosis. B. Wanita usia produktif ( 15 – 44 tahun). C. Wanita dengan siklus menstruasi 27 hari atau kurang D. Usia menarche yang lebih awal dari normal E. Lama waktu menstruasi F. Adanya orgasme ketika menstruasi G. Terpapar toksin dari lingkungan Faktor risiko termasuk usia, peningkatan jumlah lemak tubuh perifer, dan gangguan haid , kebiasaan merokok, kebiasaan hidup, dan genetik. Faktor genetik berperan 6 – 9 kali lebih banyak dengan riwayat keluarga terdekat menderita. 2.2.7. Gejala klinis
Gejala klinis pada endometriosis akan memuncak pada keadaan premenstruasi, dan mereda setelah menstruasi selesai. Nyeri panggul adalah gejala yang paling umum terjadi, gejala lain adalah dispareunia, dismenore, nyeri pada kandung kemih dan nyeri punggung bawah (Memardeh, 2003).
Menurut survei yang dilakukan terhadap pasien perempuan di Inggris dan Amerika Serikat yang dirujuk ke universitas berbasis pusat endometriosis, ditemukan bahwa 70 – 71 % pasien mengalami gejala nyeri pelvis, 71 - 76 % dengan dismenore, 44 % dengan dispareunia, dan 15 - 20 % dengan infertilitas. A. Nyeri saat menstruasi (Dismenore)

xxii
Gejala ini seringkali menjadi gejala awal dari timbulnya endometriosis. Pasien yang mengalami dismenorrhea dan tidak memiliki respon terhadap kontrasepsi oral ataupun dengan pemberian anti-infalamasi non-streroid diduga kuat menderita endometriosis. Gejala yang sering terjadi pada wanita yang menderita endometriosis adalah timbulnya nyeri yang luar biasa pada saat menstruasi sejak umur sangat muda, sejak dari usia menarche atau bahkan sebelumnya. Bagaimanapun, nyeri pada menstruasi tidak dapat selalu dihubungkan dengan endometriosis karena gejala ini merupakan gejala nonspesifik juga dapat terjadi pada keadaan fisiologis saat mentrasi. Bertambahnya derajat keparahan nyeri dan lama waktu dismenore sebanding dengan perjalanan stadium endometriosis (Katz, 2007).
B. Sakit saat berhubungan seksual (Dispareuni)
Ligamentum uterosakral, ligamentum broad, dan the poach of Douglas merupakan beberapa area tersering ditemukannya endometriosis. Timbulnya endometriosis pada beberapa area tersebut dapat menyebabkan gejala yang spesifik dan menetap. Beberapa area yang terlibat tersebut terletak berdekatan dengan kedua ujung vagina dan rektum, karena itu, setiap stimulasi fisik pada area tersebut akan dapat menimbukan nyeri (Memardeh, 2003).
C. Nyeri pelvis
Sering ditemukan pada pasien endometriosis pada beberapa kasus nyeri pada pasien tidak hanya dikaitkan dengan periode menstrusi atau aktifitas seksual, tetapi seringkali nyeri yang dirasakan merupakan nyeri yang kronik dan rasa tidak nyaman pada bagian bawah pelvis disertai nyeri yang terus-menerus. Nyeri pada pelvis dihubungkan dengan adanya adhesi dan ditemukannya jaringan parut pada pelvis. Penyebab yang pasti pada nyeri masih belum jelas, namun, adanya substansi sitokin dan prostaglandin yang dihasilkan oleh implan endometriotik ke cairan peritoneal merupakan salah satu penyebab (Memardeh, 2003).

xxiii
D. Nyeri punggung bawah Endometriosis yang terjadi pada ligamen uterosakral dapat menghasilkan
nyeri yang menjalar hingga ke punggung bagian belakang. Nyeri dari uterus juga dapat menjalar ke area tersebut (Katz, 2007). E. Infertilitas

Terdapat hubungan antara endometriosis dan infertilitas. Ditemukan fakta bahwa satu dari tiga wanita infertil didiagnosis menderita endometriosis. Data retrospektif menunjukkan bahwa 30 – 50 % wanita dengan endometriosis akan menjadi infertil. Adanya adhesi, kerusakan ovarium dan tuba, juga distorsi yang ditimbulkan sebagai efek dari bertambah parahnya perjalanan endometriosis juga menjadi faktor lain yang menyebabkan infertilitas. Selain kerusakan yang terjadi pada organ terkait, dihasilkannnya beberapa substansi oleh endometrium yang tumbuh secara ektopik seperti prostaglandin dan sitokin juga dipercaya menjadi salah satu faktor infertilitas lainnya (Katz, 2007). F. Nyeri pada kandung kemih dan Disuria
Lesi superfisial pada kandung kemih biasanya asimtomatik. Lesi dapat menyerang otot dan menimbulkan nyeri saat berkemih, dan disuria. Meskipun keluhan ini tidak selalu muncul pada penderita endometriosis, namun keluhan nyeri pada kandung kemih, disuria, dan urgensi pada wanita tetap menjadi gejala pada wanita yang terkena endometriosis, terutama jika keluhan ini disertai hasil kultur urin yang negatif (Memardeh, 2003). G. Nyeri saat defekasi
Nyeri defekasi merupakan gejala yang paling jarang muncul dibandingkan dengaan gejala lain pada endometriosis dan biasanya hal ini mencerminkan adanya keterlibatan rektosigmoid dengan implan endometriotik. Gejala ini dapat

xxiv
terjadi secara kronik, siklik, dan sering berhubungan dengan konstipasi, diare, atauapun hematokezia (Memardeh, 2003).
2.2.8 Diagnosis
Prosedur yang paling akurat untuk diagnosis endometriosis adalah laparoskopi, metode bedah invasif. Diagnosis definitif didasarkan pada visualisasi dari lesi karakteristik dan pada konfirmasi histologis. Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa CA-125, glikoprotein asal epitel ditemukan pada sel normal, memiliki konsentrasi serum tinggi pada pasien dengan endometriosis, terutama ketika dievaluasi selama menstruasi flow 1- 3 (Lobo, 2007). Biomarker lain yang menarik untuk penelitian ini adalah larut CD-23, sebuah protein yang diekspresikan pada permukaan membran sel, biasanya diidentifikasi sebagai reseptor IgE afinitas rendah pada sel B, eosinofil, monosit, sel dendritik, epitel sel Langerhans dan trombosit. Beberapa langkah dalam menegakkan diagnosis endometriosis antara lain :
A. Anamnesis
Keluhan utama pada endometriosis adalah nyeri. Nyeri pelvis kronis yang disertai infertilitas juga merupakan masalah klinis utama pada endometriosis. Endometrium pada organ tertentu akan menimbulkan efek yang sesuai dengan fungsi organ tersebut, sehingga lokasi penyakit dapat diduga. Riwayat dalam keluarga sangat penting untuk ditanyakan karena penyakit ini bersifat diwariskan. Kerabat jenjang pertama berisiko tujuh kali lebih besar untuk mengalami hal serupa. Endometriosis juga lebih mungkin berkembang pada saudara perempuan monozigot daripada dizigot (Lobo, 2007).
B. Pemeriksaan Fisik Umum
Pemeriksaan fisik umum jarang dilakukan kecuali penderita menunjukkan adanya gejala fokal siklik pada daerah organ non ginekologi. Pemeriksaan dilakukan untuk mencari penyebab nyeri yang letaknya kurang tegas dan dalam.

xxv
Endometrioma pada parut pembedahan dapat berupa pembengkakan yang nyeri dan lunak fokal dapat menyerupai lesi lain seperti granuloma, abses dan hematom.
C. Pemeriksaan fisik ginekologik
Pada genitalia eksterna dan permukaan vagina biasanya tidak ada kelainan. Lesi endometriosis terlihat hanya 14,4% pada pemeriksaan inspekulo, sedangkan pada pemeriksaan manual lesi ini teraba pada 43,1% penderita. Ada keterkaitan antara stenosis pelvik dan endometriosis pada penderita nyeri pelvik (Lobo, 2007).
D. Diagnosis Laparoskopi
Pemeriksaan ini merupakan baku emas yag harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis endometriosis, dengan pemeriksaan visualisasi langsung ke rongga abdomen, yang mana pada banyak kasus sering dijumpai jaringan endometriosis tanpa adanya gejala klinis. Invasi jaringan endometrium paling sering dijumpai pada ligamentum sakrouterina, kavum douglas, kavum retzi, fossa ovarika, dan dinding samping pelvis yang berdekatan. Selain itu juga dapat ditemukan di daerah abdomen atas, permukaan kandung kemih dan usus. Penampakan klasik dapat berupa jelaga biru-hitam dengan keragaman derajat pigmentasi dan fibrosis di sekelilingnya. Warna hitam disebabkan timbunan hemosiderin dari serpih haid yang terperangkap, kebanyakan invasi ke peritoneum berupa lesi-lesi atipikal tak berpigmen berwarna merah atau putih (Ory, 1992).
Diagnosis endometriosis secara visual pada laparoskopi tidak selalu sesuai dengan pemastian histopatologi meski penderitanya mengalami nyeri pelvis kronik. Endometriosis yang didapat dari laparoskopi sebesar 36%, ternyata secara histopatologi hanya terbukti 18% dari pemeriksaan histopatologi.
2.2.9 Komplikasi
Komplikasi dari endometriosis sering berhubungan dengan adanya fibrosis dan jaringan parut yang tidak hanya berefek pada organ yang terkena, namun juga dapat menyebabkan obstruksi kolon dan ureter. Ruptur dari endometrioma dan

xxvi
juga dihasilkannya zat berwarna coklat yang sangat iritan juga dapat menyebabkan peritonitis. Meskipun jarang, lesi endometrium dapat berubah menjadi malignan dan paling sering terjadi pada kasus endometriosis yang berlokasi di ovarium (Memardeh, 2003).
2.2.10. Prognosis
Pada kasus endometriosis, salah satu yang terpenting adalah penderita harus diberikan konseling dan pengertian tentang penyakit yang dideritanya secara tepat. Pasien harus diberi pengertian bahwa pengobatan yang diberikan belum tentu dapat menyembuhkan. Operasi definitif tidak dapat memberikan kesembuhan total, sekalipun resiko kambuh sangat rendah resikonya (3%) (Lobo, 2007). Resiko kekambuhan lebih rendah dengan diberikannya terapi hormon estrogen. Setelah dilakukan operasi konservatif, tingkat kekambuhan yang dilaporkan sangat bervariasi. Jumlah kasus yang terjadi rata - rata melebihi 10% dalam tiga tahun dan 35 % dalam lima tahun.

xxvii

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Penderita Endometriosis

Data:
• Usia • Lokasi jaringan ektopik • Usia sewaktu menarche • Riwayat persalinan • Keluhan dismenore • Penanganan

3.2. Definisi Operasional
Endometriosis: Endometriosis adalah suatu penyakit di mana bercak bercak jaringan endometrium tumbuh di luar rahim. Padahal dalam keadaan normal endometrium hanya ditemukan di dalam lapisan rahim.
Parameter yang akan diteliti atau diamati dalam penelitian ini adalah:

xxviii

1. Usia

a) Definisi operasional : Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya adalah

lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan

b) Cara ukur

: Mencatat data rekam medis

c) Alat ukur

: Data rekam medis

d) Hasil ukur

: Distribusi berdasarkan kelompok umur

e) Skala pengukuran : Rasio

2. Data ginekologis

a) Definisi operasional : Melihat riwayat menstruasi, riwayat partus dan kelainan

ginekologis

b) Cara ukur

: Mencatat data rekam medis

c) Alat ukur

: Data rekam medis

d) Hasil ukur

: Distribusi berdasarkan adanya menstruasi, kejadian partus

sebelumnya, dan kelainan ginekologis lainnya.

e) Skala pengukuran : Nominal

3. Lokasi Endometriosis

a) Definisi operasional : Melihat di mana lokasi terjadinya Endometriosis

b) Cara ukur

: Mencatat data rekam medis

c) Alat ukur

: Data rekam medis

d)Hasil ukur

: Distribusi berdasarkan lokasi Endometriosis

e)Skala pengukuran : Nominal

4. Keluhan nyeri

a) Definisi operasional : Adanya keluhan nyeri pada pasien berdasarkan rekam

medis

b) Cara ukur

: Mencatat data rekam medis

c) Alat ukur

: Data rekam medis

d) Hasil ukur

: Distribusi berdasarkan keluhan nyeri

xxix

e) Skala pengukuran : Nominal

5. Penanganan

a) Definisi operasional : Tindakan penanganan yang diberikan terhadap pasien

yang didiagnosa dengan Endometriosis.

b) Cara ukur

: Mencatat data rekam medis

c) Alat ukur

: Data rekam medis

d) Hasil ukur

: Distribusi berdasarkan pengobatan yang diberikan

e)Skala pengukuran : Nominal

xxx
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional retrospective (studi potong lintang retrospektif), dimana penelitian akan dilakukan dengan menggunakan rekam medis dari penderita Endometriosis yang menjalani rawatan di RSUP H. Adam Malik. 4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan September hingga bulan November 2014. Pemilihan waktu penelitian adalah berdasarkan waktu dan dana peneliti. 4.2.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di instalasi rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini dilakukan dari data yang diperoleh dari hasil rekam medis pasien rawat inap yang didiagnosa dengan Endometriosis. 4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang didiagnosa dengan Endometriosis di RSUP H. Adam Malik berdasarkan rekam medis pada tahun 2011 – 2013. 4.3.2. Sampel Penelitian

xxxi
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling. Sampel penelitian adalah seluruh rekam medis penderita Endometriosis di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2011 - 2013. Adapun kriteria inklusi yang digunakan adalah seluruh pasien Endometriosis. Sedangkan kriteria eksklusi yang digunakan adalah pasien Endometriosis dengan data variabel dalam rekam medis yang tidak lengkap.
4.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pencatatan data – data yang dibutuhkan penulis, berupa data – data yang akan digunakan untuk penelitian yaitu lokasi, usia, dan data lain yang ditemukan. Data yang akan didapat berupa data sekunder yang akan diambil dari rekam medis penderita Endometriosis di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2011– 2013.
4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pada penelitian ini, data dikumpulkan terlebih dahulu, dan diolah dengan teknik komputerisasi. Data yang diperoleh berupa bilangan kasus pasien yang menderita endometriosis, distribusi menurut umur, letak jaringan ektopik, usia sewaktu menarche, keluhan nyeri, dan riwayat partus, penanganan, dan hasil akan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif yang ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi yang diolah dengan menggunakan program SPSS (Statistic Package for Social Science).

xxxii
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Deskripsi Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Medan. Penelitian dilakukan pada tanggal 2 Oktober 2014 sampai tanggal 22 November 2014. 5.1.2 Deskripsi Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah semua penderita endometriosis yang datanya diambil dari rekam medik. Hasil penderita endometriosis diambil dari bulan Januari 2011 hingga Desember 2013, sehingga terkumpul sebanyak 54 data penderita endometriosis, tetapi hanya 35 data yang digunakan setelah beberapa data yang tidak lengkap dieksklusikan. Dari keseluruhan data, diperoleh informasi tentang usia pasien, lokasi jaringan endometriosis, usia menarche, jumlah persalinan pasien, adanya keluhan dismenore ataupun tidak, dan penanganan dari dokter. 5.1.3 Deskripsi Profil Gambaran Endometriosis di RSUP. H. Adam Malik 2011 – 2013 Data penderita endometriosis yang diperoleh melalui data sekunder yaitu berupa rekam medis tahun 2011 – 2013 adalah sebanyak 35 data, dimana endometriosis yang berlokasi di uterus sebanyak 11 orang (31.4 %), ovarium 16 orang (45.7 %), tuba falopi 2 orang (5.7%), dan unspecified endometriosis 6 orang (17.1 %) (Tabel 5.1).

xxxiii

Tabel 5.1 Distribusi lokasi terjadinya endometriosis di RSUP. H. Adam Malik 2011 – 2013

Lokasi

Frekuensi (n)

Presentase (%)

Uterus Ovarium Tuba Falopi Unspecified Total

11 16 2 6 35

31.4 45.7 5.7 17.1 100

5.1.4 Deskripsi Usia Pasien Penderita Endometriosis di RSUP H. Adam Malik 2011 – 2013

Hasil penelitian tahun 2011 – 2013 yang didapat dari rekam medik menunjukkan usia termuda penderita endometriosis adalah 18 tahun dan usia tertua adalah 48 tahun. Pasien dengan jumlah terbesar adalah pasien dengan rentang usia 30 – 39 tahun yaitu sebanyak 14 orang dan pasien dengan jumlah paling kecil berada pada rentang usia 0 – 19 tahun, yaitu sebanyak 3 orang. (Tabel 5.2)

Tabel 5.2 Distribusi Usia Pasien Penderita Endometriosis di RSUP H. Adam Malik 2011 – 2013

Rentang Usia (tahun) 0 - 19 20 - 29 30 - 39 > 40

Frekuensi (n) 3 5 14 13

Presentase (%) 8.6 14.3 40.0 37.1

xxxiv

Total

35

100

5.1.5 Deskripsi Usia Menarche Penderita Endometriosis di RSUP H. Adam Malik 2011 – 2013

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa usia menarche dengan jumlah terbesar adalah pada usia 13 tahun dan 15 tahun dengan jumlah 8 pasien (22.9 %) dan usia dengan jumlah terkecil adalah usia 7 dan 16 tahun dengan jumlah 1 pasien (2.9 %). (Tabel 5.3)

Tabel 5.3 Distribusi Usia Menarche pada Penderita Endometriosis di RSUP H. Adam Malik 2011 – 2013

Rentang Usia (tahun) 7 9 10 11 12 13 14 15 16 Total

Frekuensi (n) 1 2 2 5 2 8 6 8 1 35

Presentase (%) 2.9 5.7 5.7 14.3 5.7 22.9 17.1 22.9 2.9 100

xxxv

5.1.6 Deskripsi Riwayat Persalinan Penderita Endometriosis di RSUP H. Adam Malik 2011 – 2013
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pasien tertinggi adalah pada jumlah persalinan iaitu tiada persalinan, dengan jumlah sebanyak 13 pasien (37.1 %), dan pasien paling sedikit adalah pada jumlah persalinan 3 dan 4 anak, dengan jumlah 4 pasien (11.4 %). Terdapat juga pasien yang mengalami abortus sejumlah 2 orang. (Tabel 5.4)

Tabel 5.4 Distribusi Riwayat Persalinan pada Penderita Endometriosis di RSUP H. Adam Malik 2011 – 2013

Jumlah Persalinan 0 1 2 3 4 Total

Frekuensi (n) 13 6 8 4 4 35

Presentase (%) 37.1 17.1 22.9 11.4 11.4 100

5.1.7 Deskripsi Keluhan Dismenore Penderita Endometriosis di RSUP H. Adam Malik 2011 – 2013
Dari hasil penelitian ditemukan pasien Endometriosis yang mengalami dismenore adalah 24 pasien (68.6 %), dan pasien yang tidak mengalami dismenore adalah 11 pasien (31.4 %). (Tabel 5.5)

xxxvi

Tabel 5.5 Distribusi Keluhan Dismenore pada Penderita Endometriosis di RSUP H. Adam Malik 2011 – 2013

Keluhan Dismenore

Frekuensi (n)

Presentase (%)

Ada Tiada Total

24 11 35

68.5 31.5 100

5.1.8 Deskripsi Penanganan Terhadap Penderita Endometriosis di RSUP H. Adam Malik 2011 – 2013

Dari hasil penelitian ditemukan pasien Endometriosis yang diberikan pengobatan secara farmakologis adalah 21 pasien (60.0 %), dan pasien yang dianjurkan untuk operasi adalah 14 pasien (35.0 %). (Tabel 5.6)

Tabel