PERGESERAN PARADIGMA DALAM PENDIDIKAN TINGGI HUKUM (Dari Kurikulum Inti dan Institusional ke Kurikulum Berbasis Kompetensi)
Rini Fidiyani
Fakult as Hukum Universit as Negeri Semarang E-mail: f idiyani. rini@gmail. com
Abst r act
The change of er a and l abor mar ket s cr eat es demand f or gr aduat es col l ege of l aw must have t he necessar y compet ency, wher eas t he high l aw educat ion syst em does not pr epar e gr aduat es t o have compet enci es t hat ar e expect ed. Ther ef or e, a change f r om t he ol d cur r i cul um t o t he Compet ency Based Cur r i cul um (CBC) needs t o be done t o addr ess t hese pr obl ems. In CBC, compet ency mappi ng, t eachi ng par adi gm i s al so shi f t i ng f r om Teacher -Cent er ed Lear ni ng (TCL) t o t he St udent -Lear ni ng Cent er (SCL). Loads l ect ur e mat er i al s ar e al so change f r om t he or i gi nal emphasi s on t echni cal exper t i se (academi c/ har dski l l s) t o t he non-t echni cal ski l l s (sof t ski l l s) ar e bal anced. Expect at ion wit h t he i mpl ement at ion of CBC on t he l aw of science st udy pr ogr am, gr aduat es who can compet e and have gener at ed compet it iveness i n t he j ob mar ket .
Keyword: Compet ency Based Cur r i cul um, St udent -Lear ni ng Cent er , Teacher -Cent er ed Lear ning,
hardskills, sof t skills.
Abst rak
Perubahan j aman dan pasar kerj a membuat permint aan akan lulusan perguruan t inggi hukum harus memiliki kompet ensi yang dibut uhkan, padahal sist em pendidikan t ak menyiapkan lulusan unt uk memiliki kompet ensi yang diharapkan. Oleh karena it u, perubahan dari kurikulum lama ke Kurikulum Berbasis Kompet ensi (KBK) perlu dilakukan unt uk menj awab permasalahan t ersebut . Dalam KBK, kompet ensi lulusan dipet akan, paradigma pengaj aran j uga bergeser dari Teacher -Cent er ed Lear ni ng (TCL) ke St udent -Cent er Lear ni ng (SCL). Muat an mat eri perkuliahan j uga mengalami perubahan dari yang semula menekankan pada keahlian t eknis (akademik/ hardskills) ke arah kemampuan non t eknis (sof t skills) secara berimbang. Diharapkan dengan penerapan KBK pada program st udi ilmu hukum, lulusan yang dihasilkan dapat bersaing dan memiliki daya saing di pasar kerj a.
Kat a Kunci: Kurikulum Berbasis Kompet ensi, St udent -Lear ni ng Cent er , Teacher -Cent er ed Lear ni ng,
hardskills, sof t skills.
Pendahuluan
laysia (ke-18), dan Thailand (ke-26). 1 Bahkan Salah sat u t uj uan penyelenggaraan pen-
kalah dengan Viet nam. 2 Salah sat u sebab dari didikan oleh sebuah inst it usi adalah unt uk
ren-dahnya daya saing it u t erlet ak pada kuri- menyediakan dan menghasilkan lulusan yang
kulum pendidikan t inggi yang masih berbasis memiliki kemampuan dan daya saing dalam
pada isi ( cont ent based), bukan pada kompe- pencarian, perolehan, dan pencipt aan pekerj a-
t ensi.
an. Pada persoalan daya saing, sayang sekali kondisi sumber daya manusia (SDM) di Indonesia
1 Lihat dal am Tamidi, 2010,
Per anan Kur i kul um Ber basi s
berada pada t araf yang rendah. Laporan t erba-
Kompet ensi (KBK) Ter hadap Pembent ukan Sof t ski l l
ru dari Wor l d Compet i t i veness Year book 2009,
Mahasi swa, Medan: Fakul t as Psikol ogi Uni versit as Suma- t era Ut ara, hl m. 1. Lihat j uga Dewa Komang Tant ra,
menet apkan daya saing (mahasiswa) kit a ber-
Kur i kul um Ber basi s Kompet ensi , Makal ah pada Kegiat an
ada pada peringkat ke 42. Peringkat ini masih
Penyempurnaan Kurikul um Fakul t as Seni Rupa dan Desain, ISI Denpasar, 11 November 2009, hl m. 1.
lebih rendah di banding dengan negara Asia
2 Depart emen Pendi dikan Nasional , 2003, Pel ayanan
Tenggara lainnya, yait u Singapura (ke-3), Ma-
Pr of esi onal Kur i kul um 2004, Kur i kul um Ber basi s Kompe- t ensi , Jakart a: Pusat Kur ikul um, Bal it bang Depdiknas, hl m. 5.
244 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 10 No. 3 Sept ember 2010
Kurikulum yang cont ent based, menit ik- dihasilkan oleh penyelenggaraan pendidikan t e- berat kan pada pencapaian Indeks Prest asi (IP)
lah bergeser, sesuai dengan perkembangan dengan indikat or kualit as lulusan mendasarkan
j aman dan t unt ut an dari pasar kerj a. Kuriku- pada IPK, lama st udi dan predikat kelulusan
lum Berbasis Kompet ensi (KBK) diyakini me- yang disandang, 3 padahal IP hanya menggam-
rupakan j awaban t erbaik at as perubahan j aman barkan kemampuan dari aspek kognit if ( har d-
bagi penyelenggaraan pendidikan, bahkan di- ski l l ), yang dalam dunia kerj a masa sekarang
kat akan oleh Dewa Komang Tant ra 6 bahwa KBK dianggap kurang pent ing dibandingkan dengan
merupakan j awaban unt uk mencapai keunggul- kemampuan dari aspek af ekt if dan psikomo-
an bangsa sehingga mampu bersaing di dunia t orik yang berupa sof t ski l l . Bahkan dari hasil
( nat i on compet it i veness).
survey, yang dilakukan Pusat Kurikulum Depdik- Hukum at au lebih t epat nya pendidikan nas t erungkap bahwa kunci kesuksesan adalah
t inggi hukum t ermasuk lambat dalam merespon 80% mindset dan 20% t echni cal ski l l . 4 perubahan yang t erj adi. Sampai saat ini belum
Ket erpurukan daya saing SDM kit a t ak ada program st udi ilmu hukum yang menerap- lepas dari perubahan yang t erj adi pada Abad
kan KBK secara penuh, dan masih berkut at
XXI dan kondisi permint aan pasar kerj a yang pada kurikulum int i dan inst it usional yang t elah t ak segera direspon oleh penyelenggara pen-
t erbukt i t ak mengangkat daya saing lulusan didikan. Perubahan j aman menghendaki dilaku-
dalam pekerj aan. Keadaan di program st udi kannya perubahan pendidikan t inggi yang ber-
ilmu hukum dit opang dengan debat yang t iada sif at mendasar, berupa perubahan dari pan-
kunj ung habis mengenai pert anyaan apakah dangan kehidupan masyarakat lokal ke masya-
pendidikan S1 Ilmu Hukum it u merupakan pen- rakat dunia (global), perubahan dari kohesi
didikan ket erampilan at au keilmuan. Jika me- sosial ke part isipasi demokrat is, dan perubahan
ngacu pada apa yang nant inya t erumus dalam dari pert umbuhan ekonomi ke perkembangan
KBK, j awaban dari pert anyaan it u akan dij um- kemanusiaan. 5 pai dan usailah perdebat an it u. Dengan kat a
Salah sat u perubahan yang harus segera lain, pembuat an dan penerapan KBK di program dilakukan adalah perubahan kurikulum. Kuri-
st udi ilmu hukum merupakan suat u keharusan, kulum pada hakekat nya adalah sebuah program
agar kompet ensi lulusan dapat t erpet akan sej ak yang disusun unt uk mencapai t uj uan pendidik-
awal. Art ikel ini berupaya unt uk menj abarkan an, akan t et api seringkali perubahan kurikulum
mengenai KBK, pergeseran paradigm, sist em seringkali hanya berf okus pada pengubahan
pembelaj aran dan konsekuensi met odologis dari dokumen saj a, dan pelaksanaan pembelaj aran,
penerapan KBK pada program st udi ilmu pencipt aan suasana belaj ar, cara evaluasi pem-
hukum.
belaj aran seringkali t idak berubah. Perubahan kurikulum menj adi keharusan, j ika out put yang
Pembahasan
Pergeseran Paradigma Pembelaj aran di Per-
3 Sub Direkt or at KPS (Kurikul um dan Program St udi ), 2009,
guruan Tinggi dan Pengembangan Kurikulum
Buku Panduan Pengembangan
Kur i kul um
Ber basi s
Berbasis Kompe-t ensi (KBK)
Kompet ensi Pendi di kan
Ti nggi
(Sebuah
Al t er nat i f
Penyusunan Kur i kul um), hl m. 4
Pembahasan t ent ang pergeseran paradig-
4 Bandingkan dengan hasil survey Nat i onal Associ at i on of Col l eges and Empl oyer s (NACE), USA, 2002, yang menun-
ma dalam pendidikan t inggi hukum selalu t er-
j ukkan bahw a t er nyat a Indeks Prest asi Kumul at if (IPK)
kait dengan persoalan mengenai landasan f ilo-
bukanl ah hal yang di anggap pent ing di dal am dunia kerj a, j auh l ebih pent ing adal ah sof t skil l . Demiki an pul a
sof is yang memandu beroperasinya sist em
dengan penel it i an dari Asosi asi MBA dunia yang dil akukan
pendikikan t inggi hukum. Pada t at aran f iloso-
t erhadap l ul usan program MBA, yang menyimpul kan bahw a sof t skil l l ebih ber peran dal am peningkat an karir;
f is, maka uraian akan meliput i berbagai basi c
dan penel it ian Haki m (2008) berdasarkan dat a yang
bel i ef at au wor l d view yang seringkali disang-
di adopsi dar i Har var d School of Business, member ikan gambaran mengenai persent ase kemampuan seorang
kut paut kan dengan paradigma. Paradigma me-
mahasisw a yang diperol eh dari kampus mereka, yait u 5 90% t eknis dan sisanya sof t skil l . Tarmidi, op. ci t , hl m. 2
Sub Direkt orat KPS, op. ci t , hl m. 1.
6 Dewa Komang Tant r a,
l oc. ci t .
Pergeser an Par adigma dal am Pendidikan Tinggi Hukum … 245
rupakan suat u mast erpiece yang menakup se- of Occi pat ion), demat erialisasi pekerj aan dan mua unsur prakt ik-prakt ik ilmiah at au ilmu
kemampuan berperan unt uk menanggapi bang- penget ahuan di dalam sej umlah area of inquiry
kit nya sekt or layanan j asa, dan bekerj a di ke- at au bidang st udi at au penelit ian t erspesiali-
giat an ekonomi inf ormasi; l ear ning t o l ive sasi. Paradigma j uga menggariskan paramet er-
t oget her (wit h ot her s), dan l ear ni ng t o be. paramet er pent ing mana yang akan diukur,
Sedangkan belaj ar sepanj ang hayat merupakan mendef inisikan st andar ket epat an yang dibu-
i mper at ive f or democr acy; pen- t uhkan, menunj ukkan cara bagaimana (hasil)
wuj ud dari
didikan mult idimensional; munculnya new t i - observasi akan diint erpret asi, sert a met ode
mes, f r esh f iel ds; pendidikan at t he hear t of eksperimen mana akan akan dipilih unt uk
soci et y; dan kebut uhan sinergi dalam pen-
dit erapkan. 7 didikan. 10
Secara ringkas, paradigm disebut sebagai Saran UNESCO unt uk melakukan perubah- disciplinary mat rix, yakni suat u pangkal, wa-
an besar dalam sist em pendidikan direspon de- dah, t empat , cet akan, at au sumber di/ dari
ngan adanya perubahan kurikulum dari konsep mana suat u disiplin ilmu penget ahuan dianggap
Kurikulum Nasional 1994 ke Kurikulum Int i dan bermula, berasal, berakar, dicet ak, bersum-
Inst it usional pada 2000 dan dilanj ut kan dengan
Kurikulum Berbasis Kompet ensi 2002. Perubah- it u, paradigma dapat dianggap serupa dengan
ber/ mengalir, at au dij adikan. 8 Lain daripadai
an kurikulum dari Kurikulum Int i dan Inst it usio- ‘ pendekat an’ at au approach maupun ‘ t radisi’ . 9 nal (Kepmendiknas No. 232/ U/ 2000) ke KBK
Guna kepent ingan penulisan ini, penulis meng- (Kepmendiknas No. 45/ U/ 2002) lebih banyak di ambil pemahaman paradigma sebagai suat u
dorong oleh masalah-masalah global at au eks- cara berf ikir yang meliput i asumsi dasar at au
t ernal, yait u: 11 per t ama, persaingan di dunia t eori yang harus dij awab, dan pemahaman
global yang berakibat j uga t erhadap persaingan paradigma yang cocok unt uk hal ini adalah
perguruan t inggi di dalam negeri maupun di pemahaman paradigma yang dikemukakan oleh
luar negeri sehingga perguruan t inggi dit unt ut Thomas Kuhn, di mana set elah dat angnya suat u
unt uk menghasilkan lulusan yang dapat ber- masa suram dari paradigma lama maka akan
saing dalam dunia global; kedua, adanya pe- muncul (bergeser ke) paradigma baru.
rubahan orient asi pendidikan t inggi yang t idak Lemahnya daya saing lulusan perguruan
lagi hanya menghasilkan manusia cerdas ber- t inggi di Indonesia memerlukan perubahan
ilmu, t et api j uga yang mampu menerapkan ke- besar dalam sist em pendidikan t inggi di Indo-
ilmuannya dalam kehidupan di masyarakat nya nesia. UNESCO (1998) menj elaskan bahwa un-
(kompet en dan relevan) yang lebih berbudaya; t uk melaksanakan empat perubahan besar di
dan ket i ga adanya perubahan kebut uhan di pendidikan t inggi t ersebut , dipakai dua landas-
dunia kerj a yang t erwuj ud dalam perubahan an berupa empat pilar pendidikan dan belaj ar
persyarakat dalam menerima t enaga kerj a, yai- sepanj ang hayat ( l ear ning t hr oughout l i f e).
t u adanya persyarat an sof t ski l l s yang dominan Empat pilar pendidikan it u adalah l ear ni ng t o
di samping har dski l l nya.
know, l ear ni ng t o do, yang bermakna pada pe- Beberapa kalangan berpendapat bahwa nguasaan kompet ensi dari pada penguasaan
KBK merupakan j awaban j it u t erhadap perma- ket erampilan menurut klasif ikasi ISCE ( Int er -
salahan mut u pendidikan, sedangkan kalangan nat ional St andar d Cl asif i cat ion of Eduacat i on)
lain berpendapat KBK merupakan j awaban yang dan ISCO ( Int er nat i onal St andar Cl assi f i cat ion
keliru. KBK menuai popularit as di Amerika Se-
rikat pada t ahun 1970-an sebagai dasar unt uk
Erl yn Indar t i, “ Legal Const ruct ivism: Paradigma Baru Pendi dikan Hukum dal am Rangka Membangun Masyar akat
pendidikan vokasional bagi t enaga kependidik-
Madani” , Jur nal Masal ah-masal ah Hukum FH UNDIP, Vol . XXX No. 3, Jul i -Sept ember 2001, hl m. 145.
Hi gher Educat i on i n t he Twent y-f i r st Cent ur y: 8 Thomas Kuhn, 1970,
10 UNESCO,
Vi si on and Act i on. Worl d Conf erence on Higher Eduat ion. Revol ut i on, Chicago: Chicago Universit y Press.
The St r uct ur e of Sci ent i f i c
Par is, 5-9 Oct ober 1998. Li hat pul a dal am Sub Direkt orat W. L. Neuman, 1991,
Soci al Resear ch Met hods, London:
KPS, op. ci t , hl m. 1-2. .
Al l yn and Bacon. Lihat pul a pada Erl yn Indart i, l oc. ci t .
11 Ibi d, hl m. 6-7 dan 8-9.
246 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 10 No. 3 Sept ember 2010
an. KBK j uga berkembang di Inggris dan Wales pembelaj aran di sekolah unt uk mengembang- pada awal 1986, kemudian Selandia Baru, Aus-
kan kompet ensi st andar.
t ralia dan Indonesia pada paruh akhir t ahun Ada beberapa argumen yang perlu di- 1980-an. Meski demikian, di beberapa negara
kemukakan dari mereka yang menolak KBK. KBK menuai berbagai krit ik.
Per t ama, pendekat an KBK yang sangat beha- KBK sif at nya sangat individualis, mene-
vi or al sering dicerca karena t idak memperhat i- kankan pada out comes (apa yang diket ahui dan
kan hubungan ant ara t ugas at ribut yang melan- apa yang dapat dilakukan), dan prosedurnya sa-
dasi sebuah perilaku, makna, kemauan, at au ngat f leksibel. Pendekat an kompet ensi mem-
disposisi sebuah perilaku at au t indakan, kon- perj elas bagaimana out comes dapat dicapai de-
t eks dari perilaku, dan dampak aspek int erper- ngan mut u pencapaian menurut st andar na-
sonal dan et is. 16 Mengingat sif at dunia nyat a sional maupun int ernasional. Secara t eoret is,
sangat kompleks dan t idak menent u, dit engarai KBK meniadakan pembedaan ant ara “ t angan
bahwa t uj uan-t uj uan yang dirumuskan dalam dan pikiran, t eori dan prakt ik, umum dan spe-
bent uk perilaku-perilaku t erukur t idak dapat
sepenuhnya diukur dan diamat i sepenuhnya. j alan dengan KBK, mereka menyebut KBK seba-
sif ik dalam pendidikan” . 12 Bagi yang t idak se-
Rumusan-rumusan perilaku cenderung bersif at gai sesuat u yang sangat reduksionist ik, sempit ,
diskrit , sehingga dit engarai sebagai sebuah upa- kaku, t eoret is, empiris, dan pedagogis yang sa-
ya mengat omisasi perilaku yang sebenarnya
ngat t idak memadai. 17 Meski demikian, kedua- bersif at holost ik dan ut uh ( i nt act behavi or s). nya – yang pro dan kont ra – set uj u apabila kom-
Lagipula, perilaku yang diklaim t elah diukur di pet ensi t ersebut dikonsepsikan ke dalam ben-
anggap sebagai sebuah perilaku akhir ( ul t i mat e t uk perilaku ( behavior al t er ms). 14 behavior ), walau sesungguhnya menurut pan-
dangan konst rukt ivis bahwa perilaku t ersebut sarkan pada mereka yang pro dan kont ra KBK,
Dewa Komang Tant ra, 15 dengan menda-
bukanlah yang f inal, t et api ia akan direvisi, di- berpendapat bahwa KBK berada di ant ara mit os
konst ruksi ulang, at au diubah menj adi sesuat u dan realit a. Disebut mit os – dengan mendasar-
yang lebih sempurna. 18
kan pada pendapat yang kont ra KBK – karena Kedua, Collins menyebut kan bahwa KBK KBK hanyalah merupakan sebuah pendekat an
meningkari hasil penelit ian yang pernah di- kebij akan ( pol i cy appr oach), sebuah mit os da-
lakukan selama 100 t ahun di bidang psikologi, lam pendidikan, yang masih perlu dikaj i secara
pendidikan, organisasi, maupun dalam bidang int ensif sebelum diimplement asikan. KBK dise-
kebudayaan. Khususnya, ia t idak sependapat but sebagai realit a karena KBK bukan saj a se-
dengan bat asan yang digunakan oleh penganut buah pendekat an dalam kebij akan ( pol i cy app-
aliran behaviorisme t ent ang ski l l dan compe- r oach), t et api KBK dapat direalisasikan dalam
t ence sebagai sebuah perilaku yang bersif at sa- ngat individual dan bebas t at a nilai. Padahal,
12 R. Harr is, H. Gut hrie, B. Hobart dan D. Lumberg, 1995,
ski l l dan compet ence kenyat aannya merupakan
Compet ency-based Educat i on and Tr ai ni ng: Bet ween a
sebuah hasil konst ruksi sosial dan prakt ik ke-
Rock and Whi r l pool , Sout Mel bourne: MacMil l an Educa- 13 t ion Aust r al i a. C. Chappel l , “ Qual it y and Compet ency-based Educat ion
and Traini ng” , The Li t er acy Equat i on, 71-79. Red Hil l , Aust ral i a: Queensl and Council f or Adul t Lit er acy; dan T. Hyl and, 1994,
Compet ence, Educat i on and NVQs: Di ssent i ng Per spect i ves, London: Cassel l .
16 A. Gonczi, “ Fut ure Direct ion f or Vocat ional Educat ion in 14 Diur aikan ol eh Dewa Komang Tant ra bahwa dal am
Aust r al i a and New Zeal and kerangka pikir behaviori sme, kompet ensi l ebih mudah
Aut r al ia Secondar y School s” ,
Jour nal of Vocat i onal Educat i on Resear ch 5, No. 1 (May), diur ai menj adi peril aku (perf or mance) dal am bi dang
hl m. 77-108; dan T. Hyl and , l oc. ci t . t ugas yang sangat t er pi sah dan di anal isis secara
17 N. Jackson, 1994, If Compet ence i s t he Answer, What is f ungsional menurut peran dan t ugasnya. Anal isis demi-
A Col l ect i on of Or i gi nal Essay on kian sangat t epat dij adikan dasar unt uk merumuskan
t he Quest ion?
Cur r i cul um f or t he Wor kpl ace, Geel ong: Aust ral ia Deakin kompet ensi dan al at ukur yang akan digunakan unt uk
Uni versit y, hl m. 135-149.
pencapaian sebuah kompet ensi. Lihat dal am Dewa 18 P. Hodkinson dan M. Issit t (eds), 1995, The Chal l enge of 15 Komang Tant ra, op. ci t , hl m. 4.
Compet ence, New York: Casel l ; T. Hyl and, 1994, l oc. ci t ; Ibi d, hl m. 7 dan 9. dan Dewa Komang Tant ra,
op. ci t , hl m. 5.
Pergeser an Par adigma dal am Pendidikan Tinggi Hukum … 247
Terhadap krit ik dari penent ang KBK ini, lagi, validit as t eknik pengukuran yang didasar-
budayaan yang akt if dan kreat if . 19 Lebih-lebih
para pendukung penerapan KBK dalam pe- kan pada model pembelaj aran secara behavior-
nyelenggaraan pendidikan berpendapat sebagai ist ik sangat problemat ik sebagai indikat or mo-
Per t ama, Erridge dan Perry 26 yakin del pembelaj aran yang signif ikan. 20 bahwa “ … i t gives i ndivi dual s oppor t unit i es t o Ket i ga, model pengecekan t erhadap pe-
berikut .
achi eve qual i f i cat i ons t hat r el at e t o r equir ed merolehan kompet ensi berdasarkan pada t eknik
per f or mance i n t he wor kpl ace …” . Bagi ke- checkl i st yang menandai dicapai/ t idaknya dica-
duanya, KBK diyakini memberi peluang bagi painya kompet ensi dimaksud dipandang sangat
seseorang unt uk mencapai kualif ikasi yang menyederhanakan sebuah persoalan yang se-
dibut uhkan. KBK diyakini merupakan sebuah sungguhnya sangat kompleks. Penilaian t erha-
rencana dan pengat uran t ent ang kompet ensi dap pencapaian sebuah kompet ensi yang di-
dan pemberdayaan sumberdaya secara ef isien dasarkan pada pencapaian kompet ensi mini-
dan ef ekt if . KBK diyakini dapat memberikan mum sangat t idak memot ivasi seseorang unt uk
layanan t erhadap pesert a didik sesuai dengan mencapai kompet ensi st andar. Kompet ensi mi-
kemampuan dan pot ensi yang dimilikinya. nimum hanyalah merupakan t ingkat an perilaku
Dengan demikian, KBK bukannya menghasilkan yang dapat dit erima ( accept abl e l evel of com-
lulusan yang memiliki penget ahuan sebanyak- pet ency), bukan berart i kompet ensi minimum
banyaknya, melainkan lulusan yang memiliki t elah berkesesuaian dengan kompet ensi st andar
kemampuan dan sikap unt uk meningkat kan yang dit et apkan secara nasional maupun secara
kehidupannya di masyarakat . 27 int eransional ( a st andar d of excel l ence). 21 Kedua, Jones dan Moore 28 berpendapat Keempat , Jackson menilai bahwa KBK
bahwa KBK menerapkan pendekat an kompe- bersikap sangat birokrat is, t eralalu rumit , ma-
t ensi t unggal ( one compet ency-based ap- hal, dan membut uhkan wakt u yang banyak un-
pr oach), yang dapat dengan mudah dispesif ikasi
menj adi perilkau-perilaku t erukur menurut land dalam penelit ian menyimpulkan bahwa
t uk mengimplement asikan di sekolah. 22 Hay-
bidang t ugas dan garapannya. Ket i ga, penet ap- banyak sekolah at au lembaga pendidikan di
an kompet ensi st andar akan memberdayakan dunia yang t idak bersedia mengimplement asi-
individu, sehingga individu t ersebut akan mam- kan KBK. 23 Kel i ma, kendat ipun pendekat an
pu melakukan pilihan di ant ara apa yang harus kompet ensi bersif at kompat ibel dengan model
dipelaj ari ( l ear ni ng what t o be l ear ned) dan pembelaj aran kognit if , t et api KBK t idak cocok
bagaimana harus belaj ar ( l ear ni ng how t o dit erapkan pada lembaga pendidikan t inggi 24 l ear n). Velde dan Hopkins bahkan menambah-
karena kompet ensi t erlalu dibat asi secara sem- kan bahwa dalam KBK “ … t her e i s l ess cont r ol pit dan j ust ru kompet ensi meniadakan keber-
f r om bur eaucr at i c power -hol der and mor e de- adaan sebuah kurikulum sert a mempersempit
ci si on maki ng made by consumer s t hemselves” . mat eri. 25 Jadi KBK memberikan kesempat an cukup luas kepada siswa unt uk mencapai kompet ensi yang diharapkan sesuai dengan kemampuan dan
19 C. Col l in (ed), 1993, Compet enci es: The Compet enci es
pot ensinya masing-masing. Fleksibilit as pembe-
Debat e i n Aust r al i an Educat i on and Tr ai ni ng, Curt in: Aust ral i an Col l ege of Educat ion, hl m. 89.
laj aran dij amin bila menggunakan KBK. Pe-
20 J. Barrie dan R. W. Pace, “ Compet ence, Ef f iciency, and
rangkat KBK bukan lagi menj adi kewenangan
Organizat ional Lear ning” , In Human Resour ce Devel op- ment Quar t er l y Vol . 8 No. 4, Wint er 1997, hl m. 340; dan
pusat melainkan kewenangan daerah sesuai
21 Dewa Komang Tant r a, op. ci t , hl m. 6. Dewa Komang Tant r a, i bi d, hl m. 6.
22 N. Jackson, l oc. ci t . 26 A. Erridge dan S. Perr y, “ The Val i dit y and Val ue of 23 T. Hyl and, “ Nat ional Vocat ional Qual if icat ions, Skil l
Nat ional Vocat ional Qual if icat ion” , Br i t i sh Jour nal of Trai ning and Empl oyer s’ Need” ,
Educat i on and Wor k 7 No. 2, 1994, hl m. 140. Educat i on f or t he Wor kpl ace, Geel ong: Aust ral i a Deakin
Jour nal of Vocat i onal
27 Dewa Komang Tant r a, op. ci t , hl m. 7. 24 Uni versit y.
28 L. Jones dan R. Moore, “ Appropri at ing Compet ence” , 25 T. Hyl and, 1994, op. cit , hl m. 336
Br i t i sh Jour nal of Educat i on and Wor k Vol . 8 No. 2, hl m. Dewa Komang Tant r a, l oc. ci t .
78-92.
248 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 10 No. 3 Sept ember 2010
dengan kondisi dan pot ensi masing-masing. pat berbent uk t est uraian, port o f olio, at au KBK memberi peluang yang amat besar dan
t ugas. 31
f leksibel bagi guru/ sekolah/ daerah unt uk me- Kedel apan, KBK menerapkan sebuah kuri- ngebangkan pot ensinya masing-masing sesuai
kulum berdiversif ikasi, yait u dengan mengklasi- dengan kebut uhan dan daya dukung masing-
f ikasi siswa yang berkemampuan normal, se- masing. 29 dang at au t inggi. Siswa yang berkemampuan Keempat , t arget perilaku yang ingin di-
normal dit unt ut sebat as memiliki kompet ensi sasar dirumuskan secara j elas unt uk set iap j en-
minimum, sedangkan siswa yang memiliki ke- j ang dan j enis kompet ensi. Komponen kompe-
mampuan t inggi dit unt ut unt uk mencapai kom- t ensi dasar, mat eri st andar, dan indikat or pen-
pet ensi st andar. Guru/ dosen diberikan kebe- capaian hasil belaj ar dit et apkan dan disaj ikan
basan unt uk menet apkan mat eri yang cocok secara t erpadu. Mat eri-mat eri yang dibent uk
unt uk siswanya. Dengan kebebasan t ersebut , diarahkan pada pencapaian sebuah kompet ensi.
guru/ dosen memiliki peluang yang cukup t inggi Mat eri-mat eri pelaj aran t idak dimaksudkan un-
unt uk mengembangkan mat eri-mat eri yang t uk dihaf al melainkan harus diperagakan dan
memiliki karakt erist ik lokal. 32 didemonst rasikan agar t ercapai kompet ensi
Tak dapat dipungkiri bahwa KBK selain yang dimaksud. Kel i ma, guru/ dosen diberi ke-
memiliki keunggulan, j uga memiliki kekurang- sempat an yang luas unt uk berkreasi dan me-
an. Akan t et api ini t ak menyurut kan pemerin- ngembangkan mat eri-mat eri pokok secara krea-
t ah unt uk menent ukan kebij akan penerapan t if agar kompet ensi yang dit et apkan sebelum-
KBK di semua j enj ang pendidikan. Depart emen nya t erj amin dapat t ercapai oleh siswa. Empat
Pendidikan Nasional (sekarang Kement rian Pen- pilar UNESCO, yait u l ear ni ng t o know, l ear ni ng
didikan Nasional) mulai memberlakukan KBK t o do, l ear ning t o be, l ear ning t o l ive t oget her
sej ak 2002, yang t ert uang dalam Keput usan diakomodasikan secara int egrat if dan propor-
Ment eri Pendidikan Nasional No. 232/ U/ 2000 sional dalam pembelaj aran siswa. Aspek kogni-
dan No. 045/ U/ 2002 yang mengamanat kan t if , af ekt if dan psikomot orik diperlakukan seba-
penyusunan kurikulum pendidikan t inggi yang gai sebuah perilaku yang ut uh yang melandasi
berbasis kompet ensi unt uk set iap program st udi sebuah kompet ensi. Model pembelaj aran ber-
oleh kalangan perguruan t inggi yang bersang- orient asi pada siswa ( st udent -or ient ed l ear n-
kut an (bukan oleh pemerint ah). Konsekuensi-
i ng). Di samping it u, kecakapan bekal hidup di nya adalah pengembangan kurikulum diserah- akomodasi dalam pembelaj aran secara t erpa-
kan kepada masing-masing perguruan t inggi du. 30 (PT), ini sesuai dengan konsep ot onomi PT,
Keenam, sist em pembelaj aran t unt as be- akan t et api implement asinya sampai Agust us nar-benar dit erapan. Seseorang siswa dapat
2010, belum semua program st udi mengguna- meneruskan ke j enj ang kompet ensi yang beri-
kan KBK, bahkan unt uk program st udi ilmu kut nya bila ia sudah mencapai kompet ensi
hukum, belum sat upun menggunakan KBK. sebelumnya sesuai dengan bat as kompet ensi
Kurikulum adalah seperangkat rencana minimum. Sist em manaj emen peningkat an mu-
dan pengat uran mengenai isi maupun bahan t u dilakukan berdasarkan pada manaj emen ber-
kaj ian dan pelaj aran sert a cara penyampaian- basis sekolah dan menggalang part isipasi akt if
nya dan penilaiannya yang digunakan sebagai dari semua st akehol der s yang pot ensial. Ke-
pedoman penyelenggaraan kegiat an belaj ar t uj uh, sist em penilaian yang digunakan bersif at
mengaj ar di peruguruan t inggi (Pasal 1 angka 6 berkelanj ut an, yait u mengacu pada keberlang-
SK Mendiknas No. 232/ U/ 2000). 33 Kompet ensi sungan proses dan sist em penilaian berbasis
kelas ( cl assr oom-based assessment ), yang da-
32 Ibi d. Ibi d.
33 Bandingkan dengan Kerr dal am Yul i Kwart ol o, “ Cat at an
Krit i s t ent ang Kur ikul um Ber basi s Kompet ensi” , art ikel
30 Dewa Komang Tant r a, op. ci t , hl m. 7-8. dal am Jur nal Pendi di kan Penabur No. 01/ Th. I/ Maret Ibi d, hl m. 8. 2002, hl m. 107.
Pergeser an Par adigma dal am Pendidikan Tinggi Hukum … 249
adalah seperangkat t indakan cerdas, penuh j awab kemasyarakat an dan kebangsaan; kedua, t anggungj awab yang dimiliki seseorang sebagai
f enomena t ekne, dicakup dalam penguasaan syarat unt uk dianggap mampu oleh masyarakat
ilmu dan ket erampilan unt uk mencapai deraj at dalam melaksanakan t ugas-t ugas di bidang
ket i ga, f enomena oi kos, pekerj aan t ert ent u (Pasal 21 SK Mendiknas No.
keahlian berkarya;
dicakup dalam kemampuan unt uk memahami 045/ U/ 2002). Pendekat an kompet ensi merupa-
kaidah kehidupan bermasyarakat sesuai dengan kan suat u cara t erbaik unt uk meningkat kan
pilihan keahlian dalam berkarya; dan keempat , kompet ensi yang sej alan dengan persyarat an
f enomena et nos, dicakup dalam pembent ukan kerj a di sit us kerj a t ert ent u. 34 sikap dan perilaku yang diperlukan seseorang Jadi Kurikulum Berbasis Kompent ensi
dalam berkarya menurut t ingkat keahlian ber- (KBK) ialah kurikulum yang disusun berdasarkan
dasarkan ilmu dan keahlian yang dikuasai. 36 elemen-elemen kompet ensi yang dapat meng-
Sailah menyat akan bahwa kurikulum ber- hant arkan pesert a didik unt uk mencapai kom-
basis kompet ensi berupaya unt uk mensinergi- pet ensi ut ama, kompet ensi pendukung, dan
kan har dski l l s dan sof t ski l l s. Unt uk mengim-
plement asikannya diperlukan keberanian unt uk ut ama, pendukung dan kompet ensi lainnya t ak
kompet ensi lainnya. 35 Penet apan kompet ensi
dosen dalam meng- lepas dari perumusan mengenai prof il lulusan.
berubah,
kreat ivit as
opt imalkan sumberdaya f asilit as dan kemauan Maksudnya adalah prof esi apa yang akan
sert a komit men yang kuat dari pimpinan diemban oleh lulusan set elah menyelesaiakan
perguruan t inggi unt uk menerapkannya. Apa- pendidikannya. Dari ident if ikasi prof il lulusan
bila ingin memberikan pendidikan berkarakt er it u maka akan dit ent ukan kompet ensi apa yang
dan berkualit as, maka kebiakan dalam meng- harus dipunyainya. Set elah kompet ensi it u t er-
at ur t eam t eaching (t at ap muka dalam t im bent uk, barulah menyusun pengelompokan ma-
dosen, bukan berart i giliran mengaj ar dalam t a kuliah berdasarkan elemen kompet ensinya,
sat u mat a kuliah), mengat ur penj adwalan, me- yang t erdiri dari landasan kepribadian, pe-
nyediakan f asilit as ruangan dan alat , komit - nguasaan ilmu dan ket erampilan, kemampuan
men, dan insent if bagi dosen yang memadai. berkarya, sikap dan perilaku dalam berkarya
Adapun ciri-ciri kurikulum berbasis kompet ensi menurut t ingkat keahlian berdasarkan ilmu dan
yait u; per t ama, menyat akan secara j elas rin- ket erampilan yang dikuasai; dan pemahaman
cian kompet ensi pesert a didik sebagai luaran kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai
proses pembelaj aran; kedua, mat eri aj ar dan dengan pilihan keahlian dalam berkarya.
proses pembelaj aran dirancang dengan orien- Konsep ini digunakan unt uk mengakomo-
t asi pada pencapaian kompet ensi dan berf okus dasi kebut uhan masyarakat yang menj adikan
pada minat pesert a didik (St udent Cent ered perguruan t inggi sebagai t empat pembelaj aran
ket i ga, lebih mensinergikan dan dan suat u sumberdaya penget ahuan, pusat ke-
Learning);
mengint egrasikan penguasaan ranah kognit if , budayaan, sert a t empat pembelaj aran t erbuka
psikomot orik dan af ekt if ; keempat , proses pe- unt uk semua. Oleh karena it u dimasukkan st ra-
nilaian hasil belaj ar lebih dit ekankan pada ke- t egi kebudayaan dalam pengembangan pendi-
mampuan unt uk berkreasi secara procedural dikan t inggi. St rat egi kebudayaan t ersebut
at as dasar pemahaman penerapan, analisis, dan beruj ud kemampuan unt uk menangani masalah-
masalah yang t erkait dengan berbagai aspek,
36 Sub Direkt or at KPS,
op. ci t , hl m. 9; Bandingkan dengan
yait u per t ama, f enomena ant hr ophos, dicakup
pendapat Tyl er yang menyat akan bahwa int i kurikul um adal ah suat u j aw aban secar a menyel ur uh t erhadap
dalam pengembangan manusia yang beriman
beber apa pert anyaan berikut : 1) t uj uan-t uj uan apa dan
dan bert aqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
maksud-maksud apa yang hendak di capai ol eh sekol ah?, 2) kesempat an-kesempat an bel aj ar apa yang di pil ih agar
berbudi pekert i luhur, berkepribadian mant ap,
t erj adi per ubahan t ingkah l aku sesuai dengan har apan?,
dan mandiri sert a mempunyai rasa t anggung
3) bagai mana unsur-unsur bel aj ar disusun?, dan 4) bagaimana penil aian unt uk menget ahui keberhasil an-
nya?. Keempat j aw aban dari pert anyaa i nil ah yang
35 Dewa Komang Tant r a, op. ci t , hl m. 4. di sebut dengan kurikul um. Yul i Kwart ol o, op. ci t , hl m. Tarmi di,
op. ci t , hl m. 4.
250 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 10 No. 3 Sept ember 2010
evaluasi yang benar pula; dan kel ima, disusun part isipat if dalam proses pmebelaj aran di oleh penyelenggara pendidikan t inggi dan pi-
perguruan t inggi.
hak-pihak berkepent ingan t erhadap lulusan Pembelaj aran ke depan didorong menj adi pendidikan t inggi (masyarakat prof esi dan
berpusat pada mahasiswa (SCL) dengan mem- pengguna lulusan). 37 f okuskan pada t ercapainya kompet ensi yang Perubahan kurikulum berart i j uga per-
diharapkan. Hal ini berart i mahasiswa harus di- ubahan pembelaj arannya. Dalam kurikulum int i
dorong unt uk memiliki mot ivasi dalam diri dan inst it usional, model pembelaj arannya di-
mereka sendiri, kemudian berupaya keras men- dasarkan pada proses t r ansf er of knowl edge, di
capai kompet ensi yang diinginkan. Ket iga alas- mana dosen/ pengaj ar menj adi Teacher -Cent er -
an pergeseran pembelaj aran di at as merupakan
ed Lear ning (TCL) at au Teacher -Cent er ed Con- alasan di luar esensi proses pembelaj aran it u t ent -Or ient ed (TCCO). Keadaan ini berubah ke
sendiri. 39 Ini merupakan t ugas berat , karena arah penggunaan prinsip St udent -Cent er ed
mendorong mahasiswa unt uk memot ivasi diri Lear ni ng (SCL) yang disesuaikan dengan keada-
sendiripun bukan merupakan hal yang mudah. an perguruan t inggi. SCL merupakan suat u pro-
Apabila dit inj au esensinya, pergeseran ses pembekalan yang berupa met hod of i nquir y
pembelaj aran adalah pergeseran paradigma, seseorang yang berkompet en dalam berkarya di
yait u paradigma dalam cara kt ia memandang masyarakat . Dengan demikian t ampak j elas
penget ahuan, paradigma belaj ar dan pembe- bahwa perubahan kurikulum dari kurikulum
laj aran it u sendiri. Paradigma lama meman- berbasis penguasaan ilmu penget ahuan dan
dang penget ahuan sebagai sesuat u yang sudah ket erampilan (KBI sesuai Kepmendikbud No.
j adi, yang t inggal dipindahkan ke orang lain/ 056/ U/ 1994) ke KBK (sesuai Kepmendiknas No.
mahasiswa dengan ist ilah t r ansf er of know- 232/ U/ 2000, mempunyai beberapa harapan ke-
l edge. Paradigama baru, penget ahuan adalah unggulan yait u luaran hasil pendidikan ( out -
sebauh hasil konst ruksi at au bent ukan dari comes) yang diharapkan sesuai dengan societ al
orang yang belaj ar, sehingga belaj ar adalah needs, indust rial/ business needs, dan pr of ess-
sebuah proses mencari dan membent uk/ meng- si onal needs; dengan pengert ian bahwa out -
konst ruksi penget ahuan, j adi bersif at akt if dan comes merupakan kemampuan mengint egrasi-
spesif ik caranya. Pada paradigma lama, bela- kan
i nt el l ect ual ski l l , knowl edge dan af ekt if j ar adalah menerima penget ahuan, pasif , ka- dalam sebuah perilaku secara ut uh. 38 rena penget ahuan yang t elah dianggap j adi t adi
Pola pembelaj aran TCL/ TCCO yang ber- t inggal dipindahkan ke mahasiswa dari dosen, pusat pada dosen kurang memadai unt uk men-
akibat nya bent uknya berupa penyampaian ma- capai t uj uan pendidikan yang berbasis kompe-
t eri/ ceramah. Dosen sebagai pemilik dan pem- t ensi. Berbagai alasan yang dapat dikemukakan
beri penget ahuan, mahasiswa sebagai penerima ant ara lain adalah: per t ama, perkembangan IP-
penget ahuan, kegiat an ini sering dinamakan TEK dan seni yang sangat pesat dengan ber-
pengaj aran. Dengan pola ini perencanaan peng- bagai kemudahan unt uk mengaksesnya merupa-
aj arannya (GBPP dan SAP) lebih banyak men- kan mat eri pembelaj aran yang sulit dapat
deskripsikan kegiat an yang harus dilakukan oleh dipenuhi oleh seorang dosen; kedua, perubahan
pengaj ar, sedang bagi mahasiswa, perencanaan kompet ensi kekaryaan yang berlangsung sangat
t ersebut lebih banyak bersif at inst ruksi yang cepat memerlukan mat eri dan proses pem-
harus dij alankan. Konsekuensi paradigm baru belaj aran yang lebih f leksibel; dan ket i ga,
adalah dosen hanya sebagai f asilit at or dan mo- kebut uhan unt uk mengakomodasi demokrat isasi
t ivat or dengan menyediakan beberapa st rat egi belaj ar yang memungkinkan mahasiswa (bers-
ama dosen) memilih, menemukan dan me-
Il l ah Sail ah, 2008, Pengembangan Sof t ski l l di Per gur uan TInggi , Jakart a: Tim Kerj a Pengembangan Sof t skil l
nyusun penget ahuan sert a cara mengembang-
38 Direkt orat Jenderal Pendi dikan Tinggi. Sub Direkt orat KPS, op. ci t , hl m. 9-10 dan Tar mi di,
op. ci t , hl m. 4.
39 Ibi d, hl m. 23.
Pergeser an Par adigma dal am Pendidikan Tinggi Hukum … 251
kan ket erampilan ( met hod of i nqui r y and t or keahlian pada bidangnya 20%, net wor ki ng di scover y). Dengan paradigma inilah proses
30%, dan 40% sisanya adalah sof t ski l l . Sof t ski l l pembelaj aran ( l ear ni ng pr ocess) dilakukan. 40 t erdiri dari 2 macam, yait u
i nt er per sonal s skill
dan
i nt r aper sonal s ski l l s. Int erpersonals skills
Model Pembelaj aran dalam KBK
meliput i mot ivat i on ski l l s, l eader shi p ski l l s, Kompet ensi dalam proses pendidikan di-
negot i at ion ski l l s, pr esent at i on ski l l , com- pahami sebagai gabungan kemampuan kognit if ,
muni cat ion ski l l s, r el at i onshi p bui l di ng, publ i c psikomot orik dan af ekt if yang t ercermin dalam
speaki ng, dan sel f -mar ket i ng ski l l s. Int r aper - perilaku, at au dalam dunia kerj a digunakan
sonal ski l l s meliput i t ime management , st r ess ist ilah gabungan hardskills dan sof t skills, di
management , change management , t r ansf or - mana hardskills dimaksudkan sebagai kemam-
mi ng bel ief s, t r ansf or ming char act er , cr eat ive puan yang berkait an dengan ilmu penget ahuan
t hi nki ng pr ocesses, good set t i ng dan l i f e pur - dan t eknologi (kemampuan t eknis), sedang
pose, dan acceler at ed l ear ni ng t echni ques. 43 sof t skills dimaknai sebagai kemampuan int er-
KBK dengan met ode pembelaj aran SCL, persolan dan int rapersonal (non t eknis). Dalam
memiliki beragam model pembelaj aran yang pembelaj aran yang mengarah t ercapainya kom-
unt uk mengembangkan pet ensi, akan dipilih model pembelaj aran yang
dapat
digunakan
hardskills sekaligus sof t skills. Model-model t er- selain dapat menghasilkan hardskills, j uga
sebut ant ara lain Smal l Gr oup Di scussion, Rol e- harus dapat menumbuhkan sof t skills pada anak
Pl ay & Si mul at ion, Case St udy, Di scover y didik. 41 Lear ni ng (DL), Sel f -Dir ect ed Lear ni ng (SDL),
(CL), Col l abor at ive rena t erj adi perubahan kondisi t ermasuk per-
Alasan diberlakukannya KBK sendiri ka-
Cooper at ive
Lear ning
Lear ni ng (CbL), Cont ext ual Inst r uct ion (CI), geseran paradigma. Pergeseran paradigma t er-
Pr oj ect Based Lear ni ng, dan Pr obl em Based sebut dapat dilihat dari beberapa indikat or,
Lear ni ng and Inqui r y (PBL). Selain model-mo- sepert i
f ocus, owner shi p, expect at i ons, l eader - del ini, masih ada lain, bahkan set iap dosen shi p, st udent s, mi st akes, cl asses, dan empha-
dapat mengembangkan model pembelaj arannya si s. Perubahan pembelaj aran dari t eacher cen-
sendiri. 44
t er ed l ear ni ng menj adi st udent cent er ed Smal l Gr oup Di scussi on merupakan sat u l ear ni ng, dikarenakan kondisi global (persaing-
elemen belaj ar secara akt if dan merupakan an, persyarat an kerj a, perubahan orient asi)
bagian dari banyak model pembelaj aran SCL yang nant inya akan membawa perubahan pada
yang lain, sepert i CL, CbL, PBL dan lain-lain. kompet ensi lulusan sert a perubahan paradigm
Pada model ini, mahasiswa dimint a membuat belaj ar dan mengaj ar yang nant inya diharapkan
kemlompok kecil unt uk mendiskusikan mat eri dapat t erj adi perubahan kurikulum yang ber-
yang diberikan dosen at au bahan yang di- dampak pada perubahan perilaku pembelaj aran
peroleh anggot a kelompok. Pada model simula- yang akan menghasilkan peningkat an mut u
si, mahasiswa dibawa ke sit uasi yang mirip lulusan dan relevansi. 42 dengan sesungguhnya ke dalam kelas. Pada
Selama ini t erj adi kesenj angan kemampu- Di scoer y Lear ni ng, met ode belaj ar dif okuskan an lulusan adalah perbandingan prosent ase
pada pemanf aat an inf ormasi yang t ersedia, har d ski l l dan sof t ski l l yang t erlalu j auh, yait u
baik yang diberikan dosen maupun yang dicari 20% dan 80%. Padahal f akt or yang memberi
sendiri oleh mahasiswa, unt uk membangun pe- kont ribusi keberhasilan dalam dunia kerj a
t erdiri dari f akt or f inansial sebanyak 10%, f ak-
44 Ibi d, hl m. 6. Sub Direkt orat KPS,
op. ci t , hl m. 26. Lihat mi sal nya
model pembel aj ar an yang di int rodusir ol eh I Wayan 40 Ibi d. Sil vi Dew ij ani, Per geser an Par adi gma Ke Ar ah KBK, Sant yasa dengan nama model pembel aj ar an i novat if
Menuj u Per gur uan Ti nggi yang Ber kual i t as, makal ah sebagai impl ement asi KBK. Baca l ebih l engkap pada I pada TA KBK dan SCL di UNSOED Purwokert o, 8-9 Jul i
Model Pembel aj ar an Inovat i f dal am 41 2010, hl m. 19-21.
Wayan Sant yasa,
Impl ement asi Kur i kul um Ber basi s Kompet ensi , Makal ah 42 Ibi d, hl m. 37. Tarmi di, pada Penat ar an Guru-guru SMP, SMP dan SMK se- op. ci t , hl m. 5. Jembr ana, Juni-Jul i 2004
252 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 10 No. 3 Sept ember 2010
nget ahuan dengan cara belaj ar sendiri. Se- kasi, kerj asama t im, pemecahan persoalan, dangkan pada Sel f -Di r ect ed Lear ni ng, maha-
manaj emen st ress, kepemimpinan dan seba- siwa at as inisiat if sendiri melakukan peren-
gainya. Masing-masing dunia usaha/ indust ri canaan, pelaksanaan, dan penilaian t erhadap
dapat memberikan sederet kompet ensi t eknis pengalaman belaj ar yang t elah dij alani. Dosen
maupun non t eknis yang berbeda. Namun pada hanya bert indak sebagai f asilit at or, memberi
umumnya, j enis kompet ensi non t eknis lebih arahan, bimbingan dan konf irmasi t erhadap
banyak dibandingkan dengan kompet ensi t ek- kemaj uan
belaj ar
yang
t elah
dilakukan
nis. Dalam dunia indust ri dan akademik, t er- mahasiswa. 45 dapat perbedaan sudut pandang dan peng-
Cooper at ive Lear ni ng adalah met ode be- harapan dari lulusan, oleh karena it u perlu di laj ar berkelompok yang dirancang oleh dosen
bangun mind set yang sama dan pengembangan unt uk memecahkan suat u masalah/ kasus at au
kepribadian at au perilaku. Sebagai cont oh, sa- mengerj akan suat u t ugas. Kelompok t erdiri
lah sat u indikat or kebagusan program st udi saat at as beberapa mahasiswa yang memiliki ke-
ini adalah j ika lulusannya memiliki wakt u mampuan akademik yang beragam.
t unggu yang singkat unt uk mendapat kan pe- r at ive Lear ning adalah met ode belaj ar yang
Col l abo-
kerj aan pert ama. Namun, indust ri mengat akan menit ikberat kan pada kerj asama ant ar maha-
bukan it u, melainkan seberapa t angguh seorang siswa yang didasarkan pada consensus yang
memiliki komit men at as dibangun sendiri oleh mahasiswa.
lulusan
unt uk
t elah dibuat nya pada Inst r uct ion merupakan konsep belaj ar yang
Cont ext ual
perj anj ian
yang
pekerj aan pert ama. 47
mencoba unt uk melakukan link and mat ch ant ara isi kuliah dengan kehidupan sehari-hari.
Penerapan KBK pada Program St udi Ilmu
Pr oj ect -Based Lear ni ng adalah met ode belaj ar
Hukum
yang sist emat is, yang melibat kan mahasiswa Bagi penyelenggara pendidikan t inggi hu- dalam belaj ar penget ahuan dan ket erampilan
kum, persoalan kurikulum memiliki akar se- melalui proses pencarian ( i nqui r y) yang pan-
j arah yang panj ang dan perdebat an yang t iada j ang dan t erst rukt ur t erhadap pert anyaan yang
kunj ung usai dari masa Recht hogeschool (1909) ot ent ik dan kompleks sert a t ugas dan produk
ke Facult eit der Recht sgeleerdheiden en So- yang dirancang dengan sangat hat i-hat i.
ciale Wet enschappen (1947) sampai ke era l em-Based Lear ni ng/ Inquir y adalah belaj ar de-
Pr ob-
Program St udi Ilmu Hukum. Kurikulum yang ngan memanf aat kan masalah dan mahasiswa
mendasari penyelenggaraan pendidikan pada harus melakukan pencarian at au penggalian
masa-masa it u selalu bergant i, seriring dengan inf ormasi ( i nquir y) unt uk dapat memecahkan
perkembangan j aman dan perdebat an menge- masalah t ersebut . 46 nai pert anyaan apakah pendidikan t inggi hukum
Penggunaan met ode SCL dalam pene- 48 merupakan pendidikan akademik at au prof esi. rapan KBK memang penuh muat an sof t skills.
Berbagai penelit ian yang sej alan dengan pen- t ingnya pengembangan 47 sof t ski l l s mendukung Il l ah Sail ah, l oc, ci t .
48 Lihat per debaan ini dal am ber bagai t ul i san, mi sal nya
hal ini, di ant aranya berdasarkan hasil be-
Mar dj ono Reksodi put ro, Pembinaan Pendi dikan Tinggi
berapa j aj ak pendapat ( t r acer st udy) yang di-
Hukum dal am Pembangunan Jangka Panj ang Kedua (PJPT II), art ikel pada Maj al ah Hukum dan Pembangunan No. 3
lakukan perguruan t inggi di Indonesia, kompe-
Tahun XXV Juni 1995, Jakart a: FH UI, hl m. 195-219;
t ensi sarj ana di dunia kerj a dibagi dua aspek.
Mar dj ono Reksodi put ro, Tahap-t ahap Pembi naan Sist em Pendi dikan Hukum dal am Pembangunan Jangka Panj ang
Pert ama, aspek t eknis berhubungan dengan
Kedua (PJP II), art ikel pada Maj al ah Hukum dan Pemba-
lat ar belakang keahlian at au keahlian yang
ngunan No. 4 Tahun XXV Agust us 1995, Jakart a: FH UI, hl m. 291-309; Hikmahant o Juwana,
Ref or masi Pendi di -
diperlukan di dunia kerj a. Kedua, aspek non
kan Hukum, art ikel pada Si t us MaPPI, ht t p: / / www.
t eknis mencakup mot ivasi, adapt asi, komuni-