ASPIRASI REFORMASI HUKUM DAN PENEGAKAN HUKUM PROGRESIF MELALUI MEDIA HAKIM PERDAMAIAN DESA
291
ASPIRASI REFORMASI HUKUM DAN PENEGAKAN HUKUM PROGRESIF
MELALUI MEDIA HAKIM PERDAMAIAN DESA
Tedi Sudraj at
Fakult as Hukum Universit as Jenderal Soedirman Purwokert o E-mail:
Abst r act
St r at egi es of l aw enf or cement ar e f unct ioned t o r educe t he soci al conf l i ct s t hat r epr esent t he
aspi r at i on of l egal r ef or m at l ocal l evel , whi ch t he out put i s t o suppor t t he gover nment of Indonesi a
i n est abl i shi ng t he accommodat ive legal syst em. In Indonesi an social l i f e, t he val ues ought t o be
expl or ed t hr ough t he vi l l age as t he l owest gover nment al or gani zat ions and t he cl osest ar ea wit h t he
soci et y. These f unct ions can cr eat e t he vi l l age as a st r at egi c ar ea t o cr eat e t he j ust i ce at l ocal
l evel , and t her ef or e t he r ol e of vi l l age j udge r equir ed t he vi l l age as a pl ace t hat can accommodat e
t he i nt er est s of t he societ y. Keywor ds: l aw enf or cement , l aw r ef or m, vi l l age j udge
Abst rak
St rat egi penegakan hukum dif ungsikan unt uk meredam berbagai konf lik sosial yang merupakan aspirasi ref ormasi hukum di t ingkat lokal, dimana luarannya adalah unt uk mendukung upaya pemerint ah Indonesia dalam mewuj udkan sist em hukum yang akomodat if . Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, nilai-nilai seyogianya digali melalui pedesaan sebagai organisasi pemerint ah t erendah dan merupakan wilayah yang t erdekat dengan masyarakat . Fungsi inilah yang dapat mencipt akan desa sebagai wilayah st rat egis dalam pencipt aan keadilan dit ingkat lokal, dan karenanya diperlukan peranan hakim perdamaian desa sebagai wadah yang dapat mengakomodir kepent ingan masyarakat nya.
Kat a Kunci penegakan hukum, ref ormasi hukum, hakim perdamaian desa
Pendahuluan lemah dan dij adikan sebagai indikat or kegagal-
Pada saat ini, kecenderungan kegiat an an dalam penyelesaian hukum yang berkont ri- hukum dalam masyarakat dit andai dengan me- busi pada ket idakpercayaan publik sert a pe- ningkat nya penggunaan sumber-sumber hukum rasaan yang t idak aman. Implikasi yang muncul dan penyelesaian masalah-masalah dengan adalah t erj adinya pemberont akan massa t er-
1
hukum. Ironisnya, meningkat nya kesadaran hu- hadap proses hukum dalam bent uk main hakim kum masyarakat t ernyat a berbanding t erbalik sendiri sert a pecahnya konf lik di berbagai
3 dengan proses penyelesaian masalah hukum. wilayah.
Dalam prakt iknya, hukum t idak selamanya ber- Sumber permasalahan berkembang t at - posisi sebagi penyeimbang kepent ingan masya- kala masyarakat selalu diposisikan sebagai ob- rakat karena hukum cenderung mengakomodasi j ek hukum dan dalam menyelesaikan masalah
2
kepent ingan elit t ert ent u. Hal ini bermakna diharuskan mengikut i prosedur baku dalam sis- bahwa f ungsi penegakan hukum masih dianggap t em peradilan. Hal ini kemudian mencipt akan 1 proses peradilan dengan corak adversarial at au konf ront at if dirasakan kurang ef ekt if dan solusi
Ronny Hani t ij o Soemit ro, 1998, Pol i t i k, Kekuasaan dan Hukum, Semar ang: Badan Penerbit Univer sit as Dipone- 2 goro, hl m. 45. 3 Umbu Lil y Pekuwal i, “ Memposi sikan Hukum Sebagai Just i ce For The Poor, 2005. Keadi l an di Desa-Desa Indo-
Penyei mbang Kepent i ngan Masyar akat ” , Jur nal Pr o Just i - nesi a; St udi Kasus t ent ang Akses t er hadap Keadi l an, De-
t i a, Vol . 26 No. 4, Okt ober 2008, Bandung: FH Unpar mokr asi dan Pemer i nt ahan Desa, Jakart a: YIPD-Worl d
292 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 10 No. 3 Sept ember 2010
yang diberikan cenderung t idak dapat mem- berikan penyelesaian akhir yang memuaskan. Perlu dicermat i bahwa dalam set iap t ipe sengket a/ kasus t erdapat berbagai aspek dan dimensi kepent ingan masyarakat yang berbeda dan dalam menyelesaikannya t idak selalu dapat diukur melalui perspekt if normat if namun diperlukan pert imbangan dan kebij aksanaan sehingga diperlukan sebuah media yang per- suasif dan akomodat if . Oleh karena it u, aspirasi ref ormasi hukum dalam penegakan hukum memiliki peran yang sent ral guna mewuj udkan masyarakat madani melalui sist em peradilan yang berbasis pada nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat .
pengar uhi Penegakan Hukum, Jakart a: Raj awal i Per s, hl m. 10. 7 Hikmahant o Juwono, 2006, “ Penegakan hukum dal am ka- j ian Law and devel opment : Probl em dan f undamen bagi Sol usi di Indonesi a” , Var i a Per adi l an No. 244, Jakart a:
bangkan sist em peradilan Indonesia akan lebih dari sekedar "pembent ukan kembali", lebih dari pada mengoreksi prakt ik buruk dan kesalahan manaj emen, namun berart i membangun kem- bali dari awal berbagai inst it usi hukum yang 6 Soerj ono Soekant o, 1983, Fakt or -f akt or yang Mem-
7 Mencermat i hal di at as, maka mengem-
Kedel apan, Penegakan hukum yang dipicu oleh media masa.
koneksi; Ket uj uh, Ket erbat asan anggaran dan
Kel i ma, lemahnya sumberdaya manusia; Ke- enam, advokat t ahu hukum versus advokat t ahu
undang-undangan; Kedua, masyarakat pencari kemenangan bukan keadilan; Ket iga, ang me- warnai penegakan hukum; Keempat , penegakan hukum sebagai komodit as polit ik, penegakan hukum yang diskriminat if dan ewuh pekewuh,
t ama, problem pembuat an perat uran per-
t akan bahwa pilar hukum yang ada di Indonesia belumlah ef ekt if dan banyak menimbulkan problemat ika dalam penegakan hukumnya. Hal- hal yang menj adi permasalahan meliput i Per -
6 Hikmahant o Juwono dalam hal ini menya-
bert ugas menegakan hukum menurut proporsi ruang lingkup masing-masing, sert a didasarkan at as sist em kerj asama yang baik dan men- dukung t uj uan yang hendak dicapai. Namun da- lam hal ini, t ingkat perkembangan masyarakat banyak mempengaruhi pola penegakan hukum, karena dalam masyarakat modern yang bersif at rasional, t ingkat spesialisasi sert a dif erensiasi yang t inggi akan mencipt akan t ingkat pengor- ganisasian penegakan hukum yang semakin kompleks dan birokrat is. Kaj ian secara sist e- mat is t erhadap penegakan hukum dan keadilan secara t eoret is dapat dinyat akan ef ekt if apa- bila 5 (lima) dari pilar hukum berj alan baik yakni: inst rumen hukumnya, aparat penegak hukumnya, f akt or warga masyarakat nya yang t erkena lingkup perat uran hukum, f akt or ke- budayaan at au l egal cul t ur e, f akt or sarana dan f asilit as yang dapat mendukung pelaksanaan hukum.
l adan dan Pant angan Dal am Penyel enggar aan Pemer i n- t ahan Dan Ot onomi Daer ah, Yogyakart a: Gal ang Pri nt ika, hl m. 91. 5 Sat j i pt o Rahar dj o , 2006, Il mu Hukum, Bandung: Cit r a
kum dilakukan dengan cara menert ibkan f ungsi, t ugas dan wewenang lembaga-lembaga yang 4 Soerj ono Soekant o dal am Agus Dwiyant o, dkk, 2003, Te-
sekuensi dari perspekt if t ersebut adalah pene- gakan hukum hendaklah dilihat sebagai suat u proses sosial yang melibat kan lingkungannya, dalam pengert ian bahwa penegakan hukum se- bagai kegiat an yang menarik lingkungan ke da- lam proses t ersebut , maupun yang harus mene- rima pembat asan-pembat asan dalam bekerj a- nya disebabkan oleh f akt or lingkungan. Pene- gakan hukum dilihat sebagai kegiat an unt uk mewuj udkan keinginan-keinginan hukum men- j adi kenyat aan. Art inya, sebagai usaha unt uk mewuj udkan nilai-nilai dasar di dalam hukum sepert i keadilan, kepast ian hukum dan keman- f aat an.
(zweekmaszi gkeit ) dan kepast ian hukum. Kon-
bruch, hukum seharusnya memenuhi nilai-nilai dasar yang meliput i keadilan, kegunaan
not abene merupakan t uj uan hukum dapat t er- capai.
Secara t eoret is, f ungsi pokok dari hukum adalah mengat ur hubungan ant armanusia dan ant ara individu dengan negara agar segala sesuat u berj alan dengan t ert ib sehingga ke- damaian karena t egaknya kepast ian (hukum) dan keadilan di dalam masyarakat , yang
4 Berdasar hal t ersebut , menurut Rad-
5 Berdasarkan hal t ersebut , penegakan hu-
Aspir asi Ref ormasi Hukum dan Penegakan Hukum Progresif … 293 menj adi dasar bekerj anya sist em hukum.
Perubahan t eknis hanya akan memperbaiki keadaan j angka pendek karena kebij akan dan perat uran t idak dapat menj amin munculnya elemen-elemen pokok bagi suat u sist em per- adilan yang ef ekt if , yakni memiliki int egrit as, dipercaya dan mendapat kan penghormat an ser- t a ot orit as publik, j aminan independensi yang sungguh-sungguh, dan secara ket at memelihara kode et ik. Dalam kait an ini, membangun ele- men yang subst ansial dalam sist em peradilan mensyarat kan pendekat an yang dimulai dari t empat dimana hukum it u muncul dan bekerj a yait u masyarakat it u sendiri.
Berdasarkan hal di at as, t ulisan ini ber- maksud unt uk menj elaskan bahwa upaya pen- capaian nilai-nilai dasar hukum berupa ke- adilan, kegunaan dan kepast ian hukum it u
i nher en dengan proses penegakan hukumnya.
St rukt ur keberadaan yang demikian menyebab- kan penegakan hukum harus selaras dengan konsepsi yang dibangun, karenanya dalam upa- ya mencipt akan nilai-nilai dasar dari hukum memerlukan proses peradilan yang merdeka (bebas, mandiri, dan bert anggungj awab) demi kepent ingan masyarakat . Dalam hubungan hu- kum ini, maka obyek permasalahan yang di- angkat adalah bagaimanakah bent uk dan cara penyelesaian hukum yang sesuai aspirasi re- f ormasi hukum dan penegakan hukum di Indonesia.
Pembahasan Eksist ensi Hakim Perdamaian Desa
Hukum adalah seperangkat at uran at au norma yang memiliki kekuat an sanksi yang pelaksanaannya dapat dipaksakan oleh negara/ aparat penyelenggara negara. Dalam kait an ini, hukum berisi seperangkat at uran yang meng- at ur sebagian besar kehidupan manusia. Hukum dicipt akan unt uk melindungi nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat . Nilai-nilai yang di- maksud adalah nilai-nilai penghormat an at as j iwa, t ubuh, hart a, kehormat an dan kemer- dekaan. Dalam kait an ini, kegiat an manusia amat lah banyak dan sudah dipast ikan hukum t idak mampu unt uk mengakomodir at au me- lindungi dan mengat ur seluruh kegiat an manu- sia ini. Menurut Max Weber, unt uk berlakunya suat u hukum harus t erdapat alat pemaksa dalam hukum karena alat pemaksa menent ukan bagi adanya hukum. Alat pemaksa t ersebut t idak perlu berbent uk badan peradilan sebagai- mana yang dikenal di dalam masyarakat yang modern dan kompleks, t et api alat t ersebut dapat berwuj ud suat u keluarga at au suat u
cl an.
8 Secara t eoret is, f ungsi pokok dari hukum
adalah mengat ur hubungan ant armanusia dan ant ara individu dengan negara agar segala sesuat u berj alan dengan t ert ib sehingga ke- damaian karena t egaknya kepast ian dan keadil- an di dalam masyarakat . Berdasar hal t ersebut , hukum seharusnya memenuhi nilai-nilai dasar yang meliput i keadilan, kegunaan (zweekmas-
zi gkeit ) dan kepast ian hukum. Perspekt if t er-
sebut bermakna bahwa penegakan hukum seyogianya dilihat sebagai suat u proses sosial yang melibat kan lingkungannya, dalam penger- t ian bahwa penegakan hukum sebagai kegiat an yang menarik lingkungan ke dalam proses t er- sebut , maupun yang harus menerima pem- bat asan-pembat asan dalam bekerj anya di- sebabkan oleh f akt or lingkungan dan masyara- kat nya. Penegakan hukum dilihat sebagai ke- giat an unt uk mewuj udkan keinginan-keinginan hukum menj adi kenyat aan guna mewuj udkan nilai-nilai dasar di dalam hukum. Permasalah- annya adalah, sekalipun ket iga-ket iganya me- rupakan nilai dasar dari hukum, namun di dalamnya selalu t erkait olah f akt or kepent ing- an, baik dari sisi manusia maupun inst it usinya. Karena it ulah, guna mendapat kan nilai-nilai da- sar dari hukum, sudah sewaj arnya masyarakat diberikan pilihan dalam penyelesaian sengket a melalui lit igasi
9 dan non lit igasi.
10 Pada dasarnya, peradilan non lit igasi t i-
dak hanya berlaku di kalangan masyarakat awam di desa-desa, namun secara melembaga 8 Soerj ono Soekant o, 1982, Kesadar an Hukum dan Kepat uhan Hukum, Jakar t a: Raj awal i, hl m. 2. 9 Penyel esai an sengket a/ perkar a mel al ui peradil an negar a
yai t u l embaga resmi/ f or mal yang di sediakan ol eh negar a unt uk menyel esaikan perkar a. 10 Penyel esai an sengket a/ perkar a t idak di muka hakim pe- ngadil an Negara yait u per adil an yang ber sif at per damai- an. Model penyel esai an sengket a di l uar pengadil an mel i-
294 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 10 No. 3 Sept ember 2010
berlaku pula di kalangan masyarakat yang sudah maj u di kot a-kot a. Hal ini menunj ukkan bahwa asas kekeluargaan dan kerukunan dalam pergaulan hidup masih t et ap merupakan ke- pribadian bangsa yang lebih suka hidup rukun dan damai daripada berperkara di muka peng- adilan yang dapat berakibat perselisihan ber- kepanj angan. Peradilan ini memang sudah berlaku sej ak masa sebelum kemerdekaan baik yang berlaku di kalangan keluarga perseorang- an dengan kesaksian t eman sej awat at au t e- t angga, maupun yang dilaksanakan dan di- selesaikan di hadapan hakim perdamaian desa dengan administ rasinya yang sederhana at au yang diselesaikan di hadapan arbit er at au hakim penengah sengket a dengan administ rasi yang t erat ur.
ant ara hukum dengan masyarakat , seorang 13 Daniel S Lev, 1990, Hukum dan Pol i t i k di Indonesi a; Kesi nambungan dan Per ubahan, Jakart a: LP3S, hl m. 309. 14 Soerj ono Soekant o, 1986, Kedudukan Kepal a Desa
14 Secara t radisional dalam hubungan
Pendapat Hooker t ersebut , dij adikan dasar analisis oleh Soerj ono Soekant o, bahwa t erdapat hubungan f ormal ant ara sist em peradilan (nasional) dengan hakim perdamaian desa. Hubungan t ersebut j ust ru t erlet ak di da- lam perat uran mengenai t at a cara pengadilan negeri, di mana hakim berkewaj iban unt uk mengusahakan perdamaian sebelum t erj adi proses peradilan yang resmi. Hal ini dapat t erj adi di pengadilan, at aupun dapat diruj uk pada suat u proses perdamaian di desa.
“ …vi l l age j ust i ce has a dual exi st ence bot h i n t he et nogr apher ’ s not ebook and i n act ual f act . The f or m i n whi ch i t i s f ound ar e as a f or mal par t of t he na- t i onal l egal syst em AND as a ‘ l egal ’ phenomenon exi st i ng wit hi n t he conf i nes of a t er r i t or i al or ki nshi p gr oup. ”
Berkait an dengan hal t ersebut , Hooker menyat akan
demikian dapat dikat akan bahwa peranan ha- kim perdamaian desa masih diakui oleh per- at uran perundang-undangan, akan t et api wadahnya dihapuskan.
13 Dengan
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Darurat Nomor 1 t ahun 1951 dit ent ukan pula bahwa pengadilan adat akan dihapuskan secara berangsur-angsur, akan t et api hak dan kekuasaan yang selama it u diberikan kepada hakim perdamaian desa t idaklah dikurangi. Hal inipun diperkuat dengan Pasal 1 ayat (3) yang menyat akan bahwa hakim perdamaian dapat disusun kembali.
Selain dari pengat uran di at as, di dalam
(3) Hakim-hakim yang dimaksud dalam ayat pert ama mengadili menurut hukum adat mereka t idak boleh menj at uhkan hukuman.
(hakim desa) t et ap diserahkan kepada mereka it u; (2) Apa yang dit ent ukan dalam ayat (1) sekali- kali t idak mengurangi wewenang dari pi- hak-pihak unt uk set iap wakt u menyerahkan perkaranya kepada pemut usan hakim yang dimaksud dalam pasal 1, 2, dan 3;
11 Berdasarkan hal t ersebut , maka t erdapat
Tegaknya Keadi l an, Jakart a: YIPD dan Worl d bank, hl m.
(RO) (Perat uran t ent ang Susunan Pengadilan dan Kebij akan Pengadilan) yang menent ukan: (1) Perkara-perkara yang pemeriksaannya me- nurut hukum adat menj adi wewenang hakim dari masyarakat hukum kecil-kecil 11 Hil man Hadikusuma, 1992, Pengant ar Il mu Hukum Adat Indonesi a, Bandung: Mandar Maj u, hl m. 133. 12 Just i ce f or t he Poor, 2005, Keadi l an Ti dak Bi sa Menunggu; St udi Kasus Masyar akat Desa Mendor ong
t el i j ke Or gani sat ie en Het Belei d der Just it ie
Pasal 3a ayat 1, 2, 3 Regl ement op de Rech-
sebut kemudian dit egaskan kembali dalam
St aat sbl ad 1935 Nomor 102. St aat sbl ad t er-
Secara f ormil, hakim perdamaian desa mendapat kan pengakuan secara yuridis melalui
peradilan non-lit igasi yang dapat menj angkau kepent ingan masyarakat lokal dapat dilakukan dengan menggunakan media hakim perdamaian desa.
derung lebih suka penyelesaian inf ormal at as masalah-masalah mereka, alasannya karena mereka t idak percaya dengan lembaga-lembaga penegak hukum yang ada.
poor , selama ini bahwa masyarakat miskin cen-
kecenderungan bahwa masyarakat Indonesia lebih cocok unt uk mempergunakan sebuah peradilan yang persuasif dan akomodat if ber- dasarkan nilai-nilai yang hidup dalam masya- rakat lokal. Menurut st udi dari j ust i ce f or t he
12 Salah sat u bent uk
Aspir asi Ref ormasi Hukum dan Penegakan Hukum Progresif … 295
ant ara golongan manusia seluruhnya dan orang seorang, ant ara persekut uan dan t eman masya- rakat nya. Segala perbuat an yang mengganggu perimbangan t ersebut merupakan pelanggaran hukum dan pet ugas hukum waj ib mengambil t indakan-t indakan yang perlu guna menimbul- kan kembali perimbangan hukum.
8. 17 I Made Widnyana Suar da, 1993, Kapi t a Sel ekt a Hukum
Penyesalan, kerendahan hat i, penghapus- an f it nah, memint a maaf dengan pem- berian sirih, perbaikan kerusakan, di se- 16 Soepomo, 1979, Bab-Bab t ent ang Hukum. . . , op. ci t , hl m.
Recht ” sebagai berikut :
Schepper memberikan ilust rasi reaksi- reaksi adat dalam “ Indi sch Ti j dschr i f t Van Het
17 .
reaksi adat yang dij at uhkan merupakan bent uk t indakan at aupun usaha-usaha unt uk mengem- balikan ket idakseimbangan t ermasuk pula ket idakseimbangan yang bersif at magis akibat adanya gangguan yang merupakan pelanggaran adat . Di sini f ungsi dan peranan saksi adat se- bagai st abilit at or unt uk mengembalikan ke- seimbangan adat dunia lahir dengan dunia gaib, unt uk merehabilit asi, bukan pencipt aan de- rit a.
16 Sanksi/
(evenwi cht ) ant ara dunia lahir dan dunia gaib,
kepala desa sekaligus seorang pemuka adat dan pemuka agama memiliki peranan sebagai me- diat or yang disebut dengan hakim perdamaian desa. Hal ini digambarkan oleh Soepomo sebagai berikut :
Pada masyarakat Indonesia, penyelesaian sengket a dengan j alan damai t idak dapat di pisahkan dari konsepsi masyarakat yang me- mandang penyesalan dan reput asi buruk se- bagai unsur pelanggaran adat . Dalam alam pikiran t radisional Indonesia yang bersif at kos- mis, yang pent ing ialah adanya pengut amaan t erhadap t ercipt anya suat u keseimbangan
Peran Hakim Perdamaian Desa dalam Me- wuj udkan Reformasi Hukum
Mencermat i hal di at as, pada hakikat nya kedudukan hakim (perdamaian) desa t idak sej aj ar dengan hakim pengadilan negeri. Hal it u ant ara lain dikarenakan oleh pengat uran Pasal 3a ayat 2 Recht er l i j k Or donant ie, Pasal 120a HIR dan 143 RBg yang menegaskan bahwa t idaklah mengurangi hak dari pihak yang ber- 15 Soepomo, 1979, Bab-Bab t ent ang Hukum, Jakart a: Prad- perkara unt uk mengaj ukan perkaranya kepada hakim biasa. Dalam kait an ini, hakim peng- adilan negeri t idak t erikat oleh keput usan hakim perdamaian desa, namun diharapkan dapat mempert ahankan put usan dari hakim perdamian desa. Perlu dit egaskan pula bahwa suat u put usan hakim perdamian, t idak dapat dibat alkan oleh pengadilan negeri sebagaimana dinyat akan dalam yurisprudensi put usan Mah- kamah Agung t anggal 8 Januari 1958.
f en opl eggen) dalam art i r i eel e l eed at au ma- t er ieele l eed.
bahwa seorang hakim desa (dor psr echt er ) dapat menj at uhkan keput usan menurut hukum adat (spr eken r echt naar adat r echt ). Dalam hal ini, penj at uhan keput usan dari hakim merupa- kan suat u perdamaian, yang berart i bahwa hakim desa t idak diperbolehkan unt uk men- j at uhkan suat u hukuman (zi j mogen geen st r af -
Recht er l i j k Or donant ie yang menyat akan
lasi yang erat dengan subst ansi Pasal 3
“ Kepala rakyat bert ugas memelihara hi- dup hukum di dalam persekut uan, men- j aga supaya hukum it u berj alan dengan selayaknya. Akt ivit et kepala sehari-hari meliput i seluruh lapangan masyarakat . Bahkan saj a ia dengan para pembant unya menyelenggarakan segala hal yang lang- sung mengenai t at a usaha badan per- sekut uan bukan saj a ia memelihara keperluan-keperluan rumah t angga per- sekut uan sepert i urusan j alan-j alan desa, gawe desa, pengairan, lumbung desa, urusan t anah yang dikuasai oleh hak per- t uanan desa, dan sebagainya, melainkan kepala rakyat bercampurt angan pula dalam menyelesaikan soal-soal perkawin- an, soal warisan, soal pemeliharaan anak yat im, dan sebagainya, pendek kat a, t idak ada sat u lapangan pergaulan hidup di dalam badan persekut uan yang t er- t ut up bagi kepala rakyat unt uk ikut cam- pur bilamana diperlukan unt uk memeli- hara ket ent raman, perdamaian, keseim- bangan lahir dan bat in, unt uk menegak- kan hukum”
15 Pernyat aan dari Soepomo memiliki kore-
296 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 10 No. 3 Sept ember 2010
babkan oleh seorang dengan t angan sen- diri at au at as namanya, kompensasi, dalam art i luas, pembayaran yang me- lebihi uang gant i kerugian (denda me- nurut hukum pidana), mengurus kuburan orang t erhormat yang t erbunuh, t awan berdamai, sebagai suat u perbuat an pembersihan, berbagai macam hukuman yang bersif at mencemoohkan, pengusiran dan sebagainya.
18 Hal senada disampaikan pula oleh M.
Bent uk dan Per sepsi Masyar akat t ent ang Per adi l an Desa (St udi di desa Babakan, Kecamat an Kal i manah, Kabu- pat en Purbal ingga), Purwokert o: Lembaga Penel it i an
Penduduk desa di Kalimant an Tengah me- miliki berbagai pilihan unt uk membant u penyelesaian sengket a mereka. Salah sat unya adalah sist em peradilan, t er- ist imewa di lingkungan urban. Namun pa- da umumnya pilihan ini dipandang korup, mahal, lamban, dan j auh. Oleh sebab it u, 21 Sri Hart ini, Al ef Musyahadah dan Tedi Sudraj at , 2007,
Selain cont oh yang ada di Kabupat en Purbalingga, t erdapat j uga cont oh penelit ian yang dilakukan oleh Just i ce For The Poor di daerah Kalimant an Tengah yang menyebut kan bahwa
3 Wari san t anah Kepal a kel uarga & Kepal a Desa, Pe- ngadil an Negeri (medi asi at au pe- ngadil an) Jenis konf l ik yang pal i ng umum, seri ng t erj adi ber- pul uh-pul uh t ahun. Seng- ket a t anah berkait an de- ngan penguasaan keduduk- an dan gel ar adat . Sering- kal i ket ua adat mer upakan pel aku sekal igus orang yang sehar usnya mel indungi t a- nah. Eksekusi keput usan adat at au pengadil an t i dak sel al u ef ekt i f .
Kasus t idak di t eri ma se- bagai t indak kej ahat an, su- l it dibukt ikan mel al ui hu- kum adat at au hukum Negara. Kaum perempuan t unduk dan akan kena sanksi j ika t et ap memper soal kan ka- sus. Upaya perdamaian di- l akukan unt uk mengembal i- kan har monisasi kel uarga namun t et ap di awasi ol eh desa
Kepal a kel uarga, Kepal a Desa, t o- koh adat , Tokoh agama (ul ama), Pol isi (j i- ka orang l uar t er- l ibat )
2 Kekerasan dal am ru- mah t ang- ga, keke- rasan t er - hadap pe- rempuan, dan pel e- cehan sek- sual
Respon cepat , ser ing ber- sif at opresif , dasar hukum at as t indakan bal as dendam pada dasarnya t idak j el as sehi ngga ser ing didasarkan pada hukum adat . Peng- ampunan di ber ikan bagi pe- l aku unt uk pert ama kal i- nya, sedangkan pol isi me- rupakan j al an t erakhir.
Kepal a Desa, Ket ua RT/ RW, Ket ua Pemuda
1 Pi dana Ri - ngan, Ke- rusuhan/ keonaran, berkel ahi, pencuri an kecil , ke- cel akaan l al u l int as kecil
No Tipologi Mediator Isu yang berkaitan/ penilaian
Tipologi Sengket a Berdasarkan Sumber Konf lik, Mediat or Isu dan Isu Yang Berkait an/ Penilaian
21 Tabel 1
penulis yang dilakukan di desa Babakan, Keca- mat an Kalimanah, Kabupat en Purbalingga be- rupa penggambaran at as t ipologi sengket a melalui media hakim perdamaian desa.
op. ci t , hl m. 148. 20 Bushar Muhammad, 1981, Pokok-Pokok Hukum Adat ,
Unt uk memperj elas f ungsi dan peranan dari hakim perdamaian desa sert a upaya yang dilakukan unt uk menyelesaikan sengket a dalam masyarakat dapat dilihat dari hasil penelit ian 18 Oemar Seno Adj i, 1980, Hukum Haki m Pi dana, Jakart a: Erl angga, hl m. 66. 19 Soerj ono Soekant o, 1986, Kedudukan Kepal a Desa. . .
bul diselesaikan dengan t uj uan unt uk memeli- hara kerukunan, perdamaian dan ket ent eraman di dalam masyarakat dan inilah yang merupa- kan nilai-nilai yang mendapat kan dukungan kuat dalam masyarakat .
desa selama sanggup mempert ahankan waj ah aslinya dan sif at -sif at keist imewaannya sebagai kesat uan sosial, polit ik, ekonomi yang dapat berdiri sendiri.
qua non, sebagai alat pelengkap kekuasaan
damaian desa merupakan suat u condit io si ne
Dj oj odigoeno bahwa : “ …. selaras dengan pandangannya at as masyarakat maka dihadapilah oleh hukum adat manusia it u dengan kepercayaan sebagai orang yang bert abiat anggot a masyarakat . art inya sebagai manusia yang menghargai benar perhubungan damai dengan sesamanya manusia dan oleh karena sedia unt uk menyelesaikan segala perselisihan dengan perukunan, dengan perdamaian, dengan kompromis, art inya t idak sebagai sat u masalah pengadilan yang berdasarkan soal benar salahnya suat u perist iwa dan yang ver- sif at represif , melainkan sebagai suat u masalah perukunan yang dit uj ukan ke- pada t ercapainya sat u perhubungan da- mai di dalam masa dat ang dan oleh karenanya bersif at t eologis.
19 Pada dasarnya, keberadaan hakim per-
20 Sengket a-sengket a yang t im-
Aspir asi Ref ormasi Hukum dan Penegakan Hukum Progresif … 297
Ket ua adat Pemuka agama + ist er i RT/ RW/ K epal a desa + ist er i Proses publ ik t anpa ket erl i- bat an perempuan secara l ang- sung dal am proses resol usi, at au proses t ert ut up di ant ara kel uarga besar. Perempuan sering di desak unt uk mener i- ma hasil “ konsensus” at au di t uduh sebagai penyebab masa- l ah
23 Wukir Prayi t no, 1991, Moder ni t as Hukum Ber waw asan
Pegangan opt ik at au keyakinan dasar ini t idak melihat hukum sebagai sesuat u yang sent ral dalam berhukum, melainkan manusialah yang
23 Sat j ipt o Raharj o mene- gaskan bahwa hukum adalah unt uk manusia.
Mempert ahankan perdamaian merupakan suat u usaha t erpuj i sehingga dalam menyele- saikan konf lik t erwuj ud dalam bent uk pe- milihan kompromi.
5 Korupsi Pol isi Kepal a Desa Mengabaikan dan suap sering- kal i dihubungkan dengan in- vest igasi pol i si dal am korupsi Aki bat nya t anpa f asil it asi, penduduk ser ing t idak meng- ambil t indakan
4 Pert ana han Kepal a adat dan mant ir adat Kepal a desa Pol isi Pengadil an Tidak sel al u net ral . Ker angka hukum yang bert ent angan dan membingungkan. Masyar akat kurang memil iki “ kekuat an menyat ukan” yang ef ekt if un- t uk menghadapi pihak ket iga yang ber pengaruh. Kepent ing- an pemerint ah seri ngkal i ber- t ent angan dengan masyar akat set empat .
Agama RT/ RW/ K epal a Desa, KUA Biasanya konsel ing pernikahan dit awarkan ol eh pemuka aga- ma. Pemuka adat akan di- panggil baik unt uk mencoba mencegah percer ai an at au un- t uk menyel esaikan pembagi an hart a j ika per ceraian t i dak dapat di hindar i.
3 Percer a ian dan warisan Pemuka
2 Kekeras an da- l am rumah t angga Perse- l ingkuh an
masyarakat menyat akan pref erensi yang kuat pada resolusi sengket a secara inf ormal, didasarkan at as mediasi dan konsiliasi. Ada banyak pihak yang bisa berperan sebagai mediat or at au “ j alan menuj u keadilan” di t ingkat komunit as. Ket ua RT/ RW dan kepala desa merupakan orang-orang yang paling dapat diakses dan paling dikenal. Akibat nya mereka adalah orang-orang yang paling populer. Pemuka agama memainkan peran t er- bat as. Pemerint ah t ingkat propinsi dan t ingkat II sedang berupaya membangkit - kan peran pemuka adat , namun kebang- kit annya saat ini dapat dikat akan se- t engah-set engah. Kekuat an hukum adat dan int ensit as penerimaan publik t er- hadap pemuka adat (dikenal sebagai
Kepal a Desa Pemuka adat Babi nsa (mil it er) Pol isi Biasanya dapat di sel esaikan secara ef ekt if , kadang-kadang mel al ui pendekat an opr esif . Cepat ber t indak j ika dapat di akses dan unt uk kasus-kasus kecil . Tidak sel al u net r al . Po- l isi khususnya dapat di suap.
1 Pi dana ringan, perkel a hian, pencuri an, nar- koba RT/ RW/
No Tipolog i Mediator Isu yang berkaitan/ penilaian
kan Sif at Pelanggaran di Kalimant an Tengah
Tabel 2: Tipologi Perselisihan Umum Berdasar-
Berdasarkan karakt erist ik masyarakat In- donesia, bahwa penyelesaian sengket a/ konf lik dengan j alan damai merupakan nilai kult ural yang dimiliki masyarakat Indonesia. Hal ini dinyat akan pula oleh Daniel S. Lev bahwa bu- daya hukum di Indonesia dalam menyelesaikan konf lik mempunyai karakt erist ik t ersendiri disebabkan oleh nilai-nilai t ert ent u. Kompromi 22 Just i ce f or t he Poor , 2005, Keadi l an Ti dak Bi sa dan perdamaian merupakan nilai yang mendapat dukungan kuat dari masyarakat .
dari perangkat desa dalam penyelesaian masa- lah, maka dibawah ini akan digambarkan t en- t ang t ipologi perselisihan yang t erj adi di Kalimant an Tengah.
t empat t idak t erdapat damang at au ruang lingkup hukum adat – kalaupun diakui, sangat t erbat as. Penduduk desa memilih-milih di ant ara berbagai pilihan unt uk mendapat kan f orum yang t epat bagi resolusi perselisihan mereka, yang didasarkan pada kemungkinan mereka mendapat kan hasil yang t erbaik. Hasil yang dicapai mungkin t ermasuk per- t imbangan kerukunan masyarakat , se- j alan dengan keunt ungan individu. Wa- laupun ada banyak pilihan, “ resolusi perselisihan secara inf ormal” bukan merupakan sist em yang komprehensif dan t erpadu, namun sebuah proses yang di j alankan sej umlah individu yang ber- pengaruh. Ini berart i bahwa hubungan sosial dan kekuasaan merupakan kunci resolusi masalah.
damang) sangat bervariasi. Di banyak
22 Mencermat i penggambaran akan f ungsi
298 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 10 No. 3 Sept ember 2010 yang berada di t it ik pusat perput aran hukum.
24 Hal ini berart i bahwa keberadaan dari hakim
perdamaian desa merupakan j awaban at as permasalahan hukum akan pencarian proses penyelesaian sengket a melalui sarana yang mandiri, biaya murah, cepat dan sesuai dengan kebiasaan set empat sert a dapat mengakomodir kebut uhan akan keadilan dan penyelarasan kepent ingan dari pihak-pihak yang bersengket a.
Berkait an dengan perasaan adil dalam masyarakat , John Rawls berpendapat bahwa dalam keadilan, t erdapat rangkaian secara int rinsik prinsip-prinsip moral dan prinsip- prinsip hukum. Manusia sebagai person moral t erut ama dit unt un oleh norma-norma yang dianut nya sendiri secara int ernal, yakni norma- norma moral. Akan t et api, perlu diakui bahwa norma-norma moral t idak dengan sendirinya ef ekt if mengat ur t at a hubungan sert a pola sikap ant armanusia. Dalam hal ini, yang dibut uhkan adalah prinsip-prinsip hukum yang mampu menj amin st abilit as sert a kebaikan bersama dalam di dalam masyarakat sebagai keseluruhan. Dengan memperlihat kan relasi mendasar ant ara prinsip-prinsip moral dan prinsip hukum, Rawls menegaskan bahwa t uj uan akhir dari prinsip-prinsip moral yakni menghasilkan manusia yang baik. Dengan demikian, isi dari at uran hukum harus dapat dipert anggungj awabkan secara moral. Dalam art i it u, norma-norma legal harus merupakan det erminasi yang lebih j auh sert a penerapan lebih kongkret dari prinsip-prinsip moral dalam kehidupan sosial. Dengan kat a lain, prinsip- prinsip hukum harus merupakan ref leksi dari prinsip-prinsip moral. Secara lebih khusus, sebagaimana dit egaskan sendiri oleh Rawls bahwa hukum harus dibent uk demi memelihara dan mendukung keadilan.
kum melalui media hakim perdamaian desa dapat dikat egorikan sebagai aspirasi ref ormasi 24 Sat j i pt o Raharj o, 2007, Bi ar kan Hukum Mengal i r ,
Cat at an Kr i t i s Tent ang Per gul at an Manusi a dan Hukum, Jakart a: Penerbit Buku Kompas, hl m. 139. 25 John Rawl s, 2006, Teor i Keadi l an; Dasar -Dasar Fi l saf at pol i t i k Unt uk Mewuj udkan Kesej aht er aan Sosi al Dal am Negar a, t erj emahan Uzair Fauzan dan Heru Pr aset yo,
hukum guna mencipt akan hakim progresif . Da- lam hal ini, predikat hakim progresif diart ikan sebagai t unt ut an konsekuensi et is munculnya put usan hakim yang menunj ukkan adanya ke- cerdasan moral, int elekt ual, dan emosional. Put usan berkualit as yang dihasilkannya dapat memberikan pencerahan rokhani bagi pihak yang berperkara, dan mempererat kohesi sosial dalam t at a pergaulan masyarakat . Dalam kait an ini, kualit as dari put usan hakim dapat t erlihat secara nyat a dari pert imbangan-pert imbangan yang digunakan dalam menj at uhkan hukuman. Penilaian t erhadap cara kerj a hakim inilah yang akan mempengaruhi kewibawaan hakim dan peradilan, sert a kepercayaan masyarakat t er- hadap lembaga peradilan sebagai t empat unt uk mencari keadilan. Oleh karena it u, hakim da- lam membuat suat u put usan harus menet apkan sesuat u yang benar menurut hukum dalam suat u sit uasi konf lik yang diuj ikan kepada hat i nuraninya. Bat u uj i t erhadap pembenaran put usan t ersebut adalah kemampuan yang ber- sif at int elekt ual, rasional, logis, int uit if dan et is. Int elekt ual rasional berart i hakim harus mengenal dan memahami kenyat aan kej adian dan perat uran hukum (yang t ert ulis dan t idak t ert ulis) sert a yang akan diperlakukan berikut ilmunya. Int elekt ual logis berart i penerapan hukum t erhadap kasus posisinya, hakim se- harusnya mengindahkan logika hukum. Aspek int uit if menghendaki adanya perasaan halus murni yang mendampingi rasio dan logika sehingga bersama-sama mewuj udkan rasa keadilan yang pada akhirnya harus senant iasa diuj ikan dan dibimbing oleh hat i nurani sehingga mengej awant ahkan keadilan.
Mencermat i hal diat as, maka hakim per- damaian desa sebagai pengej awant ahan dari hakim progresif diharapkan dapat memper- gunakan hukum yang t erbaik dalam keadaan yang paling buruk. Karenanya peran dan t ugas hakim bukan hanya sebagai pembaca deret an huruf dalam undang-undang yang dibuat oleh badan legislat if t et api dalam put usannya memikul t anggung j awab menj adi suara akal sehat dan mengart ikulasikan sukma keadilan dalam kompleksit as dan dinamika kehidupan masyarakat . Keberadaan hakim t ersebut akan
25 Menurut penulis, st rat egi penegakan hu-
Kr i t i s Tent ang Per gul at an Manusi a dan Hukum. Jakart a: Penerbit Buku Kompas;
Desa Indonesi a; St udi Kasus t ent ang Akses t er hadap Keadi l an, Demokr asi dan Pemer i nt ahan Desa. Jakart a: YIPD-World
Rahardj o , Sat j ipt o. 2006. Il mu Hukum. Ban- dung: Cit ra Adit ya Bakt i;
wawasan Indonesia. Semarang: Agung;
No. 4. Okt ober 2008. Bandung: Unpar Prayit no, Wukir. 1991. Moder nit as Hukum Ber -
Jur nal Pr o Just i t i a, Vol. 26
Pekuwali, Umbu Lily. “ Memposisikan Hukum Sebagai Penyeimbang Kepent ingan Ma- syarakat ” .
Adat . Jakart a: Pradnya Paramit a;
Muhammad, Bushar. 1981. Pokok-Pokok Hukum
Indonesi a; Kesinambungan dan Per ubah- an. Jakart a: LP3S;
Lev, Daniel S 1990. Hukum dan Pol i t i k di
Dalam Kaj ian Law And Development : Pro- blem dan f undamen bagi Solusi di Indo- nesia” . Var i a Per adi l an. No. 244. Jakar- t a: IKAHI;
World bank; Juwono, Hikmahant o. 2006. “ Penegakan Hukum
St udi Kasus Masyar akat Desa Mendor ong Tegaknya Keadi l an. Jakart a: YIPD dan
Bank;
Just ice For The Poor . 2005. Keadi l an di Desa-
Aspir asi Ref ormasi Hukum dan Penegakan Hukum Progresif … 299
nah, Kabupat en Purbalingga), Purwoker- t o: Lembaga Penelit ian Universit as Jen- deral Soedirman;
Masyar akat t ent ang Per adi l an Desa (St u- di di desa Babakan, Kecamat an Kalima-
Maj u; Hart ini, Sri. Dkk. 2007. Bent uk dan Per sepsi
Hukum Adat Indonesi a. Bandung:Mandar
kart a: Galang Print ika; Hadikusuma, Hilman. 1992. Pengant ar Il mu
t angan Dal am Penyel enggar aan Peme- r i nt ahan dan Ot onomi Daer ah. Yogya-
Jakart a: Erlangga; Dwiyant o, Agus. Dkk. 2003. Tel adan dan Pan-
DAFTAR PUSTAKA Adj i, Oemar Seno. 1980. Hukum Haki m Pi dana.
Perhat ian yang besar perlu diberikan pada peningkat an pembangunan masyarakat desa khususnya di bidang hukum, mengingat dalam kenyat aannya sebagian besar warga ma- syarakat Indonesia masih t inggal di pedesaan. Hal inilah yang merupakan t indakan yang ef ekt if bagi pemerint ah guna menunj ang pembangunan di segala bidang. Dalam hal ini, hakim perdamaian desa perlu dilembagakan secara f ormil sebagai sarana-sarana dan inisiat if -inisiat if sert a peluang di t ingkat lokal yang mungkin ada dalam menj embat ani j urang konsept ual dan f isik ant ara desa dan keadilan negara agar t erj adi peningkat an kapasit as lokal dalam menyelesaikan sengket a dan membuat hukum lebih relevan bagi kehidupan masya- rakat awam. Dengan adanya hakim perdamaian desa, maka unsur keadilan, kegunaan dan kepast ian hukum diharapkan dapat dirasakan secara langsung bagi masyarakat yang meng- harapkan penyelesaian masalah kemasyara- kat an dengan cara menj unj ung t inggi nilai-nilai kearif an lokal.
Rekomendasi
Or gani sat ie en Het Bel ei d der Just i t i e (RO) dan Undang-Undang Darurat Nomor 1 t ahun 1951.
Solusi alt ernat if dalam penegakan hu- kum yang progresif pat ut unt uk dicari dan digali kembali. Hakim perdamaian desa di- harapkan dapat menj embat ani ket idakmam- puan hakim peradilan umum dalam menj awab t unt ut an masyarakat dan sekaligus merupakan upaya penyederhanaan t erhadap proses per- adilan umum. Hal ini merupakan upaya unt uk mendapat kan aspirasi masyarakat dalam pen- cipt aan ref ormasi dalam sist em peradilan yang persuasif dan akomodat if . Dalam kait an ini, hakim perdamaian desa mempunyai kedudukan yang kuat , sebab secara yuridis f ormal men- dapat kan pengakuan hukum melalui St aat sbl ad 1935 Nomor 102, Reglement op de Recht el i j ke
Penut up Simpulan
muncul t at kala mereka memahami karakt erist ik masyarakat nya dan t ahu bagaimana cara meng- at asi permasalahan t anpa disibukan oleh pro- sedur-prosedur yang berbelit dan akhirnya da- pat mencipt akan put usan yang dapat dit erima masyarakat .
- . 2005. Keadi l an Ti dak Bi sa Menunggu;
- . 2007. Bi ar kan Hukum Mengal ir , Cat at an
300 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 10 No. 3 Sept ember 2010
Rawls, John. 2006. Teor i Keadi l an; Dasar -Dasar
Fi l saf at pol it i k Unt uk Mewuj udkan Kesej aht er aan Sosi al Dal am Negar a.
t erj emahan Uzair Fauzan dan Heru Praset yo. Jakart a: Pust aka Pelaj ar;
Soekant o, Soerj ono. 1982. Kesadar an Hukum
dan Kepat uhan Hukum. Jakart a: Raj awa-
li;
- . 1983. Fakt or -f akt or yang Mempengar uhi
Penegakan Hukum. Jakart a: Raj awali
Pers;
- . 1986. Kedudukan Kepal a Desa sebagai
Haki m Per damai an. Jakart a: Raj awali;
Soemit ro, Ronny Hanit ij o. 1998. Pol it i k,
Kekuasaan dan Hukum. Semarang: Badan
Penerbit Universit as Diponegoro; Soepomo. 1979. Bab-Bab t ent ang Hukum. Jakart a: Pradnya Paramit a;
Suarda, I Made Widnyana. 1993. Kapi t a Sel ekt a Hukum Pi dana Adat . Bandung: Eresco.