Perilaku Produsen Keripik Industri Rumah Tangga Di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makanan Tahun 2012

(1)

PERILAKU PRODUSEN KERIPIK INDUSTRI RUMAH TANGGA DI TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

TENTANG LABEL MAKANAN TAHUN 2012

SKRIPSI

OLEH :

NURJANNAH 091000247

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

PERILAKU PRODUSEN KERIPIK INDUSTRI RUMAH TANGGA DI TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

TENTANG LABEL MAKANAN TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NURJANNAH NIM. 091000247

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

PERILAKU PRODUSEN KERIPIK INDUSTRI RUMAH TANGGA DI TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

TENTANG LABEL MAKANAN TAHUN 2012

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh : NURJANNAH

NIM. 091000247

Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 19 Juli 2012

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dra. Jumirah, Apt, MKes Fitri Ardiani, SKM, MPH NIP. 19580315 198811 2 001 NIP. 19820729 200812 2 002

Penguji II Penguji III

dr. Mhd. Arifin Siregar, MS Ernawati Nasution, SKM, MKes NIP. 19581111 198703 1 004 NIP. 19700212 199501 2 001

Medan, Juli 2012

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 19610831 198903 1 001


(4)

ABSTRAK

Label pangan hasil industri rumah tangga sekurang-kurangnya harus mencantumkan keterangan tentang nama produk, daftar bahan makanan, berat bersih atau isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi, tanggal kadaluwarsa, kode produksi dan nomor sertifikasi produksi (P-IRT). Hal ini bertujuan agar masyarakat yang membeli dan mengonsumsi pangan memperoleh informasi yang benar dan jelas tentang setiap produk pangan yang dikemas baik menyangkut asal, keamanan, mutu,maupun keterangan lain yang diperlukan sebelum memutuskan akan membeli dan mengkonsumsi pangan tersebut.

Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui perilaku produsen keripik industri rumah tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tentang label makanan tahun 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh produsen keripik industri rumah tangga yang berjumlah 14 produsen di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Sampel ditentukan secara total sampling. Data diperoleh melalui proses wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada produsen keripik industri rumah tangga.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum produsen memiliki pengetahuan baik tentang label makanan sebesar 64,2%, dan memiliki sikap baik tentang label makanan sebesar 85,7%, sedangkan dalam hal tindakan produsen memiliki kategori sedang tentang label makanan sebesar 92,9%.

Disarankan kepada produsen keripik industri rumah tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tahun 2012 agar lebih menerapkan informasi label makanan pada kemasan, dan kepada pihak Dinas Kesehatan, Balai POM lebih memperhatikan dan mengawasi setiap produk yang dikeluarkan oleh produsen.


(5)

ABSTRACT

Food labels products that the household industry at least include a description of the product name, list of food ingredients, netto, name and address of the producer, expired date, production code and production certification number. This point is aimed for the customer and all society who would consume the food product must be getting clear and correct information about food product it self made concern an essensial, security, quality, and also great explanation before deciding when to buy and consume it.

This study was descriptive, research aims to determine the behavior of household producer of industrial chips in Deli Serdang Regional Tanjung Morawa on food labels in 2012. The population in this research were all industrial producer of chips, amount 14 producer in Deli Serdang Regional Tanjung Morawa. This research was using total sampling. Data obtained through interviews by using questionnaires to household producer of industrial chips.

The results of the study showed that generally the producer has a good category of knowledge about the food label of 64.2%, and has a good category attitude about the food label of 85, 7%, mean while an actions producer in a medium category of food label 92.9%.

Suggested to the producer of household industry chips in Deli Serdang Regional Tanjung Morawa in 2012 to apply the information food label on the packaging, and to the Public Health Service, BPOM, is expected to pay more attention to and monitoring any products of producer.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nurjannah

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Bersaudara : 7 (Tujuh) bersaudara

Alamat Rumah : Jalan Setia Budi Pasar 1 Gg. Anyelir IV Medan Alamat Orang Tua : Desa Bolatan, Padang Lawas Utara

Riwayat Pendidikan : 1.SD Negeri Situmbaga, Kab. Padang Lawas Utara 2. MTs Negeri Sabungan, Kec. Sei Kanan, Kab.

Labuahan Batu

3. SMK Negeri 1 Rantau Prapat

4. Akademi Kebidanan Widya Husada Medan 5. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Perilaku Produsen Keripik Industri Rumah Tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makanan Tahun 2012”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, Ayah H.Burhanuddin Hasibuan dan Ibu Hj. Hotna Siregar yang tiada henti memberikan kasih sayang, mendoakan penulis, serta selalu memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis dalam menuliskan skripsi ini.

Selanjutnya tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU.


(8)

4. Ibu Dra. Jumirah, Apt. M.Kes selaku dosen pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan selalu sabar dalam memberikan pengarahan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Fitri Ardiani, SKM. MPH selaku dosen pembimbing II dan penguji I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan selalu sabar dalam memberikan pengarahan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak dr. M. Arifin Siregar MS selaku dosen penguji II yang telah banyak

memberikan saran yang membangun dan arahan dalam penulisan skripsi ini. 7. Ibu Ernawati Nasution, SKM. M.Kes selaku dosen Penguji III dan selaku

Sekretaris Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU yang telah banyak memberikan saran yang membangun dan arahan dalam penulisan skripsi ini. 8. Ibu Dra. Syarifah. MS selaku dosen Pembimbing Akademik penulis.

9. Seluruh dosen dan pegawai administrasi di lingkungan FKM USU khususnya dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU dan Bapak Marihot Samosir S.T. yang telah sabar memberi masukan serta membantu penulis dalam segala urusan administrasi.

10.Bapak Drs. Zainal A. Hutagalung selaku Camat Tanjung Morawa dan seluruh tenaga kerja di Kecamatan Tanjung Morawa yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah banyak meluangkan waktunya serta membantu penulis dalam penulisan skripsi ini

11.Kakak dan Adikku tersayang yang selalu memberikan doa dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.


(9)

12.Teman-temanku dari peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Yusi Febrina, Restu Lia, Cut Nahri, Endang Mariana, Dinnya, Tami, Diza, Oza, Uci, Dhiba, Dewi, Riska, Ervina, Rina, Reni, Riama, Junita, Iti, Ivo, Cristine dan teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dalam memberikan saran dan kritik yang membangun sehingga menambah inspirasi penulis untuk penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2012 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 6

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.2.1. Tujuan Umum ... 6

1.2.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4.Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Makanan Ringan ... 7

2.2. Pelabelan ... 9

2.3. Informasi Pada Label ... 11

2.4. Klaim Pada Label pangan ... 14


(11)

2.4.2. Klaim Kesehatan ... 15

2.5. Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) ... 15

2.6. Cara Produksi Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga ... 18

2.7. Konsep Perilaku Kesehatan ... 19

2.7.1. Pengetahuan ... 20

2.7.2. Sikap ... 21

2.7.3. Tindakan ... 22

2.8. Kerangka Konsep ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1. Jenis Penelitian ... 24

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

3.2.1. Lokasi penelitian ... 24

3.2.2. Waktu Penelitian ... 24

3.3. Populasi dan Sampel ... 24

3.3.1. Populasi ... 24

3.3.2. Sampel ... 25

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 25

3.4.1. Data Primer ... 25

3.4.2. Data Skunder ... 25

3.5. Instrumen Penelitian ... 25

3.6. Defenisi Operasional ... 25

3.7. Aspek Pengukuran ... 26

3.8. Metode Pengumpulan Data ... 28


(12)

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 29

4.1. Gambaran Umum Produkn Industri Rumah Tangga ... 29

4.2. Karakteristik Produsen Keripik Industri Rumah Tangga ... 29

4.2.1. Jenis Kelamin Produsen ... 29

4.2.2. Umur Produsen ... 30

4.2.3. Pendidikan produsen ... 31

4.2.4. Penghasilan Produsen ... 31

4.3. Pengetahuan Produsen ... 32

4.4. Sikap Produsen ... 35

4.5. Tindakan Produsen... 37

4.6. Kaitan Antara Pengetahuan, sikap dan Tindakan Produsen Keripik .... 39

4.6.1. Kaitan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Produsen Keripik ... 39

4.6.2. Kaitan Antara Pengetahuan Dengan Tindakan Produsen Keripik 40 4.6.3. Kaitan Antara Sikap Dengan Tindakan Produsen Keripik ... 41

BAB V PEMBAHASAN ... 42

5.1. Pengetahuan Produsen Keripik Tentang Label Makanan... 42

5.2. Sikap Produsen Keripik Tentang Label Makanan ... 46

5.3. Tindakan Produsen Keripik Tentang Label Makanan ... 49

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

6.1. Kesimpulan ... 54

6.2. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Produsen

Keripik Industri Rumah Tangga Di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makanan Tahun 2012 ... 31 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Produsen Keripik Industri Rumah Tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makanan Tahun 2012 ... 32 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Produsen

Keripik Industri Rumah Tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makanan Tahun 2012 ... 33 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Sikap Produsen

Keripik Industri Rumah Tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makanan Tahun 2012 ... 35 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Produsen Keripik

Industri Rumah Tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makanan Tahun 2012... 36 Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Tindakan

Produsen Keripik Industri Rumah Tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makanan Tahun 2012 ... 37 Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tindakan Produsen Keripik

Industri Rumah Tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makanan Tahun 2012 ... 38 Table 4.8. Hasil Format Pedoman Observasi Produsen Keripik Industri

Rumah Tangga Di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makanan Tahun 2012 ... 39 Tabel 4.9. Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Produsen Dengan Sikap

Produsen Industri Rumah Tangga Di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makakan Tahun 2012 ... 40


(14)

Tabel 4.10. Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Produsen Dengan Tindakan Produsen Industri Rumah Tangga Di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makanan Tahun 2012 ... 40 Tabel 4.11. Tabulasi Silang Antara Sikap Produsen Dengan Tindakan

Produsen Industri Rumah Tangga Di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makanan Tahun 2012 ... 41


(15)

DAFTAR GAMBAR


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Kuesioner Lampiran II Master Data

Lampiran III Surat Izin Penelitian Lampiran IV Surat Balasan Penelitian Lampiran V Dokumentasi Penelitian


(17)

ABSTRAK

Label pangan hasil industri rumah tangga sekurang-kurangnya harus mencantumkan keterangan tentang nama produk, daftar bahan makanan, berat bersih atau isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi, tanggal kadaluwarsa, kode produksi dan nomor sertifikasi produksi (P-IRT). Hal ini bertujuan agar masyarakat yang membeli dan mengonsumsi pangan memperoleh informasi yang benar dan jelas tentang setiap produk pangan yang dikemas baik menyangkut asal, keamanan, mutu,maupun keterangan lain yang diperlukan sebelum memutuskan akan membeli dan mengkonsumsi pangan tersebut.

Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui perilaku produsen keripik industri rumah tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tentang label makanan tahun 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh produsen keripik industri rumah tangga yang berjumlah 14 produsen di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Sampel ditentukan secara total sampling. Data diperoleh melalui proses wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada produsen keripik industri rumah tangga.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum produsen memiliki pengetahuan baik tentang label makanan sebesar 64,2%, dan memiliki sikap baik tentang label makanan sebesar 85,7%, sedangkan dalam hal tindakan produsen memiliki kategori sedang tentang label makanan sebesar 92,9%.

Disarankan kepada produsen keripik industri rumah tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tahun 2012 agar lebih menerapkan informasi label makanan pada kemasan, dan kepada pihak Dinas Kesehatan, Balai POM lebih memperhatikan dan mengawasi setiap produk yang dikeluarkan oleh produsen.


(18)

ABSTRACT

Food labels products that the household industry at least include a description of the product name, list of food ingredients, netto, name and address of the producer, expired date, production code and production certification number. This point is aimed for the customer and all society who would consume the food product must be getting clear and correct information about food product it self made concern an essensial, security, quality, and also great explanation before deciding when to buy and consume it.

This study was descriptive, research aims to determine the behavior of household producer of industrial chips in Deli Serdang Regional Tanjung Morawa on food labels in 2012. The population in this research were all industrial producer of chips, amount 14 producer in Deli Serdang Regional Tanjung Morawa. This research was using total sampling. Data obtained through interviews by using questionnaires to household producer of industrial chips.

The results of the study showed that generally the producer has a good category of knowledge about the food label of 64.2%, and has a good category attitude about the food label of 85, 7%, mean while an actions producer in a medium category of food label 92.9%.

Suggested to the producer of household industry chips in Deli Serdang Regional Tanjung Morawa in 2012 to apply the information food label on the packaging, and to the Public Health Service, BPOM, is expected to pay more attention to and monitoring any products of producer.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan sektor industri secara nasional diarahkan untuk mendorong terciptanya struktur ekonomi yang seimbang dan kokoh yang meliputi aspek perubahan ekonomi. Tingkat perkembangan sektor industri di Indonesia masih relatif rendah. Namun disadari bahwa pengembangan industri besar dan industri kecil bukan saja penting bagi suatu jalur ke arah pemerataan hasil-hasil pembangunan, tetapi juga sebagai suatu unsur pokok dari seluruh struktur industri di Indonesia yang dengan investasi kecil dapat berproduksi secara efektif serta dapat pula menyerap tenaga kerja. Keberadaannya yang sebagian besar di daerah pedesaan tentunya menjadikan industri kecil dapat memberikan sumbangan bagi daerahnya (Tambunan, 1999).

Dunia industri makanan merupakan salah satu peluang usaha yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena manusia tidak dapat lepas dari makanan. Manusia dan makanan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dimana ada manusia maka di tempat tersebut harus ada makanan. Hal ini karena makan telah dijadikan sebagai kebutuhan primer bagi manusia. Peluang usaha yang menjadi mata pencaharian untuk menutupi kebutuhan hidup memang sangat beragam. Banyak hal yang dapat dilakukan tergantung kreativitas kita masing-masing dalam menghadapi kehidupan yang semakin ketat tingkat persaingannya, salah satunya adalah industri rumah tangga. Namun sedikit yang berpikiran untuk menekuni dunia industri makanan sebagai sumber income kehidupan.


(20)

Dalam dunia usaha, nama produk atau lebih dikenal sebagai merek merupakan ujung tombak sebuah pemasaran produk. Ketika suatu produk dipasarkan dan diterima masyarakat dengan baik maka yang akan diingat pertama kali oleh konsumen adalah namanya. Dalam kemasan produk selain mencantumkan merek/label produsen juga harus mencantumkan informasi yang lengkap dalam kemasan produk secara detail. Hal ini bertujuan agar konsumen tidak ragu untuk mengkonsumsinya. Pencantuman komposisi bahan baku selain berguna untuk memberikan pendidikan kepada konsumen juga akan sangat berguna dalam proses pengurusan izin, baik izin P-IRT, sertifikat halal, maupun izin SIUP (Nur’an, 2011).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 69 tahun 1999 tentang Label Pangan bahwa setiap orang yang memproduksi atau menghasilkan pangan yang dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label pada, didalam, dan atau dikemasan pangan, dilarang mencantumkan label yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pelabelan ini adalah agar masyarakat yang membeli dan mengkonsumsi pangan memperoleh informasi yang benar dan jelas tentang setiap produk pangan yang dikemas baik menyangkut asal, keamanan, mutu, kandungan gizi maupun keterangan lain yang diperlukan sebelum memutuskan akan membeli dan mengkonsumsi pangan tersebut (BPOM, 1999 ).

Belakangan ini, Indonesia seperti kebanjiran barang-barang impor termasuk makanan dalam kemasan mulai dari keripik, biskuit, minuman ringan, cokelat, hingga susu bisa dengan mudah ditemui di berbagai supermarket harganya pun cukup menarik. Tapi sebagian konsumen tidak memperdulikan label yang tercantum dalam


(21)

kemasan bahkan asal beli saja tanpa diperhatikan dulu kandungan serta bahan-bahan yang terdapat dalam makanan tersebut (Admin, 2010).

Di Kecamatan Tegal Ombo, Kabupaten Pacitan sedikitnya 39 siswa SDN 01 Gedangan mengalami keracunan massal makanan ringan secara bersamaan disebabkan karena mengkonsumsi keripik singkong tanpa merek. Sekitar 19 siswa mendapatkan perawatan intensif di Puskesmas Tegal Ombo karena kondisinya yang lemah dan mengalami dehidrasi. Pada awalnya setelah usai upacara sekolah para siswa tergiur dengan makanan ringan seharga Rp. 500 dikarenakan dalam kemasan makanan terdapat hadiah dengan nominal uang Rp. 1000 hingga Rp. 2000 per bungkus yang dijual di warung dekat sekolah. Sayangnya bukan hadiah yang mereka peroleh, melainkan rasa mual, muntah, gemetar, serta kondisi tubuhnya semakin melemas. Untuk mengetahui lebih lanjut Dinas Kesehatan setempat telah mengambil sampel dan dibawa ke laboratorium, dan yang lebih jelas dalam kemasan makanan tidak ditemukan kode daftar Dinas Kesehatan, nama perusahaan maupun kode produksi dan tanggal kadaluwarsanya (Surya, 2009).

Di Wonogiri, terdapat juga 4 orang terdiri dari istri pegawai, suami pegawai dan anggota DPRD Wonogiri, keracunan makanan setelah makan keripik gadung yang dijual pedagang keliling. Akibat keracunan tersebut korban ada yang dirawat di rumah sakit (Sudarsono, 2011).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kiswanto tahun 2004 terhadap 16 makanan jajanan dalam kemasan, produsen belum menerapkan semua ketentuan label yang diwajibkan. Sebagian produsen hanya mencantumkan merek dagang, nomor


(22)

pendaftaran, berat bersih serta komposisi, sedangkan kode produksi dan tanggal kadaluwarsa masih terlalu sulit untuk diterapkan dikalangan industri rumah tangga.

Salah satu jenis makanan ringan yang banyak beredar di masyarakat dan menjadi makanan favorit di Indonesia adalah keripik. Sebagai salah satu makanan ringan tradisional yang banyak digemari. Tidak perlu upaya keras untuk mengenalkannya karena keripik sudah menjadi camilan sehari-hari. Di pasaran keripik muncul dengan berbagai variasi dan tampilan rasa modern menjadi pilihan praktis. Ada yang membuat keripik yang direbus terlebih dahulu, diparut, hanya diiris biasa, atau direndam di air kapur sirih. Aneka olahan keripik ini dikemas dengan menggunakan kemasan yang cukup menarik sehingga menimbulkan minat konsumen untuk membelinya. Sementara di pasaran sekarang banyak beredar jenis keripik dalam bungkus yang menarik menggunakan plastik dan aluminium. Di kaki lima dengan menggunakan gerobak keripik siap saji dijual sesuai dengan keinginan pembeli. Penjualan curah keripik tetap punya konsumen tersendiri meski dari sisi keuntungan tidak sebesar dengan menggunakan kemasan. Keunggulan dari keripik ini adalah disamping rasanya yang gurih, renyah, juga karena harganya yang sangat terjangkau dan mudah didapatkan dimanapun (Anwar, 2011).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan penulis, di Tanjung Morawa terdapat 14 industri rumah tangga keripik. Dalam proses produksi keripik rata-rata produsen keripik industri rumah tangga menghasilkan ± 150 kg keripik untuk satu kali penggorengan. Produksi keripik dilakukan 1-2 kali seminggu, hasil penggorengan keripik dalam sebulan kadang habis terjual. Apabila hasil produksi keripik selama satu bulan masih ada yang belum terjual maka sisa produksi dijual


(23)

kembali untuk bulan depan. Jika sisa produksi mencapai lebih dari setengah jumlah hasil produksi selama sebulan, maka untuk bulan depan penggorengan dilakukan seminggu sekali bahkan tidak ada penggorengan, karena daya tahan keripik hanya sampai 3 bulan, maka lewat dari 3 bulan sisa produksi dikumpulkan lalu dibakar. Kemasan yang digunakan adalah plastik. 5 dari 14 produsen keripik industri rumah tangga sudah pernah mengikuti pembinaan industri rumah tangga seperti penyuluhan tentang pelabelan pangan, cara produksi pangan yang baik untuk industri rumah tangga, yang merupakan hasil kerjasama antara BPOM dan Dinas Kesehatan. Dari hasil penyuluhan tersebut produsen sudah mendapatkan informasi apa saja yang harus dicantumkan pada label kemasan produk sekurang-kurangnya mencantumkan (1) nama makanana,(2) daftar bahan makanan, (3) nomor pendaftaran, (4) berat bersih atau isi bersih, (5) tanggal kadaluwarsa, (6) nama dan alamat pihak yang memproduksi, (7) kode produksi. Namun dalam hal pengemasan kenyataannya produsen keripik belum mencantumkan label kemasan, seperti kode produksi, tanggal kadaluwarsa dan alamat pihak yang memproduksi. Sebagian keripik juga menggunakan zat pewarna tetapi produsen juga tidak mencantumkan jenis zat pewarna yang digunakan pada kemasan. Sementara peranan label pada suatu produk sangat penting untuk memperoleh produk yang sesuai dengan yang diharapkan konsumen. Label produk yang dijamin kebenarannya akan memudahkan konsumen dalam menentukan beragam produk yang akan dibeli.

Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang perilaku produsen keripik industri rumah tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tentang label makanan.


(24)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalahnya adalah bagaimana perilaku produsen keripik industri rumah tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tentang label makanan Tahun 2012.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui perilaku produsen keripik industri rumah tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tentang label makanan Tahun 2012.

1.3.2.Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan produsen keripik industri rumah tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tentang label makanan tahun 2012. 2. Untuk mengetahui sikap produsen keripik industri rumah tangga di Tanjung

Morawa Kabupaten Deli Serdang tentang lebel makanan tahun 2012.

3. Untuk mengetahui tindakan produsen keripik industri rumah tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tentang label makanan tahun 2012. 1.4Manfaat Penelitian

Memberikan masukan dan informasi tentang label makanan bagi masyarakat (konsumen), Dinas Perindustrian, Dinas Kesehatan, dan BPOM.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Makanan Ringan

Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang menurut Maslow menduduki peringkat pertama dari sederet kebutuhan lain. Setiap individu membutuhkan sejumlah makanan untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Oleh ekonom, makanan dijadikan indikator tingkat kesejahteraan masyarakat. Makanan merupakan bagian budaya yang sangat penting (Khomsan, 2003).

Makanan ringan atau dikenal dengan sebutan snack food adalah makanan yang dikonsumsi selain atau antara waktu makan utama dalam sehari. Oleh karena itu, makanan ini biasa disebut snack yang berarti sesuatu yang dapat mengobati rasa lapar dan memberikan suplai energi yang cukup untuk tubuh (Anonim, 2007).

Makanan ringan yang dimaksudkan adalah untuk menghilangkan rasa lapar seseorang sementara waktu dan dapat memberi sedikit suplai energi ke tubuh atau merupakan sesuatu yang dimakan untuk dinikmati rasanya. Produk yang termasuk dalam kategori makanan ringan menurut Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.05.52.4040 Tanggal 9 Oktober 2006 tentang kategori pangan adalah semua makanan ringan yang berbahan dasar kentang, umbi, serealia, tepung atau pati (dari umbi dan kacang) dalam bentuk keripik, kerupuk, jipang. Selain itu pangan olahan yang berbasis ikan (dalam bentuk kerupuk atau keripik) juga masuk kedalam kategori makanan ringan (Putri, 2011).


(26)

Dewasa ini makanan ringan sudah menjadi bagian yang tidak dapat ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari. Terutama kalangan anak-anak dan remaja. Muchtadi (1998) menyatakan bahwa snack merupakan makanan ringan yang dikonsumsi dalam waktu antara ketiga makanan utama dalam sehari. Jenis makanan ringan sangat beragam dilihat dari segi bentuk maupun cara pengolahan dan penyajiannya, seperti keripik singkong, keripik kentang. Selain itu makanan ringan juga bisa dibedakan menjadi dua macam berdasarkan bahan baku yang digunakannya. Kelompok pertama yaitu kelompok makanan ringan yang menggunakan satu bahan pecita rasa seperti garam, gula, dan bumbu lainnya. Kelompok kedua yaitu kelompok makanan ringan yang menggunakan bahan baku dan bahan tambahan lain yang dicampur untuk memperoleh produk yang mempunyai nilai gizi yang baik, daya cerna dan mutu fisik atau organoleptik yang lebih tinggi. Campuran dari beberapa sumber pati seperti gandum, jagung dan beras, bahkan dicampur pula dengan kacang-kacangan seperti kedelai dan lainnya.

Makanan atau minuman yang dijual di tempat umum, terlebih dahulu telah dipersiapkan atau dimasak di tempat produksi, di rumah atau di tempat berjualan sehingga siap makan.

Makanan ringan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Konsumsi makanan ringan diperkirakan akan terus meningkat, mengingat makin terbatasnya waktu anggota keluarga untuk mengolah makanan sendiri. Keunggulan makanan ringan adalah murah dan mudah didapat, serta cita rasanya enak dan cocok dengan selera kebanyakan orang (Putri, 2011).


(27)

2.2 Pelabelan

Label merupakan informasi tentang produk yang melengkapi suatu kemasan yang berisi tulisan, tag, gambar, atau deskripsi lain yang tertulis, dicetak, distensile, diukir, dihias, atau dicantumkan dengan jalan apa pun, pemberian kesan yang melekat pada suatu wadah atau pengemas (Siagian, 2002).

Label makanan merupakan tanda berupa tulisan, gambar, kombinasi keduanya atau bentuk pernyataan lain yang disertakan pada wadah atau pembungkus makanan, ditempelkan pada produk sebagai keterangan atau penjelasan tentang makanan dan sebagai petunjuk keamanan makanan tersebut. Label makanan harus mencantumkan nilai gizi yaitu nilai gizi makanan yang diperkaya, nilai gizi makanan diet serta makanan lain yang ditetapkan oleh menteri kesehatan yang mencakup jumlah energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral atau kadar komposisi tertentu. Tulisan pada label makanan seharusnya mengikuti kaidah serta peraturan yang telah ditetapkan (Ardhi, 2012).

Adapun tujuan dari pelabelan secara garis besar adalah memberi informasi tentang isi produk yang diberi label tanpa harus membuka kemasan, berfungsi sebagai sarana komunikasi produsen kepada konsumen tentang hal-hal yang perlu diketahui oleh konsumen tentang produk tersebut terutama hal-hal yang kasat mata atau tak diketahui secara fisik, memberi petunjuk yang tepat pada konsumen hingga diperoleh fungsi produk yang optimum, sarana periklanan bagi produsen dan memberi rasa aman bagi konsumen (Siagian, 2002).

Mengingat label adalah alat penyampai informasi, sudah selayaknya informasi yang termuat pada label adalah sebenar-benarnya dan tidak menyesatkan. Hanya saja,


(28)

mengingat label juga berfungsi sebagai iklan, disamping sudah menjadi sifat manusia untuk mudah jatuh dalam kekhilafan dengan berbuat kecurangan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, maka perlu dibuat rambu-rambu yang mengatur. Dengan adanya rambu-rambu ini diharapkan fungsi label dalam memberi rasa aman pada konsumen dapat tercapai.

Berdasarkan Undang-Undang RI No.69 tahun 1999 tentang pasal 2 ayat 1, “Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan ke dalam wilayah Indonesia pangan yang dikemas untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label, didalam, dan atau di kemasan pangan”. Pada pasal yang sama ayat 2 “label memuat sekurang-kurangnya keterangan mengenai nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih atau isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke wilayah Indonesia, keterangan tentang halal, tanggal, bulan, dan tahun kadaluwarsa (BPOM, 2003).

Pelabelan ditulis berdasarkan pedoman yang meliputi kriteria penulisan yaitu : tulisan dengan huruf latin atau arab, ditulis dengan bahasa Indonesia dengan huruf latin atau arab, ditulis lengkap, jelas, mudah dibaca (ukuran huruf minimal 0,75 mm dan warna kontras), tidak boleh dicantumkan kata, tanda, gambar, dan sebagainya yang menyesatkan, tidak boleh dicantumkan referensi, nasihat, pertanyaan dari siapapun dengan tujuan menaikkan penjualan.


(29)

2.3 Informasi Pada Label

Dalam pedoman umum pelabelan pangan yang diterbitkan oleh Badan POM tahun 2003, label pangan yang dihasilkan IRT harus memenuhi ketentuan Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan harus mencantumkan label sekurang-kurangnya adalah :

1. Nama Makanan/ Nama Produk

Disamping nama makanan bisa dicantumkan nama dagang, ditulis menggunakan bahasa Indonesia. Nama produk pangan tidak boleh menyesatkan konsumen dan harus sesuai dengan pernyataan identitasnya misalnya “mie telur” tidak boleh digunakan untuk produk mie yang tidak mengandung telur.

Produk yang telah memenuhi persyaratan tentang nama produk pangan yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) dapat mencantumkan nama produk tersebut. Namun bila nama produk belum ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia, produk pangan yang bersangkutan dapat menggunakan nama jenis sesuai kategori yang ditetapkan oleh Kepala Badan POM.

2. Komposisi atau Daftar Bahan Makanan

Komposisi adalah keterangan mengenai jenis bahan apa saja yang digunakan dan ditambahkan dalam proses produksi pangan. Informasi ini dapat diletakkan pada bagian utama atau bagian informasi pada label pangan dengan tulisan yang jelas dan mudah dipahami.

Keterangan tentang daftar bahan pada label sebagai komposisi secara berurutan dimulai dari bagian yang terbanyak, kecuali vitamin, mineral, dan zat penambah gizi lainnya. Bahan yang digunakan sebagaimana yang dimaksud


(30)

menggunakan nama yang lazim/umum digunakan. Bahan tambahan makanan cukup dicantumkan dengan nama golongan, misalnya anti kempal, pemutih dan seterusnya.

3. Berat Bersih atau Isi Bersih

Berat bersih atau isi bersih adalah pernyataan pada label yang memberikan keterangan mengenai kuantitas atau jumlah produk makanan yang terdapat di dalam kemasan atau wadah. Pernyataan ini diletakkan pada bagian utama label dengan sebutan berat bersih untuk pangan padat, isi bersih untuk pangan cair. Untuk makanan semi padat atau kental dinyatakan dalam berat bersih/isi bersih. Penulisan berat bersih /isi bersih dinyatakan dalam satuan metric contohnya ; gram, kilogram.

Berat bersih / isi bersih dihitung berdasarkan jumlah produk pangan dalam kemasan atau wadah tanpa menghitung berat kemasan, pengemas dan bahan pelapis lainnya. Untuk menentukan berat bersih, maka berat rata-rata kemasan kosong dan setiap bahan penutup, pelapis yang digunakan.

4. Nama dan Alamat Pihak Yang Memproduksi

Keterangan ini harus mencantumkan nama dan alamat pihak yang memproduksi atau pengemas atau distributor.

5. Nomor Pendaftaran

Nomor pendaftaran adalah tanda atau nomor yang diberikan oleh Dinkes Kesehatan merupakan persetujuan keamanan, mutu, dan gizi serta label pangan dalam rangka peredaran pangan.


(31)

6. Kode Produksi

Kode produksi meliputi ; tanggal produksi dan angka atau huruf lain yang mencirikan ; batch, produksi.

7. Tanggal Kadaluwarsa

Tanggal kadaluwarsa adalah batas akhir suatu makanan dijamin mutunya sepanjang penyimpanannya. Tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa wajib dicantumkan secara jelas pada label, dimana pencantuman tanggal kadaluwarsa dilakukan setelah pencantuman tulisan. Baik digunakan sebelum. Untuk jenis produk yang tidak memerlukan tanggal kadaluwarsa misalnya ; sayur dan buah segar,minuman beralkohol, vinegar/cuka, gula/sukrosa, Bahan Tambahan Makanan (BTM) dengan masa simpan lebih dari 18 bulan serta roti dan kue dengan masa simpan kurang atau sama dengan 24 jam.

Tanggal kadaluwarsa memberikan informasi mengenai waktu dan tanggal yang menunjukkan suatu produk makanan masih memenuhi syarat mutu dan keamanan untuk dikonsumsi. Penulisan tanggal kadaluwarsa ini dilakukan oleh produsen atau pabrik yang memproduksi pangan tersebut. Cara pencantuman tanggal kadaluwarsa dan peringatannya adalah sebagai berikut :

1. Tanggal kadaluwarsa dinyatakan dalam tanggal, bulan, tahun, untuk pangan yang daya simpannya sampai 3 bulan.

2. Untuk yang lebih dari 3 bulan dinyatakan dalam bulan dan tahun.

3. Tanggal kadaluwarsa dicantumkan pada tempat yang jelas dan mudah terbaca, serta tidak mudah rusak atau terhapus.


(32)

2.4 Klaim Pada Label Pangan

Klaim adalah segala bentuk uraian yang menyatakan, menyarankan atau secara tidak langsung menyatakan perihal karakteristik tertentu, suatu pangan yang berkenaan dengan asal usul, kandungan gizi, sifat, produksi, pengolahan, komposisi atau faktor mutu lainnya (BPOM, 2011).

Klaim pada label pangan adalah pernyataan atau suatu gambaran yang menyatakan, menyarankan bahwa produk pangan mengandung zat dan manfaat tertentu atau bermanfaat terhadap kesehatan, contohnya pangan diet. Contoh pernyataan label pangan yang tidak benar adalah “mie telur”, namun kenyataannya mie tersebut tidak mengandung telur. Contoh lain yang menyesatkan konsumen adalah “sosis daging segar”, karena pernyataan segar hanya boleh digunakan untuk pangan yang tidak diproses, berasal dari satu ingredient dan menggambarkan pangan yang belum mengalami penurunan mutu secara keseluruhan.

2.4.1. Klaim Gizi

Menurut Suryani (2001) yang dikutip oleh Furqon (2008) klaim gizi adalah pernyataan yang secara langsung maupun implisit yang menunjukkan kandungan zat gizi yang baik dalam pangan. Pangan yang menyatakan sebagai sumber suatu zat tersebut sedikitnya 10-19% dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan persaji.

Bila pangan menyatakan tidak mengandung suatu zat gizi, misalnya natrium, lemak atau kolesterol, maka kandungan zat gizi tersebut harus dalam jumlah yang tidak bermakna sebagai zat gizi. Pangan yang secara alami tidak mengandung suatu zat gizi tidak perlu menyatakan tidak mengandung zat gizi tersebut.


(33)

2.4.2. Klaim Kesehatan

Klaim kesehatan adalah pernyataan yang menunjukkan adanya hubungan antara zat gizi atau senyawa lain dalam produk pangan dan penyakit atau kondisi kesehatan lainnya. Namun perlu diingat bahwa produk pangan bukanlah obat, dan tidak boleh direpresentasikan sebagai obat. Produk pangan tidak boleh memberikan klaim bisa mengobati suatu penyakit (Hariyadi, 2005).

Menurut Suryani (2001) yang dikutip oleh Forqon (2008) klaim kesehatan adalah klaim yang menyatakan hubungan pangan atau zat yang terkandung dalam pangan dengan kesehatan. Termasuk juga klaim membantu mengurangi resiko penyakit, dimana hubungan konsumsi pangan atau zat yang terkandung dalam pangan dengan pengurangan resiko berkembangnya suatu penyakit. Zat tersebut dapat berupa pangan atau komponen dalam pangan, termasuk vitamin, mineral, zat bioaktif atau lainnya.

2.5 Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT)

Untuk memperlancar operasional pelaksanaan berbagai kegiatan khususnya di bidang Sertifikasi Pangan Produksi Industri Rumah Tangga (SPP-IRT), maka setiap penyelenggaraan sertifikasi produk pangan industri rumah tangga wajib menggunakan pedoman tata cara penyelenggaraan Sertifikasi Pangan Produksi Industri Rumah Tangga yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan penyelenggaraan PP-IRT dalam rangka :

1. Meningkatkan pengetahuan produsen dan karyawan tentang pengolahan pangan dan peraturan per-UU di bidang keamanan pangan.


(34)

2. Menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan karyawan tentang pentingnya pengolahan pangan yang hygienis dan tanggung jawab terhadap keamanan konsumen.

3. Meningkatkan daya saing dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan PP-IRT.

Tata cara penyelenggaraan penyelenggaraan sertifikasi : 1. Pengajuan permohonan

a. Permohonan SPP-IRT ditujukan kepada Pemda c.q. Kadinkeskab/kota. b. Permohonan tidak dipenuhi bila jenis produksi adalah susu dan hasil

olahannya, daging, ikan, unggas, yang hasil olahannya yang memerlukan proses penyimpanan beku, pangan kaleng, pangan bayi, minuman beralkohol, air minum dalam kemasan (AMDK), pangan yang wajib SNI dan pangan yang ditetapkan Badan POM.

2. Pemohon wajib mengikuti penyuluhan keamanan pangan dan pemeriksaan sarana produksi.

3. Penyelenggaraan dan pelaksanaan penyuluhan keamanan pangan untuk SPP-IRT adalah Pemkab/kota c.q. Dinkeskabkot, yang dapat dilaksanakan bersama beberapa kab/kota. Tenaga penyuluh adalah yang telah mengikuti penyuluhan dan memiliki sertifikat penyuluh keamanan pangan yang dikeluarkan oleh Badan POM. Peserta penyuluhan adalah pemilik atau penjab PP-IRT yang lulus diberikan sertifikat penyuluhan keamanan pangan.

4. Pemeriksaan sarana produksi dilakukan oleh petugas yang berpredikat Sertifikasi Inspektur (yang dikeluarkan oleh Balai POM), pada Dinkeskab/kot


(35)

memeriksa sarana produki. Pemeriksaan haru sesuai dengan Pedoman Pemeriksaan Sarana Produksi PP-IRT (SK BPOM No HK.00.05.5.1641). 5. SPP-IRT

a. Sertifikat penyuluhan keamanan pangan diberikan kepada peserta yang lulus (minimal nilai cukup = 60), minimal satu orang pada setiap PP-IRT. b. Penomoran SP-IRT

• Terdiri dari 3 kolom dengan 9 digit nomor, contoh : 123 / 4567/ 89

Keterangan

• 123 = no urut tenaga yang sudah memperoleh sertifikat di dinkeskab/kot yang bersangkutan.

• 4567 = propinsi dan kab/kota • 89 = tahun penerbitan SPP-IRT.

c. SPP-IRT diberikan kepada tenaga yang telah memiliki SKPK dan telah diperiksa sarananya minimal dengan kategori cukup (nilai 60), dan setiap sertifikat untuk satu jenis pangan produksi PP-IRT.

Penomoran SPP-IRT terdiri dari 12 digit P-IRT No. 206737102025

Keterangan

• 2 = jenis kemasan plastik

• 06 = jenis pangan produk IRT, tepung dan hail olahannya • 73 dan 71 = kode propinsi dank ode kab/kota.


(36)

• 02 = jenis pangan yang kedua memperoleh SPP-IRT dari PP-IRT yang bersanangkutan.

• 025 = no urut PP-IRT pada kab/kot setempat. 6. Pencabutan Dan Pembatalan SPP-IRT

SPP-IRT dapat dicabut dan dibatalkan oleh Dinkeskab/kot apabila : pemilik / penjab melakukan pelanggaraan terhadap peraturan dibidang pangan, tidak sesuai nama dan alamat dengan SPP-IRT, produk pangan terbukti merugikan atau membahayakan kesehatan.

7. Sitem Pendataan dan Pelaporan

Penyelenggaraan SPP-IRT harus dilaporkan Dinkeskab/kota kepada Balai POM setempat dengan tembusan Dinkes Propinsi.

2.6 Cara Produksi Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT)

Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB) merupakan salah satu faktor yang penting untuk memenuhi standar mutu atau persyaratan yang ditetapkan untuk pangan yang berskala kecil, sedang, maupun yang berskala besar. Melalui CPPB ini, industri pangan dapat menghasilkan pangan yang bermutu, layak dikonsumsi dan aman bagi kesehatan. Dengan menghasilkan pangan yang bermutu aman untuk dikonsumsi, kepercayaan masyarakat niscaya akan meningkat dan industri pangan yang bersangkutan akan berkembang pesat. Berkembangnya industri pangan yang menghasilkan pangan yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi, maka masyarakat pada umumnya akan terlindung dari penyimpangan mutu pangan dan bahaya yang mengancam kesehatan.


(37)

Tujuannya untuk mengarahkan produsen industri rumah tangga agar dapat meghasilkan produksi pangan yang baik. Untuk menghasilkan produk yang bermutu dan aman, proses produksi harus dikendalikan dengan benar.pengendalian proses pangan industri rumah tangga dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Penetapan spesifikasi bahan baku

2. Penetapan komposisi dan formulasi bahan 3. Penetapan cara produksi yang baku

4. Penetapan jenis, ukuran dan spesifikasi kemasan

5. Penetapan keterangan lengkap tentang produk yang akan dihasilkan termasuk nama produk, tanggal produksi, tanggal kadaluwarsa (BPOM, 2003).

2.7 Konsep Perilaku Kesehatan

Perilaku dari pandangan biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri seperti berjalan, berbicara, bekerja dan lain-lain, bahkan kegiatan internal sendiri seperti berpikir. Dapat juga dikatakan bahwa perilaku itu adalah aktivitas organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung, seperti perilaku produsen keripik industri rumah tangga dalam menerapakan label makanan pada kemasan. Dimana tujuan pelabelan sangat penting bagi masyarakat untuk mengetahui informasi yang benar dan jelas tentang setiap produk yang akan dibeli (Notoatmodjo, 2003).

Perilaku individu meliputi segala sesuatu yang menjadi pengetahuannya yang menjadi sikapnya dan yang bisa dilakukannya. Menurut Rakhmat (2001) yang dikutip


(38)

oleh hamonangan (2006) menyatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dimilikinya serta dalam hal tertentu berupa materi.

2.7.1 Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Agustina (2002) yang dikutip oleh Hamonangan (2006) tingkat pengetahuan seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula dalam keadaan gizinya. Apabila pengetahuan akan keamanan pangan mereka tergolong rendah maka mustahil mereka dapat mengetahui secara sadar akan bahaya serta pengaruh-pengaruh negatif lainnya yang diakibatkan oleh konsumsi pangan.

Pengetahuan tentang pelabelan merupakan hal yang sangat penting bagi produsen. Karena pemahaman dan pengetahuan produsen dalam hal label akan memberikan hasil produksi yang aman dikonsumsi oleh konsumen dan sebagai nilai jual akan lebih tinggi. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih lama dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.


(39)

2.7.2 Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, obyek atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosional/afektif disamping itu komponen kognitif (pengetahuan tentang obyek itu) serta aspek konatif (kecenderungan bertindak) (Notoatmodjo, 2003).

Dari hasil penelitian yang dilakukan Kiswanto (2004) terhadap 16 sampel makanan ringan hasil industri rumah tangga, produsen belum mencerminkan sikap yang baik dalam mencntumkan informasi label seperti ; tanggal kadaluwarsa, kode produksi, belum terdapat dalam kemasan.

Fungsi sikap yaitu sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri, alat pengatur tingkah laku, alat pengatur pengalaman-pengalaman, pernyataan kepribadian.


(40)

2.7.3 Tindakan atau Praktek (Pratice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkannya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil terlebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap utuk menumbuhkan hubungan yang baik (Notoatmodjo, 2003).

Tindakan adalah kegiatan produsen memperhatikan label pada kemasan produk sebelum dijual atau dipasarkan. Menurut Hamonangan (2006 ) tindakan merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan apa yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan responden sangat erat kaitannya dengan sikap yang dimilikinya.


(41)

2.8 Kerangka Konsep

Untuk melihat gambaran perilaku produsen keripik industri rumah tangga tentang label makanan disajikan dalam kerangka konsep dibawah ini :

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Dari skema diatas dapat diihat bahwa pengetahuan, sikap dan tindakan produsen keripik industri rumah tangga saling berhubungan tentang label makanan.

Pengetahuan Produsen Keripik Industri Rumah Tangga Tentang Label Makanan

Sikap Produsen Keripik Industri Rumah Tangga Tentang Label Makanan

Tindakan Produsen Keripik Industri Rumah Tangga Tentang Label Makanan


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui perilaku produsen keripik industri rumah tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tentang label makanan Tahun 2012.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah di Kecamatan Tanjung Morawa banyak terdapat industri rumah tangga keripik dan beberapa diantaranya sudah mendapatkan pelatihan dari BPOM dan Dinas Kesehatan.

3.2.2Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret sampai dengan Mei 2012. 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh produsen keripik hasil industri rumah tangga yang berjumlah 14 produsen di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Data diperoleh dari hasil penelusuran yang telah dilakukan penulis pada saat survei pendahuluan.


(43)

3.3.2Sampel

Sampel ditentukan secara total sampling artinya seluruh produsen keripik yang berjumlah 14 industri rumah tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1Data Primer

Data yang diperoleh melalui proses wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap produsen keripik industri rumah tangga. Data primer meliputi data perilaku produsen keripik industri rumah tangga tentang label makanan.

3.4.2Data Skunder

Data skunder adalah data yang diperoleh dari Kantor Kecamatan Tanjung Morawa berupa data gambaran umum Tanjung Morawa.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah kuesioner dan pedoman observasi.

3.6 Defenisi Operasional

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh produsen keripik industri rumah tangga tentang label makanan.

2. Sikap adalah reaksi atau respon dari produsen keripik industri rumah tangga tentang label makanan.

3. Tindakan produsen keripik industri rumah tangga adalah perbuatan atau aktifitas nyata dalam mencantumkan label makanan dalam kemasan.


(44)

4. Produsen keripik industri rumah tangga adalah orang yang memproduksi keripik.

5. Label adalah tulisan, gambar atau bentuk pernyataan apa pun yang diletakkan, dicetak atau dicantumkan dengan cara apa saja pada kemasan produk. Yang mencakup ; nama produk/nama makanan, komposisi, berat bersih atau isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi, nomor pendaftaran, kode produksi, tanggal kadaluwarsa.

3.7Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan yang telah disediakan dan disesuaikan dengan nilai yang ada. Penilaian dalam penelitian ini dibagi dalam 3 kategori (baik, sedang, kurang) yang berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden (Arikunto,2002). Adapun kategori penilaian dalam penelitian ini antara lain :

- Baik, apabila nilai yang diperoleh > 66% dari nilai tertinggi.

- Sedang, apabila nilai yang diperoleh 33% - 66% dari nilai tertinggi. - Kurang, apabila nilai yang diperoleh < 33% dari nilai tertinggi. 1. Pengetahuan

Pengetahuan diukur melalui 8 pertanyaan, bila jawaban responden benar diberi nilai 2, jawaban yang mendekati benar diberi nilai 1, dan jawaban tidak tahu diberi nilai 0. Sehingga nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 16. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu baik, sedang dan kurang (Arikunto,2002) :


(45)

- Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh > 10.

- Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh antara 6-10. - Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh < 6.

2. Sikap

Sikap diukur melalui 8 pertanyaan, bila jawaban responden setuju diberi nilai 2, jawaban kurang setuju diberi nilai 1, dan jawaban tidak setuju diberi nilai 0. Sehingga nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 16. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu baik, sedang dan kurang (Arikunto,2002) :

- Sikap baik, apabila nilai yang diperoleh > 10.

- Sikap sedang, apabila nilai yang diperoleh antara 6-10. - Sikap kurang, apabila nilai yang diperoleh < 6.

3. Tindakan

Tindakan diukur melalui 5 pertanyaan, bila jawaban responden benar diberi nilai 2, dan jawaban salah diberi nilai 0. Sehingga nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 10. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu baik, sedang dan kurang (Arikunto,2002) :

- Tindakan baik, apabila nilai yang diperoleh > 5.

- Tindakan sedang, apabila nilai yang diperoleh antara 3-5. - Tindakan kurang, apabila nilai yang diperoleh < 3.


(46)

3.8Metode Pengolahan Data 1. Data entry

Memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam master data. 2. Editing (pemeriksaan data)

Memeriksa data satu persatu dari hasil jawaban responden yang telah dikumpulkan melalui kuesioner, dalam penilitian ini data dikumpulkan dengan lengkap dan tidak ada kesalahan atau kekurangan.

3. Coding (pemberian kode)

Setalah data diperiksa, kemudian diberi kode atau tanda tertentu dari setiap jawaban responden.

4. Tabulating (tabulasi)

Untuk mempermudah pengolahan dan analisa data serta pengambilan kesimpulan maka data didistribusikan dalam bentuk distribusi frekuensi. 3.9 Analisa Data

Analisa data yang dilakukan adalah analisa data deskriptif untuk mendeskripsikan pengetahuan, sikap, dan tindakan produsen keripik industri rumah tangga tentang label makanan. Hasil analisa data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.


(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Produk Industri Rumah Tangga

Industri rumah tangga adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di rumah dengan peralatan pengolahan pangan manual. Masing-masing produsen keripik industri rumah tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang memiliki pegawai sebanyak 6 orang. Dalam proses produksi keripik setiap produsen menghasilkan ±150 kg keripik untuk satu kali penggorengan. Produksi keripik dilakukan 1-2 kali seminggu, hasil penggorengan keripik dalam sebulan kadang habis terjual. Apabila hasil produksi keripik selama satu bulan masih ada yang belum terjual maka sisa produksi dijual kembali untuk bulan depan. Jika sisa produksi mencapai lebih dari setengah jumlah hasil produksi selama sebulan, maka untuk bulan depan penggorengan dilakukan seminggu sekali bahkan tidak ada penggorengan sama sekali.


(48)

Daya tahan keripik hanya sampai 3 bulan, maka lewat dari 3 bulan sisa produksi dikumpulkan lalu dibakar. Kemasan yang digunakan produsen adalah plastik, sebagian keripik ada yang menggunakan kemasan aluminiun, tetapi kemasan aluminium digunakan apabila ada orderan dalam jumlah besar saja. Jenis keripik yang dihasilkan oleh produsen industri rumah tangga di Tanjung Morawa sebagian besar dari bahan ubi kayu ada juga yang terbuat dari bahan corn (jagung), dan ubi jalar, sedangkan dilihat dari rasanya produsen membuat berbagai variasi bumbu seperti rasa udang, ayam, bawang putih, barbaque, pedas, jagung dan asin gurih. Plastik yang digunakan untuk kemasan keripik adalah plastik biasa yang besar berukuran 3 kg dan ukuran kecil1 kg.


(49)

Produsen keripik industri rumah tangga melakukan penjualan langsung di tempat produksi (di rumah). Sebagian konsumen yang membeli untuk dikonsumsi sendiri dan keluarga tetapi ada juga konsumen yang membeli dalam jumlah besar untuk dijual kembali, seperti pedagang dari Lubuk pakam, Tanjung Mowara, Medan dan Binjai. Produsen keripik juga mempunyai pelanggan tetap yaitu pedagang kecil dari Lubuk Pakam dan Tanjung Morawa.

4.2 Karakteristik Produsen Keripik Industri Rumah Tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh peneliti maka diperoleh karakteristik produsen keripik yang dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Produsen Keripik Industri Rumah Tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makanan Tahun 2012

No Karakteristik Produsen n %

1 Jenis kelamin

Laki – Laki 3 21,4

Perempuan 11 78,6

Jumlah 14 100,0

2 Umur

34 – 45 4 28,6

>45 10 71,4

Jumlah 14 100,0

3 Pendidikan

SLTP 6 42,9

SLTA 8 57,1

Jumlah 14 100,0

4 Penghasilan

Rp. 2.000.000,- - Rp. 5.000.000, - 13 92,9

>Rp. 5.000.000, - 1 7,1

Jumlah 14 100,0

Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 14 produsen terdapat produsen yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 3 produsen (21,4%) dan produsen yang


(50)

berjenis kelamin perempuan sebanyak 11 produsen (78,6%). Dan pada kelompok umur produsen yang berumur > 45 tahun yaitu sebanyak 4 produsen (71,4 %), sedangkan kelompok umur 34 - 45 tahun yaitu sebanyak 10 produsen (28,6 %). Produsen yang berpendidikan SLTP yaitu sebanyak 6 produsen (42,9%) dan produsen yang berpendidikan SLTA yaitu sebanyak 8 produsen (57,1%). Produsen yang berpenghasilan Rp. 2.000.000 – Rp. 5.000.000 yaitu sebanyak 13 produsen (92,9%) dan produsen yang berpenghasilan > Rp. 5.000.000 yaitu sebanyak 1 produsen (7,1%).

4.3 Pengetahuan Produsen

Secara umum pengetahuan produsen mengenai label makanan untuk industri rumah tangga dapat dilihat melalui hasil wawancara. Hasil pengukuran terhadap pengetahuan produsen keripik industri rumah tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang mengenai label makanan dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Produsen Keripik Industri Rumah Tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makanan Tahun 2012

No KategoriPengetahuan n %

1 Baik 9 64,3

2 Sedang 5 35,7

Jumlah 14 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa produsen memiliki pengetahuan baik yaitu sebesar 64,3 %, sedangkan produsen yang memiliki pengetahuan sedang yaitu sebesar 35,7 %.

Pengetahuan produsen yang diukur melalui 8 pertanyaan dalam kuesioner mengenai label makanan meliputi tujuan mencantumkan informasi label makanan,


(51)

informasi apa saja yang harus dicantumkan pada kemasan, apakah informasi label nama makanan dan nomor pendaftaran penting dicantumkan, apakah kegunaan mencantumkan informasi tentang tanggal kadaluwarsa dan kode produksi, apakah setiap produsen harus mencantumkan informasi label makanan tentang daftar bahan makanan pada kemasan. Gambaran pengetahuan produsen secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Produsen Keripik Industri Rumah Tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makanan Tahun 2012

No Pengetahuan n %

1 Apakah tujuan mencantumkan informasi label makanan pada kemasan produk?

a. Agar makanan dalam kemasan laku dipasaran

b. Agar masyarakat aman mengkonsumsi makanan tersebut c. Tidak tahu

0 14 0 0 100,0 0

Total 14 100,0

2 Informasi apa saja yang harus dicantumkan dalam kemasan makanan hasil industri rumah tangga?

a. Nama makanan, nomor pendaftaran

b. Nama dan alamat pihak yang memproduksi, tanggal kadaluwarsa, berat bersih atau isi bersih, daftar bahan makanan, nama makanan, nomor pendaftaran, kode produksi

c. Tidak tahu

5 9 0 35,7 64,3 0

Total 14 100,0

3 Apakah informasi label tentang nama makanan/produk penting dicantumkan dalam kemasan makanan?

a. Mungkin penting b. Sangat penting c. Tidak tahu

3 11 0 21,4 78,6 0

Total 14 100,0

4 Apakah kegunaan informasi label tentang tanggal kadaluwarsa bagi konsumen?

a. Agar konsumen mengetahui tanggal produksi

b. Agar konsumen mengetahui batas akhir dari makanan dalam kemasan

c. Tidak tahu

4 10 0 28,6 71,4 0


(52)

No Pengetahuan n % 5 Apakah bahayanya apabila konsumen mengkonsumsi

makanan yang sudah kadaluwarsa? a. Tidak tahu

b. Keracunan makanan c. Alergi 0 3 11 0 21,4 78,6

Total 14 100,0

6 Apakah kegunaan mencantumkan informasi label makanan tentang kode produksi pada kemasan?

a. Agar aman

b. Agar konsumen mengetahui tanggal produksi makanan c. Tidak tahu

7 7 0 50,0 50,0 0

Total 14 100,0

7 Apakah setiap produsen keripik harus mencantumkan informasi label makanan tentang daftar bahan makanan (komposisi) pada kemasan?

a. Tidak b. Iya

c. Sesuai dengan kemauan produsen itu sendiri

0 6 8 0 42,9 57,1

Total 14 100,0

8 Apakah informasi label makanan tentang nomor pendaftaran penting dicantumkan dalam kemasan makanan?

a. Jika ada b. Sangat penting c. Tidak tahu

2 12 0 14,3 85,7 0

Total 14 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa produsen menjawab baik tentang pertanyaan tujuan mencantumkan informasi label makanan pada kemasan yaitu sebesar 100 %, menjawab baik informasi apa saja yang harus dicantumkan dalam kemasan makanan hasil industri rumah tangga yaitu sebesar 64,3 % , menjawab apakah informasi label nomor pendaftaran penting dicantumkan sebesar 85,7 %. Berdasarkan tabel diatas dapat juga diketahui bahwa sebagian produsen memiliki


(53)

pengetahuan sedang mengenai pertanyaan tentang bahaya mengkonsumsi makanan yang sudah kadaluwarsa yaitu sebesar 78,6%.

4.4 Sikap Produsen

Sikap produsen yaitu reaksi atau respon dari produsen keripik industri rumah tangga mengenai pernyataan – pernyataan tentang label makanan dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Sikap Produsen Keripik Industri Rumah Tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makanan Tahun 2012

No Kategori Sikap n %

1 Baik 12 85,7

2 Sedang 2 14,3

Jumlah 14 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa produsen memiliki sikap baik tentang label makanan yaitu sebesar 85,7%, sedangkan produsen yang memiliki sikap sedang sebesar 14,3%.

Sikap produsen yang diukur melalui pernyataan-pernyataan dalam kuesioner tentang label makanan meliputi produsen harus mendapatkan izin Dikes terlebih dahuli kalau hendak membuka suatu usaha industri rumah tangga, BPOM telah mengeluarkan peraturan tentang label makanan untuk IRT, setiap produsen harus mencantumkan label makanan sesuai dengan yang telah ditetapkan, pelabelan makanan merupakan informasi penting dalam kemasan makanan, informasi label nama makanan, tanggal kadaluwarsa, nomor pendaftaran, daftar bahan makanan harus dicantumkan dalam kemasan, apakah produsen setuju mencantumkan informasi


(54)

label makanan tentang kode produksi dalam kemasan. Gambaran sikap produsen dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini :

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Produsen Keripik Industri Rumah Tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makanan Tahun 2012

No Sikap

Jawaban Produsen

Jumlah Setuju Kurang

Setuju

n % n % n %

1 Produsen harus mendapatkan izin Dinkes terlebih dahulu kalau hendak membuka usaha IRT

12 5,7 2 4,3 14 100,0

2 BPOM telah mengeluarkan Peraturan pemerintah tentang label makanan dalam kemasan hasil IRT

12 85,7 2 14,3 14 100,0

3 Setiap produsen keripik IRT harus mencantumkan informasi label pangan sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah No.69 tahun 1999 tentang Label Pangan dan Iklan

5 35,7 9 4,2 14 100,0

4 Pelabelan makanan merupakan informasi penting dalam makanan kemasan

4 28,6 0 71,4 14 100,0

5 Informasi label nama makanan dalam kemasan harus dicantumkan

14 0 0 0 14 100,0

6 Agar konsumen mengetahui batas akhir dari suatu makanan dalam kemasan, produsen harus mencantumkan informasi label tanggal kadaluwarsa

1 7,1 3 2,9 14 100,0

7 Setiap produsen keripik IRT harus mencantumkan informasi pelabelan makanan tentang nomor pendaftaran dan nama pihak yang memproduksi pada kemasan

14 100 0 0 14 100,0

8 Apakah saudara setuju mencantumkan label kode produksi pada setiap kemasan


(55)

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa produsen keripik industri rumah tangga setuju bahwa harus memperoleh izin Dinkes terlebih dahulu kalau hendak membuka industri rumah tangga yaitu sebesar 85,7%, setuju mencantumkan informasi pelabelan makanan tentang nomor pendaftaran dan nama pihak yang memproduksi pada kemasan sebesar 100 % dan kurang setuju mencantumkan informasi label makanan sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah No.69 tahun 1999 tentang Label Pangan dan Iklan sebesar 64,2%, kurang setuju dengan agar konsumen mengetahui batas akhir dari suatu makanan produsen harus mencantumkan tanggal kadaluwarsa sebesar 92,9%, Kurang setuju tentang pelabelan makanan merupakan informasi penting dalam makanan kemasan sebesar 71,4%.

4.5 Tindakan Produsen

Tindakan produsen dapat dilihat dari perbuatan atau akivitas nyata yang telah dilakukan oleh produsen keripik industri rumah tangga mengenai informasi apa saja yang harus dicantumkan terhadap kemasan sesuai dengan yang telah diwajibkan untuk produk industri rumah tangga. Hasil pengkategorian dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini :

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Tindakan Produsen Keripik Industri Rumah Tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makanan Tahun 2012

No Kategori Tindakan n %

1 Baik 1 7,1

2 Sedang 13 92,9

Jumlah 14 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa produsen memiliki tindakan sedang yaitu sebesar 92,9% sedangkan tindakan yang baik sebesar 7,1%. Gambaran


(56)

tindakan produsen keripik industri rumah tangga dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini :

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tindakan Produsen Keripik Industri Rumah Tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makanan Tahun 2012

No Tindakan

Jawaban Produsen

Jumlah

Ya Tidak

n % n % n %

1 Apakah saudara sebagai produsen keripik IRT mencantumkan informasi nomor pendaftaran pada kemasan

14 100,0 0 0 14 100,0

2 Apakah saudara sebagai prosdusen keripik industri rumah tangga

mencantumkan informasi komposisi makanan dalam kemasan

6 42,9 8 0 14 100,0

3 Apakah saudara sudah

mencantumkan informasi nama makanan pada kemasan

14 100,0 0 0 14 100,0

4 Apakah saudara sudah

mencantumkan informasi tanggal kadaluwarsa pada kemasan

1 7,1 13 92,9 14 100,0

5 Apakah saudara sudah

mencantumkan informasi kode produksi pada kemasan

1 7,1 13 92,9 14 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa produsen melakukan tindakan baik mengenai semua produsen sudah mencantumkan informasi label makanan tentang nomor pendaftaran yaitu sebesar 100 %, dan mencantumkan informasi label tentang nama makanan sebesar 100 %. Sedangkan untuk informasi label tentang tanggal kadaluwarsa dan kode produksi produsen belum mencantumkannnya yaitu sebesar 92,9 %.


(57)

4.6 Format Pedoman Observasi

Hasil observasi tentang penerapan label makanan pada kemasan oleh produsen keripik industri rumah tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini.

Tabel 4.8 Hasil Format Pedoman Observasi Produsen Keripik Industri Rumah Tangga Di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makanan Tahun 2012

No Nama Produsen Format Pedoman Observasi

1 2 3 4 5 6 7

1 Asun √ √ √ √ √ √ √

2 Sumarni √ - - - √ - -

3 Sumiatik √ √ - - √ - -

4 Hastia √ - - √ √ - -

5 Romsa √ √ - - √ - -

6 Khairullah √ - - - √ - -

7 Romalis √ - - √ √ - -

8 Supartini √ - - - √ - -

9 Herni √ √ - - √ - -

10 Lismawati √ √ - √ √ - -

11 Suhartik √ √ √ √ √ - -

12 Aisyah √ - - - √ - -

13 Lasmi √ - - - √ - -

14 Supriani √ √ - - √ - -

Keterangan :

1. Nama makanan/produk

2. Daftar bahan makanan (komposisi) 3. Berat bersih atau isi bersih

4. Nama dan alamat pihak yang memproduksi 5. Nomor pendaftaran

6. Tanggal kadaluwarsa 7. Kode produksi

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa dari 14 produsen terdapat 1 produsen yang mancantumkan label makanan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Sebagian produsen lainnya hanya mencantumkan informasi label makanan tentang nomor pendaftaran, nama makanan, berat bersih/isi bersih, nama dan alamat pihak


(58)

yang memproduksi sedangkan untuk tanggal kadaluwarsa dank ode produksi produsen be;um mencantumkannya pada kemasan.

4.7 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Produsen Keripik 4.7.1 Hasil Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Dengan Sikap Produsen

Keripik

Tabulasi silang antara pengetahuan produsen dengan sikap produsen keripik industri rumah tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tentang label makanan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut :

Table 4.9 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Dengan Sikap Produsen Keripik Industri Rumah Tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makanan Tahun 2012

No Pengetahuan

Sikap

Jumlah

Baik Sedang

n % n % n %

1 Baik 2 14,3 7 50 9 100,0

2 Sedang 0 0 5 35,7 5 100,0

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pengetahuan produsen dengan sikap produsen menunjukkan bahwa produsen dengan kategori pengetahuan baik memiliki sikap sedang yaitu sebesar 50 %, sedangkan produsen dengan kategori pengetahuan sedang memiliki sikap sedang yaitu sebesar 35,7 %.

4.7.2 Hasil Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Dengan Tindakan Produsen Keripik

Tabulasi silang antara pengetahuan produsen dengan tindakan produsen keripik industri rumah tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tentang label makanan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut :


(59)

Table 4.10 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Produsen Dengan Tindakan Produsen Keripik Industri Rumah Tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makanan Tahun 2012 No Pengetahuan

Tindakan

Jumlah

Baik Sedang

n % n % n %

1 Baik 1 7,1 8 7,1 9 100,0

2 Sedang 0 0 5 5,7 5 100,0

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pengetahuan produsen dengan tindakan produsen menunjukkan bahwa produsen dengan kategori pengetahuan baik memiliki tindakan sedang yaitu sebesar 57,1%, sedangkan produsen dengan kategori pengetahuan sedang memiliki tindakan sedang sebesar 35,7%.

4.7.3 Hasil Tabulasi Silang Antara Sikap Produsen Keripik Dengan Tindakan Produsen Keripik

Tabulasi silang antara sikap produsen dengan tindakan produsen keripik industri rumah tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tentang label makanan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut :

Tabel 4.11 Tabulasi Silang Antara Sikap Produsen Dengan Tindakan Produsen Industri Rumah Tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makanan Tahun 2012

No Sikap

Tindakan

Jumlah

Baik Sedang

n % n % n %

1 Baik 0 0 2 14,3 2 100,0

2 Sedang 1 7,1 1 78,6 2 100,0

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara sikap produsen dengan tindakan produsen menunjukkan bahwa produsen dengan kategori sikap baik memiliki tindakan sedang yaitu sebesar 14,3%, sedangkan produsen dengan kategori sikap sedang memiliki tindakan sedang juga yaitu sebesar 78,9%.


(60)

BAB V PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap perilaku produsen keripik industri rumah tangga di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tentang label makanan dapat dijelaskan sebagai berikut :

5.1 Pengetahuan Produsen Keripik Tentang Label Makanan

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa produsen keripik memiliki pengetahuan baik tentang label makanan yaitu sebesar 64,3%, dan pengetahuan sedang yaitu sebesar 35,7%.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, dimana sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Dari pemaparan tersebut dapat diketahui bahwa produsen sudah mengetahui mengenai label makanan untuk industri rumah tangga. Dalam hal ini produsen memiliki tingkat pengetahuan yang baik disebabkan karena produsen sudah pernah mendapatkan informasi tersebut pada saat mengikuti pelatihan untuk industri rumah tangga.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar produsen keripik telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai informasi label makanan. Produsen keripik mengetahui tujuan mencantumkan informasi label makanan dalam kemasan produk yaitu sebesar 100%, mengetahui informasi label makanan apa saja yang harus dicantumkan dalam kemasan yaitu sebesar 64,3%, mengetahui apakah informasi label nama makanan penting dicantumkan yaitu sebesar 78,6%, mengetahui kegunaan informasi label tanggal kadaluwarsa yaitu sebesar 71,4%, mengetahui apakah


(61)

informasi label nomor pendaftaran penting dicantumkan yaitu sebesar 85,7%, mengetahui kegunaan mencantumkan informasi label kode produksi yaitu sebesar 50%, mengetahui apakah setiap produsen harus mencantumkan label daftar bahan makanan dalam kemasan yaitu sebesar 42,9%, Namun produsen masih memiliki pengetahuan sedang mengenai informasi label makanan yaitu tentang bahaya mengkonsumsi makanan yang sudah kadaluwarsa yaitu sebesar 78,6%, dan kegunaan informasi label makanan tentang kode produksi yaitu sebesar 50%. Peneliti berasumsi hal ini disebabkan oleh kurangnya keinginan produsen untuk mencari informasi mengenai bahaya mengkonsumsi makanan yang sudah kadaluwarsa, dan kegunaan mencantumkan kode produksi tersebut padahal kedua informasi tersebut yang selalu diperhatikan oleh konsumen pada saat membeli makanan.

Label makanan merupakan tulisan, gambar atau bentuk pernyataan apa pun yang diletakkan, dicetak atau dicantumkan dengan cara apa saja pada kemasan produk. Label makanan untuk industri rumah tangga sekurang-kurangnya harus mencantumkan informasi tentang nama makanan/produk, daftar bahan makanan (komposisi), berat bersih atau isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi, nomor pendaftaran, tanggal kadaluwarsa dan kode produksi.

Pengetahuan produsen tentang label makanan dapat diperoleh melalui pelatihan-pelatihan yang telah diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan tentang industri rumah tangga yang telah diikuti sebelumnya. Pengetahuan seseorang dapat diperoleh melalui pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan non formal adalah pengetahuan yang didapat dari kursus atau pelatihan, sedangkan pendidikan informal adalah pendidikan dalam lingkungan keluarga dan pergaulan sehari-hari. Pendidikan


(62)

informal berperan penting dalam perkembangan pengetahuan karena dari pendidikan informal produsen akan mendapatkan informasi yang tidak didapatnya di pendidikan formal (Hamonangon, 2006). Berdasarkan hasil penelitian bahwa proudsen memiliki tingkat pendidikan SLTA sebesar 57,1%, sedangkan tingkat pendidikan SLTP sebesar 42,9%. Mengacu dari hasil penelitian bahwa produsen sudah memiliki pengetahuan yang baik. Hal ini sejalan dengan teori Notoatmodjo (2003) yang mengatakan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka diharapkan semakin baik pula pengetahuannya.

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pengetahuan dan sikap produsen menunjukkan bahwa produsen dengan pengetahuan baik mempunyai sikap sedang yaitu sebesar 58,3% dan produsen yang mempunyai sikap baik sebesar 14,3%. Sedangkan produsen dengan pengetahuan kategori sedang memiliki sikap sedang yaitu sebesar 35,7%. Hal ini berarti walaupun tingkat pengetahuan produsen baik tentang label makanan tetapi sikap produsen belum menunjukkan sikap yang baik.

Menurut Soekanto (1981) yang dikutip oleh Hamonangon (2006) tingkat pengetahuan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman dan kejelasan konsep mengenai objek tertentu. Pengetahuan dan pengalaman juga akan membentuk sikap seseorang. Karena Pengetahuan merupakan fase awal dalam pembuatan keputusan dimana seseorang akan berbuat atau berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang diperolehnya.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang baik belum diikuti sikap yang baik, hal ini tidak sejalan dengan teori Notoatmodjo (1993) yang dikutip oleh Arifah (2010) yang mengatakan bahwa sikap


(63)

timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir tetapi merupakan hasil belajar. Karena iu sikap dapat diperteguh atau dirubah. Dalam psikologi sosial, sikap adalah kecenderungan individu yang dapat ditentukan dari cara-cara berbuat.

Sedangkan berdasarkan hasil tabulasi silang antara pengetahuan produsen dengan tindakan produsen diperoleh bahwa produsen dengan pengetahuan kategori baik mempunyai tindakan sedang yaitu sebesar 57,1%, dan yang mempunyai tindakan baik sebesar 7,1%. Sedangkan produsen dengan kategori sedang mempunyai tindakan sedang juga yaitu sebesar 35,7%. Dalam hal ini pengetahuan produsen belum sejalan dengan tindakan produsen. Dilihat dari pengetahuan produsen tentang label makanan sudah baik namun tindakan produsen terhadap penggunaan label makanan belum diterapkan sepenuhnya. Produsen hanya mencantumkan sebagian dari informasi label makanan pada kemasan hasil produksinya.

Asumsi peneliti semakin baik pengetahuan produsen maka diharapkan semakin baik pula tindakan produsen dalam menerapkan label makanan pada kemasan. Namun kenyataannya meskipun produsen sudah memiliki pengetahuan baik tetapi tindakan produsen belum menunjukkan tindakan yang baik tentang penerapan label makanan pada kemasan. Menurut Notoatmodjo (2003) yang dikutip oleh Ompusunggu (2009) perubahan perilaku baru terjadi melalui proses perubahan pengetahuan-sikap-tindakan. Beberapa penelitian membuktikan hal tersebut, namun penelitian lainnya juga membuktikan bahwa proses ini tidak selalu seperti teori tersebut, bahkan dalam praktek sehari-hari terjadi. Seperti halnya dalam penelitian ini diperoleh bahwa produsen bertindak negatif meskipun pengetahuan dan sikapnya positif. Hal ini terjadi karena produsen beranggapan walaupun tidak mencantumkan


(64)

label makanan sesuai dengan yang telah ditetapkan pada kemasan, penjualan masih tetap berjalan lancar dan konsumen juga tidak pernah mengeluhkan masalah tersebut. 5.2 Sikap Produsen Keripik Tentang Label Makanan

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa produsen memiliki sikap baik tentang label makanan sebesar 85,7%, sedangkan yang memiliki sikap sedang sebesar 14,2%. Hasil ini menunjukkan bahwa proudsen sudah mempunyai sikap baik, dimana dari pendidikan yang diperoleh umumnya produsen berpendidikan tingkat SLTA, sehingga pengetahuan yang dimiliki produsen tentu lebih baik karena diharapkan semakin tinggi tingkat pendidikan produsen keripik maka akan semakin baik pula pengetahuan dan sikap produsen keripik tentang label makanan.

Dari sikap yang ditunjukkan oleh produsen terhadap beberapa pernyataan tentang label makanan dapat dilihat bahwa produsen keripik memiliki sikap yang baik seperti pada pernyataan ; setuju dengan informasi label nama makanan harus dicantumkan dalam kemasan yaitu sebesar 100%, setuju setiap produsen keripik IRT harus mencantumkan informasi label makanan tentang nomor pendafaran dan nama pihak yang memproduksi pada kemasan yaitu sebesar 100%, setuju produsen harus mendapatkan izin Dinkes terlebih dahulu kalau hendak membuka usaha industri rumah tangga yaitu sebesar 85,7%, yang setuju dengan BPOM telah mengeluarkan


(65)

Peraturan Pemerintah tentang label makanan dalam kemasan hasil industri rumah tangga yaitu sebesar 85,7%.

Namun masih ada sikap produsen yang lain yang menunjukkan ke arah kurang baik yaitu kurang setuju dengan pernyataan bahwa setiap produsen industri rumah tangga harus mencantumkan informasi label makanan sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah No.69 tahun 1999 tentang Label Pangan dan Iklan yaitu sebesar 64,2%, dan kurang setuju dengan pernyataan bahwa pelabelan makanan merupakan informasi penting dalam kemasan makanan yaitu sebesar 71,4%, sedangkan pernyataan tentang harus mencantumkan informasi label tanggal kadaluwarsa agar konsumen mengetahui batas akhir dari makanan tersebut, produsen kurang setuju sebesar 92,9%, dan kurang setuju harus mencantumkan label makanan tentang kode produski pada setiap kemasan yaitu sebesar 92,9%. Tanggal kadaluwarsa dan kode produksi merupakan informasi penting yang selalu diperhatikan oleh konsumen ketika hendak memilih dan membeli makanan tersebut sampai saat mengkonsumsinya, karena banyak kejadian keracunan makanan akibat dalam kemasan makanan tidak ditemukan tanggal kadaluwarsa dari makanan tersebut.

Tanggal kadaluwarsa merupakan informasi mengenai waktu dan tanggal yang menunjukkan suatu produk makanan masih memenuhi syarat mutu dan keamanan untuk dikonsumsi. Penulisan tanggal kadaluwarsa ini dilakukan oleh produsen atau pabrik yang memproduksi pangan tersebut, agar konsumen lebih aman untuk mengkonsumsinya.

Berdasarkan hasil penelitian moniharapon (1999) tentang analisis klaim iklan dan label pada produk pangan bahwa produsen tidak mencantumkan label makanan


(1)

Frequencies

Statistics Total Skor Tindakan Responden Kategori

N Valid 14

Missing 0

Total Skor Tindakan Responden Kategori Frequenc

y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

baik 1 7.1 7.1 7.1

sedang 13 92.9 92.9 100.0

Total 14 100.0 100.0

Frequency Table

Apakah saudara sudah mencantumkan informasi label nomor pendftaran

Frequenc y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 14 100.0 100.0 100.0

Apakah saudara sudah mencantumkan label nama makanan Frequenc

y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(2)

Apakah saudara mencantumkan informasi label daftar bahan makanan

Frequenc y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

tidak 8 57.1 57.1 57.1

ya 6 42.9 42.9 100.0

Total 14 100.0 100.0

Apakah saudara sudah menacantumkan informasi label tanggal kadaluwarsa

Frequenc y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

tidak 13 92.9 92.9 92.9

ya 1 7.1 7.1 100.0

Total 14 100.0 100.0

Apakah saudara sudah mencantumkan informasi label tentang kode produksi

Frequenc y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

tidak 13 92.9 92.9 92.9

ya 1 7.1 7.1 100.0


(3)

Gambar : Saat Melakukan Wawancara Kepada Produsen Keripik Industri Rumah Tangga di Tanjung Morawa

Gambar : Hasil Kemasan Keripik Produsen Industri Rumah Tangga di Tanjung Morawa


(4)

Gambar : Hasil Produksi Keripik Produsen Keripik Industri Rumah Tangga di Tanjung Morawa


(5)

Gambar : Saat Melakukan Wawancara Kepada Produsen Keripik Industri Rumah Tangga di Tanjung Morawa


(6)

(Depan)

Gambar : Kemasan Keripik Sesuai Dengan Label Makanan Yang Telah Ditetapkan

(Belakang)