Analisis Pengaruh Kebijakan Perkreditan Terhadap Tingkat Permintaan Kredit Pada Bank BUMN Di Sumatera Utara (Studi Kasus Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan
ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN PERKREDITAN
TERHADAP TINGKAT PERMINTAAN KREDIT
PADA BANK BUMN DI SUMATERA UTARA
(STUDI KASUS PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA
(PERSERO) Tbk SENTRA KREDIT KECIL MEDAN)
TESIS
Oleh
ABDUL RAHIM SIMANGUNSONG
067019038/IM
SE
K O L A H
P A
S C
A S A R JA
NA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
(2)
ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN PERKREDITAN
TERHADAP TINGKAT PERMINTAAN KREDIT
PADA BANK BUMN DI SUMATERA UTARA
(STUDI KASUS PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA
(PERSERO) Tbk SENTRA KREDIT KECIL MEDAN)
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
ABDUL RAHIM SIMANGUNSONG
067019038/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
(3)
Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN PERKREDITAN TERHADAP TINGKAT PERMINTAAN KREDIT PADA BANK BUMN DI SUMATERA UTARA (STUDI KASUS PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK SENTRA KREDIT KECIL MEDAN)
Nama Mahasiswa : Abdul Rahim Simangunsong
Nomor Pokok : 067019038
Program Studi : Ilmu Manajemen
Menyetujui Komisi Pembimbing :
(Dr. Rismayani, SE. MS) Ketua
(Drs. Syahyunan, M.Si) Anggota
Ketua Program Studi,
(Dr. Rismayani, SE. MS)
Direktur,
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)
(4)
Telah Diuji Pada
Tanggal 30 Oktober 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Rismayani, SE. MS
Anggota : 1. Drs. Syahyunan, M.Si
2. Prof. Dr. Paham Ginting, MS 3. Drs. H.B. Tarmizi, SU
(5)
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
“ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN PERKREDITAN TERHADAP TINGKAT PERMINTAAN KREDIT PADA BANK BUMN DI SUMATERA UTARA (STUDI KASUS PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK SENTRA KREDIT KECIL MEDAN)”
adalah benar hasil karya sendiri yang belum pernah dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya.
Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, 30 Oktober 2008 Yang membuat pernyataan
(6)
ABSTRAK
Sumber utama pembiayaan investasi di negara berkembang termasuk di Indonesia umumnya masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan. Penyaluran kredit tersebut dipengaruhi oleh permintaan kredit dari dunia usaha. Banyak faktor yang mempengaruhi permintaan kredit oleh dunia usaha, khususnya UMKM, diantaranya adalah kebijakan perkreditan pada suatu bank. Kebijakan perkreditan tersebut meliputi kebijakan kredit, persepsi terhadap standar operasional prosedur kredit dan pelayanan kredit bank. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh kebijakan perkreditan yang terdiri dari: kebijakan kredit, persepsi Standar Operasional Perkreditan (SOP), dan pelayanan kredit bank terhadap tingkat permintaan kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh kebijakan kredit, persepsi Standar Operasional Perkreditan (SOP), dan pelayanan kredit terhadap tingkat permintaan kredit dan untuk mengetahui variabel yang paling dominan mempengaruhi jumlah permintaan kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: kebijakan Perkreditan yang terdiri dari: kebijakan kredit, persepsi Standar Operasional Perkreditan, dan pelayanan kredit bank berpengaruh terhadap tingkat permintaan kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan.
Teori yang digunakan adalah manajemen perkreditan yang berkaitan dengan unsur-unsur kredit, prinsip-prinsip pemberian kredit, teori permintaan uang dan teori fungsi permintaan uang. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yang didukung survei. Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif yang bersifat deskriptif explanatori.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Dari populasi sebanyak 350 orang debitur, diambil sebanyak 187 orang sebagai sampel. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui daftar pertanyaan (questionaire) dan studi dokumentasi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 187 orang. Pendekatan penelitian ini adalah survei yang menggunakan sampel, dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif, dan sifat penelitian adalah descriptive explanatory reseach. Variabel diukur dengan skala Likert. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linear berganda melalui uji F dan uji t dengan maksud untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependent pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).
Hasil pengujian dengan uji F menunjukkan variabel kebijakan perkreditan berpengaruh signifikan terhadap tingkat permintaan kredit pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan. Secara parsial, kebijakan kredit berpengaruh tidak signifikan terhadap tingkat permintaan kredit; sedangkan persepsi terhadap standar operasional prosedur dan pelayanan kredit bank berpengaruh
(7)
signifikan terhadap tingkat permintaan kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan. Variabel pelayanan kredit bank lebih dominan pengaruhnya terhadap tingkat permintaan kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah, kebijakan perkreditan yang terdiri dari: kebijakan kredit, standar operasional perkreditan, dan pelayanan kredit bank memiliki pengaruh yang highly significant terhadap tingkat permintaan kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan.
(8)
ABSTRACT
The main source of invesment loan in developing countries like Indonesia generally still be dominated by banking credit. Amount of credit influenced by demand of credit from corporate sectors. A lot of factor influencing demand of credit by corporate sectors, specially UMKM, among other is policy of credit by bank. The policy of credit is consist of the policy about credit, perception on standard operational of credit prosedure and credit services by bank. The formulation of the case in this research is how influence of credit policy consisted of the: policy of credit, perception on standard operational procedure (SOP) of credit, and credit services on demand of credit, and what variable more dominant to influence of demand of credit at PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan. The goal of this research is to know the influence of credit policy consisted of the: policy of credit, perception on standard operational procedure (SOP) of credit, and credit services on demand of credit and to know the most dominant variable to influence of demand of credit at PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan. Hypothesis in this research is credit policy consisted of the: policy of credit, perception on standard operational procedure (SOP) of credit, and credit services influence to demand of credit at PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan.
Using credit management theory related to credit elements, principal of credit, demand thepry of money and demand function theory of money. This research using survey approach. The kind of the reseach are quantitative descriptive and explanatory descriptive.
Sampling method was used purposive sampling. From population as 350 debitor, taken 187 people as sampel. The technique of collecting data is done with questionnaire and documentary study. The sampel in this research is 187 people. The approaching of this research is sampling survey, with the type of descriptive survey, and the caracter of the research is descriptive explanatory reseach. The variable is measured with Likert scale. The test of hypotesis uses double linear regression analysis trough F and t test intended to know the effect of independent variable on dependent variable in the acceptance level of 95 % (α 0.05).
The result of the test with F test shows that the policy of credit had the singnifincantly influences to the demand of credit at PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan. Partially, policy of credit non significant influence on demand of credit, but the perception on standard operational procedure (SOP) of credit, and credit services significant influence on demand of credit at PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan. Credit services by bank more dominant influence variable to demand of credit at PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan.
(9)
The conclusion of research indicate that credit policy consisted of the: policy of credit, perception on standard operational procedure (SOP) of credit, and credit services have highly significant influence to demand of credit at PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan.
(10)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dalam masa proses menuntut ilmu dan menyelesaikan tugas akhir penyusunan tesis ini.
Tesis ini merupakan tugas akhir dalam rangka memperoleh gelas Magister Sains (M.Si) pada Program Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang meneliti masalah Kebijakan Perkreditan dengan judul “Analisis Pengaruh Kebijakan Perkreditan terhadap Tingkat Permintaan Kredit pada Bank BUMN di Sumatera Utara (Studi Kasus pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan)”.
Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp. (AK), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister pada Sekolah Pascasarjana USU Medan.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Rismayani, SE., MS, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus selaku
(11)
Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan banyak masukan dari awal hingga akhir penelitian ini.
4. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan dorongan dan bimbingan selama masa perkuliahan serta saran-saran selama penyelesaian tesis ini.
5. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS, Bapak Drs. H.B. Tarmizi, SU dan Ibu Dr. Khaira Amalia, MBA, selaku Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk perbaikan tesis ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama melaksanakan perkuliahan dan menyelesaikan pendidikan. 7. Orang tua penulis Ayahanda Syamsuddin Simangunsong (Alm) dan Ibunda
Hj. Sauli Sitorus serta mertua penulis Bapak Sulur dan Ibu Samini yang telah memberikan perhatian, motivasi, saran, serta doa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan penyusunan tesis ini.
8. Isteriku tercinta Siti Aminah, Amk, my lovely sons Muhammad Rakha Aditya Simangunsong and Muhammad Rafa Andhika Simangunsong and also my little pretty girl Nadhirah Talitha Revaluna Simangunsong, atas cintanya, kesabaran, motivasi dan doa yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan studi dan penyusunan tesis ini.
(12)
9. Kakak-kakak dan Abang penulis atas bantuan, perhatian dan motivasi yang diberikan sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan pendidikan dan penyusunan tesis ini.
10. Rekan-rekan mahasiswa atas bantuan dan kerjasamanya sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan pendidikan dan penulisan tesis ini dengan baik.
Penulis menyadari tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada pembaca. Semoga Allah SWT memberi hidayah dan taufik-Nya kepada kita semua. Amin.
Medan, 30 Oktober 2008
Penulis,
(13)
RIWAYAT HIDUP
Abdul Rahim Simangunsong, lahir pada tanggal 24 Agustus 1971 di Balige, anak ke sembilan dari sembilan bersaudara dari Ayahanda Syamsuddin Simangunsong (Alm) dan Ibunda Hj. Sauli Sitorus, pemeluk agama Islam, tinggal di Jl. Pelajar Timur Gang Pribadi No. 142 C Medan, Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan. Menikah dengan Siti Aminah, Amk dan telah dikaruniai 2 (dua) orang putra yang diberi nama Muhammad Rakha Aditya Simangunsong (putra pertama) dan Muhammad Rafa Andhika Simangunsong (putra kedua) serta 1 (satu) orang putri yang bernama Nadhirah Talitha Revaluna Simangunsong.
Pada tahun 1977 – 1983 sekolah di SD Negeri No. 173521 Balige, pada tahun 1983 – 1986 sekolah di SMP Negeri 2 Balige, pada tahun 1986 – 1989 sekolah di SMA Negeri 1 Balige, tahun 1990 – 1993 sekolah di Politeknik Universitas Sumatera Utara Medan Jurusan Akuntansi dan Perbankan, tahun 1997 – 2001 melanjutkan studi pada Program Sarjana di Universitas Terbuka Jakarta Jurusan Ilmu Manajemen dan tahun 2006 melanjutkan studi di Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
Saat ini bekerja di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan.
(14)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... v
RIWAYAT HIDUP ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
I.1. Latar Belakang ... 1
I.2. Perumusan Masalah ... 4
I.3. Tujuan Penelitian ... 5
I.4. Manfaat Penelitian ... 5
I.5. Kerangka Berpikir ... 6
I.6. Hipotesis Penelitian ... 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10
II.1. Penelitian Terdahulu ... 10
II.2. Teori tentang Kredit ... 12
II.2.1. Pengertian Kredit ... 13
II.2.2. Unsur-unsur Kredit ... 14
II.2.3. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit ... 16
II.3. Kebijakan Perkreditan ... 18
II.3.1. Faktor Penting dalam Kebijakan Kredit ... 18
II.3.2. Prinsip Kehati-hatian dalam Perkreditan ... 20
II.4. Teori tentang Suku Bunga Kredit ... 22
II.4.1. Teori Suku Bunga Kredit Secara Makro ... 22
II.4.2. Teori Suku Bunga Kredit Secara Mikro ... 23
(15)
II.5.1. Pengertian dan Fungsi Permintaan Uang ... 25
II.5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Uang dalam Masyarakat ... 28
II.5.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit ... 29
II.6. Kebijakan Pemerintah ... 30
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 34
III.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34
III.2. Metode Penelitian ... 34
III.3. Populasi dan Sampel ... 35
III.4. Metode Pengumpulan Data ... 36
III.5. Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 37
III.6. Identifikasi Variabel ... 37
III.7. Definisi Operasional Variabel ... 38
III.8. Uji Validitas dan Reliabilitas Daftar Pertanyaan ... 40
III.9. Metode Analisis Data ... 42
III.10. Uji Asumsi Klasik ... 45
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47
IV.1. Hasil Penelitian ... 47
IV.1.1. Sejarah Singkat PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 47 IV.1.2. Visi, Misi dan Budaya Kerja PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk ... 49
IV.1.3. Karakteristik Responden ... 50
IV.1.4. Penjelasan Responden Atas Variabel Kebijakan Kredit ... 52
IV.1.5. Penjelasan Responden Atas Variabel Persepsi Standar Operasional Perkreditan Bank ... 55
IV.1.6. Penjelasan Responden Atas Variabel Pelayanan Kredit Bank ... 59
IV.1.7. Permintaan Kredit ... 60
IV.1.8. Uji Asumsi Klasik ... 61
(16)
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
V.1. Kesimpulan ... 71
V.2. Saran ... 72
(17)
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
III.1. Definisi Operasional Variabel... 39
III.2. Uji Validitas dan Reliabilitas Daftar Pertanyaan ... 41
IV.1. 6 (Enam) Perilaku Utama Insan BNI... 50
IV.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Badan Usaha ... 51
IV.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha ... 51
IV.4. Penjelasan Responden Atas Kebijakan Kredit ... 53
IV.5. Persepsi Standar Operasional Perkreditan Bank ... 55
IV.6. Penjelasan Responden Atas Pelayanan Kredit Bank ... 59
IV.7. Permintaan Kredit ... 61
IV.8. Uji Normalitas ... 62
IV.9. Uji Multikolinieritas ... 62
IV.10. Hasil Uji Serempak ... 66
IV.11. Hasil Uji Parsial ... 67
(18)
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
I.1. Kerangka Berpikir ... 8 IV.1. Uji Heteroskedastisitas ... 64
(19)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Kuesioner ... 77
2. Uji Realibilitas………81
3. Uji Asumsi Klasik………82
(20)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Sumber utama pembiayaan investasi di negara berkembang termasuk di Indonesia umumnya masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan sehingga wajar bila banyak pihak menuding lambatnya penyaluran kredit perbankan di Indonesia setelah krisis 1997 merupakan salah satu penyebab lambatnya pemulihan ekonomi Indonesia dibandingkan dengan negara Asia lainnya yang terkena krisis. Membaiknya kondisi makro ekonomi dalam beberapa tahun terakhir yang tercermin dari terkendalinya laju inflasi, stabilnya nilai tukar, dan turunnya suku bunga, namun kredit yang disalurkan perbankan belum cukup menjadi mesin pendorong pertumbuhan ekonomi untuk kembali pada level sebelum krisis. Hal ini berarti bahwa fungsi intermediasi perbankan di Indonesia masih belum pulih sebagaimana mestinya.
Fungsi intermediasi perbankan terutama dalam menyalurkan kredit untuk menggerakkan sektor riil/sektor usaha, secara bertahap mulai menunjukkan perkembangan positif selama tahun 2007. Berbekal pertumbuhan penyaluran kredit selama tahun 2007, maka cukup beralasan jika periode tahun 2008 kinerja perbankan diproyeksikan semakin membaik sekaligus juga bisa memberikan harapan yang lebih baik untuk mendorong permodalan dunia usaha dan meningkatkan laju pertumbuhan
(21)
ekonomi. Meski begitu, pencapaian kinerja perbankan selama tahun 2008 ini bukan berarti tidak ada hambatan. Apalagi kondisi sektor riil yang belum pulih benar. Ibaratnya, segiat apa pun perbankan menawarkan kredit pada sektor riil, kalau iklim dunia usaha belum juga kondusif, penyaluran kredit tidak akan optimal karena permintaan kredit dari sektor usaha terbatas.
Berdasarkan hasil survei terhadap permintaan kredit triwulan I 2008 yang dilaksanakan secara triwulanan terhadap bank-bank umum yang berkantor pusat di Jakarta yang mewakili sekitar 80% total kredit nasional, Bank Indonesia (BI) mencatat pada triwulan I 2008 permintaan kredit baru hanya 70,4%. Permintaan ini menurun dibandingkan triwulan IV 2007 yang sebesar 86,8%. Hasil survei juga menyatakan bahwa pemberian kredit baru pada triwulan II-2008 diperkirakan akan meningkat, ditunjukkan dengan angka neto tertimbang 92,9%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (86,2%).
Prioritas utama penyaluran kredit pada triwulan II-2008 diperkirakan masih pada kredit modal kerja, sementara secara sektoral diperkirakan dominan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran sta sektor industri pengolahan. Secara nominal, rata-rata target pertumbuhan kredit baru pada triwulan II-2008 diperkirakan sebesar 11,9% (quarter to quarter) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (7,4%). Secara keseluruhan selama tahun 2008, target pertumbuhan kredit baru diperkirakan sebesar 29,8% (year on year).
Menurut Laporan Kinerja yang disampaikan oleh PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Kantor Wilayah 01 Medan, menyatakan bahwa total penyaluran
(22)
pinjaman ritel se-wilayah 01 sampai dengan triwulan I 2008 sebesar Rp. 1.996.814 juta atau baru mencapai 74,69% dari target tahun 2008. Jika dibandingkan dengan realisasi Desember 2007 menurun sebesar Rp. 232.186 juta atau 8,69%. Realisasi kredit pada triwulan I-2008 belum sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan terhadap beberapa debitur/ calon debitur PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan menyatakan bahwa tingkat suku bunga kredit merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi calon debitur dalam mengajukan permohonan kredit ke bank. Namun pada penelitian ini peneliti juga ingin mengetahui apakah faktor kebijakan perkreditan yang berlaku di Bank tersebut yang dituangkan dalam Standar Operasional Perkreditan (SOP) dan pelayanan kredit oleh pejabat Bank turut mempengaruhi debitur/calon debitur dalam mengajukan permohonan fasilitas kredit ke Bank.
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau disingkat BNI adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang perbankan dan merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia, memiliki 978 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia dan 5 cabang di luar negeri (Singapore, Hongkong, Tokyo, New York dan London), serta kantor perwakilan di beberapa negara, seperti Timur Tengah. Sebagaimana bank lainnya, BNI telah memiliki kebijakan perkreditan yang berfungsi sebagai Standar Operasional Perkreditan (SOP) yang dituangkan dalam Buku Pedoman Perkreditan (BPP). Namun demikian, dalam menetapkan kebijakan perkreditannya masih berdasarkan metode top-down approach. Agar BNI mampu bersaing dengan Bank
(23)
pesaing lainnya, maka diperlukan inovasi-inovasi dan strategi-strategi baru dalam menetapkan kebijakan perkreditannya.
Dalam melakukan penyaluran kredit dalam rangka ekspansi kredit, BNI selama ini berpedoman kepada Buku Pedoman Perkreditan (BPP) yang berfungsi sebagai Standar Operasional Perkreditan (SOP). Salah satu strategi kebijakan di bidang perkreditan yang dilaksanakan oleh BNI adalah dengan melakukan pembentukan unit-unit kerja baru yaitu Sentra-sentra Kredit yang bertugas untuk menyalurkan kredit dan mengelola portofolio (portfolio management) dan pengawasan intern dalam urusan perkreditan. Sebagai jaringan untuk penyaluran kredit BNI mempunyai 51 Sentra Kredit Kecil (SKC), 112 Unit Kredit Kecil (UKC), 63 Cabang Stand Alone, 20 Sentra Kredit Menengah (SKM), serta 54 Cabang Syariah (BNI Press Release, 2008).
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dalam usahanya untuk mempertahankan keberadannya sebagai market leader, berusaha terus menerus meningkatkan citra perusahaan dan penguasaan pasar, dan senantiasa menyediakan produk perkreditan yang inovatif dan berkualitas prima serta memberikan pelayanan maksimal terhadap debitur dan calon debiturnya
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana pengaruh kebijakan perkreditan yang terdiri dari: kebijakan kredit, persepsi Standar Operasional Perkreditan (SOP), dan pelayanan kredit bank terhadap
(24)
tingkat permintaan kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan?
I.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kebijakan kredit, persepsi Standar Operasional Perkreditan (SOP), dan pelayanan kredit bank terhadap tingkat permintaan kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan.
2. Untuk mengetahui variabel yang dominan mempengaruhi tingkat permintaan kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan.
I.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diberikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan masukan bagi manajemen PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dalam upaya peningkatan penyaluran kreditnya.
2. Sebagai tambahan khasanah dan memperkaya penelitian ilmiah di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya di Program Studi Magister Ilmu Manajemen.
3. Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam bidang ilmu manajemen pemasaran, khususnya mengenai pemasaran kredit.
(25)
4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lainnya yang ingin meneliti dan mengkaji masalah yang sama di masa yang akan datang.
I.5. Kerangka Berpikir
Perbankan sebagai salah satu fungsi intermediasi, berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan dunia usaha. Khusus untuk dunia usaha, dana yang diberikan oleh bank adalah dalam bentuk kredit. Jumlah permintaan kredit pada suatu bank dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari sisi debitur maupun dari sisi kreditur (perbankan) itu sendiri. Permintaan kredit dari sisi debitur (dunia usaha) dipengaruhi oleh adanya upaya untuk meningkatkan aktivitas usaha, baik dalam bentuk investasi maupun modal kerja. Sedangkan dari sisi perbankan, permintaan kredit dipengaruhi oleh kebijakan perkreditan yang terdiri dari beberapa faktor seperti tingkat suku bunga kredit, standar operasional perkreditan yang antara lain meliputi: batas maksimum pemberian kredit, persyaratan kredit, pelayanan bank itu sendiri kepada debitur/calon debiturnya dan kebijakan perkreditan bank lainnya, dan selanjutnya kebijakan-kebijakan pemerintah seperti penetapan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Dalam menetapkan kebijakan kreditnya, bank mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang menyangkut besarnya kredit, penyediaan dana, penyaluran kredit, kelancaran kredit, dan bunga kredit. Kesemuanya itu dilakukan bank untuk melindungi seluruh asset yang dimiliki oleh bank itu.
(26)
Menurut Solopos (2003) bahwa: sebagai lembaga keuangan, bank berfungsi sebagai perantara keuangan atau financial intermediary dari dua pihak, yakni pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Bank menerima simpanan uang masyarakat (dana pihak ketiga). Kemudian uang tersebut dikembalikan lagi kepada masyarakat dalam bentuk kredit dengan pengenaan suku bunga tertentu. Penyaluran kredit merupakan fungsi utama dari bank dan merupakan sumber pendapatan yang utama pada umumnya. Pendapatan ini diperoleh dari spread suku bunga simpanan dan kredit yang dikenakan oleh bank. Penentuan spread ini tergantung dari pihak bank dan target marketnya. Dalam praktik perbankan di Indonesia eksekutif bank menetapkan spread sebesar 2% sampai dengan 3% p.a. yang merupakan harga yang layak atau cukup sebagai komponen lending rate. Secara teori suku bunga pinjaman merupakan gabungan dari cost of fund ditambah biaya intermediasi dan biaya risiko macet.
Sekalipun tidak terlalu mutlak, faktor bunga kredit turut pula mempengaruhi kemulusan perkreditan yang diselenggarakan oleh bank. Suku bunga kredit yang rendah, besar kemungkinannya akan meringankan usaha nasabah dan dapat memacu pertumbuhan usaha nasabahnya. Dengan beban biaya modal pinjaman yang rendah maka mengakibatkan arus pengembalian menjadi lancar. Menurut Martowijoyo (1999) bahwa: ”suku bunga pinjaman sangat berpengaruh terhadap jumlah peminjam”.
Arus pengembalian kredit yang melambat mengakibatkan pengembalian kredit menjadi lebih kecil dari estimasi dan juga mengakibatkan melambatnya pemasukan bunga. Situasi ini akan mengakibatkan kredit yang disalurkan oleh bank menjadi semakin kecil, dengan demikian maka penetapan suku bunga kredit perlu mendapatkan pertimbangan yang matang.
Setiap Bank pasti mempunyai Standar Operasional Perkreditan sebagai pedoman dalam penyaluran kreditnya, dan Bank sebagai lembaga keuangan yang
(27)
mendapat pengawasan ketat, tentu saja harus mempunyai kebijakan yang terstruktur, dan komprehensip. Aktivitas operasional perbankan yang dilakukan oleh kalangan perbankan pada umumnya adalah people based service. Hal ini berarti bahwa untuk meningkatkan kualitas diperlukan pemberdayaan karyawan. Kualitas pelayanan dapat diukur berdasarkan persepsi nasabah terhadap dimensi fisik dan non fisik pelayanan.
Dalam memberikan pelayanan kredit kepada calon debitur, pihak bank melakukan berbagai bentuk pelayanan untuk memudahkan debitur memenuhi kebutuhannya. Pelayanan kredit tersebut mulai dari pengajuan permohonan kredit, hingga mengangsur kredit serta pelunasan kredit. Pelayanan dalam hal ini termasuk waktu pemrosesan kredit dan keramahan pelayanan petugas terhadap debitur selama proses tersebut. Menurut Siregar (2006) bahwa: ”pelayanan perbankan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap permintaan kredit pada Bank Pemerintah di Sumatera Utara”.
Dari uraian di atas, kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai berikut:
Kebijakan Kredit
Gambar I.1. Kerangka Berpikir
Persepsi SOP Permintaan Kredit
(28)
I.6. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah: Kebijakan Perkreditan yang terdiri dari: kebijakan kredit, persepsi Standar Operasional Perkreditan, dan pelayanan kredit bank berpengaruh terhadap tingkat permintaan kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan.
(29)
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.1. Penelitian Terdahulu
Martowijoyo (1999) melakukan penelitian dengan judul “Kinerja Lembaga Keuangan Mikro dan Perilaku Masyarakat Pedesaaan” dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa lamanya waktu pemrosesan kredit berpengaruh menurunkan jumlah peminjam cukup signifikan. Selanjutnya suku bunga pinjaman berpengaruh sangat signifikan terhadap jumlah peminjam dan berpengaruh cukup signifikan terhadap jumlah penunggak kredit.
Julaihah dan Insukindro (2004) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Variabel Makro Ekonomi di Indonesia Tahun 1983.1-2003.2”. Penelitian ini akan menggunakan time series data sekunder. Data penelitian dikumpulkan dari berbagai sumber, seperti Laporan Tahunan Bank Indonesia, Laporan Bank Indonesia, Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI), situs Bank Indonesia, situs Biro Pusat statistik (BPS), dan CD-room International Financial Statistics (IFS). Metode penelitian yang digunakan adalah metode VAR/VECM.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kebijakan meneter melalui perubahan suku bunga (SBI) dapat mempengaruhi nilai tukar. Nilai tukar merupakan
(30)
harga relatif dari mata uang domestik dan luar negeri, sehingga nilai tukar sangat tergantung pada kondisi moneter dalam dan luar negeri. Dampak dari SBI terhadap nilai tukar adalah tidak pasti, karena ini tergantung pada ekspektasi dari dalam negeri dan luar negeri tentang suku bunga dan inflasi yang terjadi di masa mendatang. Kenaikan SBI yang tidak terduga akan mendorong nilai tukar terapresiasi, demikian sebaliknya. Kenaikan SBI yang tidak terduga juga akan menurunkan permintaan kredit perbankan. Kenaikan SBI hanya bisa diduga jika adanya independensi bank sentral dalam kebijakan pemerintah.
Siregar (2006) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit pada Bank Pemerintah di Sumatera Utara”. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer bersumber dari populasi sebanyak 319 debitur dengan plafon kredit Rp. 1 – 40 milyar. Dari populasi tersebut diambil sampel sebanyak 64 responden (20% dari populasi). Data sekunder berupa permintaan kredit pada bank Pemerintah di Sumatera Utara per triwulan selama kurun waktu Tahun 2000- 2004. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Metode analisis dilakukan dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS).
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor-faktor makro ekonomi, yaitu tingkat suku bunga, pertumbuhan ekonomi dan kebijakan pemerintah berpengaruh terhadap permintaan kredit pada Bank Pemerintah di Sumatera Utara pada tingkat signifikan (α = 1 %). Tingkat Suku Bunga (TSB) berpengaruh negatif terhadap permintaan kredit pada Bank Pemerintah di Sumatera Utara, sedangkan pertumbuhan
(31)
ekonomi berpengaruh positif terhadap permintaan kredit pada Bank Pemerintah di Sumatera Utara. Faktor-faktor pelayanan perbankan berpengaruh terhadap permintaan kredit pada Bank Pemerintah di Sumatera Utara dan pelayanan perbankan yang ditinjau dari waktu pemrosesan kredit (WPK) dan keramahan pelayanan petugas bank berpengaruh positif terhadap permintaan kredit pada Bank Pemerintah di Sumatera Utara.
II.2. Teori tentang Kredit
Tugas pokok suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat/pengusaha yang
memerlukannya. Dengan demikian, peranan kredit dalam operasi bank sangat besar/ penting, di samping sebagian besar bank masih mengandalkan sumber pendapatan utamanya dari operasi perkreditan sehingga untuk mendapatkan margin yang baik diperlukan pengelolaan perkreditan secara efektif dan efesien. Bank adalah business. Business yang berdagang dalam kredit dan uang. Jadi bisnis utama dari suatu bank adalah kepercayaan sehingga dikatakan pula bahwa bank merupakan lembaga kepercayaan. Sebagaimana diketahui bahwa usaha bank yang paling besar dalam memberikan kontribusi terbesar sebagai sumber penghasilan bank berasal dari penyaluran kredit.
Secara ekonomi, kredit dapat diartikan sebagai pemindahan daya beli dari satu tangan ke tangan lain, dan atau penciptaan daya beli.
(32)
1. Pemindahan daya beli
Adanya kredit (source of fund) pada umumnya terkumpul dari sekian banyak tabungan/simpanan dari sekian banyak masyarakat yang bersedia menyisihkan penghasilannya tidak untuk dikonsumsi melainkan untuk ditabung ke dalam bank. Pada umumnya penabung kurang mengetahui untuk apa daya beli/uang tabungan mereka akan dipergunakan. Oleh karena itu, mereka mempercayakan uang mereka pada bank, yang nantinya akan memerlukannya. Bank yang akan bertanggung jawab atas keamanan uang tabungan tersebut. Dalam hal inilah kredit diartikan sebagai pemindahan daya beli.
2. Penciptaan daya beli
Dari sisi kreditor merupakan penciptaan daya beli, di mana dengan fasilitas kredit yang diterimanya, para peminjam/pengusaha telah mempunyai rencana untuk apa kredit tersebut akan dipergunakan, untuk investasi ataukah untuk modal kerja.
II.2.1. Pengertian Kredit
Pengertian kredit dalam arti ekonomi adalah suatu penundaan pembayaran dari prestasi yang diberikan seseorang, baik dalam bentuk barang, uang maupun jasa. Artinya uang atau barang diterima sekarang dan dikembalikan pada masa yang akan datang.
(33)
Kredit erat kaitannya dengan pengadaan modal suatu badan usaha, di mana dalam menjalankan usahanya pihak manajeman berusaha untuk memperoleh tambahan modal dari berbagai sumber, termasuk diantaranya melalui kredit.
Menurut Tohar (2008) bahwa: “kredit adalah penundaan pembayaran dari prestasi yang diberikan sekarang, baik dalam bentuk barang, uang maupun jasa keuntungan atau bunga yang diperoleh dari pemberi kredit untuk memelihara kelangsungan usaha dan memperluas usahanya”.
II.2.2. Unsur-unsur Kredit
Menurut Suyatno, dkk (1997), bahwa ada empat unsur-unsur kredit, yaitu unsur kepercayaan, waktu, degree of risk dan prestasi. Unsur kredit yang utama adalah kepercayaan dan waktu. Kepercayaan dalam hal ini adalah bahwa pemberi kredit berkeyakinan bahwa prestasi (uang, jasa atau barang) yang diberikannya kepada debitur akan benar-benar diterimanya kembali di masa yang akan datang. Unsur waktu adalah bahwa antara pemberian kredit dan pengembaliannya dibatasi oleh waktu tertentu.
Kredit diberikan atas dasar kepercayaan sehingga pemberian kredit adalah pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa prestasi yang diberikan benar-benar diyakini dapat dikembalikan oleh penerima kredit sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang telah disepakati bersama. Berdasarkan hal di atas, unsur-unsur dalam kredit tersebut adalah sebagai berikut:
(34)
1. Adanya dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditor) dan penerima kredit (nasabah). Hubungan pemberi kredit dan penerima kredit merupakan hubungan kerjasama yang saling menguntungkan.
2. Adanya kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit yang didasarkan atas credit rating penerima kredit.
3. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak bank dengan pihak lainnya yang berjanji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit. Janji membayar tersebut dapat berupa janji lisan, tertulis (akad kredit) atau berupa instrumen (credit instrument).
4. Adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari pemberi kredit kepada penerima kredit.
5. Adanya unsur waktu (time element). Unsur waktu merupakan unsure essensial kredit. Kredit dapat ada karena ada waktu, baik dilihat dari pemberi kredit maupun dilihat dari penerima kredit.
6. Adanya unsure resiko (degree of risk) baik di pihak pemberi kredit maupun di pihak penerima kredit. Resiko di pihak pemberi kredit adalah resiko gagal bayar (risk of default), baik karena kegagalan usaha (pinjaman komersial) atau ketidakmampuan bayar (pinjaman konsumen) atau karena ketidaksediaan membayar. Resiko di pihak nasabah adalah kecurangan dari pihak kreditor, antara lain berupa pemberian kredit yang dari semula dimaksudkan oleh pemberi kredit untuk mencaplok perusahaan yang diberi kredit atau tanah yang dijaminkan.
(35)
7. Adanya unsur bunga sebagai kompensasi (prestasi) kepada pemberi kredit. Bagi pemberi kredit, bunga tersebut terdiri dari berbagai komponen seperti biaya modal (cost of capital), biaya umum (overhead cost), risk premium, dan sebagainya. Jika credit rating penerima kredit tinggi, risk premium dapat dikurangi dengan safety discount.
II.2.3. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit
Walaupun pemberian kredit didasarkan atas kepercayaan, tetapi penilaian atas kepercayaan tadi harus tetap melalui suatu analisis kredit yakni kajian yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari suatu permasalahan kredit. Melalui hasil analisis kreditnya, dapat diketahui apakah usaha nasabah layak (feasible) dan marketable (hasil usaha dapat dipasarkan), dan profitable (menguntungkan), serta dapat dilunasi tepat waktu.
Sebelum suatu kredit dikucurkan, terlebih dahulu bank akan melakukan penilaian melalui suatu prosedur terhadap nasabah yang memohon kredit untuk memperoleh keyakinan bahwa kredit yang disalurkan pasti akan kembali. Penilaian tersebut mencakup kriteria-kriteria tertentu dan mempunyai ukuran-ukuran yang menjadi standar setiap bank. Penilaian oleh bank adalah untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar layak dilakukan melalui analisis 5 C. Prinsip dasar dalam menganalisis kredit harus memenuhi kriteria Five C’s (5 C’s) yaitu Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition of Economic, serta didokumentasikan,
(36)
sehingga siapapun yang membaca dasar penilaian pemberian kredit mempunyai persepsi yang sama.
Penilaian dengan analisis 5 C adalah sebagai berikut: a. Character
Character merupakan sifat atau watak calon debitur (nasabah) yang dilihat dari latar belakang pekerjaan ataupun yang bersifat pribadi seperti gaya hidup, keadaan keluarga, hobby dan jiwa sosial nasabah. Berdasarkan sifat dan watak tersebut diambil suatu kesimpulan tentang kemampuan nasabah untuk membayar kredit.
b. Capacity
Capacity merupakan analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah untuk membayar kredit. Kemampuan ini dilihat dari kemauan nasabah dalam mengelola bisnis yang didasarkan pada latar belakang pendidikan dan pengalaman dalam mengelola usahanya.
c. Capital
Untuk mengetahui apakah penggunaan modal usaha oleh nasabah sudah efektif atau tidak. Hal ini dilihat dari laporan keuangan nasabah, serta melihat sumber-sumber modal nasabah berapa persen modal sendiri dan modal pinjaman.
(37)
Merupakan jaminan yang diberikan calon debitur, baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Biasanya nilai jaminan lebih besar dari jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga perlu diteliti keabsahannya sehingga bila terjadi masalah, suatu jaminan tersebut dapat dipergunakan secepat mungkin.
e. Condition of economic
Suatu penilaian untuk memprediksi kondisi ekonomi, sosial, politik untuk masa yang akan datang, juga menilai prospek bidang usaha yang akan dibiayai apakah benar-benar baik sehingga kemungkinan kredit untuk macet relatif kecil.
II.3. Kebijakan Perkreditan
Secara garis besar, kebijakan umum perkreditan didasarkan atas:
1. Undang-undang Perbankan: dimaksudkan untuk menumbuh kembangkan Bank yang sehat dan kuat, dengan prinsip kehati-hatian (prudential banking)
2. Kebijakan Umum Perkreditan (KUP) adalah kebijakan perkreditan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen, mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasannya.
3. Pedoman Pelaksanaan Perkreditan (PPK), atau ada juga yang menyebut dengan Standar Operasional Perkreditan (SOP), merupakan pelaksanaan perkreditan yang dapat menjamin pemberian kredit yang sehat.
(38)
II.3.1. Faktor Penting dalam Kebijakan Kredit
a. Kredit yang diberikan bank mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat.
b. Salah satu upaya untuk lebih mengarahkan agar perkreditan bank telah didasarkan pada prinsip yang sehat, yaitu melalui kebijakan perkreditan yang jelas.
c. Kebijakan perkreditan bank berperan sebagai panduan dalam pelaksanaan semua kegiatan perkreditan.
d. Untuk memastikan bahwa semua bank telah memiliki kebijakan perkreditan yang disusun dan diterapkan berdasarkan asas-asas perkreditan yang sehat, maka perlu pedoman pada ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.
e. Ketentuan kebijakan perkreditan perlu ditetapkan agar setiap bank memiliki dan menerapkan kebijakan kredit yang baik, yang:
1) Mampu mengawasi portofolio kredit secara keseluruhan dan menetapkan standart dalam proses pemberian kredit secara individual.
2) Memiliki standar/ukuran yang mengandung pengawasan intern pada semua tahapan proses perkreditan.
f. Bagi bank yang belum memiliki kebijakan perkreditan, wajib menyusun dan menerapkan kebijakan kredit yang minimal mengandung semua aspek yang tertuang pada pedoman kebijakan perkreditan.
g. Bagi bank yang telah memiliki kebijakan perkreditan, wajib meneliti kembali apakah semua aspek dalam pedoman kebijakan perkreditan telah tercakup dalam
(39)
kebijakan perkreditan dan melakukan penyesuaian apabila belum mencakup seluruh aspek yang tertuang dalam pedoman kebijakan perkreditan.
h. Kebijakan perkreditan perbankan dikatakan baik bila minimal dalam kebijakan tersebut mencakup:
1) Prinsip kehati-hatian perkreditan. 2) Organisasi dan manajemen perkreditan. 3) Kebijakan persetujuan perkreditan. 4) Dokumentasi dan administrasi. 5) Pengawasan kredit.
6) Penyelesaian kredit bermasalah.
i. Kebijakan perkreditan bank yang baik minimal sebagai pedoman dalam penyusunan kebijakan perkreditan. Dalam penyusunan kebijakan perkreditan bank dapat menambah dan memperluas aspek-aspek yang tertuang dalam pedoman kebijakan perkreditan.
j. Kebijakan kredit selanjutnya harus menjadi acuan dan harus tercermin dalam pedoman pelaksanaan kredit yang dipergunakan oleh setiap bank.
k. Bank wajib menyampaikan kebijakan kredit dan wajib mendapat persetujuan dewan komisaris.
l. Bank wajib melaksanakan kebijakan tersebut secara konsisten.
m. Bank Indonesia memantau, mengawasi, dan menilai pelaksanaan kebijakan kredit bank tersebut.
(40)
n. Pengertian kredit dalam kebijakan kredit meliputi semua jenis fasilitas keuangan yang disediakan kepada nasabah.
II.3.2. Prinsip Kehati-hatian dalam Perkreditan
a. Kebijakan pokok perkreditan yang akan diambil bank mencakup: 1) Prosedur perkreditan yang sehat.
2) Kredit yang mendapat perhatian khusus. 3) Perlakuan kredit yang di-plafondering.
4) Prosedur penyelesaian kredit bermasalah, penghapusan, dan pelaporan kredit macet.
5) Tata cara penyelesaian barang jaminan kredit.
b. Kebijakan bank dalam pemberian kredit kepada pihak terkait/nasabah besar, yaitu dalam bentuk pernyataan mengenai:
1) Batasan jumlah maksimum kredit yang akan diberikan. 2) Tata cara penyedian kredit.
3) Persyaratan kredit.
4) Kebijakan pemenuhan ketentuan perkreditan.
c. Pencantuman sektor ekonomi, pasar dan nasabah yang dinilai bank mengandung resiko yang tinggi.
d. Pencantuman kredit yang perlu dihindari bank seperti: 1) Kredit untuk spekulasi.
(41)
3) Kredit dengan keahlian khusus. 4) Kredit bermasalah pada bank lain.
e. Penjabaran mengenai tata cara penilaian kualitas kredit harus berdasarkan pada tata cara yang bertujuan untuk memastikan bahwa hasil penilaian kolektibilitas kredit yang dilakukan bank telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
f. Pencantuman pernyataan bahwa pejabat kredit harus: 1) Profesional, jujur, objektif, dan cermat.
2) Memahami dengan baik makna yang terkandung dalam Undang-Undang tentang perbankan.
II.4. Teori tentang Suku Bunga Kredit
Solopos (2003) menyatakan bahwa: ”secara teori tingkat suku bunga pinjaman merupakan gabungan dari jumlah cost of fund ditambah biaya intermediasi dan biaya resiko macet”.
II.4.1 Teori Suku Bunga Kredit Secara Makro
Pengertian dasar dari teori tingkat suku bunga yaitu harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Bunga merupakan imbalan atas ketidaknyamanan karena melepas uang, dengan demikian bunga adalah harga kredit. Tingkat suku bunga berkaitan dengan peranan waktu di dalam kegiatan-kegiatan ekonomi. Tingkat suku bunga muncul dari kegemaran untuk mempunyai uang sekarang.
(42)
Teori klasik menyatakan bahwa bunga adalah harga dari loanable funds (dana investasi) dengan demikian bunga adalah harga yang terjadi di pasar dan investasi. Menurut teori Keynes tingkat bunga merupakan suatu fenomena moneter. Artinya tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang (ditentukan di pasar uang).
II.4.2 Teori Suku Bunga Kredit Secara Mikro
Dalam industri berbankan yang sangat kompetitif, penentuan tingkat bunga kredit menjadi suatu alat persaingan yang sangat strategis. Bank-bank yang mampu mengendalikan pokok dalam penentuan tingkat bunga kredit (lending rate) akan mampu menentukan bunga kredit yang lebih rendah dibandingkan dengan bank-bank lainnya.
II.4.2.1 Cost of Loanable Funds
a. Menetapkan tingkat bunga yang akan dibayarkan kepada deposan. b. Menghitung komposisi sumber dana.
c. Memperhatikan ketentuan tentang reserve requirement (RR). d. Menghitung biaya dengan dana efektif dengan rumus:
x Tingkat Bunga RR
100% 100%
−
(43)
Komposisi Dana x Biaya Dana Efektif
f Menjumlah seluruh kontribusi biaya dana untuk memperoleh tingkat cost of loanable funds.
(44)
II.4.2.2 Overhead cost
a. Dikeluarkan oleh bank dalam menjalankan kegiatannya.
b. Biaya-biaya yang termasuk dalam overhead cost ditanggung oleh seluruh jumlah aktiva yang menghasilkan pendapatan atau total aktiva produktif (total earning assets).
Dengan demikian perhitungan persentase overhead cost dapat dinyatakan sebagai berikut: x100% dana) biaya luar (di Biaya Total Assets Earning Total Cost Overhead =
Dihadapkan pada berbagai kondisi persaingan yang ada, dalam praktek perbankan sehari-hari pada eksekutif menempatkan kebijakan untuk memasang tarif dalam perhitungan overhead cost antara 2% sampai dengan 4%.
II.4.2.3. Risk factor
Risk factor adalah komponen dalam menentukan lending rate yang sangat mempertimbangkan kemungkinan terjadinya kredit bermasalah termasuk kredit macet. Risk factor dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
x100% Diberikan yang Kredit Total Kredit n Penghapusa Cadangan Penyisihan Biaya = Factor Risk
Dalam praktek perbankan sehari-hari, besarnya risk factor berkisar 1 hingga 2,5%, dengan mempertimbangkan jenis kredit yang akan diberikan, keyakinan akan
(45)
terjadinya risiko kredit, volume kredit yang diberikan, serta kondisi persaingan yang ada.
II.4.2.4 Spread
Spread atau biasa juga disebut dengan net margin adalah pendapatan bank yang utama dan akan menentukan besarnya pendapatan bersih (net income) bank. Penentuan tinggi rendahnya spread tergantung bagaimana pihak bank serta target marketnya. Untuk mengelompokkan jenis industri serta peringkat usaha bank merupakan salah satu pertimbangan untuk menetapkan tinggi rendahnya spread. Dalam praktek perbankan di Indonesia, eksekutif bank menetapkan spread (net margin) sebesar 2% hingga 3% p.a. yang merupakan harga yang layak (cukup) sebagai komponen dari lending rate.
II.4.2.5. Pajak
Pembebanan pajak sebagai komponen dari penentuan tingkat bunga kredit (lending rate) dapat dibebankan penuh atau sebagian, tergantung pada kebijakan bank yang bersangkutan dalam menghadapi persaingan.
II.5. Teori tentang Permintaan Uang
II.5.1. Pengertian dan Fungsi Permintaan Uang
Menurut Dornbusch, Fischer dan Startz (2001) bahwa: “permintaan uang adalah permintaan uang saldo riil (real balances)”. Dengan kata lain, orang memegang uang karena daya belinya, yaitu sejumlah barang yang dapat dibeli dengan
(46)
uang itu. Mereka tidak memperhatikan jumlah nominal yang mereka punya, yaitu jumlah uang fisik yang mereka punya. Dua implikasi hal tersebut:
1. Permintaan uang riil tidak berubah ketika tingkat harga naik, dan semua variabel riil seperti suku bunga, pendapatan riil, dan kekayaan riil, tetap tak berubah.
2. Ekuivalen dengan itu, permintaan uang nominal naik secara proporsional terhadap kenaikan tingkat harga, dengan variabel riil seperti di atas tetap. Dengan kata lain, kita memperhatikan pada fungsi permintaan uang yang menggambarkan permintaan keseimbangan riil, M/P, bukan keseimbangan nominal, M. Ada istilah khusus untuk perilaku yang digambarkan dalam hal ini, yaitu seseorang bebas dari ilusi uang (money illusion) jika perubahan tingkat harga dengan semua variabel konstan, tak mempengaruhi perilaku riil seseorang, termasuk permintaan uang riil.
Menurut Dornbusch, Fischer dan Startz (2001) bahwa: teori permintaan uang dibangun berdasarkan tradeoff antara keuntungan memegang uang lebih banyak dengan beban bunga yang diakibatkannya. Uang (M1, yaitu uang kartal dan checkable deposits) umumnya tidak mendapat bunga atau dengan bunga yang lebih kecil dari aset lain. Semakin besar bunga yang hilang dari memegang uang, diperkirakan semakin kecil kemungkinan seseorang memegang uang. Dalam prakteknya, dapat dihitung bunga biaya memegang uang sebagai selisih antara bunga pada uang (mungkin nol) dengan bunga yang didapat dari aset lain, seperti tabungan atau bagi perusahaan, sertifikat deposit atau surat berharga. Bunga pada uang mengacu pada tingkat bunga sendiri (own rate of interest), dan opportunity cost dari memegang uang sama dengan selisih antara pendapatan dari aset lain dengan tingkat bunga sendiri.
Menurut Mankiw (2003) bahwa: “fungsi permintaan uang (money demand function) adalah persamaan yang menunjukkan apa yang menentukan
(47)
kuantitas keseimbangan uang riil yang ingin ditahan orang”. Fungsi permintaan uang secara sederhana adalah:
(M/P)d = kY
di mana k adalah konstanta yang menyatakan berapa banyak uang yang ingin ditahan orang untuk setiap nilai pendapatan. Persamaan ini menyatakan bahwa kuantitas keseimbangan uang riil yang diinginkan adalah proporsional terhadap pendapatan riil.
Menurut Mankiw (2003), bahwa: “Fungsi permintaan uang mirip dengan fungsi permintaan barang tertentu”. Di sini “barang” adalah kenyamanan mempertahankan keseimbangan uang riil. Sama seperti memiliki mobil akan mempermudah seseorang bepergian, memegang uang mempermudah orang untuk melakukan transaksi. Karena itu, pendapatan yang lebih tinggi mendorong permintaan yang lebih besar terhadap keseimbangan uang riil.
Fungsi permintaan uang ini menawarkan cara lain untuk memadang persamaan kuantitas. Untuk melihat hal ini, tambahkan kondisi yang menyebabkan keseimbangan uang riil (M/P)d harus sama dengan jumlah beredarnya M/P ke dalam fungsi permintaan uang. Karena itu,
M/P = kY
Kemudian persamaan diubah menjadi: M(1/k) = PY
Selanjutnya ditulis menjadi: MV = PY
(48)
Matematika sederhana ini menunjukkan kaitan antara permintaan terhadap uang dan perputaran uang. Ketika orang ingin menahan banyak uang untuk setiap nilai pendapatan (k adalah besar), uang tidak sering berpindah tangan (V adalah kecil). Sebaliknya, ketika orang ingin memegang hanya sedikit uang (k adalah kecil), uang sering berpindah tangan (V adalah besar). Dengan kata lain, parameter permintaan uang k dan perputaran uang V adalah dua sisi yang berlawanan dari mata uang yang sama.
II.5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Uang dalam Masyarakat
Menurut J.M. Keynes ada tiga alasan mengapa orang menyukai memegang uang, yaitu:
a. Motif Transaksi (Transaction Motive)
Permintaan uang untuk bertransaksi mengacu kepada penggunaan uang untuk transaksi sehari-hari dalam pemenuhan kebutuhan seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah dan pembayaran listrik.
b. Motif Berjaga-jaga (Precautionary Motive)
Permintaan uang untuk ditujukan pada pemenuhan kebutuhan darurat yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya, penambahan uang untuk membayar kenaikan harga yang mendadak.
c. Motif Spekulasi (Speculative Motive)
Permintaan uang untuk ditujukan memperoleh keuntungan secara cepat karena mengetahui peluang ekonomi yang menguntungkan.
(49)
II.5.3. Faktorfaktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit
Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004), alasan permintaan kredit adalah: permintaan transaksi, yaitu kebutuhan alat tukar yang diterima oleh umum untuk membeli barang dan membayar tagihan, dan sebagai tambahan, yaitu sebagai aset atau penyimpan nilai. Permintaan kredit tersebut dipengaruhi suku bunga (biaya untuk memegang uang), di mana semakin tinggi biaya (suku bunga kredit) maka permintaan kredit (uang) menurun.
Permintaan uang untuk tujuan kredit, menurut Keynes (dalam Nusantara dan Azis, 2002) ditentukan oleh tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga makin rendah keinginan masyarakat akan kredit. Alasannya, apabila tingkat bunga naik, berarti ongkos memegang uang (opportunity cost) makin kecil. Sebaliknya semakin rendah tingkat suku bunga maka semakin besar keinginan masyarakat untuk meminjam kredit.
Menurut Nusantara dan Azis (2002) bahwa: pada tingkat bunga yang rendah permintaan akan uang menjadi elastis sempurna (liquidity trap). Liquidity trap menggambarkan bahwa pada tingkat bunga yang begitu rendah (menurut ukuran pengalaman-pengalaman masa lalu), elastisitas permintaan uang kas menjadi tak terhingga besarnya. Masyarakat tidak akan memegang surat berharga pada tingkat bunga ini karena mereka memperkirakan bahwa keuntungan/pendapatan dari memegang surat berharga pada tingkat lebih rendah daripada kerugian yang timbul karena kenaikan tingkat bunga di masa datang. Masyarakat memperkirakan bahwa di kemudian hari tingkat bunga akan naik sebab tingkat bunga sudah begitu rendah, tidak mungkin turun lagi. Dengan kata lain setiap orang akan mengharap harga surat berharga akan turun dimasa datang sehingga tidak ada seorangpun yang mau membeli surat berharga sekarang, semuanya menghendaki uang kas. Pada tingkat bunga tersebut permintaan uang menjadi elastis sempurna. Masyarakat tidak ada yang mau memegang surat berharga pada tingkat bunga tersebut sebab mereka memperkirakan bahwa pendapatan yang diperoleh dari surat berharga
(50)
akan lebih besar dari kerugian modal (capital losses) sebagai akibat kenaikan tingkat bunga di masa datang.
Pada umumnya alasan orang meminjam kredit adalah untuk investasi, modal kerja, maupun untuk konsumsi. Namun dari sisi perbankan, kredit yang lebih banyak diberikan adalah kredit investasi dan modal kerja. Aktivitas perekonomian, khususnya sektor usaha dapat bergerak dengan adanya kredit dari bank. Para pelaku usaha lebih mengandalkan bantuan kredit untuk invetasi maupun untuk modal kerja dibandingkan dengan modal sendiri. Oleh karena itu peranan kredit bank dalam dunia usaha sangat penting, karena sebagian besar kegiatan usaha didanai oleh kredit bank. Walaupun kegiatan usaha membutuhkan kredit, namun tinggi rendahnya permintaan kredit oleh dunia usaha tersebut terutama dipengaruhi oleh suku bunga kredit.
II.6. Kebijakan Pemerintah
Mekanisme transmisi kebijakan pemerintah melalui saluran uang secara implisit beranggapan bahwa semua dana yang dimobilisasi perbankan dari masyarakat dalam bentuk uang beredar (M1, M2) dipergunakan untuk pendanaan aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit perbankan. Menurut Warjiyo (2004) bahwa dalam kenyataannya, anggapan tersebut tidak selamanya benar. Selain dana yang tersedia, perilaku penawaran kredit perbankan juga dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap prospek usaha debitur dan kondisi perbankan itu sendiri seperti permodalan (CAR), jumlah kredit macet (NPL), dan loan to deposit ratio (LDR). Selain itu, tidak semua permintaan kredit debitur dapat dipenuhi oleh bank-bank,
(51)
khususnya karena kondisi keuangan debitur yang dinilai oleh bank tidak feasibel karena tingginya rasio utang terhadap modal (leverage), risiko kredit macet, moral hazard, dan sebagainya. Adanya informasi yang tidak simetris (assymetric information) antara bank dengan debitur seperti itu dapat menyebabkan pasar kredit tidak selalu berada dalam keseimbangan.
Berdasarkan pertimbangan di atas, mekanisme transmisi kebijakan pemerintah melalui saluran kredit didasarkan pada asumsi bahwa tidak semua simpanan masyarakat dalam bentuk uang beredar (M1, M2) oleh perbankan selalu disalurkan sebagai kredit kepada dunia usaha. Dengan kata lain, fungsi intermediasi perbankan tidak selalu berjalan normal, dalam arti bahwa kenaikan simpanan masyarakat tidak selalu diikuti dengan kenaikan secara proporsional pada kredit yang disalurkan oleh perbankan. Oleh karena itu, yang lebih berpengaruh terhadap ekonomi riil adalah kredit perbankan dan bukanlah simpanan masyarakat yang tercermin dalam jumlah uang beredar.
Dalam konteks interaksi antara bank sentral dengan perbankan dan para pelaku ekonomi dalam tahapan proses perputaran uang dalam ekonomi, mekanisme
transmisi moneter melalui saluran kredit dapat dijelaskan sebagai berikut: Pada tahap pertama, interaksi antara bank sentral dengan perbankan terjadi di pasar uang rupiah. Interaksi ini terjadi karena di satu sisi bank sentral melakukan operasi moneter untuk pencapaian sasaran operasionalnya, baik berupa uang primer ataupun suku bunga jangka pendek, sementara di sisi lain bank-bank melakukan transaksi di pasar uang untuk pengelolaan likuiditasnya. Interaksi ini akan mempengaruhi tidak saja perkembangan suku bunga jangka pendek di pasar uang, tetapi juga besarnya dana yang akan dialokasikan bank-bank dalam bentuk instrumen likuiditas maupun untuk penyaluran kreditnya.
Rigiditas suku bunga pinjaman yang terkait dengan suku bunga pasar seringkali dianggap sebagai penghambat kelancaran transmisi aliran kebijakan
(52)
pemerintah dan pergerakan sektor riil yang diharapkan dapat mempercepat pemulihan ekonomi. Walaupun sejak bulan Januari 2003 sampai dengan bulan Juni 2003, Bank Indonesia secara bertahap telah menurunkan suku bunga SBI hingga sebesar 280 basis poin. Namun demikian, suku bunga kredit dalam periode yang sama hanya turun 64 basis poin. Menurut Hadad, dkk (2003) kondisi ini menunjukkan bahwa penurunan suku bunga SBI dan tingkat suku bunga dana (cost of fund) tidak diikuti dengan suku bunga kredit sehingga proses intermediasi tidak dapat berjalan dengan lancar.
Selain itu survei perkembangan suku bunga (Hadad, dkk, 2003) menunjukkan bahwa rigiditas dapat berasal dari faktor internal maupun eksternal bank. Penyebab dari faktor internal bank antara lain adalah struktur aktiva produktif bank yang sebagian return-nya sangat terpengaruh oleh penurunan suku bunga SBI, sehingga bank perlu menahan penurunan suku bunga kreditnya untuk mempertahankan profit margin-nya, dana bank masih menyimpan dana lama yang cost of fund-nya tinggi. Sementara, bank juga diperkirakan belum sepenuhnya dapat menerapkan risk management yang optimal sehingga bank kurang mampu menetapkan pricing yang akurat untuk masing-masing debiturnya.
Sedangkan faktor yang cukup berpengaruh dari sisi eksternal adalah banyaknya nasabah yang masih menunggu penurunan suku bunga lebih lanjut sebelum memutuskan mengajukan pinjaman kepada bank, dan masih banyaknya proyek debitur/calon debitur yang tidak bankable.
(53)
Kegiatan bank diasumsikan bersifat tradisional (tidak memperhitungkan utang bank lainnya, transaksi off balance sheet dan fee-earning business), atau dapat disimpulkan bahwa bank hanya mengambil deposito dan menempatkan dana dalam bentuk kredit. Dengan berasumsi bahwa peningkatan deposito akan digunakan untuk meningkatkan kredit, giro wajib minimum dan aktiva lainnya yang tidak memberikan bunga maka dalam format matematis, tambahan aktiva dapat dinyatakan sebagai berikut (Cole 1991 dan Santoso, 2000):
t0-t1 = d0-d1 =(r0-r1) + (l0-l1) +(p0-p1), di mana
t = total aktiva l = kredit
d = deposito/simpanan p = aktiva yang tidak menghasilkan bunga r = giro wajib minimum
(54)
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
III.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan yang beralamat di Jl. Jendral Ahmad Yani No. 72 Medan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei 2008 sampai dengan Oktober 2008.
III.2. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yang didukung survei. Menurut Singarimbun dan Effendi (1985) bahwa: studi kasus adalah pengumpulan informasi pada suatu kasus atau keadaan tertentu. Selanjutnya pengertian survei menurut Singarimbun dan Effendi (1985) adalah pengumpulan informasi dengan melakukan penelitian secara langsung kepada sampel yang mewakili populasi.
Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Menurut Nazir (2005) bahwa: metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Sedangkan Arikunto (2006) menyatakan bahwa: penelitian kuantitatif memiliki kejelasan unsur yang rinci sejak awal, langkah penelitian yang
(55)
sistematis, menggunakan sampel yang hasil penelitiannya diberlakukan untuk populasi, memiliki hipotesis jika perlu, memiliki desain jelas dengan langkah- langkah penelitian dan hasil yang diharapkan, memerlukan pengumpulan data yang dapat mewakili serta ada analisis data yang dilakukan setelah semua data terkumpul.
Sifat penelitian ini adalah deskriptif eksplanatori (menguraikan atau menjelaskan). Menurut Singarimbun dan Effendi (1985) bahwa penelitian penjelasan menyoroti hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya.
III.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh debitur PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan yang berjumlah 350 orang. Untuk menentukan jumlah sampel dari populasi, peneliti menggunakan rumus Slovin sebagai berikut: (Sevilla dkk, 1993)
2 (e) N 1
N n
+ =
di mana : N = Jumlah Populasi n = Jumlah Sampel e = Tingkat Kesalahan
Populasi (N) sebanyak 350 orang debitur PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan dengan asumsi taraf kesalahan (e) sebesar 5%, maka jumlah sampel (n) adalah:
(56)
(
0,05)
186,66 187350 1
350
n 2 = ≈
+
= orang
Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 187 orang debitur PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan. Teknik yang digunakan dalam menentukan pengambilan sebanyak 187 orang sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara purposive sampling karena populasi sampel sudah tertentu yaitu debitur-debitur yang klasifikasinya dari segmen kecil (ritel). Sampel dalam penelitian ini adalah badan usaha, yaitu bentuk Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV), Usaha Dagang (UD) dan usaha pribadi. Responden untuk sampel Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV) adalah direktur perusahaan sebagai penanggung jawab operasional, sedangkan untuk sampel Usaha Dagang (UD) dan pribadi, sampel adalah pemilik usaha.
III.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Wawancara (Interview) yang dilakukan kepada Pemimpin Sentra Kredit Kecil dan debitur PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan. b. Daftar Pertanyaan (Questionaire) yang diberikan kepada responden/sampel yang dalam hal ini adalah debitur PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan.
c. Studi dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari dokumen pendukung yang berkaitan dengan penelitian yang diperoleh langsung dari
(57)
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan.
III.5. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer yaitu data yang diperoleh dari wawancara (interview) dan daftar pertanyaan (Questionaire).
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumentasi pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan.
III.6. Identifikasi Variabel
Sugiono (2001) menyatakan bahwa variabel penelitian adalah segala sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Pada dasarnya variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang menjadi fokus penelitian untuk diamati.
Berdasarkan perumusan masalah, kerangka pemikiran dan hipotesis yang diajukan maka variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel bebas (independent variabel), yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit (kebijakan kredit (X1), perpsepsi Standar Operasional
Perkreditan (X2) dan pelayanan kredit bank (X3)) pada PT. Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan.
(58)
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan.
III.7. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini terdapat satu variabel dependen yaitu jumlah permintaan kredit dan tiga variabel independen yaitu kebijakan kredit, persepsi Standar Operasional Perkreditan dan pelayanan kredit bank.
Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala Likert. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002) bahwa: skala Likert merupakan metode pengukuran sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap suatu subjek, objek atau kejadian tertentu.
Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dari variabel yang digunakan pada penelitian ini, maka berikut ini dijelaskan definisi operasional variabel sebagai berikut:
1. Kebijakan kredit (X1), yaitu kebijakan bank terhadap kredit yang akan
diberikan kepada calon debitur. Indikator kebijakan kredit adalah suku bunga kredit, plafond kredit, ketentuan jaminan, lama waktu kredit dan kebijakan perkreditan. Semua indikator variabel ini diukur menggunakan skala Likert. 2. Persepsi SOP (X2), yaitu persepsi terhadap Standar Operasional Perkreditan
yang diterapkan bank yang berkaitan dengan kebijakan yang terstruktur dan komprehensif. Indikator persepsi SOP adalah fasilitas kredit, kecepatan proses, penilaian, kesesuaian jaminan dengan kredit, biaya provisi dan administrasi, pengawasan dan pelaksanaan sanksi. Semua indikator variabel
(59)
ini diukur menggunakan skala Likert.
3. Pelayanan kredit bank (X3), yaitu pelayanan yang diberikan oleh bank
terhadap debitur dalam hal pemberian kredit. Indikator pelayanan kredit bank adalah pelayanan mulai dari pengajuan hingga pelunasan dan kepuasan debitur. Indikator variabel ini diukur menggunakan skala Likert.
4. Permintaan kredit (Y), yaitu tingkat permintaan kredit yang diperoleh nasabah dari Bank BNI (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan. Indikator variabel permintaan kredit adalah besarnya realisasi kredit yang diperoleh debitur (dalam rupiah) yang kemudian dikonversi dalam skala Likert.
Tabel III.1. Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasional Indikator Skala Pengukuran
Kebijakan kredit (X1)
Kebijakan bank terhadap kredit yang akan diberikan kepada calon debitur
- Suku bunga kredit - Plafond kredit - Ketentuan jaminan - Lama waktu kredit - Kebijakan perkreditan
Skala Likert
Persepsi SOP (X2) Persepsi terhadap Standar Operasional Perkreditan yang diterapkan Bank yang berkaitan dengan kebijakan yang terstruktur dan komprehensif
- Fasilitas kredit - Kecepatan proses - Penilaian
- Kesesuain jaminan dengan kredit
- Biaya provisi dan administrasi - Pengawasan - Pelaksanaan sanksi
Skala Likert
Pelayanan kredit bank (X3)
Pelayanan yang diberikan oleh bank terhadap debitur dalam hal pemberian kredit
- Pelayanan mulai dari pengajuan hingga pelunasan - Kepuasan debitur
Skala Likert
Permintaan kredit (Y)
Tingkat permintaan kredit yang diperoleh nasabah dari Bank BNI (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan
Besarnya realisasi kredit yang diperoleh debitur
(60)
III.8. Uji Validitas dan Reliabilitas Daftar Pertanyaan
III.8.1. Uji Validitas
Uji Validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Kuncoro (2003) menyatakan bahwa:
“Uji Validitas itu dibedakan atas 3 jenis, yaitu: 1) Validitas isi yaitu untuk memastikan bahwa ukuran sejumlah item yang representatif dalam menyusun sebuah konsep, 2) Validitas yang berkaitan dengan kriteria yaitu Validitas yang berkaitan dengan kriteria terjadi ketika sebuah ukuran membedakan individual pada kriteria yang akan diperkirakan, 3) Validitas konstruk yaitu validitas yang membuktikan seberapa bagus hasil yang diperoleh dari penggunaan ukuran sesuai dengan teori di mana pengujian dirancang”.
Butir-butir pertanyaan dicobakan pada 30 orang responden di luar dari pada responden yang dijadikan sampel penelitian. Menurut Umar (2000) bahwa “sangat disarankan agar jumlah responden untuk diuji coba minimal 30 orang. Dengan jumlah minimal 30 orang ini distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati kurva normal”.
Menurut Kuncoro (2003) bahwa: untuk menentukan validitas digunakan teknik korelasi product moment dengan bantuan perangkat lunak SPSS versi 15.0. “Jika angka korelasi yang diperoleh lebih besar dari pada angka kritis maka penyataan tersebut valid”. Jadi kalau data tidak valid berarti instrument harus segera direvisi, mau menambah item pertanyaan atau malah
mengurangi, dilihat sesuai dengan keaadaan data.
Berdasarkan pengujian validitas instrumen dengan software Statistical Package for Social Science versi 15.0 nilai validitas terdapat pada kolom Corrected Item-Total Corelation.
Menurut Ghozali (2005), uji signifikansi untuk melihat valid tidaknya data dapat dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Jika r hitung lebih besar dari r table, maka instrumen quesioner dinyatakan valid.
Dalam penelitian ini jumlah sampel adalah 30 orang, dengan demikian besarnya df adalah 30 – 2 = 28, pada tingkat signifikansi 0.05 diperoleh nilai r tabel = 0,239.
(61)
Dari hasil perhitungan yang ditunjukkan pada Tabel III.2, pada kolom Corrected Item-Total Correlation terlihat semua indikator variabel menunjukkan nilai r hitung > 0,239 dan semua r hitung adalah positif, maka dapat disimpulkan semua indikator adalah valid.
Tabel III.2. Uji Validitas dan Reliabilitas Daftar Pertanyaan
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach’s Alpha if Item
Deleted
X11 64,4333 47,495 ,514 ,904
X12 64,9000 45,541 ,722 ,894
X13 64,6333 49,964 ,489 ,902
X14 64,5667 50,668 ,469 ,902
X15 64,4000 51,352 ,371 ,905
X16 64,5667 49,909 ,615 ,898
X21 64,3667 50,102 ,480 ,902
X22 64,4000 49,972 ,571 ,899
X23 64,4000 49,283 ,653 ,897
X24 64,3000 49,183 ,682 ,896
X25 64,5667 49,564 ,658 ,897
X26 64,9333 51,030 ,385 ,905
X27 64,2333 50,875 ,745 ,898
X28 64,4333 50,116 ,594 ,899
X31 64,4000 51,076 ,567 ,900
X32 64,4000 49,903 ,646 ,898
X33 64,1333 48,740 ,605 ,898
X34 64,4667 50,395 ,607 ,899
Sumber: Hasil Penelitian, 2008 (Data Diolah)
III.8.2. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas bertujuan untuk mengukur suatu kestabilan dan konsistensi skala pengukuran. “Instrumen yang dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Berapa kalipun diambil, datanya tetap sama”,
(62)
(Arikunto, 1997). Pengujian reliabilitas dengan internal konsistensi dengan cara mencoba instrumen sekali saja dan dianalisis dengan teknik Alpha Cronbach.
Sekaran (2000) menyatakan bahwa “reliabilities less than 0.60 are considered to be poor, those in the 0.7 range, acceptable and those over 0.80 good”. Dalam analisis data menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS versi 15.0. Hasil analisis pada Tabel III.2. pada kolom Cronbach’s Alpha if Item Deleted, semua nilai diatas 0,80, dengan demikian apabila dilihat dari tingkat reliabilitas instrumen, maka instrumen penelitian dikatakan reliabel (baik).
III.9. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah uji regresi linier berganda (multiple regression analysis). Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen yang meliputi kebijakan kredit (X1), perpsepsi Standar Operasional Perkreditan (X2) dan pelayanan
kredit bank (X3) terhadap permintaan kredit (Y). Pengolahan data menggunakan
software SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 15.0. Model persamaan regresi yang digunakan sebagai berikut:
Y = a + B1 X1 + B2 X2 + B3 X3 + e
di mana :
Y = Permintaan Kredit
a = Intercept/konstanta
(63)
X1 = Kebijakan kredit
X2 = Perpsepsi Standar Operasional Perkreditan
X3 = Pelayanan kredit bank
e = Error of term
Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen diuji dengan tingkat kepercayaan (confidence interval) 95% atau α = 5%.
Kriteria pengujian hipotesis untuk uji serempak (simultan) adalah sebagai berikut:
H0 : B1 , B2, B3 = 0; (kebijakan kredit, persepsi SOP dan pelayanan kredit bank
secara serempak tidak berpengaruh terhadap jumlah permintaan kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan).
H1 : B1 , B2, B3 ≠ 0; (kebijakan kredit, persepsi SOP dan pelayanan kredit bank
secara serempak berpengaruh terhadap jumlah permintaan kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan).
Untuk menguji hipotesis secara serempak digunakan statistik F (F Test). Rumus yang digunakan untuk statistik F (F Test) adalah:
Error Square
Mean
Regression Square
Mean =
F
dengan ketentuan jika hasil Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Sebaliknya jika hasil Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Kriteria pengujian hipotesis secara parsial adalah sebagai berikut:
H0 : Bi = 0; (kebijakan kredit, persepsi SOP dan pelayanan kredit bank tidak
berpengaruh secara parsial terhadap jumlah permintaan kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan).
(64)
H1 : Bi ≠ 0; (kebijakan kredit, persepsi SOP dan pelayanan kredit bank
berpengaruh secara parsial terhadap jumlah permintaan kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan).
Untuk menguji hipotesis secara parsial digunakan statistik t (t test). Rumus yang digunakan untuk statistik t (t test) adalah:
b1 1 S
b t = di mana :
b = nilai koefisien variabel independen Sbt = Standard error dari variabel independen
Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, sebaliknya jika thitung < ttabel maka
H0 diterima dan H1 ditolak.
III.10. Uji Asumsi Klasik III.10.1. Uji Normalitas
Uji Normalitas penting dilakukan untuk mengetahui data dalam variabel terdistribusi secara normal. Salah satu cara mengecek kenormalitasan adalah dengan plot probabilitas normal. Dengan plot ini, masing-masing nilai pengamatan dipasangkan dengan nilai harapan pada distribusi normal. Normalitas terpenuhi apabila titik-titik (data) terkumpul di sekitar garis lurus dan untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau mendekati normal. Menurut Ghozali (2005), bahwa:
(65)
“untuk melihat normalitas data bisa dilakukan uji statistik non-parametrik Kolmogorov Smirnov (K-S)”.
III.10.2. Uji Multikolonieritas
Uji Multikolineritas dipergunakan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model yang dapat menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara variabel independen tersebut.
Menurut Sulaiman (2004) bahwa: deteksi multikolineritas pada suatu model dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor, yaitu: jika Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 5 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolineritas sedangkan jika “Variance Inflation Factor (VIF) lebih besar dari 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolinearitas”.
III.10.3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Standardized Delete Residual nilai tersebut. Menurut Sulaiman (2004) bahwa: “heteroskedastisitas dapat diuji dengan menggunakan uji metode grafik, yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu yang tergambar pada scatterplot”.
(66)
a. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
(67)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Penelitian
IV.1.1. Sejarah Singkat PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional.
Menyusul penunjukkan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari
Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, pemerintah membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa, dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri. Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini melandasi pelayanan yang lebih baik dan tua bagi sektor usaha nasional.
(1)
Lampiran 2. Uji Reliabilitas
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100,0
Excluded
(a) 0 ,0
Total 30 100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,905 18
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
X11 64,4333 47,495 ,514 ,904
X12 64,9000 45,541 ,722 ,894
X13 64,6333 49,964 ,489 ,902
X14 64,5667 50,668 ,469 ,902
X15 64,4000 51,352 ,371 ,905
X16 64,5667 49,909 ,615 ,898
X21 64,3667 50,102 ,480 ,902
X22 64,4000 49,972 ,571 ,899
X23 64,4000 49,283 ,653 ,897
X24 64,3000 49,183 ,682 ,896
X25 64,5667 49,564 ,658 ,897
X26 64,9333 51,030 ,385 ,905
X27 64,2333 50,875 ,745 ,898
X28 64,4333 50,116 ,594 ,899
X31 64,4000 51,076 ,567 ,900
X32 64,4000 49,903 ,646 ,898
X33 64,1333 48,740 ,605 ,898
(2)
Lampiran 3. Uji Asumsi Klasik
Uji Nomalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Y X1 X2 X3
N 187 187 187 187
Normal Parameters(a,b) Mean Std. Deviation 2,9786 3,8391 3,8022 3,7513
1,01577 ,37315 ,28652 ,38320
Most Extreme Differences
Absolute ,204 ,119 ,110 ,180
Positive ,171 ,119 ,088 ,129
Negative -,204 -,111 -,110 -,180
Kolmogorov-Smirnov Z 2,784 1,633 1,500 2,466
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 ,010 ,022 ,000
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Uji Multikolinieritas
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -4,585 ,805 -5,695 ,000
X1 -,017 ,176 -,006 -,094 ,925 ,756 1,323
X2 ,620 ,270 ,175 2,297 ,023 ,544 1,837
X3 1,405 ,190 ,530 7,383 ,000 ,613 1,632
(3)
Uji Heteroskedastisitas
-1 0 1 2 3
Regression Deleted (Press) Residual
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00
Ab
sUt
Dependent Variable: AbsUt Scatterplot
-1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0
X1
-1 0 1 2 3
AbsUt
Dependent Variable: AbsUt Partial Regression Plot
(4)
-0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6
X2
-1 0 1 2 3
Abs
U
t
Dependent Variable: AbsUt Partial Regression Plot
-1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0
X3 -1
0 1 2 3
Abs
U
t
Dependent Variable: AbsUt Partial Regression Plot
(5)
Lampiran 4. Analisis Regresi
Regression
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Y 2,9786 1,01577 187
X1 3,8391 ,37315 187
X2 3,8022 ,28652 187
X3 3,7513 ,38320 187
Correlations
Y X1 X2 X3
Pearson Correlation
Y 1,000 ,277 ,499 ,635
X1 ,277 1,000 ,485 ,373
X2 ,499 ,485 1,000 ,616
X3 ,635 ,373 ,616 1,000
Sig. (1-tailed) Y . ,000 ,000 ,000
X1 ,000 . ,000 ,000
X2 ,000 ,000 . ,000
X3 ,000 ,000 ,000 .
N Y 187 187 187 187
X1 187 187 187 187
X2 187 187 187 187
X3 187 187 187 187
Variables Entered/Removed(b)
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method
1 X3, X1,
X2(a) . Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Y
(6)
Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,650(a) ,422 ,413 ,77840
a Predictors: (Constant), X3, X1, X2 b Dependent Variable: Y
Change Statistics R Square
Change F Change df1 df2 Sig. F Change
,422 44,581 3 183 ,000
a Predictors: (Constant), X3, X1, X2 b Dependent Variable: Y
ANOVA(b)
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regressio
n 81,035 3 27,012 44,581 ,000(a)
Residual 110,880 183 ,606
Total 191,914 186
a Predictors: (Constant), X3, X1, X2 b Dependent Variable: Y
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -4,585 ,805 -5,695 ,000
X1 -,017 ,176 -,006 -,094 ,925 ,756 1,323
X2 ,620 ,270 ,175 2,297 ,023 ,544 1,837
X3 1,405 ,190 ,530 7,383 ,000 ,613 1,632