BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Proses Komunikasi Non Verbal Pasangan Tunawicara (Studi Kasus Tentang Proses Komunikasi Non Verbal Pada Pasangan Suami Istri Tunawicara di Kota Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah

  Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain.Selain itu dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi yang baik sangat penting untuk berinteraksi antar personal maupun antar masyarakat agar terjadi keserasian dan mencegah konflik dalam lingkungan masyarakat.

  Setiap manusia dalam berkomunikasi kerap menggunakan kata-kata atau biasa disebut dengan komunikasi verbal. Komunikasi verbalmerupakan sebuah proses komunikasi yang menggunakan kata-kata secara lisan dengan secara sadar dilakukan oleh manusia untuk behubungan dengan manusia lain. Namun, tidak semua manusia dapat berkomunikasi secara lisan menggunakan kata-kata.Tuhan juga menciptakan manusia lainnya yang memiliki keterbatasan berupa ketidakmampuan dalam berbicara ataupun mendengar atau yang biasa disebut dengan tunawicara/tunarungu.Walau demikian, tentunya para kaum difabel ini tetap mampu berkomunikasi dengan manusia lainnya dengan menggunakan simbol-simbol ataupun gerakan tangan sebagai media komunikasi yang memudahkan mereka dalam upaya menyampaikan pesan.

  Adakalanya seseorang kurang memahami makna dan pengaruh komunikasi non-verbal terhadap suksesnya pembicaraan. Komunikasi Antar Manusia, atau seringkali dalam beberapa literatur disebut Human Communication, merupakan kegiatan penyampaian informasi, berita, pesan, atau amanah dari seseorang kepada orang lain dengan harapan agar hal-hal yang diberitahukan itu dapat diterima, dimengerti, diikuti dan diaplikasikan, bahkan menjadi milik bersama antara sumber dan penerima.

  Kegiatan komunikasi dilaksanakan dengan menggunakan lambang atau kode. Kode yang sebagian besar digunakan dalam komunikasi adalah kode yang diucapkan atau ditulis (kode yang berhubungan dengan penggunaan kata-kata). Tetapi sesungguhnya masih ada kode lain yang sangat penting peranannya dalam komunikasi, yaitu kode non-verbal, atau kode tanpa kata.

  Salah satu pilar penting dalam bangunan rumah tangga adalah dengan komunikasi efektif antara pasangan suami dan istri. Pola komunikasi keluarga tentu mempunyai pola tersendiri dan yang terpenting adalah meminimalir terjadinya Misscommunication yang dapat menimbulkan pertengkaran atau kesalahpahaman. Untuk itu setiap pasangan perlu mengenal dengan benar-benar pribadi dan karakter dari pasangannya masing-masin, yang baru menikah, tentulah masih dalam masa-masa penyesuaian dan masih banyak lagi hal-hal yang belum dimengerti oleh pasangan, sehingga mereka bisa menyampaikan segala permasalahan dengan sebaik-baiknya, penuh santun dan tidak melukai perasaan pasangan. Adanya komunikasi yang efektif adalah salah satu hal yang bisa menjadikan pasangan suami isteri menjadi harmonis.

  Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah proses komunikasi dan juga hambatan komunikasi yang mungkin terjadi pada pasangan suami istri Tunawicara. Pasangan difabel mungkin sangat sulit bagi mereka, atau sama sekali tidak bisa untuk berkomunikasi secara verbal. Dilatarbelakangi masalah tersebut, peneliti tertarik dalam meneliti pola komunikasi yang terjalin diantara pasangan difabel tunawicara ini, karena pada sebagian pasangan tunawicara, terjalin proses komunikasi yang efektif yang pada akhirnya membuahkan sebuah hubungan yang harmonis anatara suami dan istri.

  Salah satu literatur tertua mengenai tunarungu dan tunawicara tercatat pada abad kelima SM, dalam Plato Cratylus, di mana Socrates berkata: "Jika kami tidak memiliki suara atau lidah, dan ingin mengungkapkan hal-hal yang satu sama lain, tidak akan kami mencoba untuk membuat tanda-tanda dengan menggerakkan tangan, kepala, dan seluruh tubuh kita, seperti orang bodoh lakukan saat ini ?” Disini tampak bahwa orang yang disebut Socrates sebagai orang bodoh adalah sekelompok orang yang tidak bersuara dan tidak berlidah. Terdapat juga literatur pada abad ke-2 Yudea, rekaman dalam traktat Mishnah

  

Gittin menyatakan bahwa untuk tujuan transaksi komersial "Seorang tuli-bisu

  dapat mengadakan percakapan melalui suatu gerakan tertentu (http://kharisma- plbuns2012.blogspot.com/2012/11/tunarungu-dan-tunawicara.html).

  Tunawicara (bisu) diakibatkan karena beberapa faktor yang diakibatkan seperti kecelakaan, penyakit ataupun keturunan atau bawaan lahir, dikatakan keturunan tetapi ada kemungkinan anak – anaknya tidak bisu. Dalam proses komunikasi antarpribadi pasangan suami istri akan terjadi berbagai hambatan maupun gangguan – gangguan lainnya. Menurut Shanon dan Weaver, 1949 gangguan komunikasi terjadi jika terdapat intervensi yang mengganggu salah satu elemen komunikasi, sehingga komunikasi tidak dapat berlangsung secara efektif. Terjadinya rintangan karena adanya gangguan sehingga terdapat tujuh jenis gangguan atau rintangan komunikasi, yaitu: gangguan teknis, gangguan psikologis, gangguan semantik, rintangan status, rintangan fisik, rintangan kerangka berpikir dan rintangan budaya. Dalam tujuh jenis tersebut rintangan fisik adalah rintangan yang dihadapi oleh pasangan tunawicara dalam melakukan proses komunikasi antarpribadi. Karena pada dasarnya rintangan fisik adalah tidak berfungsinya salah satu panca indra pada penyampaian maupun penerima pesan (Canggara, 2006:131). Berbagai jenis rintangan yang dihadapi oleh penyandang tunawicara (bisu) ada juga hal – hal yang dapat mendukung proses komunikasi antarpribadi pasangan suami istri seperti menggunakan bahasa non verbal.

  Intervensi kepribadian dengan konsistensi menunjukkan bahwa kaum difabel khususnya tunawicara mempunyai lebih banyak masalah penyesuaian daripada orang-orang yang berpendengaran normal ataupun kemampuan bicara yang jelas. Jika pasangan-pasangan tunawicara yang tanpa masalah-masalah nyata atau sering diteliti, mereka ternyata menunjukkan kekahasan, egosentrik, tanpa kontrol diri, impulsif dan keras kepala.

  Dalam penelitian ini, peneliti akan memilih lokasi penelitian di Kota Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Latar belakang pemilihan lokasi tersebut dikarenakan pada saat pra penelitian, peneliti menemukan banyak pasangan suami istri di wilayah tersebut adalah para difabel pada indra pendengaran dan mulut mereka. Pasangan difabel ini ada yang sepasang suami istri sama-sama tunawicara dan juga hanya hanya istri atau suaminya saja yang difabel tunawicara. Bahkan para kaum difabel ini memiliki komunitas khusus bagi perkembangan dan juga eksistensi para kaum tunawicara di Kota Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai proses komunikasi non verbal yang terjalin dan juga hambatan-hambatan yang mungkin terjadi pada pasangan suami istri tunawicara di Kota Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

1.2 Fokus Masalah

  Fokus masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pernyataan-pernyataan yang hendak dicari jawabannya. Dapat juga dinyatakan bahwa perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan terinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah (Pohan, 2012:10).

  Tidak semua manusia dapat berkomunikasi secara lisan menggunakan kata-kata.Tuhan juga menciptakan manusia lainnya yang memiliki keterbatasan berupa ketidakmampuan dalam berbicara ataupun mendengar atau yang biasa disebut dengan tunawicara/tunarungu.Intervensi kepribadian dengan konsistensi menunjukkan bahwa kaum difabel, khususnya tunawicara mempunyai lebih banyak masalah penyesuaian daripada orang-orang yang berpendengaran normal ataupun kemampuan bicara yang jelas. Jika pasangan-pasangan tunawicara yang tanpa masalah-masalah nyata atau sering diteliti, mereka ternyata menunjukkan kekahasan, egosentrik, tanpa kontrol diri, impulsif dan keras kepala.

  Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah proses komunikasi dan juga hambatan komunikasi yang mungkin terjadi pada pasangan suami istri Tunawicara. Pasangan difabel mungkin sangat sulit bagi mereka, atau sama sekali tidak bisa untuk berkomunikasi secara verbal. Dilatarbelakangi masalah tersebut, peneliti tertarik dalam meneliti proses komunikasi nonverbal yang terjalin diantara pasangan difabel tunawicara ini, karena pada sebagian pasangan tunawicara, terjalin proses komunikasi yang efektif yang pada akhirnya membuahkan sebuah hubungan yang harmonis antara suami dan istri.

  1.3 Tujuan Penelitian

  Secara umum, tujuan utama penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana aktivitas komunikasi non verbal pada pasangan difabel tunawicara sehari-harinya. Secara khusus, tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut: 1.

  Untuk mengetahui proses komunikasi nonverbal pasangan suami istri tunawicara di Kota Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara berkomunikasi secara non verbal.

  2. Untuk mengetahui hambatan komunikasi yang terjadi pada pasangan suami istri tunawicara di Kota Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara ketika menggunakan komunikasi non verbal.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Manfaat Akademis

  Penelitian ini diharapkan mampu memperluas atau menambah khasanah penelitian komunikasi dan menambah penngetahuan dan pengalaman ilmu mahasiswa di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

  2. Manfaat Teoritis Penelitian ini untuk menerapkan ilmu yang didapat selama menjadi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU serta menambah cakrawala dan wawasan peneliti mengenai bidang komunikasi non verbal.

  3. Manfaat Praktis Melalui penelitian ini, diharapkan bisa memberikan pandangan dan pengetahuan kepada siapa saja mengenai komunikasi non verbal yang dilakukan oleh para kaum difabel tunawicara.

           

Dokumen yang terkait

Strategi Komunikasi Pasangan Backstreet Dengan Orang Tua (Studi Kasus Komunikasi Verbal Dan Nonverbal Pasangan Backstreet Dengan Orang Tua Di Kota Medan)

5 119 123

Proses Komunikasi Non Verbal Pasangan Tunawicara (Studi Kasus Tentang Proses Komunikasi Non Verbal Pada Pasangan Suami Istri Tunawicara di Kota Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara)

5 114 100

Komunikasi Antarpribadi Suami Istri (Studi Kasus Kualitatif Pasangan Suami Istri Yang Menikah Tanpa Pacaran di Kota Medan)

17 150 147

Pola Komunikasi Pasangan Suami Istri Beda Status Pendidikan (Studi Fenomenologi Mengenai Pola Komunikasi Pasangan Suami Istri Beda Status Pendidikan di Kota Bandung)

1 6 88

BAB I PENDAHULUAN - Studi Deskriptif Fungsi Komunikasi Non Verbal Emoticon dalam Instant Messaging di kalangan Mahasiswa

0 0 7

BAB I PENDAHULUAN - Studi Deskriptif Fungsi Komunikasi Non Verbal Emoticon dalam Instant Messaging di kalangan Mahasiswa

0 0 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Paradigma Kajian - Strategi Komunikasi Pasangan Backstreet Dengan Orang Tua (Studi Kasus Komunikasi Verbal Dan Nonverbal Pasangan Backstreet Dengan Orang Tua Di Kota Medan)

0 0 33

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah - Strategi Komunikasi Pasangan Backstreet Dengan Orang Tua (Studi Kasus Komunikasi Verbal Dan Nonverbal Pasangan Backstreet Dengan Orang Tua Di Kota Medan)

0 0 9

Strategi Komunikasi Pasangan Backstreet Dengan Orang Tua (Studi Kasus Komunikasi Verbal Dan Nonverbal Pasangan Backstreet Dengan Orang Tua Di Kota Medan)

0 0 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 PerspektifParadigma - Proses Komunikasi Non Verbal Pasangan Tunawicara (Studi Kasus Tentang Proses Komunikasi Non Verbal Pada Pasangan Suami Istri Tunawicara di Kota Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara)

0 0 43