BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perilaku Produsen Keripik Industri Rumah Tangga Di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makanan Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Pembangunan sektor industri secara nasional diarahkan untuk mendorong terciptanya struktur ekonomi yang seimbang dan kokoh yang meliputi aspek perubahan ekonomi. Tingkat perkembangan sektor industri di Indonesia masih relatif rendah. Namun disadari bahwa pengembangan industri besar dan industri kecil bukan saja penting bagi suatu jalur ke arah pemerataan hasil-hasil pembangunan, tetapi juga sebagai suatu unsur pokok dari seluruh struktur industri di Indonesia yang dengan investasi kecil dapat berproduksi secara efektif serta dapat pula menyerap tenaga kerja. Keberadaannya yang sebagian besar di daerah pedesaan tentunya menjadikan industri kecil dapat memberikan sumbangan bagi daerahnya (Tambunan, 1999).

  Dunia industri makanan merupakan salah satu peluang usaha yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena manusia tidak dapat lepas dari makanan. Manusia dan makanan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dimana ada manusia maka di tempat tersebut harus ada makanan. Hal ini karena makan telah dijadikan sebagai kebutuhan primer bagi manusia. Peluang usaha yang menjadi mata pencaharian untuk menutupi kebutuhan hidup memang sangat beragam. Banyak hal yang dapat dilakukan tergantung kreativitas kita masing-masing dalam menghadapi kehidupan yang semakin ketat tingkat persaingannya, salah satunya adalah industri rumah tangga. Namun sedikit yang berpikiran untuk menekuni dunia industri makanan sebagai sumber income kehidupan.

  Dalam dunia usaha, nama produk atau lebih dikenal sebagai merek merupakan ujung tombak sebuah pemasaran produk. Ketika suatu produk dipasarkan dan diterima masyarakat dengan baik maka yang akan diingat pertama kali oleh konsumen adalah namanya. Dalam kemasan produk selain mencantumkan merek/label produsen juga harus mencantumkan informasi yang lengkap dalam kemasan produk secara detail. Hal ini bertujuan agar konsumen tidak ragu untuk mengkonsumsinya. Pencantuman komposisi bahan baku selain berguna untuk memberikan pendidikan kepada konsumen juga akan sangat berguna dalam proses pengurusan izin, baik izin P-IRT, sertifikat halal, maupun izin SIUP (Nur’an, 2011).

  Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 69 tahun 1999 tentang Label Pangan bahwa setiap orang yang memproduksi atau menghasilkan pangan yang dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label pada, didalam, dan atau dikemasan pangan, dilarang mencantumkan label yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pelabelan ini adalah agar masyarakat yang membeli dan mengkonsumsi pangan memperoleh informasi yang benar dan jelas tentang setiap produk pangan yang dikemas baik menyangkut asal, keamanan, mutu, kandungan gizi maupun keterangan lain yang diperlukan sebelum memutuskan akan membeli dan mengkonsumsi pangan tersebut (BPOM, 1999 ).

  Belakangan ini, Indonesia seperti kebanjiran barang-barang impor termasuk makanan dalam kemasan mulai dari keripik, biskuit, minuman ringan, cokelat, hingga susu bisa dengan mudah ditemui di berbagai supermarket harganya pun cukup menarik. Tapi sebagian konsumen tidak memperdulikan label yang tercantum dalam kemasan bahkan asal beli saja tanpa diperhatikan dulu kandungan serta bahan-bahan yang terdapat dalam makanan tersebut (Admin, 2010).

  Di Kecamatan Tegal Ombo, Kabupaten Pacitan sedikitnya 39 siswa SDN 01 Gedangan mengalami keracunan massal makanan ringan secara bersamaan disebabkan karena mengkonsumsi keripik singkong tanpa merek. Sekitar 19 siswa mendapatkan perawatan intensif di Puskesmas Tegal Ombo karena kondisinya yang lemah dan mengalami dehidrasi. Pada awalnya setelah usai upacara sekolah para siswa tergiur dengan makanan ringan seharga Rp. 500 dikarenakan dalam kemasan makanan terdapat hadiah dengan nominal uang Rp. 1000 hingga Rp. 2000 per bungkus yang dijual di warung dekat sekolah. Sayangnya bukan hadiah yang mereka peroleh, melainkan rasa mual, muntah, gemetar, serta kondisi tubuhnya semakin melemas. Untuk mengetahui lebih lanjut Dinas Kesehatan setempat telah mengambil sampel dan dibawa ke laboratorium, dan yang lebih jelas dalam kemasan makanan tidak ditemukan kode daftar Dinas Kesehatan, nama perusahaan maupun kode produksi dan tanggal kadaluwarsanya (Surya, 2009).

  Di Wonogiri, terdapat juga 4 orang terdiri dari istri pegawai, suami pegawai dan anggota DPRD Wonogiri, keracunan makanan setelah makan keripik gadung yang dijual pedagang keliling. Akibat keracunan tersebut korban ada yang dirawat di rumah sakit (Sudarsono, 2011).

  Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kiswanto tahun 2004 terhadap 16 makanan jajanan dalam kemasan, produsen belum menerapkan semua ketentuan label yang diwajibkan. Sebagian produsen hanya mencantumkan merek dagang, nomor pendaftaran, berat bersih serta komposisi, sedangkan kode produksi dan tanggal kadaluwarsa masih terlalu sulit untuk diterapkan dikalangan industri rumah tangga.

  Salah satu jenis makanan ringan yang banyak beredar di masyarakat dan menjadi makanan favorit di Indonesia adalah keripik. Sebagai salah satu makanan ringan tradisional yang banyak digemari. Tidak perlu upaya keras untuk mengenalkannya karena keripik sudah menjadi camilan sehari-hari. Di pasaran keripik muncul dengan berbagai variasi dan tampilan rasa modern menjadi pilihan praktis. Ada yang membuat keripik yang direbus terlebih dahulu, diparut, hanya diiris biasa, atau direndam di air kapur sirih. Aneka olahan keripik ini dikemas dengan menggunakan kemasan yang cukup menarik sehingga menimbulkan minat konsumen untuk membelinya. Sementara di pasaran sekarang banyak beredar jenis keripik dalam bungkus yang menarik menggunakan plastik dan aluminium. Di kaki lima dengan menggunakan gerobak keripik siap saji dijual sesuai dengan keinginan pembeli. Penjualan curah keripik tetap punya konsumen tersendiri meski dari sisi keuntungan tidak sebesar dengan menggunakan kemasan. Keunggulan dari keripik ini adalah disamping rasanya yang gurih, renyah, juga karena harganya yang sangat terjangkau dan mudah didapatkan dimanapun (Anwar, 2011).

  Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan penulis, di Tanjung Morawa terdapat 14 industri rumah tangga keripik. Dalam proses produksi keripik rata-rata produsen keripik industri rumah tangga menghasilkan ± 150 kg keripik untuk satu kali penggorengan. Produksi keripik dilakukan 1-2 kali seminggu, hasil penggorengan keripik dalam sebulan kadang habis terjual. Apabila hasil produksi keripik selama satu bulan masih ada yang belum terjual maka sisa produksi dijual kembali untuk bulan depan. Jika sisa produksi mencapai lebih dari setengah jumlah hasil produksi selama sebulan, maka untuk bulan depan penggorengan dilakukan seminggu sekali bahkan tidak ada penggorengan, karena daya tahan keripik hanya sampai 3 bulan, maka lewat dari 3 bulan sisa produksi dikumpulkan lalu dibakar.

  Kemasan yang digunakan adalah plastik. 5 dari 14 produsen keripik industri rumah tangga sudah pernah mengikuti pembinaan industri rumah tangga seperti penyuluhan tentang pelabelan pangan, cara produksi pangan yang baik untuk industri rumah tangga, yang merupakan hasil kerjasama antara BPOM dan Dinas Kesehatan. Dari hasil penyuluhan tersebut produsen sudah mendapatkan informasi apa saja yang harus dicantumkan pada label kemasan produk sekurang-kurangnya mencantumkan (1) nama makanana,(2) daftar bahan makanan, (3) nomor pendaftaran, (4) berat bersih atau isi bersih, (5) tanggal kadaluwarsa, (6) nama dan alamat pihak yang memproduksi, (7) kode produksi. Namun dalam hal pengemasan kenyataannya produsen keripik belum mencantumkan label kemasan, seperti kode produksi, tanggal kadaluwarsa dan alamat pihak yang memproduksi. Sebagian keripik juga menggunakan zat pewarna tetapi produsen juga tidak mencantumkan jenis zat pewarna yang digunakan pada kemasan. Sementara peranan label pada suatu produk sangat penting untuk memperoleh produk yang sesuai dengan yang diharapkan konsumen. Label produk yang dijamin kebenarannya akan memudahkan konsumen dalam menentukan beragam produk yang akan dibeli.

  Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang perilaku produsen keripik industri rumah tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tentang label makanan.

  1.2 Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalahnya adalah bagaimana perilaku produsen keripik industri rumah tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tentang label makanan Tahun 2012.

  1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1.Tujuan Umum

  Untuk mengetahui perilaku produsen keripik industri rumah tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tentang label makanan Tahun 2012.

  1.3.2.Tujuan Khusus 1.

  Untuk mengetahui pengetahuan produsen keripik industri rumah tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tentang label makanan tahun 2012.

  2. Untuk mengetahui sikap produsen keripik industri rumah tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tentang lebel makanan tahun 2012.

  3. Untuk mengetahui tindakan produsen keripik industri rumah tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tentang label makanan tahun 2012.

1.4 Manfaat Penelitian

  Memberikan masukan dan informasi tentang label makanan bagi masyarakat (konsumen), Dinas Perindustrian, Dinas Kesehatan, dan BPOM.

Dokumen yang terkait

Perilaku Produsen Keripik Industri Rumah Tangga Di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makanan Tahun 2012

6 59 92

Strategi Pemasaran Keripik Singkong Industri Rumah Tangga Cap Kelinci Di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

32 216 80

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan salah satu tahap yang penting dalam siklus kehidupan - Studi Kualitatif Tentang Pernikahan Usia Dini Pada Masyarakat Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang

0 0 22

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Rumah Tangga Di Kabupaten Serdang Bedagai Dengan Pendekatan Regresi Logistik

0 1 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Gambaran Perilaku Petugas Rawat Inap Dalam Pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) Di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012

0 0 7

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perencanaan Bisnis Keripik Kentang

0 0 9

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor – Faktor yang Memengaruhi Perilaku dalam Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi saat Menstruasi pada Siswi SMP PGRI 58 Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Gambaran Perilaku Pencarian Pelayanan Pengobatan Pada Masyarakat Dusun VI Desa Patumbak Kampung Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Ringan - Perilaku Produsen Keripik Industri Rumah Tangga Di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makanan Tahun 2012

0 0 17