BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Dalam Perjanjian Kredit Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Polonia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam bahasan hubungan hukum antara nasabah

  dengan bank adalah perjanjian antara keduanya yang biasanya dibuat secara

  1 sepihak oleh Bank.

  Hukum perikatan memegang peranan penting dalam setiap transaksi perbankan karena tidak ada transaksi perbankan yang tidak memasuki wilayah hukum perikatan, baik bidang dana dan jasa dan perkreditan. Hubungan hukum antara nasabah dan bank terjadi setelah kedua belah pihak menandatangani perjanjian untuk memanfaatkan produk jasa yang ditawarkan bank. Dalam setiap produk bank selalu terdapat ketentuan-ketentuan yang ditawarkan oleh bank.

  Dengan adanya persetujuan dari nasabah terhadap formulir perjanjian yang dibuat oleh bank, berarti nasabah telah menyetujui isi dan serta maksud perjanjian dan dengan demikian berlaku facta sun servanda, yaitu perjanjian tersebut mengikat

  2 kedua belah pihak sebagai Undang-undang.

  Eksistensi perjanjian sebagai salah satu sumber perikatan dapat kita temui landasannya pada ketentuan Pasal 1233 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa :

  “Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik, baik karena perjanjian baik karena 1 Undang-undang”.

  Tri Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan DI Indonesia, Bogor: Ghalia Indonesia, 2006, hal. 66. 2 Tri Widiyono, Op.Cit, hal. 1.

  Kitab Undang-undang Hukum Perdata , yang menyatakan bahwa “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih.” Dengan demikian jelaslah bahwa perjanjian

  3 melahirkan perikatan.

  Rumusan yang diberikan dalam Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata menegaskan kembali bahwa perjanjian mengakibatkan seseorang mengikatkan dirinya terhadap orang lain. Ini berarti dari suatu perjanjian lahirlah kewajiban atau prestasi dari satu atau lebih orang (pihak) kepada satu atau lebih orang (pihak) lainnya, yang berhak atas prestasi tersebut. Rumusan tersebut memberikan konsekuensi hukum bahwa dalam suatu perjanjian akan selalu ada dua pihak, di mana satu pihak adalah pihak yang wajib berprestasi (kreditur) dan pihak lainnya adalah pihak yang berhak atas prestasi tersebut (kreditur). Masing- masing pihak tersebut dapat terdiri dari satu atau orang lebih orang, bahkan dengan berkembangnya ilmu hukum, pihak tersebut dapat juga terdiri dari satu

  4 atau lebih badan hukum.

  Secara yuridis formal, dalam membuat suatu perjanjian harus memenuhi azas perjanjian sebagai syarat sahnya suatu perjanjian yang diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata, yaitu sepakat mereka yang mengikatkan diri, kecakapan untuk membuat perikatan, suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal. Selain itu terdapat juga salah satu asas penting dalam perjanjian yaitu asas keseteraan berkontrak. 3 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Jakarta :

  RajaGrafindo, 2003, hal 4 Ibid., hal.92

  berkontrak. Ini diatur dalam pasal 1338 KUH Perdata. Asas kebebasan berkontrak artinya pihak-pihak bebas membuat kontrak apa saja, baik yang sudah ada pengaturannya dan bebas menentukan sendiri isi kontrak. Kebebasan itu tidaklah mutlak karena terdapat pembatasan yaitu tidak boleh bertentangan dengan Undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Hubungan hukum antara pihak bank dan nasabah atau pemakai jasa bank lain merupakan hubungan kontraktual yang didasarkan pada suatu kontrak yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

5 Menurut Sunaryati Hartono :

  “Karena kontrak-kontrak itu merupakan sarana transaksi yang bersifat ekonomis yang tujuannya adalah mendapatkan keuntungan, maka kontrak- kontrak yang digunakan dalam bisnis perbankan merupakan kontrak komersial.” Perjanjian kredit merupakan perjanjian baku (standard contract), dimana isi atau atau klausula-klausula perjanjian kredit tersebut telah dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir (blanko), tetapi tidak terikat dalam suatu bentuk tertentu (vorn vrij). Calon nasabah kreditur tinggal membubuhkan tanda tangannya saja apabila bersedia menerima isi perjanjian tersebut, tidak memberikan kesempatan kepada calon debitur untuk membicarakan lebih lanjut

  6

  isi atau klausula-klausula yang diajukan pihak bank. Dalam praktiknya, sering kali debitur yang membutuhkan uang hanya akan menandatangani perjanjian

  5 Sunaryati Hartono, Mencari Bentuk dan Sistem Hukum Perjanjian Nasional Kita, Bandung :Sinar Baru, 1974, hal.20. 6 Rachamadi Usman , Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2001, hal.265.

  7 debitur pada saat debitur tidak mampu melaksanakan prestasinya.

  Perjanjian yang dibuat secara sepihak oleh bank ini, lazimnya dinamakan dengan perjanjian atau klausula baku. Pihak perbankan secara sepihak telah mempersiapkan dan menetapkan terlebih dahulu aturan atau ketentuan dan syarat- syarat setiap hubungan hukum dengan nasabah, yang dituangkan dalam suatu formulir, dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh

  8 konsumen.

  Karena perjanjian antara bank dengan nasabah dibuat secara sepihak oleh bank, yang memungkinkan bank membuat formulir-formulir perjanjian yang tidak seimbang, yang dapat merugikan nasabah. Sebagai pembuat draf perjanjian yang tidak melibatkan nasabah, bank secara manusiawi akan cenderung protektif terhadap dirinya sendiri. Hal ini menyangkut segi kepraktisan karena tidak mungkin bank membuat perjanjian yang berbeda-beda antara nasabah yang satu dengan yang lain. Nasabah akan berhubungan dengan bank pada umumnya tidak memperhatikan isi dari formulir-formulir yang akan ditandatanganinya. Mereka percaya pada bank atau paling tidak “tidak kuasa” untuk menolak formulir yang disodorkan oleh bank karena tidak mungkin nasabah membuat draf perjanjian tersebut. Juga nasabah tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai isi formulir yang telah ditandatangai yang menjadi dasar hubungan hukum antara nasabah dengan bank yang bersangkutan. Nasabah sering tidak memahami dengan 7 H. Salim, Perkembangan Hukum Kontrak di Luar KUH Perdata, Jakarta : RajaGrafindo

  Persada, 2006, hal.147 8 Rachmadi Usman, Penyelesaian Pengaduan Nasabah dan Mediasi Perbankan, Bandung : Mandar Maju, 2011, hal.132.

  Tulisan-tulisan sangat kecil dan rumit untuk dipahami, sehingga ketika terjadi

  

9

dispute, nasabah mungkin akan dirugikan.

  Perjanjian kredit ini perlu memperoleh perhatian yang khusus baik oleh Bank sebagai Kreditur maupun oleh nasabah sebagai debitur, karena perjanjian kredit mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pemberian, pengelolaan, dan penatalaksanaan kredit tersebut. Menurut CH. Gatot Wardoyo, dalam tulisannya mengenai sekitar Klausul-Klausul Perjanjian Kredit Bank, perjanjian kredit mempunyai fungsi-fungsi diantaranya : Perjanjian Kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok. Artinya, perjanjian kredit merupakan sesuatu yang menentukan batal atau tidaknya perjanjian lain yang mengikutinya, misalnya perjanjian pengikatan jaminan. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak dan kewajiban di antara kreditur dan debitur. Perjanjian

  10 kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit.

  Kedudukan bank sebagai kreditur dan nasabah sebagai debitur tidak pernah seimbang dalam perjanjian kredit,. Ada kalanya bank lebih kuat daripada nasabah debitur termasuk pengusaha golongan ekonomi lemah. Namun bila bank berhadapan dengan nasabah yang termasuk konglomerat, maka kedudukan bank lemah. Pembuatan perjanjian kredit bank yang dilandaskan hanya pada asas kebebasan berkontrak, isinya atau klausul-klausulnya dapat sangat berat sebelah, yaitu akan lebih banyak melindungi kepentingan pihak yang kuat. Mengingat pada saat ini orang yang membutuhkan kredit (calon nasabah debitur) masih jauh 9 10 Tri Widiyono, Op.Cit., hal. 69.

  CH. Gatot Wardoyo, Sekitar Klausul-Klausul Perjanjian Kredit Bank, Bank dan Manajemen, Nopember-Desember, 1992, Hal. 64-69. pemimpin cabang bank lebih memilih untuk hanya melayani calon-calon nasabah yang bersedia menerima klausul-klausul yang sudah tersedia tanpa perubahan sebagaimana yang telah disusun oleh kantor pusat bank tersebut, daripada harus melayani calon nasabah debitur yang menginginkan perjanjian kredit dengan klausul-klausul yang dirundingkan. Perkembangan keadaan menjadi seperti ini adalah karena ditunjang oleh kenyataan bahwa nasabah-nasabah debitur yang kebanyakan terdiri atas pengusaha-pengusaha kecul atau golongan ekonomi lemah itu sering merasa tidak perlu untuk berpayah merundingkan klausul-klausul

  11 perjanjian kredit dari kredit yang diterimanya.

  Melihat sangat pentingnya perlindungan terhadap nasabah sebagai pihak yang lemah dalam perjanjian baku kredit, maka penulis mencoba menganalisa dengan memilih judul : “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH DALAM PERJANJIAN KREDIT PADA BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk SENTRA KREDIT KECIL POLONIA”

B. Permasalahan

  Berdasarkan uraian di atas, maka terdapat beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini, yaitu :

  1. Bagaimana kesetaraan berkontrak antara pihak nasabah dengan pihak bank 11 dalam perjanjian kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

  Sutan Remi Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia, Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 2009, hal.4. perjanjian kredit pada Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

  3. Bagaimana penyelesaian sengketa apabila terjadi sengketa antara para pihak dalam perjanjian kredit pada Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

  C. Tujuan Penulisan

  Adapun yang menjadi tujuan utama penulisan ini adalah sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui pada perjanjian bank apakah telah terdapat kesetaraan kedudukan antara debitur (pihak nasabah) dengan kreditur (pihak bank) pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

  2. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap kepentingan pihak nasabah (debitur) dalam perjanjian baku kredit pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

  3. Untuk mengetahui cara-cara yang ditempuh dalam menyelesaikan sengketa yang terjadi atas perjanjian baku kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

  D. Manfaat Penulisan

  Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut;

  1. Secara akademis-teoritis, penulisan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi ilmu pengetahuan, khususnya mengenai perkembangan yang secara tegas melindungi pihak nasabah.

  2. Secara sosial-praktis, penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para mahasiswa pada umumnya dan para pelaku dunia perbankan pada khususnya, agar dapat mengetahui tentang perlindungan yang diberikan oleh hukum terhadap nasabah dalam perjanjian baku kredit bank.

E. Metode Penulisan 1. Spesifikasi Penelitian.

  Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah gabungan antara yuridis normatif dan yuridis empiris. Penelitian yuridis normatif adalah penelitian yang menggunakan norma-norma hukum yang terdapat di dalam peraturan perUndang-undangan yang berhubungan dengan judul skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Dalam Perjanjian Kredit Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Polonia.”

  Sedangkan yuridis empiris adalah penelitian yang dilakukan dan ditujukan pada peraturan-peraturan tertulis atau bahan-bahan lain serta menelaah peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini dan melakukan wawancara seperlunya di instansi yang terkait untuk melihat secara langsung upaya bank dalam menjaga penyimpan.

  2. Sifat Penelitian Sifat dari penulisan ini adalah bersifat deskriptif, sebab penelitian ini akan menggambarkan dan melukiskan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan penelitian ini, maksudnya adalah penelitian tersebut kadangkala dilakukan dengan melakukan suatu survey ke lapangan untuk mendapatkan informasi yang dapat mendukung teori yang telah ada.

  3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di PT. Bank Negara Indonesia

  (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Polonia disebabkan oleh faktor adanya kemudahan akses dalam obeservasi dan pengumpulan data.

  4. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Sumber data dan teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara: a. Data primer

  Diperoleh baik hasil wawancara, dialog, interview, Tanya jawab maupun dengan cara mempergunakan kuesionar secara tertulis dengan memakai system tertutup atau terbuka.

  b. Data sekunder Diperoleh berdasarkan tulisan-tulisan dalam kepustakaan, dokumen- dokumen, hasil seminar, diskusi, sympsosium dan sebagainya. mengumpulkan bahan-bahan berupa buku-buku karangan ilmiah, peraturan perUndang-undangan dan majalah yang membahas mengenai rahasia bank dan juga melakukan wawancara dengan pihak PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Polonia tentang perlindungan nasabah dalam perjanjian baku kredit ini guna melengkapi bahan-bahan penulis dalam penulisan skripsi ini.

  5. Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan yang dianalisis secara kualitatif dan disajikan dengan deskriptif. Analisa kualitatif ini untuk mengungkap secara mendalam tentang pandangan dan konsep yang diperlukan dan akan diurai secara komperhensif untuk menjawab persoalan yang ada dalam skripsi ini.

F. Keaslian Penulisan

  Dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama masa perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, diangkatlah suatu materi yaitu mengenai “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH DALAM PERJANJIAN KREDIT PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK SENTRA KREDIT KECIL POLONIA”.

  Dalam proses pengajuan judul skripsi ini harus didaftarkan terlebih dahulu ke departemen hukum perdata dan telah diperiksa dan disahkan oleh Ketua Departemen Hukum Keperdataan. Atas dasar pemeriksaan tersebut diyakini pernah ada penulisan sebelumnya dan merupakan karangan ilmiah yang memang benar atau dibuat tanpa menjiplak dari skripsi lain, khususnya pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sehingga dapat dipertanggungjawabkan keaslian penulisannya.

  Kalaupun ada pendapat dan kutipan dalam penulisan ini, semata-mata adalah sebagai faktor pendukung dan pelengkap dalam usaha menyusun dan menyelesaikan tulisan ini karena hal tersebut memang sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan tulisan ini.

G. Sistematika Penulisan

  Skripsi ini disusun secara sistematis dalam bentuk sebagai berikut:

  BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, keaslian penulisan dan sistematika penulisan.

  BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT Dalam bab ini akan akan diuraikan tentang pengertian perjanjian kredit, perjanjian kredit sebagai perjanjian baku, isi perjanjian kredit/ klausul-klausul yang terdapat dalam perjanjian kredit, dan berakhirnya perjanjian kredit.

  BAB III : HUBUNGAN HUKUM ANTARA BANK DENGAN NASABAH perjanjian kredit, hubungan hukum antara bank dengan nasabah debitur, dan bentuk-bentuk hubungan yang terjadi antara bank dengan nasabah.

  BAB IV : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH DALAM PERJANJIAN KREDIT PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK SENTRA KREDIT KECIL POLONIA Bab ini merupakan inti dari pembahasan dalam tulisan ini yang mengetengahkan tentang kedudukan para pihak dalam perjanjian baku kredit, upaya perlindungan yang diberikan oleh hukum terhadap kepentingan nasabah dalam perjanjian kredit, dan mekanisme perlindungan terhadap nasabah debitur pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Polonia .

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Dalam Perjanjian Kredit Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Polonia

9 153 127

Analisis Pengaruh Kebijakan Perkreditan Terhadap Tingkat Permintaan Kredit Pada Bank BUMN Di Sumatera Utara (Studi Kasus Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan

0 36 108

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur (Bank) sebagai Pemegang Jaminan Gadai Deposito Berjangka pada Perjanjian Kredit Bank (Studi pada PT. Bank Panin (Persero) Tbk. Kcu Pemuda)

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum Konsumen Dalam Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah Apabila Terjadi Force Majeure (Studi Pada PT. Daya Prima Indonesia)

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang - Prinsip Kehati-hatian Dalam Bisnis Kartu Kredit Pada PT.Bank Negara Indonesia Sentra Bisnis Kartu Medan

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Atas Pemberian Perjanjian Kredit (Studi Pada Bank BNI 46 Medan)

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen (Debitur) Dalam Perjanjian Leasing (Studi Pada PT. WOM Finance).

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Suku Bunga Kredit Terhadap Minat Kredit Nasabah (Studi Kasus Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Unit Pasar Glugur Medan)

0 0 7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Tanggung Jawab Debitur Terhadap Musnahnya Benda Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Kredit Bank

0 1 11

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT A. Pengertian Perjanjian Kredit - Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Dalam Perjanjian Kredit Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Polonia

0 0 33