Analisis Perbandingan Kinerja Protokol Routing Multi-Copy Dan Single- Copy Berdasarkan Mobilitas Node Pada Delay Tolerant Network

  Vol. 3, No. 1, Januari 2019, hlm. 8223-8231 http://j-ptiik.ub.ac.id

  

Analisis Perbandingan Kinerja Protokol Routing Multi-Copy Dan Single-

Copy Berdasarkan Mobilitas Node Pada Delay Tolerant Network

1 2 3 Faris Naufal Al Farros , Rakhmadhany Primananda , Primantara Hari Trisnawan

  Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya 2 3 Email: farisnaufalalfarros@gmail.com, rakhmadhany@ub.ac.id, prima@ub.ac.id

  

Abstrak

Delay Tolerant Network (DTN) menjadi solusi dari sulit bertukarnya informasi melalui jaringan internet

  yang kurang memadai. Penelitian sebelumnya mengenai DTN cenderung meneliti kinerja protokol dan Single-copy satu jalur dan satu mobilitas. Maka dari itu, diperlukan penelitian untuk

  Multi-copy

  mengetahui kinerja protokol Multi-copy, Single-copy dan 3 mobilitas node. Pengujian menggunakan 3 jenis ukuran pesan dan 3 jenis jumlah node dengan The One Simulator. Hasil penelitian menunjukkan nilai Delivery probability tertinggi berdasarkan ukuran pesan dan jumlah node yaitu routing ProPHet

  

Map Based Movement dengan ukuran pesan 10 MB dengan nilai 0,1842%, routing ProPHet mobilitas

Shortest Path Map Based Movement jumlah node 50 dengan nilai 0,0396%. Untuk nilai Average latency

  tertinggi berdasarkan ukuran pesan dan jumlah node, yaitu routing Epidemic (Multi-copy) dengan mobilitas node Map Based Movement ukuran pesan 45 MB dengan nilai 586,1909s, routing ProPHet mobilitas Map Based Movement jumlah node 25 dengan nilai 737,4527s. Kemudian nilai Overhead

  

ratio tertinggi berdasarkan ukuran pesan dan jumlah node yaitu routing First Contact mobilitas node

Map Based Movement ukuran pesan 45 MB dengan nilai 22,04%, routing ProPHet mobilitas node Map

Based Movement jumlah node 10 dengan nilai 25,0909%.

  Kata kunci: Delay tolerant network, multipath, multi-copy, single-copy

Abstract

  

Delay Tolerant Network (DTN) is the solution of the stiffness of transferring information through the

weak of internet network. The previous research of DTN mostly focuses on the way the protocol

performance of Multi-copy and Single- copy utilizing one way and one mobility. So that’s why the deepest

research is needed to know the protocol performance of Multi-copy, Single-copy and 3 mobilities node.

The test using 3 types of message size and 3 types of nodes with The One Simulator. The result of the

research showing the highest value of Delivery probability with the message size is 10 MB with the

percentage about 0,1842%, routing ProPHet mobility Shortes Path Map Based Movement with the

number of node 50 with the percentage 0,0375%. The highest value of Average latency based on the

message size and the number of node is routing epdemic (multicopy) with the node mobility Map Based

Movement message size 45MB with the value 737,4527s. then the highest value of Overhead ratio based

on the message size is routing First Contact mobility node Map Based Movement with the message size

  

45MB with the percentage 22,04%, routing ProPHet mobility node Map Based Movement the number

of node is 10 with the value 25,0909%.

  Keywords: Delay tolerant network, multipath, multi-copy, single-copy

  komunikasi dan pertukaran informasi menjadi 1.

   PENDAHULUAN sulit dilakukan karena tingkat delay dan loss yang tinggi.

  Kebutuhan akan internet di zaman Untuk mengatasi hal tersebut DTN (Delay globalisasi ini sangatlah penting, untuk

  Toleran Network) menjadi solusi dari berkomunikasi dan mendapatkan informasi.

  permasalahan diatas, karena mampu menangani Salah satu yang diperlukan untuk melakukan hal tingkat delay dan loss yang tinggi. tersebut adalah dengan terhubung ke jaringan

  Konsep DTN awalnya mulai diperkenalkan internet yang memadai. Namun ada beberapa oleh Kevin Fall pada makalah ilmiahnya dengan daerah yang sulit ataupun tidak tercakup judul : A Delay-Toleran Network Architecture jaringan internet seperti halnya di kota, sehingga

  Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

  for Challenge Internets . Pada makalah tersebut

  Probability, Average Latency, dan Overhead Ratio dengan harapan akan di peroleh hasil dari

  Penelitian fokus pada analisis perbandingan kinerja protocol routing multi-copy dan single-

  copy dengan banyak jalur, dari source (sumber)

  menuju destination (tujuan) berdasarkan mobilitas node berbasis jalur (path).

  Penilitian dilakukan menggunakan mobilitas node (Shortest Path Map Based

  Movement , Map Based Movement, Map Route Movement ) yang berbasis jalur untuk di

  bandingakan kinerja pengiriman data yang diperoleh dari beberapa macam karekteristik uji, yaitu jumlah node dan ukuran pesan yang berbeda beda dalam tiap skenario dan menggunakan parameter uji Delivery

  kinerja pengiriman data dari routing multi-copy dan routing single-copy . Penelitian menggunakan OpenJump untuk membuat jalur yang dimisalkan sebagai daaerah yang mengalami sulit sinyal yang kemudian akan dimasukan kedalam The One Simulator, sehingga dapat disperoleh dari hasil kinerja routing protocol melalui simulator tersebut. jaringan DTN (Delay Toleran Network) merupakan arsitektur jaringan yang dapat menjadikan solusi bagi jaringan yang sering terputus putus dikarenakan mobilitas node yang senantiasa bergerak sehingga mengakibatkan delay yang lama (Endah, 2014).

  menggunakan single path, diperlukan penelitian tentang kinerja routing multi-copy dan single-

  Menurut penelitian Fall, Delay Toleran

  Network merupakan arsitektur yang sesuai pada

  jaringan yang penuh dengan masalah seperti

  delay yang lama, koneksi yang sering terputus

  dan tingkat eror yang tinggi. ROUTING

  PROPHET Probabilistic Routing Protocol using History of Encounter and Transitivity (ProPHet)

  copy pada banyak jalur dengan stationary node pada source (sumber) dan destination (tujuan).

  Permatasari (2017) dan hutajulu (2017) hanya

  Fall (2003) menyatakan bahwa DTN adalah arsitektur yang cocok digunakan pada jaringan yang terputus putus. Pada konsep arsitektur DTN ini terdapat beberapa routing protokol, seperti Maxprop, Direct Delivery, ProPHet , ProPHet V2, Epidemic, First Contact.

  Selanjutnya penelitian (Permatasari, 2017) dengan judul “Analisis Kinerja Protokol Routing

  Pada DTN terdapat berbagai macam mobilitas node, menurut Rizal (2017) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Kinerja Protocol pada Arsitektur Delay Toleran Network Terhadap Beberapa Pola Pergerakan” terdapat beberapa contoh mobilitas node, yakni mobilitas random, terjadwal dan terpola. Karena ketika mobilitas itu terjadi terus menerus untuk mengirimkan pesan, maka akan menghasilkan pola pergerakan yang nantinya akan berpengaruh pada kinerja routing.

  Pengujian Hutajulu (2017) yang berjudul “Perbandingan Kinerja Routing Multycopy dan

  Routing First contac dengan Stationary Relay Node pada Delay Toleran Network

  ” penelitian ini fokus membandingkan routing multi-copy dan First Contact di jalur pendakian Gunung Semeru (single path) dengan menggunakan beberapa node yang menjadi stationary untuk membantu pengiriman data. Akan tetapi penilitian ini hanya memakai pergerakan

  ShortestPathMapBasedMovement karena

  penelitian ini fokus pada penambahan node sebagai node pembantu node lain yang akan mengirimkan pesan.

  ProPHet, Epidemic, dan Spray and Wait

  Pada percobaan Hutajulu (2017), dijelaskan kelebihan yang dimiliki masing masing protokol, seperti protocol ProPHet yang sudah dijelaskan pada penelitian (Permatasari, 2017), protokol Epidemic pada penelitian (Vahdat, 2000) dan protocol First Contact pada penelitian (Massri, et al, 2016 ). Dari kelebihan masing masing protocol tersebut dan pada penelitian

  ” menguji dengan menggunakan 3 jenis routing

  protocol yaitu ProPHet, Epidemic, dan Spay and

  Wait dan dengan menggunakan 5 node yang bergerak di peroleh bahwa protocol routing

  ProPHet memiliki hasil ratio overhead terendah sehingga pesan dapat terkirim dengan baik.

  Protocol routing Epidemic menurut Vahdat (2000) dapat menghasilkan delivery probabilistic tinggi, kemudian melihat pada penelitian selanjutnya (Massri et al, 2016) dengan judul Reference architecture and a

  Thorough yang menjelaskan bahwa pada Routing protocol First Contact menghasilkan Delivery Probability tinggi pada pengiriman

  pesan 10kb dan 100kb dari pada routing Direct Delivery .

  adalah protokol routing DTN dengan menggunakan pengetahuan yang di peroleh dari node lain yang bertemu untuk mengoptimalkan pengiriman. Setiap node menyimpan pengiriman dari delivery predictability yang digunakan pada tiap tiap node apakah dapat mengirimkan paket ke node tujuan(Patel, D. & Shah, R., 2005).

2. PERSIAPAN SIMULASI

  Penulis akan membandingkan kinerja masing-masing protokol routing berdasarkan parameter pengukuran kinerja sebagai berikut. 1)

  4 Jumlah Node 10, ukuran 30 MB, 3 routing protocol (ProPHet, Epidemic, dan First Contact) dan 3 mobilitas node (Shortest Path Map Based Movement, Map Based Movement, dan Map Route Movement )

  2 Skenario

  5 Jumlah Node 25, ukuran 30 MB, 3 routing protocol (ProPHet, Epidemic, dan First Contact) dan 3 mobilitas node (Shortest Path Map Based Movement, Map Based Movement, dan Map Route Movement )

  3 Skenario

  3 Jumlah Node 50, ukuran 30 MB, 3 routing protocol (ProPHet, Epidemic, dan First Contact) dan 3 mobilitas node (Shortest Path Map Based Movement, Map Based Movement, dan Map Route Movement )

  2.1 Parameter Pengukuran Kinerja

  Delivery Probability(%) : Rasio jumlah total pesan yang sampai ke tujuan dengan jumlah paket yang dikirimkan. 2)

  Tabel 2 Skenario Penelitian berdasarkan jumlah node No. Skenario Penjelasan

  Average Latency(s) : Rata-rata waktu yang di perlukan dari pesan itu sampai pada tujuan (Metho, A., & Chawla, M., 2013). 3)

  Overhead Ratio (%) : Perbandingan jumlah salinan pesan secara keseluruhan dengan jumlah pesan yang di buat(Metho, A., & Chawla, M., 2013).

  3. PROSES SIMULASI

  Proses sismulasi merupakan tahap lanjut setelah menentukan kofigurasi ukuran pesan, jumlah node, mobilitas node, dan protocol routing. Penelitian menggunakan The ONE Simulator yang merupakan aplikasi pendukung penelitian.

  Untuk waktu simulasi setiap skenario berdasarkan ukuran pesan dan jumlah node yaitu selama 43200 detik atau samadengan 24 jam, dan dalam The ONE Simulator waktu 24 jam berjalan tidak sesuai dengan waktu yang sebenarnya, namun berjalan cepat, sehingga tidak menggu terlalu lama dalam satu kali proses

  running . Waktu tunggu node 0 sampai 30 detik

  dengan buffer 50 MB. Untuk melakukan running simulator, cukup kita klik pada file one.bat.

  1 Skenario

  Untuk menganalisis kinerja protokol routing

  multicopy (ProPHet dan Epidemic) dan singlecopy (First Contact) dengan banyak jalur

  Tabel 1 Parameter Simulasi Penelitian berdasarkan ukuran pesan No. Skenario Penjelasan

  (multipath) berdasarkan mobilitas node menggunakan beberapa macam karekteristik uji, yaitu jumlah node dan ukuran pesan yang berbeda beda dalam tiap skenario dan menggunakan parameter uji Delivery

  Probability, Average Latency, dan Overhead Ratio dengan harapan akan di peroleh hasil dari

  kinerja pengiriman data dari routing multi-copy dan routing single-copy. Protokol tersebut akan disimulasikan pada aplikasi The ONE Simulator.

  Pada Tabel 1, dijelaskan Skenario yang akan dikonfigurasi pada aplikasi The ONE Simulator berdasarkan ukuran pesan dan masing masing skenario menggunakan 3 protocol (ProPHet,

  Epidemic, dan First Contact) dan menggunakan

  3 mobilitas node (Shortest Path Map Based

  Movement, Map Based Movement, dan Map Route Movement ).

  1 Skenario

  3 mobilitas node (Shortest Path Map Based

  1 Jumlah Node 10, ukuran 10 MB, 3 routing protocol (ProPHet, Epidemic, dan First Contact) dan 3 mobilitas node (Shortest Path Map Based Movement, Map Based Movement, dan Map Route Movement )

  2 Skenario

  2 Jumlah Node 10, ukuran 25 MB, 3 routing protocol (ProPHet, Epidemic, dan First Contact) dan 3 mobilitas node (Shortest Path Map Based Movement, Map Based Movement, dan Map Route Movement )

  3 Skenario

  3 Jumlah Node 10, ukuran 45 MB, 3 routing protocol (ProPHet, Epidemic, dan First Contact) dan 3 mobilitas node (Shortest Path Map Based Movement, Map Based Movement, dan Map Route Movement )

  Pada Tabel 2, dijelaskan Skenario yang akan dikonfigurasi pada aplikasi The ONE Simulator berdasarkan jumlah node dan masing masing skenario menggunakan 3 protocol (ProPHet,

  Epidemic, dan First Contact) dan menggunakan

  Movement, Map Based Movement, dan Map Route Movement ).

  Gambar 1 Tampilan Running GUI The ONE Simulator

  Gambar 1 merupakan tampilan GUI (Graphical User Interface) The ONE Simulator. Pada sisi kanan terdapat kotak kotak kecil yang merupakan tombol node. Di area layar berwarna putih berbentuk bulat adalah nama nama node dan garis yang saling terhuung merupakan jalur multipath dari simulasi.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

  Setelah simulasi dilakukan berdasarkan skenario yang telah dibuat. Maka akan menghasilkan suatu report yang berisi data-data mengenai hasil dari simulasi yang telah dilakukan. Data tersebut akan diambil dan disajikan ke dalam grafik yang nantinya akan dilakukan analisis terhadap kinerja protokol routing .

  Analisis Average Latency Gambar 3 merupakan nilai Average Latency berdasarkan bertambahnya ukuran pesan, routing ProPHet mobilitas Shortest Path Map

  Gambar 2 Delivery Probability Skenario 1, 2, 3 B.

4.1 Analisis Kinerja Protokol Routing Berdasarkan Ukuran Pesan

  berdasarkan ukuran pesan. Analisis akan dibagi ke dalam 3 bagian yaitu Delivery Probability, Latency Average, dan Overhead Ratio.

  Map Route Movement mengalami naik turun

  Hasil simulasi yang digunakan untuk menganalisis kinerja 3 protokol routing

  dikarenakan adanya kemungkinan pesan yang

  Path Map Based Movement menglami kenaikan,

  bertambahnya ukuran pesan pesan maka pesan yang tersampaikan mengalami penurunan, berbedanya nilai penurunan tergantung mekanisme routing dan mobilitas node tersebut. Namun ukuran pesan 45 MB mobilitas Shortest

  Epidemic mobilitas Shortest Path Map Based Movement, Map Based Movement, Map Route Movement cenderung menurun dikarenakan tiap

  Nilai Average Latency Protokol routing

  dikarenakan pengaruh dari tidak pastinya pergerakan node untuk mengirimkan pesan sehingga ada terkadang waktu rata rata pesan terkirim berfariasi.

  mengalami naik (ukuran 25 MB) kemudian turun (ukuran 45MB) disebabkan adanya kemungkinan pada saat pengiriman pesan berukuran 25 MB melewati banyak hop karena pengaruh mobilitas. Kemudian menurun dikarenakan adanya kemungkinan pesan yang terkirimkan dengan ukuran pesan 45 MB dan buffer terbatas menjadikan rata waktu untuk semua pesan terkrim menjadi sedikit. Mobilitas

  A.

  Based Movement Map Based Movement

  (ProPHet, Epidemic, First Contact) dengan

  menggunakan 3 mobilitas node (Shortest Path

  Map Movement , MapBasedMovement, Map Route Movement). pada bagian ini yaitu skenario

  Delivery Probability . Hal tersebut dikarenakan

  bertambahnya pesan, mengalami penurunan

  ProPHet, Epidemic, dan First Contact seiring

  Analisis Delivery Probability Berdasarkan Gambar 2, protokol routing

  terbatasnya jumlah buffer pada node menyebabkan kemungkinan pesan untuk tersampaikan menurun. Gambar 2 meski sama sama mengalami penurunan, namun ada perbedaan nilai yang disebabkan oleh berbeda bedanya mekanisme routing dan mobilitas node yang digunakan. Routing multiopy (ProPHet) dengan mobilitas node Map Based Movement menjadi yang terbaik, dikarekana mekanisme routing yang mempunyai kemungkinan node yang dapat mengirimkan pesan ke tujuan, dengan mekanisme mobilitas node yang bergerak keseuruh jalur menyebabkan nilai lebih tinggi. tersampaikan sedikit namun ada kemungkinan dilalui lebih banyak sehingga megalami banyak hop yang dilalui saat itu banyak. drop karena buffer terbatas, meski ada yyang Nilai Average Latency Protokol routing bernilai turun yang disebabkan oleh adanya

  

First Contact disemua mobilitas mengalami kemungkinan hop yang dilalui sedikit dan drop

penurunan dikarenakan mekanisme routing yang dari pesan yang berada pada jaringan sedikit.

  tidak melakukan replikasi pesan dengan seiring bertambahnya pesan, maka pesan akan sedikit terkirim dan menyebabkan waktu rata rata pesan terkirim sedikit. Namun mobilitas Map Route mengalami kenaikan pada ukuran 45

  Movement

  MB dikarenakan adanya kemungkinan tipe mobilitas membuat pesan pada saat itu melewati banyak hop.

  Gambar4 Grafik Overhead Ratio Skenario 1, 2, 3

  4.2 Analisis Kinerja Protokol Routing Berdasarkan Jumlah Node Gambar 3 Grafik Average Latency Skenario 1, 2, 3 A.

  Analisis Delivery Probability C. Analisis Overhead Ratio

  Gambar 4 merupakan nilai Overhead Ratio berdasarkan ukuran pesan. Routing ProPHet mobilitas Shortest Path Map Based Movement

  Map Based Movement bernilai grafik menurun,

  dikarenakan mekanisme routing dan mobilitas bergerak ke semuruh jalur ataupun menacari jalur terpendek untuk menuju ke tujuan, membuah seiring bertambahnya pesan maka ada kemungkinan relay yang terjadi sedikit, berbeda dengan mobilitas Map Route Movement yang harus mengirimkan pesan ke node lain jalur yang menyebabkan adanya beban pada jaringan.

  Routing Epidemic cendurung mengalami

  penurunan pada ukuran pesan 25 MB dan naik pada ukuran pesan 45 MB (mobilitas Shortest

  Gambar 5 Delivery Probability Skenario 4, 5, 6 Path Map Based Movement, dan Map Based

  Berdasarkan Gambar 5, peningkatan nilai

  Movement ), dan pada mobilitas Map Route Delivery Probability pada gambar 3 rata rata Movement mengalami kenaikan. Hal tersebut

  disebabkan oleh protocol dan mobilitas yang disebabkan skema routing epidemi yang saat itu tidak banyak bertemu dan mengalami terkadang memenuhi jaringan. drop, sedangkan penurunan terjadi karena

  Routing First Contact enderung menalami mekanisme protocol dengan mobilitas node yang kenaikan dikarenakan seiring bertambahnya seiring bertambahnya jumlah node dengan ukuran pesan maka ada kemungkinan hop yang buffer terbatas, salah satunya dapat menyebabkan banyak pesan yang di drop.

  B.

  Protokol routing First Contact paling tinggi tingkat Overhead Ratio dengan jumlah node 50, dan protokol ProPHet mendapatkan hasil terendah untuk jumlah node 10.

  First Contact mendapatkan yang terburuk dari ke 3 mobilitas node.

  mendapatkan hasil terbaik, protocol routing

  Path Map Based Movement, Map Based Movement dan Map Route Movement

  Kemudian di kolom jumlah node protocol routing ProPHet berdasarkan mobilitas Shortest

  Path Map Based Movement dan Map Based Movement mendapatkan hasil terbaik, protokol routing Epidemic terbaik pada mobilitas Map Route Movement dan protocol routing First Contact mendapatkan yang terburuk dari ke 3 mobilitas node.

  Analisis Delivery Probability Tabel 3 kolom ukuran pesan, protocol routing ProPHet berdasarkan mobilitas Shortest

  A.

  Delivery Probability, Average Latency dan overheadratio untuk mengetahui routing protocol yang terbaik dan terburuk berdasarkan mobilitas node.

  Analisis Berdasarkan Mobilitas Node merupakan analisis protocol yang terbaik dan terburuk dari proses simulasi yang sudah di bahas di bab sebelumnya. Analisis berdasarkan mobilitas node mengggunakan parameter

  4.3 Analisis Berdasarkan Mobilitas Node

  Gambar 7 Grafik Overhead Ratio Skenario 4,5 ,6

  nilai Overhead Ratio seiring bertambahnya jumlah node, dikarenakan semakin bertambahnya jumlah node maka semakin banyak pesan yang beredar pada jaringan.

  Analisis Average Latency Berdasarkan Gambar 6, peningkatan nilai

  routing dan mobilitas mengalami peningkatan

  Analisis Overhead Ratio Berdasarkan Gambar 7, semua protokol

  Gambar 6 Grafik Average Latency Skenario 4, 5, 6 C.

  .

  dari routing ProPHet yang naik, disebabkan oleh sulitnya node untuk bertemu dan menyamaikan pesan.

  Average Latency turun, walaupun ada mobilitas

  yang cenderung mempunyai hasil

  ProPHet

  Penurunan nilai Average Latency seiring bertambahnya jumlah node rata-rata disebabkan oleh keunggulan dari routing dan mobilitas tersebut sehingga waktu rata-rata pesan untuk sampai ke tujuan menjadi sedikit. Seperti routing

  node pada gambar 6 disebabkan oleh adanya kemungkinan routing dan mekanisme yang saat itu rata rata sering bertemunya antar node sehingga pesan yang diterima akan melewati banyak hop.

  Average Latency seiring bertambahnya jumlah

  Tabel 3 Delivery Probability berdasarkan mobilitas node Delivery Probability Mobilitas Ukuran Pesan Jumlah Node Terbaik Terbu ruk Terbai k Terbur uk

  Shortest Path Map Based Movement

  Epidemic mendapatkan yang terburuk dari ke 3 mobilitas node.

  First Conta ct

  Berdasarkan Tabel 4, protokol routing multi-

  copy (ProPHet dan Epidemic) mengungguli protocol routing single-copy (First Contact).

  Dikarenakan mekanisme routing dari protocol multi-copy (yang melakukan salinan pesan) dapat menjadikan adanya kemungkinan waktu pesan yang sampai ketujuan bernilai kecil di semua mobilitas, berdasarkan ukuran pesan atau jumlah node. Sedangkan protokol routing single-copy terdapat kemungkinan rata-rata waktu pesan sampai lama karena adanya kemungkinan pesan yang akan dikirmkan, terbawa node yang berlawanan arah.

  C.

  Analisis Overhead Ratio Pada Tabel 5 kolom ukuran pesan, protokol

  routing ProPHet

  berdasarkan mobilitas Shortest

  Path Map Based Movement, Map Based Movement dan Map Route Movement

  mendapatkan hasil terbaik, dan protokol routing

  Kemudian di kolom jumlah node protocol routing ProPHet berdasarkan mobilitas Shortest

  Route Movement Epide mic

  Path Map Based Movement, dan Map Route Movement mendapatkan hasil terbaik, protocol routing First Contact berdasarkan mobilitas Map Based Movement mendapatkan hasil

  terbaik. Protokol routing Epidemic mendapatkan yang terburuk dari ke 3 mobilitas node.

  Tabel 5 Overhead Ratio berdasarkan mobilitas node Overhead Ratio Mobilitas Ukuran Pesan Jumlah Node Terbaik Terbu ruk Terbaik Terb uruk

  Shortest Path Map Based Movement

  ProPHe t Epide mic

  ProPHet Epid emic Map Based Movement ProPHe t Epide mic First

  Contact Epid emic Map

  Route Movement ProPHe t

  Epide mic ProPHet First Cont act

  Berdasarkan Tabel 5 kolom ukuran pesan, protocol routing ProPHet mendapatkan hasil terbaik dikarenakan pesan yang beredar pada jaringan tidak banyak, sebab mekanisme routing

  ProPHet yang hanya mengirim pesan pada node

  First Contact ProPH et

  First Conta ct Map

  ProPHe t First Conta ct ProPH et First

  routing Epidemic berdasarkan mobilitas Shortest Path Map Based Movement, Map Based Movement dan Map Route Movement

  Contact Map Based Movement

  ProPHe t First Conta ct ProPH et First

  Contact Map Route Movement

  Epidemi c First Conta ct ProPH et First

  Contact

  Berdasarkan Tabel 3, protokol routing multi-

  copy (ProPHet dan Epidemic) mengungguli protocol routing single-copy (First Contact).

  Dikarenakan mekanisme routing dari protokol multi-copy (yang melakukan salinan pesan) dapat menjadikan adanya kemungkinan banyak pesan terkirim di semua mobilitas, berdasarkan ukuran pesan atau jumlah node.

  B.

  Analisis Average Latency Tabel 4 kolom ukuran pesan, protocol

  mendapatkan hasil terbaik, dan protokol routing

  First Contact ProPH et

  First Contact mendapatkan yang terburuk dari ke 3 mobilitas node.

  Kemudian di kolom jumlah node protocol routing ProPHet berdasarkan mobilitas Shortest

  Path Map Based Movement, Map Based Movement dan Map Route Movement

  mendapatkan hasil terbaik, protocol routing

  First Contact mendapatkan yang terburuk dari ke 3 mobilitas node.

  Tabel 4 Average Latency berdasarkan mobilitas node

  Average Latency Mobilitas Ukuran Pesan Jumlah Node Terbai k Terburu k Terbai k Terbu ruk

  Shortest Path Map Based Movement

  Epide mic First Contact

  ProPH et First Conta ct Map

  Based Movement Epide mic

  yang mempunyai kemungkinan besar pesan tersampaikan tinggi, sehingga pesan tidak banyak di repliaksi. Protocol Epidemic mendapatkan nilai terburuk dikarenakan mekanisme yang bersiafat flooding membuat banyaknya pesan yang berada pada setiap node yang bertemu pada jaringan.

  Kemudian di kolom jumlah node protocol

  Performance Evaluation of Delay Tolerant Routing Protocol by Variaton in BufferSize. IEEE Conf. Publication p. 674-678.

  single-copy menggunakan jalur yang lebih

  banyak, kecepatan node yang berbeda, pengaturan buffer dan menggunakan beberapa pola pergerakan dengan parameter uji yang lainnya.

  7. DAFTAR PUSTAKA

  Fall, K. 2003. A Delay Tolerant Network

  Architecture For Challenged Internets ,

  SIGCOMM ’03, New York, NY, USA: ACM 2003, p. 27-34. Hutajulu, P., 2017. Perbandingan Kinerja

  Routing Multicopy Dan Routing First Contact Dengan Stationary Relay Node Pada Delay Toleran Network (DTN) .

  Universitas Brawijaya, Malang Jawa Timur. Mangrulkar, R., S., Atique, M. 2012.

  Massri, K. et al. 2016. Routing Protocols for

  6. SARAN

  Delay Tolerant Network: A Reference Architecture and a Thorough Quantitative Evaluation. Article at

  Journal of Sensor and Actuator Networks Vol.5 p.1-28. Mehto, A., Chawla, M., 2013. Comparing Delay

  Tolerant Network Routing Protocols for Optimizing L-Copies in Spray and WaitRouting for Minimum Delay. Paper at Conferense on Advances in Communication and Control Systems 2013 (CAC2S 2013)

  p.239 – 244. Patel, D., & Shah, R. 2015. A Survey on

  Improved PROPHET Routing Protocol in DTN . Article at International Research

  journal of Engineering and Tehnology(IRJET), Vol.

  2 Issue 8, November 2015 p. 1237-1240. Permatasari, S., 2017. Analisis Kinerja Protokol

  Routing ProPHet, Epidemic, Dan Spray and Wait Menggunakan Opportunistic Network Environment Simulator . Universitas Brawijaya, Malang Jawa Timur.

  Pada penilitan selanjutnya mungkin dapat membandingkan kinerja protocol multi-copy dan

  Based Movement jumlah node 10 dengan nilai 25,0909%.

  routing ProPHet berdasarkan mobilitas Shortest Path Map Based Movement, dan Map Route Movement mendapatkan hasil terbaik

  Contact mendapatkan hasil yang buruk mobilitas Map Route Movement dikarenakan adanya

  dikarenakan memeng mekanispe pengiriman yang dapat mengetahui node yangvmemiliki tingkat pengiriman tinggi kenuju ke tujuan sehingga pesan tidak sembarangan dikirim ke node yang dilewatinya. Protokol routing First

  Contact mendapatkan nilai terbaik pada

  mobilitas node

  Map Based Movement

  dikarenakan mekanisme pengiriman yang tidak mereplikasi pesan sehingga tidak membebani jaringan.

  Protokol Epidemic mendapatkan hasil terburuk mobilitas Shortest Path Map Based

  Movement dan Map Based Movement

  dikarenakan routing yang bertipe flooding dalam mekanisme pengiriman menyebabkan banyak pesan yang di replikasi, dan routing First

  kemungkinan node saling bertemu dalam satu jalur, sehingga banyak pesan yang berada di jaringan disebabkan oleh node yang tidak dapat menyampaikan pesan kepada node lain dilain jalur.

5. KESIMPULAN

  737,4527s. Overhead Ratio yang paling optimal pada routing ProPHet mobilitas node Map

  Delivery Probability yang paling optimal

  adalah pada routing ProPHet (multi-copy) dengan mobilitas node Map Based Movement ukuran pesan 10 MB dengan nilai 0,1842%.

  Average Latency yang paling optimal pada routing Epidemic (multi-copy) dengan mobilitas

  node Map Based Movement ukuran pesan 45 MB dengan nilai 586,1909s. Overhead Ratio yang paling optimal pada routing First Contact dengan mobilitas node Map Based Movement ukuran pesan 45 MB dengan nilai 22,04%.

  Delivery Probability yang paling optimal

  pada routing ProPHet mobilitas Shortest Path

  Map Based Movement jumlah node 50 dengan

  nilai 0,0396%. Average Latency yang paling optimal pada routing ProPHet mobilitas Map

  Based Movement jumlah node 25 dengan nilai

  Rizal, H., 2018. Analisis Kinerja Protocol

  Routing pada Arsitektur Delay Toleran Network Terhadap Beberapa Pola Pergerakan. Universitas Brawijaya, Malang Jawa Timur.

  Vahdat, A., & Becker, D. 2000. Epidemic

  Routing for Partially Connected Ad Hoc Networks. Tersedia di:

  <http://issg.cs.duke.edu/Epidemic/Epid .pdf> [Diakses pada 22 Oktober

  emic

  2017]