BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan Patikan Kebo (Euphorbia hirta) - Uji Aktivitas Antibakteri Dan Antioksidan Dari Ekstrak Etanol Daun Patikan Kebo (Euphorbia Hirta)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan Patikan Kebo (Euphorbia hirta)

  Uraian tumbuhan meliputi morfologi, sistematika tumbuhan, habitat (daerah tumbuh), nama asing dan daerah, kandungan senyawa kimia serta sifat dan khasiatnya.

2.1.1 Morfologi Tumbuhan

  Patikan kebo merupakan terna, tegak atau memanjat, tinggi lebih kurang 20 cm, batang berambut, percabangan selalu keluar dan pangkal batang dan tumbuh ke atas, warna merah atau keunguan. Patikan kebo mempunyai warna dominan kecoklatan dan bergetah. Banyak pohonnya memiliki cabang dengan diameter ukuran kecil (Djauhariya, 2004).

  Patikan kebo (Euphorbia hirta.) berbatang lunak, beruas, berbulu, dan bergetah putih. Warna batangnya adalah hijau kecoklatan. Daun Patikan kebo mepunyai bentuk bulat memanjang dengan taji-taji. Tepi daun bergerigi. Panjang helaian daun mencapai 50 mm dan lebarnya 25 mm. Daunnya yang grampang rapuh berwarna hijau atau hijau kelabu. Perbungaan bentuk bola keluar dan ketiak daun bergagang pendek, berwarna merah kecokelatan. Bunga mempunyai susunan satu bunga betina dikelilingi oleh lima bunga yang masing-masing terdiri atas empat bunga jantan dan satu bunga betina (Kartasapoetra, 2004).

  Grambar 2.1 Tumbuhan Patikan Kebo

  2.1.2 Sistematika Tumbuhan

  Sistematika tumbuhan patikan kebo adalah sebagai berikut (Herbarium Medanese, 2013) : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Class : Dicotyledoneae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Euphorbia Spesies : Euphorbia hirta Nama Lokal : Patikan Kebo

  2.1.3 Habitat (Daerah Tumbuh) Tumbuhan patikan kebo merupakan tumbuhan yang berasal dari Amerika.

  Tumbuhan ini juga terdapat di India, Cina, Malaysia dan Australia. Di Indonesia banyak dijumpai pada padang rumput ditepi sungai atau dikebun, pada ketinggian tempat antara 1 m sampai 1.400 m di atas permukaan laut. Tumbuhan patikan kebo merupakan tumbuhan yang tidak lama hidupnya, tumbuhan ini tumbuh tegak dan merupakan suatu kosmopolit dari daerah tropis dan banyak terdapat didataran rendah serta pada tanah yang tidak terlalu lembab dan biasanya berumput (Heyne, 1987).

  2.1.4 Nama Asing dan Daerah Nama asing dari patikan kebo adalah da fei yang cao (Cina) (Hariana, 2007).

  Nama daerah dari patikan kebo adalah daun biji kacang (Sumatera), nanangkaan (Sunda), gendong anak (Jakarta), patikan kebo (Jawa), kaksekakan (Madura), sosonanga (Maluku), isu maibi (Ternate) (Depkes RI, 2000).

  2.1.5 Kandungan Senyawa Kimia

  Patikan kebo mengandung beberapa unsur, diantaranya alkaloid, tanin, senyawa folifenol, flavonoid, asam organik palmitat oleat, asam lanolat, terpenoid eufosterol, tarakseron, myricil alkohol, taraxerol, friedlin, betasitosterol, beta eufol, euforbol, triterpenoid eufol, tirukalol, eufosterol, hentriacontane, dan pada bunga terdapat alagic acid (Fauzi, R, 2005).

  2.1.6 Sifat dan Khasiat Patikan kebo memiliki sifat agak pahit, asam, sejuk, dan sedikit beracun.

  Berkhasiat sebagai anti-inflamasi (radang), peluruh air seni, dan menghilangkan gatal (anti-puritik) (Syamsiah, 2009). Seluruh bagian tumbuhan patikan kebo segar atau kering dapat digunakan untuk mengobati penyakit antara lain : asma, disentri, melancarkan kencing, abses paru dan bronkhitis kronis (Hariana, 2007).

2.2 Ekstraksi

  Ekstraksi adalah suatu cara untuk menarik satu atau lebih zat dari bahan asal dengan menggunakan pelarut (Syamsuni, 2006). Zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersebut dapat digolongkan ke dalam golongan Ekstrak daun patikan kebo, alkaloid, flavonoid dan lain - lain (Depkes, 2000).Tujuan utama ekstraksi ini adalah untuk mendapatkan atau memisahkan sebanyak mungkin zat - zat yang memiliki khasiat pengobatan (Syamsuni, 2006).

  Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat dilakukan dengan beberapa cara:

  1. Maserasi Maserasi berasal dari kata “macerare” artinya melunakkan. Maserat adalah hasil penarikan simplisia dengan cara maserasi, sedangkan maserasi adalah cara penarikan simplisia dengan merendam simplisia tersebut dalam cairan penyari dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperature kamar, sedangkan remaserasi merupakan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya (Depkes, 2000).

  Keuntungan dari metode maserasi yaitu prosedur dan peralatannya sederhana (Agoes, 2007).

  2. Perkolasi Perkolasi berasal dari kata “colare”, artinya menyerkai dan “per” = through, artinya menembus. Dengan demikian, perkolasi adalah suatu cara penarikan memakai alat yang disebut perkolator dimana simplisia terendam dalam cairan penyari, zat-zat akan terlarut dan larutan tersebut akan menetes secara beraturan (Syamsuni, 2006). Prosesnya terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap perendaman antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan perkolat) sampai diperoleh ekstrak (Depkes, 2000). Keuntungan dari metode perkolasi ini adalah proses penarikan zat berkhasiat dari tumbuhan lebih sempurna, sedangkan kerugiannya adalah membutuhkan waktu yang lama dan peralatan yang digunakan mahal (Agoes, 2007).

  3. Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan pelarut akan terdestilasi menuju pendingin dan akan kembali ke labu (Depkes, 2000).

  4. Sokletasi Sokletasi adalah ekstraksi kontinu menggunakan alat soklet, dimana pelarut akan terdestilasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi dan merendam sampel yang mengisi bagian tengah alat soklet setelah pelarut mencapai tinggi tertentu maka akan turun ke labu destilasi, demikian berulang- ulang (Depkes, 2000).

  5. Infus Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit (Depkes, 2000).

2.2.1 Ekstraksi Daun Patikan Kebo

  Daun patikan kebo yang sudah dikumpulkan terlebih dahulu dicuci sampai bersih. Daun patikan kebo dipotong kecil-kecil kira-kira lebarnya 1 cm dan diiris setipis mungkin, hal ini dimaksudkan untuk mempercepat proses pengeringan daun patikan kebo. Proses pengolahan bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat dengan melalui cara pengeringan disebut simplisia (Depkes RI, 2000).

  Daun patikan kebo yang sudah terpotong-potong kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan (Harborne, 1996). Proses selanjutnya adalah ekstraksi daun kering patikan kebo dilakukan dengan cara maserasi dengan etanol 96% selama 72 jam dan dilanjutkan dengan tahap destilasi menggunakan rotary vacum evaporator (Harborne, 1996).

  11

2.3 Skrining Fitokimia

  Skrining fitokimia bertujuan untuk menentukkan golongan metabolit sekunder yang mempunyai aktivitas biologis yang ada dalam tumbuhan . Metode yang digunakan dalam penapisan fitokimia harus selektif, sederhana, cepat serta hanya memerlukan sedikit alat dan bahan (Mekar, 2008).

  2.3.1 Uji Fenolik

  Tambahkan ke dalam larutan sampel beberapa tetes larutan besi (III) klorida 1%. Adanya senyawa kelompok fenol ditandai dengan munculnya warna hijau, merah, ungu atau hitam (Harborne, 1973).

  2.3.2 Uji Flavonoid

  Satu gram sampel diekstraksi dengan 5 ml etanol kemudian tambahkan beberapa tetes HCl pekat dan 1,5 gram logram magnesium. Adanya flavonoid, diindikasikan dari terbentuknya warna pink atau merah magenta dalam waktu 3 menit (Mojab F, 2003).

  2.3.3 Uji Saponin Kurang lebih 2 gram serbuk sampel dilarutkan dengan 20 ml akuades.

  Didihkan menggunakan penangas air, kemudian saring menggunakan kertas saring. Campurkan 10 ml filtrat dengan 5 ml akuades dan kocok hingga terbentuk busa stabil. Tambahkan olive oil dan kocok dengan keras, adanya saponin ditandai dengan terbentuknya emulsi yang stabil (Edeoga, 2005).

  12

  2.3.4 Uji Terpenoid

  Campur 5 ml ekstrak dengan 2 ml kloroform. Kemudian tambahkan dengan hati-hati 3 ml asam sulfat pekat. Terbentuknya warna coklat kemerahan pada permukaan dalam larutan, menunjukkan adanya terpenoid (Edeoga, 2005).

  2.3.5 Uji Alkaloid

  Tambahkan 5 ml HCl 2 M ke dalam 20 gram ekstrak, aduk dengan sedikit pemanasan selama 5 menit. Tambahkan 0,5 gram NaCl, aduk dan saring, setelah itu tambahkan HCl 0.2 M, untuk membilas filter. Pekatkan filtrat sampai memperoleh volume 5 ml. Masukkan filtrat pada 2 tabung reaksi kecil, masing-masing 1 ml. Tabung 1 diberi pereaksi Mayer dan tabung 2 diberi pereaksi Wagner, amati terjadinya kekeruhan dan endapan (Santos, 1978). Untuk menentukan adanya senyawa fenolik dan flavonoid sebagai konfirmasi, gunakan uji kuantitatif dengan alat Spektrofotometer UV.

2.4 Senyawa Metabolit Sekunder

  Senyawa organik pada tumbuhan dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu metabolit primer dan metabolit sekunder. Metabolit primer merupakan senyawa utama yang diperlukan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan meliputi karbohidrat, lemak dan protein. Metabolit sekunder didefinisikan sebagai senyawa non nutrisi yang dihasilkan oleh tumbuhan dan dapat melindungi tanaman dari serangan serangga, bakteri, cendawan, jamur dan patogen lain (Salisbury & Ross,1995).

  Metabolit sekunder penyebarannya bervariasi untuk setiap tumbuhan serta diakumulasikan pada berbagai organ atau jaringan. Senyawa tersebut dapat dijumpai pada daun, bunga, buah, batang dan akar rimpang serta biji (Balandrin & Klock, 1988). Metabolit sekunder yang sudah dapat diketahui fungsinya dalam biologi antara lain: tanin, alkaloid, terpenoid, flavonoid (Robinson,1991).

  2.4.1 Terpenoid

  Kelompok terpenoid dibagi menjadi 3 yaitu, monoterpenoid, seskuiterpenoid dan triterpenoid (Robinson,1995). Monoterpenoid merupakan komponen utama yang banyak dalam Ekstrak daun patikan kebo dan mempunyai makna ekonomi yang besar, biasanya berupa cairan tanpa warna, tidak larut dalam air, dapat disuling uap dan berbau harum. Terpenoid memiliki fungsi sebagai insektisida serta berdaya racun terhadap hewan tingkat tinggi (Robinson,1995). Seskuiterpenoid ini memiliki fungsi sebagai penolak serangga. Beberapa senyawa ini penting dalam pertahanan terhadap serangan mikroba. Triterpenoid merupakan komponen senyawa aktif yang dapat bekerja sebagai antifungi, insektisida, dan beberapa senyawa dapat menunjukkan sifat antibakteri dan antivirus. Selain itu pada tumbuhan obat dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit termasuk diabetes, gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria (Robinson,1995).

  2.4.2 Tanin

  Tanin tersebar luas pada tanaman yang berpembuluh terutama pada tanaman Angiospermae. Sebagian besar tanaman yang mempunyai kandungan tanin yang tinggi dihindari oleh hewan karena rasanya yang sepat (Harbone, 1996). Tanin dijumpai dalam tanaman misalnya pada daun, buah, kulit batang atau dahan. Secara kimiawi tanin merupakan senyawa komplek, biasanya merupakan campuran polifenol, yang sulit dipisahkan karena tidak mengkristal. Apabila tanin direaksikan dengan air akan membentuk larutan koloid yang memberikan reaksi asam dan rasa yang tajam (Harbone, 1996). Tanin banyak digunakan dalam bidang industri dan farmasi. Dalam industri kulit, tanin digunakan sebagai pencegah proses pembusukan kulit karena kemampuannya mengikat berbagai macam protein. Dalam industri tekstil dan tinta, tanin dipakai sebagai pewarna karena memberi warna biru tua. Dalam bidang farmasi, tanin digunakan sebagai obat diare dan antiseptik (Lemmen, 1994)

  2.4.3 Alkaloid

  Alkaloid merupakan senyawa nitrogen aromatik. Secara kimia alkaloid mengandung nitrogen di cincin heterosiklik yang mempunyai bentuk bermacam- macam (Salisbury & Ross, 1995). Alkaloid mempunyai bentuk kristal putih yang agak larut dalam air. Peran fisiologis alkaloid dalam tumbuhan yaitu melindungi diri dari serangan binatang herbivora karena sifat toksik yang dimiliki ( Taiz & Zeiger, 1998). Alkaloid ada yang sedikit beracun bagi manusia dan mempunyai aktivitas fisiologis lain sehingga dijadikan sebagai sebagai salah satu obat pada bidang pengobatan (Harborne, 1996).

  2.4.4 Flavonoid

  Flavonoid merupakan senyawa 15-karbon yang tersebar pada bagian- bagian tumbuhan (akar, batang, daun serta bagian generatif) dan dapat larut dalam air (Salisbury & Ross, 1995). Salah satu contoh flavonoid adalah pigmen bunga (antosianin) yang berperan dalam menarik polinator seperti burung dan serangga, serta berperan dalam pengaturan fotosintesis. Flavonoid berfungsi sebagai kerja anti mikroba dan anti virus, serta kerja terhadap serangan serangga (Robinson, 1995).

2.5. Antibakteri

  Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan. Mikroorganisme dapat menyebabkan bahaya karena kemampuan menginfeksi dan menimbulkan penyakit serta merusak bahan pangan. Antibakteri termasuk kedalam antimikroba yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Kriteria Antibakteri hanya dapat digunakan jika mempunyai sifat tosik selektif, artinya dapat membunuh bakteri yang menyebabkan penyakit tetapi tidak beracun bagi penderitanya.

  Mekanisme Kerja Mekanisme kerja dari senyawa antibakteri diantaranya yaitu menghambat sintesis dinding sel, menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri, menghambat kerja enzim, dan menghambat sintesis asam nukleat dan protein. Penghambatan sintesis Protein Sel Bakteri umumnya senyawa penghambat ini akan menyebabkan salah membaca kode pada mRNA oleh tRNA (hambatan translasi dan transkripsi bahan genetik). Senyawa – senyawa fenol juga bersifat menghambat sintesis protein sel bakteri. Senyawa fenol pada konsentrasi tinggi apabila digunakan bekerja dengan merusak membran sitoplasma secara total dengan mengendapkan protein sel. Akan tetapi bila dalam konsentrasi rendah , fenol merusak membran sel yang menyebabkan kebocoran metabolit penting dan menginaktifkan bakteri (Dwidjoseputro, 1980).

2.5.1. Bakteri

  Bakteri merupakan penghasil bermacam-macam zat organik dan obat-obatan antibiotik. Mikroorganisme memang peranan penting dalam menganalisis sistem enzim dan dalam mengalisis komposisi suatu makanan. Bakteri merupakan organisme yang sangat kecil (berukuran mikroskopis). Bakteri rata-rata berukuran lebar 0,5 – 1

  3

  mikron dan panjang hingga 10 mikron (1 mikron - 10 mm). Untuk melihat bakteri dengan jelas, tubuhnya perlu diisi dengan zat warna, pewarna ini disebut pengecatan bakteri (Irianto, 2006)

  Ada kalanya suatu bakteri perlu diwarnai dua kali. Setelah zat warna yang pertama (ungu) terserap, maka bakteri dicuci dengan alkohol, kemudian ditumpangi dengan zat warna berlainan, yaitu dengan zat warna merah. Zat warna tambahan terhapus, sehingga yang nampak adalah zat asli (ungu). Dalam hal ini bakteri disebut Gram Positif. Jika zat warna tambahan merah yang bertahan sehingga zat warna asli tidak tampak, dalam hal ini bakteri disebut Gram Negatif.

2.5.2 Bakteri Gram Positif

2.5.2.1 Bacillus subtilis

  Bakteri yang berperan dalam pembusukan daging, salah satunya yaitu bakteri

  B. subtilis. Bakteri ini memiliki karakter-karakter tertentu dan spesifik (Madigan,

  2005). Klasifikasi Bacillus subtilis (Pelczaer, 1986) : Kingdom : Procaryotae Divisi : Schyzophyta Class : Bacteria Ordo : Tubacterials Family : Bacillaceae Genus : Bacillus Spesis : Bacillus subtilis

  Media perantara pertumbuhan Bacillus subtilis antara lain adalah tanah, air, udara dan materi tumbuhan yang terdekomposisi. Selain itu, B.subtilis juga ditemukan pada produk makanan seperti produk susu, daging, nasi dan pasta. Bakteri ini dapat tumbuh pada produk makanan karena produk-produk makanan tersebut menyediakan nutrisi yang baik untuk pertumbuhan B.subtilis (Gauman, 2007)

  Grambar 2.2 Bacillus subtilis

2.5.2.2 Streptococcus mutans S. mutans pertama kali diisolasi dari plak gigi oleh Clark pada tahun 1924.

  Klasifikasi bakteri tersebut adalah sebagai berikut : Kingdom : Monera Divisi : Firmicutes Class : Bacilli Ordo : Lactobacillales Family : Streptococcaceae Genus : Streptococcus Species : Streptococcus mutans (Anonim, 2012)

  S. mutans tumbuh pada suhu 18-40 C dalam suasana fakultatif anaerob,

  sehingga bakteri ini dapat tumbuh dengan atau tanpa oksigen. Ketika oksigen sudah tidak tersedia, maka respirasi bakteri ini yang mulanya aerob akan berubah menjadi anaerob, sehingga terjadi fermentasi fruktosa menjadi asam laktat yang mampu merusak gigi dan penyakit yang disebabkan adalah karies gigi, beberapa hal yang menyebabkan karies gigi bertambah parah adalah seperti gula, air liur, dan juga bakteri pembusuknya. Setelah meakan sesuatu yang mengandung gula, terutama adalah sukrosa, dan bahkan setelah beberapa menit penyikatan gigi dilakukan, glikoprotein yang lengket ( kombinasi molekul protein dan karbohidrat) bertahan pada gigi untuk mulai pembentukan plak pada gigi (Gani, AB, 2006)

  Grambar 2.3 Streptococcus mutans

2.5.3 Bakteri Gram Negatif

2.5.3.1 Salmonella thypi

  Kingdom : Bacteria Filum : Proteobakteria Kelas : Gramma Proteobakteria Ordo : Enterobakteriales Famili : Enterobakteriakceae Genus : Salmonella

  Salmonella adalah suatu genus berbentuk batang, Gram-negatif, enterobacteria

  non-spora membentuk, terutama motil dengan diameter sekitar 0,7-1,5 pM, panjang dari 2 sampai 5 pM, dan flagela yang berproyek di segala penjuru (yaitu peritrichous).

  S. typhi juga memiliki kemampuan menghambat tekanan oksidatif leukosit, yang

  menjadikan sistem respons imun manusia menjadi tidak efektif. Infeksi S. typhi kemudian akan berkembang menjadi demam atau typhoid (Pollack, 2003). S. typhi, merupakan penyebab infeksi utama pada manusia, bakteri ini selalu masuk melalui jalan oral, biasanya dengan cara mengkontaminasi makanan dan minuman (Jawet’z, 2005).

  Grambar 2.4 Salmonella thypi

2.5.3.2 Vibrio cholerae

  Kingdom : Eubacteria Divisi : Bacteri Class : Schizomycetes Ordo : Eubacteriales family : Vibrionaceae Genus : Vibrio Spesies : Vibrio cholera

  Vibrio cholerae termasuk bakteri gram negative, berbentuk batang bengkok seperti koma dengan ukuran panjang 2-4 um.Pada isolasi, Koch menamakannya “kommabacillus”, Tapi bila biakan diperpanjang , kuman ini bisa menjadi batang yang lurus yang mirip dengan bakteri enteric gram negatif Dalam keadaan alamiah,

  Vibrio cholerae hanya patogen terhadap manusia. Seseorang yang memiliki asam

  lambung yang normal memerlukan menelan sebanyak 10 atau lebih V. cholerae dalam air agar dapat menginfeksi, sebab kuman ini sangat sensitif pada suasana asam. Jika mediatornya makanan, sebanyak 102 - 104 organisme yang diperlukan, karena kapasitas buffer yang cukup dari makanan. Beberapa pengobatan dan keadaan yang dapat menurunkan kadar asam dalam lambung membuat seseorang lebih sensitif terhadap infeksi Vibrio cholerae (Jawetz, 2001).

  Grambar 2.5 Vibrio cholerae

2.6. Antioksidan

  2.6.1. Pengertian Antioksidan

  Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron donor) atau reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu mengaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi, dengan cara mencegah terbentuknya radikal. Antioksidan dapat diperoleh,

  1. Dari luar tubuh (eksogen) dengan cara melalui makanan dan minuman yang mengandung vitamin C, E, atau betakaroten.

  2. Dari dalam tubuh (endogen), yakni dengan enzim superoksida dismutase (SOD), gluthatione, perxidasi, dan katalase yang diproduksi oleh tubuh sebagai antioksidan.

  2.6.2 Penggolongan Antioksidan

  Antioksidan dapat digolongkan berdasarkan fungsinya, yaitu:

  1. Primary Antioxidants (Antioksidan Utama / Antioksidan Primer) Termasuk di sini:

  SOD (Superoxide Dismutase) - GPx (Glutathion Peroxidase) -

  Metalbinding protein seperti Ferritin atau Ceruloplasmin. -

  Antioksidan primer ini bekerja untuk mencegah terbentuknya senyawa radikal bebas baru. Ia mengubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang berkurang dampak negatifnya, sebelum radikal bebas ini sempat bereaksi. Contoh Antioksidan ini adalah enzim SOD yang berfungsi sebagai pelindung hancurnya sel-sel dalam tubuh serta mencegah proses peradangan karena radikal bebas.

  2. Secondary Antioxidants (Antioksidan Kedua/ Antioksidan Sekunder) Antioksidan ini berfungsi menangkap senyawa serta mencegah terjadinya reaksi berantai. Contoh: antioksidan sekunder : vitamin E, vitamin C, betakaroten, asam urat, bilirubin dan albumin.

  21

  3. Tertiary antioxidants (Antioksidan Ketiga / Antioksidan Tersier) Antioksidan jenis ini memperbaiki kerusakan sel-sel dan jaringan yang disebabkan radikal bebas. Contoh enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel adalah

  metionin sulfoksidan reduktase. Adanya enzim-enzim perbaikan DNA ini berguna

  untuk mencegah penyakit misalnya kanker (Kosasih et al, 2004) Senyawa antioksidan berperan penting dalam pertahanan tubuh terhadap pengaruh buruk yang disebabkan radikal bebas. Radikal bebas diketahui dapat menginduksi penyakit kanker, arteriosklerosis dan penuan, disebabkan oleh kerusakan jaringan karena oksidasi.

  Radikal bebas merupakan molekul yang sangat reaktif karena mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas sangat reaktif karena kehilangan satu atau lebih elektron yang bermuatan listrik, dan untuk mengembalikan keseimbangannya maka radikal bebas berusahan mendapatkan elektron dari molekul lain atau melepas elektron yang tidak berpasangan tersebut. Radikal bebas dalam jumlah berlebih di dalam tubuh sangat berbahaya karena menyebabkan kerusakan sel, asam nukleat, protein, dan jaringan lemak. Radikal bebas terbentuk di dalam tubuh akibat produk sampingan proses metabolisme ataupun karena tubuh terpapar radikal bebas melalui pernafasan (Dalimartha dan Soedibyo, 1999).

  Pengujian antiradikal bebas senyawa-senyawa bahan alam atau hasil sintesis secara UV-Tampak dapat dilakukan secara kimia menggunakan DPPH (difenilpikril hidrazil). DPPH berfungsi sebagai senyawa radikal bebas stabil yang ditetapkan secara spektrofotometri melalui persen peredaman absorbansi. Peredaman warna ungu merah pada panjang gelombang (λ) 517 nm dikaitkan dengan kemampuan Ekstrak daun patikan kebo sebagai antiradikal bebas. Kereaktifan dari golongan senyawa- senyawa yang berfungsi sebagai antiradikal bebas ditentukan adanya gugus fungsi – OH (hidroksil) bebas dan ikatan rangkap karbon-karbon, seperti flavon, flavanon, skualen, tokoferol, β-karoten, Vitamin C dan lain-lain.

  22

  Beberapa nilai IC untuk senyawa antioksidan (mg/ml)

50 Asam askorbat : 1,96 +/- 0,013

  Alpa-tokoferol : 7,3 +/- 0,308 Sayur-sayuran : 4,7 Gramma oryzanol : 50 +/- 0,408 Pohon pinus OPC : 4,0 – 13,5 Quercetin : 2,457 +/- 0,192 Asam Ferulat : 31,3 +/- 0,327 Hesperidin : > 500 (Ronald, 2004)

  Penggunaan senyawa alami sebagai antioksidan sudah sangat lama. Hal itu meliputi pengasapan dan pembumbuan untuk pengawetan daging, ikan, dan makanan lain yang kaya lemak. Perlakuan tersebut diakui dapat memberikan efek penghambat tengik. Hal ini tidak lazim untuk mencoba mendefenisikan antioksidan alami dapat mempengaruhi zat yang terbentuk sebagai konsekuensi dari memasak atau pengolahan bahan nabati atau hewani untuk makanan. Antioksidan alami hampir ditemukan pada semua mikroorganisme, jamur, dan bahkan di jaringan hewan dan tumbuhan ini sebagian besar adalah senyawa fenolik dan yang merupakan beberapa dari kelompok antioksidan alami adalah flavonoid, asam fenolik dan Ekstrak daun patikan kebo (Pokornya, 2001)

  Kebanyakan komponen Ekstrak daun patikan kebo merupakan kelompok besar dari terpen (Hamid, 2011). Terpen yang juga dikenal sebagai terpenoid atau isoprenoid membentuk kelompok terbesar dari produk tanaman alam. Dalam ilmu medis, terpen biasanya digunakan sebagai agen antiseptik, anti-flamasi, untuk penyakit kanker dan malaria serta antioksidan (Degenhardt, 2003)

2.6.3 Pengaruh Antioksidan

  Antioksidan dalam makanan dapat didefinisikan sebagai zat yang mampu menunda, memperlambat atau mencegah pengembangan ketengikan dan rasa dalam makanan atau kerusakan lainnya akibat oksidasi. Antioksidan menunda pengembangan aroma tidak sedap dengan memperpanjang periode induksi. Penambahan antioksidan setelah akhir periode ini cenderung tidak efektif dalam memperlambat pengembangan ketengikan.

  Antioksidan dapat menghambat atau memperlambat oksidasi dalam dua cara: baik dengan peredaman radikal bebas, dalam hai ini senyawa tersebut digrambarkan sebagai antioksidan primer, atau dengan mekanisme yang tidak melibatkan peredaman radikal bebas langsung, dalam hal ini senyawa tersebut adalah antioksidan sekunder. Antioksidan primer termasuk senyawa fenolik. Komponen ini dikonsumsi selama periode induksi. Antioksidan sekunder beroperasi dengan berbagai mekanisme termasuk logram mengikat ion logram, peredaman oksigen, mengubah hidroperoksida untuk spesi non-radikal menyerap radiasi UV.

2.6.4 Metode Pengukuran Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH

  Pengukuran aktivitas antioksidan dapat dilakukan beberapa cara. Salah satu metode pengukuran yang sering digunakan adalah metode DPPH. DPPH adalah (2,2-

  diphenyl-1-picryl-hydrazil) merupakan suatu radikal bebas yang stabil kerena

  mekanisme delokalisasi elektron bebas oleh molekulnya, sehingga molekul ini tidak mengalami reaksi dimerisasi yang sering terjadi pada sebagian besar radikal bebas lainnya. Delokalisasi juga memberikan efek warna ungu yang dalam pada panjang gelombang 517 nm dalam pelarut etanol (Hirota et al). Zat ini berperan sebagai penangkap elektron atau penangkap radikal hidrogen bebas. Hasilnya adalah molekul yang bersifat stabil. Jika suatu senyawa antioksidan direaksikan dengan zat ini maka senyawa antioksidan tersebut akan menetralkan radikal bebas dari DPPH (Bintang,2010).

  Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan dengan inkubasi DPPH dengan ekstrak antioksidan selama 30 menit sehingga menghasilkan larutan ungu yang lebih memudar kemudian dilakukan pengukuran panjang gelombang pada 517 nm. Aktivitas antioksidan diperoleh dari nilai absorbansi yang selanjutnya akan digunakan untuk menghitung persentase inhibis 50% (IC ) yang menyatakan konsentrasi

  

50 senyawa antioksidan yang menyebabkan 50% dari DPPH kehilangan karakter radikal bebasnya. Semakin tinggi kadar senyawa antioksidan dalam sampel maka akan semakin rendah nilai IC (Mosquera, 2007). Hasil yang dituliskan berupa IC , yang

  50

  50

  merupakan suatu konsentrasi sampel antioksidan yang diuji mampu melakukan peredaman 50% terhadap radikal DPPH dalam jangka waktu tertentu.

2.7 Aplikasi Pengaruh Antioksidan Terhadap Daging Ikan Nila

2.7.1 Ikan nila

  Klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut : kelas : Osteichthyes Sub-kelas : Acanthoptherigii Ordo : Percomorphi Sub-ordo : Percoidea Familia : Cichilidae Genus : Oreochromis Spesies : Oreochromis niloticus

  Ikan nila merupakan spesies yang berasal dari kawasan Sungai Nil dan danau- danau sekitarnya di Afrika. Bentuk tubuh memanjang, pipih kesamping dan warna putih kehitaman. Jenis ini merupakan ikan konsumsi air tawar yang banyak dibudidayakan setelah ikan mas (Cyrprinus Carpio) dan telah dibudidayakan di lebih dari 85 negara. Saat ini, ikan ini telah tersebar ke negara beriklim tropis dan subtropis, sedangkan pada wilayah beriklim dingin tidak dapat hidup dengan baik. Bibit nila didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Peneliti Perikanan Air Tawar (Balitkanwar) dari Taiwan pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, ikan ini kemudian disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan (Dinas kelautan dan perikanan, 2010).

2.7.2 Bilangan Peroksida

  Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang telah mengalami oksidasi. Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi tingkat oksidasi minyak. Minyak yang mengandung asam – asam lemak tidak jenuh dapat teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Cara yang sering digunakan untuk menentukan angka peroksida adalah dengan metoda titrasi iodometri. Penentuan besarnya angka peroksida dilakukan dengan titrasi iodometri. Salah satu parameter penurunan mutu suatu minyak adalah bilangan peroksida. Pengukuran angka peroksida pada dasarnya adalah mengukur kadar peroksida dan hidroperoksida yang terbentuk pada tahap awal reaksi oksidasi lemak. Bilangan peroksida yang tinggi mengindikasikan lemak atau minyak sudah mengalami oksidasi, namun pada angka yang lebih rendah bukan selalu berarti menunjukkan kondisi oksidasi yang masih dini. Angka peroksida rendah bisa disebabkan laju pembentukan peroksida baru lebih kecil dibandingkan dengan laju degradasinya menjadi senyawa lain, mengingat kadar peroksida cepat mengalami degradasi dan bereaksi dengan zat lain. Oksidasi lemak oleh oksigen terjadi secara spontan jika bahan berlemak dibiarkan kontak dengan udara, sedangkan kecepatan proses oksidasinya tergantung pada tipe lemak dan kondisi penyimpanan. Jenis minyak yang mudah teroksidasi adalah jenis minyak yang tidak jenuh. Semakin tidak jenuh asam lemaknya akan semakin cepat teroksidasi (Syarief & Hariyadi,1991).

  Angka peroksida merupakan cara pengujian yang paling sering digunakan untuk uji oksidasi lemak atau minyak. Metode iodometri yang paling banyak digunakan untuk menentukan angka peroksida umumnya ditentukan dengan pengukuran banyaknya iod bebas dari larutan kalium iodida jenuh pada suhu ruang dari lemak atau minyak yang dipisahkan dalam pencampuran asam asetat dan kloroform. Iod bebas ditritasi dengan natrium thiosulfat standar. Angka peroksida sebagai indikator produk dasar oksidasi. Angka ini menyatakan milimol oksigen peroksida per kilogram lemak (Pomeranz & Meloan, 1987). Reaksi oksidasi oleh peroksida pada suhu ruang di dalam medium asam asetat atau kloroform ; KI + R – COOH + H O → R – COOH + 2 KOH + I

  2

  2 I yang terbentuk kemudian dititrasi dengan Na S O

  2

  2

  2

  

3

  • 2e + I

  2I

  2 → 2- 2-

  S O → S O + 2e

  2

  3

  4

  6

  • 2- 2-

  I + 2S O

  2I + S O

  2

  2 3 →

  4

  6

  2.7.3 Ekstraksi Minyak Ikan Dengan Metode Pelarut Heksana : Isopropanol

  Sebuah metode ditingkatkan untuk mengekstraksi lipid dari jaringan terdiri dari penggunaan heksana : isopropanol , lalu filtrat di cuci dengan larutan Na SO

  2

  4

  encer untuk menghilangkan kontaminasi dari komponen nonlipid . Metode ini memiliki sejumlah keunggulan dari ekstraksi dengan menggunakan kloroform : metanol. Heksana : isopropanol pelarut yang tidak terlalu beracun , dua fase terpisah pesat selama tahap pencucian.

  Sebuah pilihan pelarut untuk ekstraksi minyak harus dibuat atas dasar beberapa faktor tambahan diantaranya ; volatilitas, reaktifitas , kemampuan untuk membentuk sistem dua fase dengan air (untuk menghilangkan kandungan nonlipid), dan harga yang terjangkau.

  Teknik dengan penggunaan larutan heksana : isopropanol (3:2) memiliki beberapa sifat yang diinginkan yaitu setelah penguapan hingga kering (pemekatan) minyak yang diperoleh tidak megandung komponen nonlipid (Hara,a.1978).

  2.7.4 Oksidasi Minyak Ikan

  Ikan mengandung lemak dengan persentase yang berbeda dan sebagian besar berupa lemak tidak jenuh yang memiliki beberapa ikatan rangkap. Lemak dengan ikatan rangkap demikian bersifat tidak stabil dan relatif mudah mengalami proses oksidasi. Selama penyimpanan, reaksi oksidasi yang terjadi akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berperan pada pembentukan aroma, cita rasa dan penampakan.

  Oksidasi minyak pada lemak merupakan penyebab utama penurunan kualitas pada ikan segar yang disimpan pada suhu rendah. Mikroba dan enzim yang dihasilkannya dapat berperan dalam proses ketengikan lemak, tetapi proses oksidasi lemak lebih dominan sebagai penyebab proses ketengikan (Liviawaty,E, 2010).

  Komponen dibentuk pada tahap awal autoksidasi adalah hidroperoksida, dan ini juga produk dibentuk pada oksidasi katalisis lipoksigenase. Meskipun hidroperoksida adalah tidak mudah menguap dan tidak berbau, mereka adalah senyawa yang relatif tidak stabil dan mereka baik secara spontan untuk mendekomposisi atau dalam reaksi katalis untuk membentuk senyawa aroma yang mudah menguap, yang dianggap aroma-tak sedap.

2.7.5 Penghambatan Autoksidasi

  Proses rantai radikal bebas dari autoksidasi dapat dihambat oleh dua kategori inhibitor: rantai-melanggar inhibitor (atau antioksidan) dan inhibitorpencegahan. Rantai-melanggar / antioksidan AH menangkap radikal bebas (·LOO, ·LO) mengganggu reaksi propagasi reaksi (1)dan (1’) dan membentuk sebuah antioksidan radikal A· semacam reaktivitas rendah yang selanjutnya tidak bereaksi dengan lipida terjadi.

  Peredam radikal biasanya menyumbangkan satu elektron dengan elektron tidak berpasangan dari radikal bebas. Polifenol sangat aktif untuk hal tersebut.

  · LOO + AH LOOH + A· (1) ·LO + AH LOH + A · (1’)

  A · + LOOH AH + LOO· A · + LOO· AOOL A · + A · produk non radikal A · + LH AH + L·

  AH + LOOH A· + LO· + H O

  2 AH + O A· + HO

·

  2

  

2

AOOL AO· + LO·

  A· + O AOO·

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Simplisia Daun Tumbuhan Kecapi (Sandoricum Koetjape Merr.) Dalam Sediaan Gel

11 107 80

Karakterisasi Simplisia, Skrining Fitokimia, Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Flavonoida Dari Herba Tumbuhan Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.)

4 62 101

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan - Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas AntioksidanN Ekstrak Etanol Daun Cincau Perdu

0 1 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan - Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Majakani (Quercus Infectoria G. Olivier) Terhadap Tikus Putih Yang Diinduksi Karagenan

0 0 27

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Benalu Kakao (Dendropthoe pentandra (L.) Miq.) - Uji Skrining Fitokimia, Aktivitas Antioksidan Dan Antibakteri Ekstrak Metanol, Etil Asetat Dan N-Heksana Daun Benalu Kakao(Dendrophthoe Pentandra (L.) Miq.)

0 0 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan - Uji Efektivitas Antialergi Ekstrak Etanol Daun Nimba (Azadirachta indica A. Juss.) pada Mencit yang Diinduksi dengan Ovalbumin

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bakteri - Perbandingan Uji Aktivitas Antibakteri Antara Ekstrak Etanol Dari Serbuk Dan Serbuk Nano Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav.) Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Escherichia Coli

0 1 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan - Karakterisasi Simplisia, Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol dari Beberapa Jenis Kulit Jeruk

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Tumbuhan - Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-heksana Etilasetat dan Etanol Dari Rumput Laut Coklat (Sargassum polycystum C.Agardh.) Terhadap Bakteri Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis

0 0 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan - Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Beras Merah (Oryza sativa L. var Kuku Balam Merah) Dengan Berbagai Cara Pemasakan

0 0 13