Prevalensi Retinopati Diabteik Di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Juli 2011 – Juni 2012

(1)

PREVALENSI RETINOPATI DIABTEIK

DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

PERIODE JULI 2011 – JUNI 2012

TESIS

OLEH:

FITRIANI

PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

DENGAN NAMA ALLAH

YANG MAHA PENGASIH DAN MAHA PENYAYANG

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul “ PREVALENSI RETINOPATI DIABETIK DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE JULI 2011 – JUNI 2012”

Penulisan tesis ini merupakan tahap akhir dari serangkaian persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik dalam bidang Ilmu Kesehatan Mata pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara di Medan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada pembimbing Prof.AslimD.Sihotang,SpM(KVR),dr.Delfi,M.Ked(Oph),SpM(K),dr.Hj.AryaniA.

Amra,MKed(Oph),SpM, Drs.H.Djalil Amri Arma,MKes, yang telah banyak memberi bantuan dan masukan selama penulisan tesis ini.

Rasa penghargaan dan terima kasih yang tak terhingga saya sampaikan kepada yang terhormat guru-guru saya, atas pengajaran, bimbingan, kritik dan saran yang telah saya terima selama menempuh pendidikan magister ini.


(4)

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada rekan-rekan sejawat peserta Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Ilmu Kesehatan Mata yang telah banyak membantu saya selama menempuh pendidikan magister ini.

Kepada Rektor Universitas Sumatera Utara,Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,TKP PPDS dan Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan, saya ucapkan terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya untuk mengikuti pendidikan Magister ini.

Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada kedua orang tua saya terkasih Misran (alm) dan ibunda

Suyatik yang telah membesarkan, membimbing, mendoakan serta mendidik saya dengan penuh kasih sayang dari sejak kecil hingga kini, memberi contoh yang baik dalam menjalani hidup serta memberikan motivasi selama mengikuti pendidikan ini. Kepada mertua saya yang saya hormati dan sayangi Sabtudin,BBA dan Syarifah Noor yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan semangat serta doa kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan ini.

Buat suamiku tercinta Agus Tami,ST tiada kata terindah yang dapat saya ucapkan selain rasa syukur kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, yang telah memberikan saya seorang suami yang baik dan penuh pengertian. Terima kasih atas cinta kasih, kesabaran ,dorongan semangat, pengorbanan dan doa yang diberikan kepada saya hingga dapat menyelesaikan pendidikan ini.


(5)

Buat buah hatiku yang kucintai dan kusayangi,putriku Nadzirah Saffa

yang merupakan inspirasi dan pendorong motivasi ibunda serta pemberi semangat untuk menyelesaikan pendidikan ini.

Kepada adik saya Lasfika sari, Heri Suganda, Wilda sari beserta keluarga, terima kasih atas bimbingan, dorongan semangat serta doa yang diberikan kepada saya.

Saya menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati saya mengharapkan masukan yang sangat berharga dari semua pihak di masa yang akan datang

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkah-Nya kepada kita semua. Amiin Ya Rabbal ‘Alamiin.

Medan, 23 Januari 2013


(6)

DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 LATAR BELAKANG ... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH... 2

1.3 TUJUAN PENELITIAN... 3

1.4 MANFAAT PENELITIAN... 3

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN... 4

2.1 DEFENISI... 4

2.2 KLASIFIKASI... 4

2.3 FAKTOR RESIKO... 5

2.4 GEJALA DAN TANDA ... 6

2.5 PATOGENESIS... 7

2.6 PENATALAKSANAAN... 8

2.7 STRUKTUR RSUH. ADAM MALIK MEDAN... 8

2.8 KERANGKA KONSEPSIONAL... 9

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 11

3.1 DESAIN PENELITIAN... 11

3.2 TEMPAT DAN WAKTU... 11

3.3 POPULASI DAN SAMPEL... 11

3.4 KRITERIA INKLUSI DAN EKSLUSI... 12


(7)

3.6 DEFENISI OPERASIONAL... 13

3.7 BAHAN DAN ALAT... 13

3.8 JALANNYA PENELITIAN DAN CARA KERJA... 13

3.9 PERSONALIA PENELITIAN... 14

3.10 BIAYA PENELITIAN... 14

3.11 ANALISIS DATA... 14

3.12 PERTIMBANGAN ETIKA... 14

BAB IV HASIL PENELITIAN... 15

BAB V PEMBAHASAN... 21

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 23


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Diabetes melitus (DM) merupakan masalah kesehatan yang perlu diwaspadai di Indonesia. Prevalensi diabetes melitus untuk Indonesia cukup besar menurut RIKESDAS; sebesar 14,7% populasi dikawasan urban terancam DM. Jika di proyeksikan, sebanyak 8,2 juta penduduk di urban dan 5,5 juta penduduk rural area Indonesia mengalami diabetes yang artinya akan terjadi penambahan jumlah penderita retinopati diabetik yang signifikan (JEC, 2011).

Retinopati diabetik adalah kerusakan retina yang merupakan komplikasi dari diabetes melitus. Sekitar 40% dari kasus DM beresiko mengalami retinopati diabetik (RD), bahkan 8% terancam mengalami kebutaan. Di Amerika Serikat, retinopati diabetik merupakan penyebab utama dalam beberapa kasus legal blindness di usia produktif berkisar antara usia 20 samapi 64 tahun. Di negara maju setidaknya 12 % dari semua kebutaan disebabkan oleh diabetes. Di Amerika Serikat penderita DM 20 kali lipat kemungkinan menjadi buta dibanding pasien yang tidak menderita DM (Skuta et al, 2010;JEC 2011).

Penelitian epidemiologis di Amerika, Australia, Eropa dan Asia melaporkan bahwa jumlah penderita retinopati diabetik akan meningkat dari


(9)

100,8 juta dari tahun 2010 menjadi 154,9 juta pada tahun 2030 dengan 30% diantaranya terancam mengalami kebutaan (Quillen 2002).

Menurut perkiraan WHO pada tahun 2002, penyebab kebutaan paling utama adalah katarak (47,8%), glaukoma (12,3%), uveitis (10,2%), age macular degereration (AMD) (8,7%), trakhoma (3,6%), corneal opacity, (5,1%), dan diabetic retinopathy (4,8%) ( WHO, 2002).

The DiabCare Asia 2008 Study melibatkan 1785 penderita DM pada 18 pusat kesehatan primer dan sekunder di Indonesia dan melaporkan 42% penderita DM mengalami komplikasi retinopati dan 6,4 % diantaranya merupakan retinopati diabetik poloferatif (Soewondo P et al, 2010).

Klasifikasi retinopati diabetik adalah non-proliferative diabetic retinopathy (NPDR) dan Proliferative diabetic retinopathy (PDR). Bila tidak mendapatkan terapi yang tepat, NPDR akan berkembang menjadi PDR (JEC, 2011;Hollifield Joe, 2006).

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Berapa prevalensi retinopati diabetik di RSUP H. Adam Malik Medan periode juli 2011 – juni 2012.

2. Mengetahui karakteristik retinopati diabetik di RSUP H. Adam Malik Medan periode Juli 2011 sampai Juni 2012.


(10)

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian retinopati diabetik di RSUP H.Adam Malik Medan periode Juli 2011 sampai Juni 2012.

Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui umur rata-rata penderita retinopati diabetik. 2. Untuk mengetahui jenis kelamin terbanyak penderita retinopati

diabetik.

3. Untuk mengetahui tingkat pendidikan rata-rata penderita retinopati diabetik

4. Untuk mengetahui tajam penglihatan rata- rata penderita retinopati diabetik

5. Untuk mengetahui lamanya penderita menderita diabetes melitus hingga terjadi komplikasi retinopati diabetik.

6. Untuk mengetahui klasifikasi terbanyak retinopati diabetik

1.4 MANFAAT PENELITIAN

 Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam

perencanaan strategi nasional untuk penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan.


(11)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 DEFINISI

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronik degeneratif tersering dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tertinggi di dunia. Word Health Organization (WHO) melaporkan bahwa Indonesia merupakan negara urutan keempat dengan jumlah penderita DM terbanyak. Jumlah ini akan mencapai 21,3 juta pada tahun 2030 (Wilds et al, 2004).

Retinopati diabetik adalah kerusakan pada retina yang merupakan komplikasi dari diabetes melitus. Retinopati diabetik merupakan penyakit pembuluh darah retina yang paling sering. Resiko menjadi retinopati diabetik akan meningkat sebanding dengan lamanya seseorang menderita DM. Kebutaan akibat retinopati diabetik menjadi masalah kesehatan yang diwaspadai di dunia karena kebutaan akan menurunkan kwalitas hidup dan produktivitas penderita yang akhirnya akan menimbulkan beban sosial masyarakat (S.Ratna, 2011;Quillen, 2002).

2.2 KLASIFIKASI

Retinopati diabetik diklasifikasikan kedalam dua tipe (AAO, 2010;David J 2005).

1. Non – proliferative diabetic retinopathy (NPDR) yang merupakan


(12)

NPDR terbatas pada retina dan tidak meluas melampaui membran limitan interna. Karakteristik pada NPDR mencakup mikroaneurisma,

nerve fiber layer infarcts, IRMAs, perdarahan intraretinal dot blot, edema retina, hard exudat, kelainan arteriol, vena retina dilatasi dan vena beading.

2. Proliferative diabetic retinopathy ( PDR) merupakan bentuk yang

lebih berat. Proliferative fibrovaskular eksraretinal bervariasi pada retinopati diabetik proliferative. Lokasi neovascular proliferation

dijumpai pada daerah disc dan di tempat lainnya.

2.3.FAKTOR RESIKO

Faktor resiko yang dihubungkan dengan terjadinya retinopati diabetik adalah (Papan Debora at all 2008;Khurana AK 2007;Vander James F, 2007).

a. Lamanya diabetes. Setelah 15 tahun menderita DM tipe 1, 80% akan menderita retinopati diabetik, setelah 19 tahun pada pasien DM tipe 2 akan menjadi retinopati diabetik sekitar 84.

b. Keturunan. Pengaruh keturunan lebih sering pada proliferative diabetik.

c. Kehamilan. Penderita DM yang hamil mempunyai resiko lebih besar mengalamin retinopati diabetik.

d. Hipertensi. Dari beberapa penelitian menunjukan tekanan darah yang terkontrol akan menurunkan resiko terjadinya retinopati diabetik. Target tekanan darah dari penderita DM kurang dari 130/80 mmhg.


(13)

e. Kadar gula darah. Kadar gula darah yang terkontrol dapat memperlambat onset terjadinya retinopati diabetik.

f. Faktor resiko lainnya meliputi ; merokok, obesitas dan hiperlipidemia.

2.4 GEJALA dan TANDA

Sebagian besar penderita retinopati diabetik pada tahap awal tidak menunjukan gejala penurunan penglihatan. Apabila telah terjadi kerusakan sawar darah retina, dapat di temukan mikroaneurisma, eksudat lipid dan protein, edema serta perdarahan intraretina. Selanjutnya akan terjadi oklusi kapiler retina yang mengakibatkan kegagalan perfusi dilapisan serabut saraf retina sehingga terjadi hambatan transformasi aksonal. Hambatan transformasi tersebut akan menimbulkan akumulasi debris akson yamg tampak sebagai gambaran soft exudat pada pemeriksaan oftalmoskopi. Kelainan tersebut merupakan tanda retinopati non proliferatif ( S.Ratna, 2011;Quillen, 2002;Kanski JJ, 2008).

Hipoksia akibat oklusi akan merangsang pembentukan pembuluh darah baru, dan ini merupakan tanda patognomonik retinopati diabetik proliferatif. Kebutaan pada DM dapat terjadi akibat edema yang hebat pada makula, perdarahan masif intravitreous, atau ablasi retinal traksional (S.Ratna, 2011).


(14)

2.5 PATOGENESIS

Keadaan hiperglikemik mengawali perubahan patologis pada retinopati diabetik dan terjadi melalui beberapa jalur. Pertama hiperglikemi memicu terbentuknya reactive oxygen intermediates (ROIs), advanced glycation endproducts (AGEs). ROIsdan AGEs merusak perisit dan endotel pembuluh darah serta merangsang pelepasan faktor vasoaktif seperti nitric oxide (NO),

prostasiklin, insulin – like growth factor -1 (IGF-1), dan endotelin yang akan memperparah kerusakan. Kedua, hiperglikemia kronik mengaktivasi jalur poliol yang meningkatkan glikosilasi dan ekspresi aldose reduktase sehingga terjadi akumulasi sorbitol. Glikosilasi dan akumulasi sorbitol mengakibatkan kerusakan endotel pembuluh darah dan disfungsi enzim endotel. Ketiga, hiperglikemia mengativasi tranduksi sinyal interseluler protein kinase C (PKC). Vascular endothelial growth factor (VEGF) dan faktor pertumbuhan lain diaktivasi oleh PKC. VEGF menstimulasi ekspresi intercellular adhesion molecule -1 (ICAM-1) yang memicu terbentukan ikantan antara leukosit dan endotel pembuluh darah. Ikatan tersebut akan menyebabkan kerusakan sawar pembuluh darah retina, serta trombosis dan oklusi kapiler retina. Keseluruhan jalur tersebut menimbulkan gangguan sirkulasi, hipoksia dan inflamasi pada retina (S.Ratna, 2011;Papan Debora, 2008; Quillen, 2002;J.Antoni, 2007).


(15)

2.6 PENATALAKSANAAN

Pengobatan retinopati diabetik berdasarkan derajat keparahan penyakit. Retinopati diabetik nonproliferatif derajat ringan hanya perlu dievaluasi satu tahun sekali. Penderita retinopati diabetik nonproloferatif derajat ringan-sedang tanpa edema makula yang nyata harus menjalani pemeriksaan rutin setiap 6-12 bulan. Retinopati diabetik nonproliferatif derajat ringan-sedang dengan edema makula yang signifikan merupakan indikasi

laser photocoagulation untuk mencegah perburukan. Setelah dilakukan laser photocoagulation penderita perlu dievaluasi setiap 2-4 bulan. Penderita retinopati diabetik nonproliferatif derajat berat dianjurkan untuk menjalani

panretinal laser photocoagulation terutama apabila kelainan beresiko tinggi untuk menjadi retinopati diabetik proliferatif. Penderita harus dievaluasi setiap 3-4 bulan pasca tindakan. Panretinal laser photocoagulation harus segera dilakukan pada penderita retinopati diabetik proliferatif. Apabila terjadi retinopati diabetik proliferatif disertai edema makula yang signifikan, maka kombinasi focal dan panretinal laser photocoagulation menjadi terpai pilihan (Celles J, 2005; Kuminoto et al 2004 Skuta et al, 2010).

2.7 STRUKTUR RSUH. ADAM MALIK MEDAN

Penelitian dilakukan di RSU H. Adam Malik Medan yang dibangun diatas tanah seluas 10 Ha, berlokasi dijalan Bunga Lau No. 17 Km 12, Kecamatan Medan Tuntungan, Propinsi Sumatera Utara.


(16)

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan merupakan RS kelas A dan RS pendidikan sesuai dengan SK MENKES. Rumah Sakit ini juga sebagai pusat rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau.

RSU H. Adam Malik Medan adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Departemen Kesehatan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jendral Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan, wajib melaksanakan sistem pelaporan rumah sakit.

2.8 KERANGKA KONSEPSIONAL

Kerangka konsepsional merupakan kerangka yang menggambarkan dan mengarahkan asumsi mengenai elemen elemen yang diteliti. Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah dipaparkan dalam latar belakang dan dari tinjauan kepustakaan yang ada, maka kerangka konsep digambarkan sebagai berikut :


(17)

Kerangka konsep :

Klasifikasi RD

Retinopati

Diabetik

Lamanya DM

Tajam penglihatan Usia

Pendidikan


(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif retrospektif, dengan mengambil data sampel dari catatan rekam medis pasien yang datang berobat ke poliklinik mata RSUP.H. Adam Malik Medan selama periode Juli 2011 sampai dengan Juni 2012.

3.2 TEMPAT DAN WAKTU

Penelitian dilakukan di Poli Mata Rumah Sakit H. Adam Malik Medan periode Juli 2011 sampai Juni 2012.

3.3 POPULASI DAN SAMPEL

Populasi penelitian adalah seluruh pasien yang berkunjung ke poli mata Rumah Sakit H. Adam Malik Medan dan di diagnosa dengan diabetik retinopati dari Juli 2011 sampai Juni 2012. Besar sampel di tentukan dengan metode consecutive sampling, yaitu semua objek yang didiagnosa diabetik retinopati.


(19)

3.4 KRITERIA INKLUSI DAN EKSLUSI Kriteria Inklusi :

 Semua pasien denagan diagnosa diabetik retinopati yang

berkunjung ke Poli Mata RSUP. H. Adam Malik Medan periode Juli 2011 sampai Juni 2012.

Kriteria ekslusi :

 Penderita Diabetes Meletus yang tidak dapat dievaluasi dengan

funduscopi.

3.5 IDENTIFIKASI VARIABEL

 Variabel terikat adalah adalah diabetik retinopati

 Variabel bebas adalah :

a. Usia

b. Jenis Kelanin c. Pendidikan

d. Tajam penglihatan

e. Lamanya menderita diabetes melitus f. Klasifikasi RD

3.6 DEFENISI OPERASIONAL

• Retinopati diabetik adalah kerusakan retina yang merupakan komplikasi dari DM


(20)

• Usia adalah usia penderita retinopati diabetik.

• Jenis kelamin adalah laki-laki dan perempuan.

• Pendidikan adalah tingkat pengetahuan yang diperoleh melalui jalur formal.

• Tajam penglihatan adalah kemampuan penderita untuk melihat objek sekecil mungkin.

• Lamanya diabetes melitus adalah sejak pasien didiagnosa DM.

• Klasifikasi RD adalah NPDR dan PDR.

3.7 BAHAN DAN ALAT

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data dari rekam medis

2. Kertas 3. Pulpen 4. Pinsil 5. Penghapus

3.8 JALANNYA PENELITIAN DAN CARA KERJA

Pengumpulan data diambil dari rekam medis pasien yang berkunjung ke Poli Mata Rumah Sakit H. Adam Malik Medan periode Juli 2011 sampai Juni 2012 dengan didiagnosa diabetik retinopati. Semua data pasien dicatat, setelah data terkumpul diolah dalam bentuk tabel.


(21)

3.9 PERSONALIA PENELITIAN

Peneliti : Fitriani

3.10 BIAYA PENELITIAN

Biaya penelitian ditanggung oleh peneliti sendiri.

3.11 ANALISIS DATA

Analisa data dilakukan secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabulasi data.

3.12 PERTIMBANGAN ETIKA

Usulan penelitian ini terlebih dahulu disetujui oleh rapat bagian ilmu penyakit mata FK-USU/RSUP H.Adam Malik medan. Penelitian ini kemudian diajukan untuk disetujui oleh rapat komite etika PPKRM Fakultas Kedokteran universitas Sumatera Utara.


(22)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Poli Mata RSUP H. Adam Malik Medan dalam kurun waktu Juli 2011 sampai Juni 2012. Selama periode tersebut jumlah pasien yang datang berobat ke Poli Mata RSUP H. Adam Malik Medan sebanyak 7450 pasien. Dari jumlah tersebut dijumpai sampel RD sebanyak 74 pasien diantaranya mengenai satu mata sebanyak 20 orang dan mengenai kedua mata sebanyak 54 orang. Prevalensi RD pada penelitian ini adalah sebanyak 1%.

Tabel 5.1 Karakteristik awal subjek penelitian

Jumlah RD % 1.Jenis Kelamin

- Laki-laki 38 51,4 - Perempuan 36 48,6 2. Usia

- 40 – 49 Tahun 14 18,9 - 50 – 59 Tahun 32 43,2

≥ 60 Tahun 28 37,8

3. Lama menderita DM


(23)

5 – 10 Tahun 35 47,3 > 10 Tahun 23 31,1

4. Pendidikan

SD 22 29,7 SLTP 8 10,8 SLTA 26 35,1 Sarjana 18 24,3

5. Klasifikasi RD

NPDR 63 85,1 PDR 11 14,9

6. Tajam Penglihatan

5/5 – 5/7 24 32,4 5/8 – 5/16 32 43,2 5/5 – 5/50 16 21,6 < 5/50 2 2,7


(24)

Tabel 5.2 Karakteristik RD berdasarkan Jenis Kelamin Retinopati Diabetik

Jenis Kelamin NPDR PDR Total N % N % N % Laki – laki 32 43,2 6 8,1 38 51,3 Perempuan 31 41,9 5 6,8 36 48,7

Jumlah 63 85,1 11 14,9 74 100

Dari data tabel diatas terlihat jumlah penderita RD laki – laki maupun perempuan tidak jauh berbeda.

Tabel 5.3 Karakteristik RD berdasarkan Usia

Retinopati Diabetik

Usia NPDR PDR Total N % N % N % 40 – 49 14 18,9 0 0 14 18,9 50 – 59 28 37,8 4 5,4 32 43,2

≥ 60 21 28,4 7 9,5 28 37,9


(25)

Dari tabel diatas, kelompok umur yang terbanyak adalah 50 – 59 tahun sebanyak 32 subjek ( 43,2%), dan kelompok umur ≥ 60 tahun (37,9% ).

Tabel 5.4 Karakteristik RD berdasarkan Lama Menderita DM Retinopati Diabetik

Lama Menderita DM NPDR PDR Total N % N % N % < 5 Tahun 16 21,6 0 0 16 21,6 5 – 10 Tahun 33 44,6 2 2,7 35 47,3 > 10 Tahun 14 18,9 9 12,2 23 31,1 Jumlah 63 85,1 11 14,9 74 100

Dari tabel tersebut, terlihat jumlah RD terbanyak adalah penderita DM dalam kurun waktu 5 – 10 tahun (47,3%).

Tabel 5.5 Karakteristik RD berdasarkan Jenjang Pendidikan Retinopati Diabetik

Pendidikan NPDR PDR Total N % N % N % SD 18 24,3 4 5,4 22 29,7 SLTP 7 9,4 1 1,4 8 10,8 SLTA 21 28,4 5 6,8 26 33,2


(26)

Sarjana 17 23,0 1 1,3 18 24,3 Jumlah 63 85,1 11 14,9 74 100

Dari tabel tersebut, terlihat penderita RD terbanyak pada jenjang pendidikan SLTA (33,2%) dan jenjang SD (29,7%), sementara SLTP hanya (10,8%).

Tabel 5.6 Karakteristik RD berdasarkan Tajam Penglihatan

Tajam Penglihatan Mata Kanan Mata Kiri Total N % N % N % 5/5 – 5/7 20 15,6 19 14,9 39 30,5 5/8 – 5/16 31 24,2 25 19,5 56 43,7 5/25 – 5/50 14 10,9 14 10,9 28 21,8 < 5/50 2 1,6 3 2,4 5 4,0 Jumlah 67 52,3 51 41,7 128 100

Dari tabel tersebut, terlihat tajam penglihatan 5/8 – 5/16 sebesar 43,7%, kemudian 5/5 – 5/7 sebesar 30,5% dan < 5/50 hanya 4%.


(27)

Tabel 5.7 Karakteristik RD berdasarkan mata yang terkena

Mata Kanan Mata Kiri Total Retinopati Diabetik

N % N % N % NPDR 56 43,7 55 43,0 111 86,7 PDR 11 8,6 6 4,7 17 13,3 Jumlah 67 52,3 61 47,7 128 100

Dari tabel diatas, terlihat jumlah penderita terbanyak adalah NPDR (86,3%)., dan antara mata kanan dan kiri tidak tampak perbedaan yang signifikan.


(28)

BAB V PEMBAHASAN

Dari 74 penderita RD yang diteliti , sebanyak 38 orang laki-laki dan 36 orang perempuan. Hal ini menunjukan jumlah penderita RD antara laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda. Dari literatur menunjukan bahwa tidak terdapat predisposisi jenis kelamin untuk menderita RD.

Pada penelitian ini tampak kecenderungan RD meningkat sesuai dengan semakin lanjutnya usia penderita. Jumlah RD bertambah banyak pada usia 50 tahun ke atas, sehingga jumlah penderita RD juga cenderung bertambah. Pada penelitian - penelitian lainnya jumlah RD akan meningkat seiring dengan pertambahan usia penderita. DM merupakan faktor resiko utama yang berkaitan dengan perkembangan retinopatik diabetik. Setelah lima tahun menderita DM tipe 1, sekitar 25% pasien mengalami retinopati. Setelah 10 tahun, hampir 60% menderita retinopati dan setelah 15 tahun 80% akan menderita retinopati.

Persentase RD akan semakin tinggi pada penderita yang sudah lama menderita DM. Dari data mengenai lamanya DM, didapat RD paling banyak dialami oleh penderita DM diatas 5 tahun. Dan berdasarkan literatur lamanya lamanya mendertita DM merupakan faktor resiko menjadi RD.

Pada penelitian ini penderita RD paling banyak pada jenjang pendidikan SLTA sebanyak 33,2%. Tingkat pendidikan tidak tampak signifikan mempengaruhi prevalensi RD.


(29)

Tajam penglihatan dari subjek penelitian diperiksa terpisah antara mata kanan dan mata kiri, tampak rata-rata tajam penglihatan antara mata kanan dan mata kiri adalah 5/8 – 5/16 yaitu berkisar 43,7%. Hal ini kemungkinan dihubungkan dengan derajat RD yang paling banyak adalah NPDR. Dari data penelitian ini didapat informasi kasus NPDR antara mata kanan dan kiri tidak jauh berbeda, begitu juga pada kasus PDR.

Dari data ini terlihat prevalensi RD di Poli Mata RSUP H. Adam Malik Medan periode Juli 2011- Juni 2012 sebesar 1% dengan NPDR sebesar 85,1% dan PDR sebesar 14,9%. Jumlah ini tidak sebesar 42 % pada penelitian The DiabCare Asia 2008 Study tetapi tetap harus menjadi perhatian yang serius, karena masih ada kemungkinan penderita DM yang tidak termasuk dalam bagian penelitian ini. Prevalensi RD semakin bertambah besar sejalan dengan lamanya menderita DM pada saat diagnosa ditegakan. Semakin lama menderita DM semakin banyak jumlah RD ditemukan dan semakin tua usia penderita DM ditegakan kemungkinan timbul RD akan semakin besar dan cepat.


(30)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

1. Prevalensi RD di Poli Mata RSUP H. Adam Malik Medan periode Juli 2011- Juni 2012 adalah 1%.

2. Klasifikasi RD terbanyak pada penelitian ini adalah NPDR.

3. Tingginya prevalensi RD pada penelitian ini dipengaruhi oleh usia dan lamanya menderita DM.

4. Tidak ada perbedaan jumlah penderita RD yang signifikan antara penderita laki – laki dan perempuan.

6.2 SARAN

1. Untuk mengurangi angka kebutaan akibat RD maka, setiap kasus baru disarankan untuk dirujuk ke bagian mata guna memperoleh data lengkap mengenai keadaan matanya.

2. Melakukan pemeriksaan secara berkala pada penderita DM, agar kelainan retina yang dapat mengancam penglihatan terdeteksi masih dalam stadium awal.

3. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hubungan RD dengan faktor – faktor resiko RD lainnya, perlu penelitian lebih lanjut.


(31)

DAFTAR PUSTAKA

Skuta,GL,Cantor,LB,Weiss JS, 2010 Basic and Clinical Science Course, Retina and Vitreous Disease, American Academy of Ophthalmology,Chapter 5, page 109-127.

Celles J, Cipolla M.Diabetes and endothelialbdysfuncion, a clinical perspective Endocrine riview.2005. page 36-52

David J Browning. Diabetic Macular Edema, Am J Ophthalmol 2008, page 649-655

Hollyfield Joe, Advances in Experimental Medicine and Bioogy, Retinal Degenerative Disease, Chapter 29, 2006.

JEC, seri JEC Saturday Seminar , Retina dari Pediatrik hingga Geriatrik Bab 10, Retinopati Riabetika, Perspektif Endokrinolog hal 137.

JEC, seri JEC Saturday Seminar , Retina dari Pediatrik hingga Geriatrik Bab 11, penanganan terkini Retinopati Diabetik hal 155.

J. Antonia, Retinal Vascular Disease,2007 ; page 121-131

Kanski JJ Retinal Vascular Disease,Diabetic Retinopathy, Clinical Ophthalmology A Systematic Approach, Chapter 16,2007, page 566-584

Khurana AK.2007. Ophthalmology, Chapter 11, Disease of The retina, fourth edition page 259-267.

Kuminoto et al, The Wills Eye Manual, Chpter 13, General Ophthalmic Problems, fourth edition, page 321-325.


(32)

Pavan Debora- Langston, Manual of ocular Diagnosis and Therapy, sixth edition, Retina and Vitreous 2008, page 183-184.

Quillen, American Medical Association, Clinical Retina,Chapter 5 Retinal Vascular Disease 2002, page 126-133.

S. Ratna, Retinopati Diabetik,J Indon Med Assoc, volum; 61, nomor 8 agustus 2011, hal 338-341.

Soewondo P, Soegondo S, Suastika K, Pranoto A, Soeatmadji Dw, Tjokroprawira A, the DiabCare Asia 2008 Study – Out comes on control and complication of tipe 2 diabetic patients in Indonesia. Med J Indones, 2010:19 (4);43-235.

Vander James F, Diabetic Retinopathy,in Ophthalmology Secrets in Color, Third Edition, Mosby, Elsevier, 2007 page 376-383

Wild s,Roglic G,Green A, Sicree R, King H, Global prevalence of diabetes estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes Care, 2004;27: 53-1074.

WHO, Global Data on Visual Impairment in the year 2002. in http:


(33)

(1)

BAB V PEMBAHASAN

Dari 74 penderita RD yang diteliti , sebanyak 38 orang laki-laki dan 36 orang perempuan. Hal ini menunjukan jumlah penderita RD antara laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda. Dari literatur menunjukan bahwa tidak terdapat predisposisi jenis kelamin untuk menderita RD.

Pada penelitian ini tampak kecenderungan RD meningkat sesuai dengan semakin lanjutnya usia penderita. Jumlah RD bertambah banyak pada usia 50 tahun ke atas, sehingga jumlah penderita RD juga cenderung bertambah. Pada penelitian - penelitian lainnya jumlah RD akan meningkat seiring dengan pertambahan usia penderita. DM merupakan faktor resiko utama yang berkaitan dengan perkembangan retinopatik diabetik. Setelah lima tahun menderita DM tipe 1, sekitar 25% pasien mengalami retinopati. Setelah 10 tahun, hampir 60% menderita retinopati dan setelah 15 tahun 80% akan menderita retinopati.

Persentase RD akan semakin tinggi pada penderita yang sudah lama menderita DM. Dari data mengenai lamanya DM, didapat RD paling banyak dialami oleh penderita DM diatas 5 tahun. Dan berdasarkan literatur lamanya lamanya mendertita DM merupakan faktor resiko menjadi RD.

Pada penelitian ini penderita RD paling banyak pada jenjang pendidikan SLTA sebanyak 33,2%. Tingkat pendidikan tidak tampak signifikan mempengaruhi prevalensi RD.


(2)

Tajam penglihatan dari subjek penelitian diperiksa terpisah antara mata kanan dan mata kiri, tampak rata-rata tajam penglihatan antara mata kanan dan mata kiri adalah 5/8 – 5/16 yaitu berkisar 43,7%. Hal ini kemungkinan dihubungkan dengan derajat RD yang paling banyak adalah NPDR. Dari data penelitian ini didapat informasi kasus NPDR antara mata kanan dan kiri tidak jauh berbeda, begitu juga pada kasus PDR.

Dari data ini terlihat prevalensi RD di Poli Mata RSUP H. Adam Malik Medan periode Juli 2011- Juni 2012 sebesar 1% dengan NPDR sebesar 85,1% dan PDR sebesar 14,9%. Jumlah ini tidak sebesar 42 % pada penelitian The DiabCare Asia 2008 Study tetapi tetap harus menjadi perhatian yang serius, karena masih ada kemungkinan penderita DM yang tidak termasuk dalam bagian penelitian ini. Prevalensi RD semakin bertambah besar sejalan dengan lamanya menderita DM pada saat diagnosa ditegakan. Semakin lama menderita DM semakin banyak jumlah RD ditemukan dan semakin tua usia penderita DM ditegakan kemungkinan timbul RD akan semakin besar dan cepat.


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

1. Prevalensi RD di Poli Mata RSUP H. Adam Malik Medan periode Juli 2011- Juni 2012 adalah 1%.

2. Klasifikasi RD terbanyak pada penelitian ini adalah NPDR.

3. Tingginya prevalensi RD pada penelitian ini dipengaruhi oleh usia dan lamanya menderita DM.

4. Tidak ada perbedaan jumlah penderita RD yang signifikan antara penderita laki – laki dan perempuan.

6.2 SARAN

1. Untuk mengurangi angka kebutaan akibat RD maka, setiap kasus baru disarankan untuk dirujuk ke bagian mata guna memperoleh data lengkap mengenai keadaan matanya.

2. Melakukan pemeriksaan secara berkala pada penderita DM, agar kelainan retina yang dapat mengancam penglihatan terdeteksi masih dalam stadium awal.

3. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hubungan RD dengan faktor – faktor resiko RD lainnya, perlu penelitian lebih lanjut.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Skuta,GL,Cantor,LB,Weiss JS, 2010 Basic and Clinical Science Course, Retina and Vitreous Disease, American Academy of Ophthalmology,Chapter 5, page 109-127.

Celles J, Cipolla M.Diabetes and endothelialbdysfuncion, a clinical perspective Endocrine riview.2005. page 36-52

David J Browning. Diabetic Macular Edema, Am J Ophthalmol 2008, page 649-655

Hollyfield Joe, Advances in Experimental Medicine and Bioogy, Retinal Degenerative Disease, Chapter 29, 2006.

JEC, seri JEC Saturday Seminar , Retina dari Pediatrik hingga Geriatrik Bab 10, Retinopati Riabetika, Perspektif Endokrinolog hal 137.

JEC, seri JEC Saturday Seminar , Retina dari Pediatrik hingga Geriatrik Bab 11, penanganan terkini Retinopati Diabetik hal 155.

J. Antonia, Retinal Vascular Disease,2007 ; page 121-131

Kanski JJ Retinal Vascular Disease,Diabetic Retinopathy, Clinical Ophthalmology A Systematic Approach, Chapter 16,2007, page 566-584

Khurana AK.2007. Ophthalmology, Chapter 11, Disease of The retina, fourth edition page 259-267.


(5)

Pavan Debora- Langston, Manual of ocular Diagnosis and Therapy, sixth edition, Retina and Vitreous 2008, page 183-184.

Quillen, American Medical Association, Clinical Retina,Chapter 5 Retinal Vascular Disease 2002, page 126-133.

S. Ratna, Retinopati Diabetik,J Indon Med Assoc, volum; 61, nomor 8 agustus 2011, hal 338-341.

Soewondo P, Soegondo S, Suastika K, Pranoto A, Soeatmadji Dw, Tjokroprawira A, the DiabCare Asia 2008 Study – Out comes on control and complication of tipe 2 diabetic patients in Indonesia. Med J Indones, 2010:19 (4);43-235.

Vander James F, Diabetic Retinopathy,in Ophthalmology Secrets in Color, Third Edition, Mosby, Elsevier, 2007 page 376-383

Wild s,Roglic G,Green A, Sicree R, King H, Global prevalence of diabetes estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes Care, 2004;27: 53-1074.

WHO, Global Data on Visual Impairment in the year 2002. in http:


(6)