Ciri Pemerintahan Presidensial dan Gagasan Impeachment

  

Hukum Acara MK terhadap Kewajiban

MK memutus dugaan Pelanggaran Presiden dan/atau Wakil Presiden

  Wasis Susetio Konstruksi Hukum Democratisch

  Kedaulatan Rakyat Kedaulatan Rakyat

Rechstaat

  Ciri negara hukum Julius Negara Hukum Negara Hukum

  Stahl Pembagian kekuasaan

  UUD UUD dan sistem C& B

  Sistem Sistem Pemerintahan Sistem Pemerintahan presidensil Republik

  Republik lanjutan

  Presiden sebagai kepala pemerintahan

  Menjalankan perintah UUD dan UU

  Diawasi dalam mekanisme check and balances Ciri Pemerintahan Presidensial dan Gagasan Impeachment (1) adanya masa jabatan Presiden yang bersifat tetap (fxed term); (2) Presiden selain sebagai kepala negara juga kepala pemerintahan; (3) adanya mekanisme saling mengawasi dan mengimbangi (checks and balances); dan (4) adanya mekanisme impeachment.

Pengawasan Terhadap Perbuatan Presiden

  Perbuatan berdasarkan Hukum Berdasarkan Undang-Undang (

  Berdasarkan Jabatan/tugas ( Istilah “Impeachment” 

  

Bahasa Arab “ Makzul “ artinya : diturunkan dari jabatan (removal

from ofce)

  

Kamus Bahasa Indonesia : makzul adalah meletakkan jabatan; turun

tahta raja

   Black's Law Dictionary mendefnisikan impeachment sebagai “A

criminal proceeding against a public ofcer, before a quasi political

court, instituted by a written accusation called ‘articles of impeachment”

  

Encyclopedia Britanica : “a criminal proceeding instituted against a

public ofcial by a legislative body”.

  

Pemakzulan : adalah sebuah proses di mana sebuah badan legislatif

secara resmi menjatuhkan dakwaan terhadap seorang pejabat tinggi negara

   Jimly Asshidiqie :

Sesungguhnya arti impeachment sendiri merupakan tuduhan atau dakwaan sehingga impeachment lebih menitikberatkan pada

prosesnya dan tidak mesti berakhir dengan berhenti atau turunnya Presiden atau pejabat tinggi negara lain dari jabatannya Sejarah Impeachment 

  

Di Inggris, impeachment pertama kali digunakan pada

bulan November 1330 di masa pemerintahan Edward III terhadap Roger Mortimer, Baron of Wigmore yang kedelapan, dan Earl of March yang pertama.House of Common sbg Penyidik dan Penuntut, House of Lord yang mengadili

  

Ketika zaman penjajahan Inggris di Amerika Serikat

  

impeachment mulai digunakan pada abad ke-17. Akan

tetapi, dalam perkembangannya impeachment lebih dikenal di Amerika Serikat daripada di Inggris. Di

Amerika Serikat, impeachment diatur dalam UUD yang

menyatakan, The House of Representatives (DPR) memiliki kekuasaan untuk melakukan impeachment, sedangkan Senat mempunyai kekuasaan untuk mengadili semua tuntutan impeachment.

  

Sejatinya impeachment merupakan instrumen untuk

  mencegah dan menanggulangi terjadinya penyalahgunaan kekuasaan dari pemegangnya. Ketika konstitusi dirancang pada tahun 1787, di Philadelphia,

Pennsylvania, para bapak bangsa Amerika Serikat sudah

melihat adanya kecenderungan para pemimpin menjadi korup ketika berkuasa. Selain korup, para pemimpin itu juga berusaha untuk terus berkuasa selama mungkin.

Oleh karena itu, mereka menciptakan sebuah konstitusi yang didasarkan pada fondasi checks and balances

yang dapat meminimalisasi penyalahgunaan kekuasaan. Impeachment didesain sebagai instrumen untuk “menegur” perbuatan menyimpang, penyalahgunaan dan pelanggaran terhadap kepercayaan publik dari orang yang mempunyai jabatan publik. Perbandingan dengan Luar Negeri 

  Di Amerika Serikat, pengaturan impeachment terdapat dalam Article 2 Section 4 yang menyatakan, “The President, Vice

President, and all civil ofcers of the United States, shall be

removed from offe on impeachment for and conviction of

treason, bribery, or other high crimes and misdemeanors”.

  

Impeachment tidah hanya berlaku untuk Presiden, tetapi juga Wakil Presiden, dan seluruh pejabat sipil seperti tertera pada

  

UUD AS, Pasal 2 ayat (4) Sepanjang sejarah impeachment di AS, terdapat 16 kasus impeachment yang diadili di Senat.

Seperti Senator William Blount (1797), Supreme Court Justice Samuel Chase (1804), bahkan juga seorang hakim pengadilan distrik, sebagaimana yang diberlakukan kepada John Pickering (1804), James H. Peck (1830) dan sebagainya.22 Namun di atas, telah diuraikan kasus-kasus impeachment yang menimpa seorang presiden saja. Lanjutan 

  Di Korea Selatan : lembaga negara yang terlibat adalah Majelis Nasional dan Mahkamah Konstitusi Korea selatan. Mahkamah Konstitusi mempunyai yuridiksi atas Impeachment proceedings.17

Mahkamah ini memiliki otoritas fnal atas impeachment dengan

tanpa hak untuk banding. Mahkamah Konstitusi akan memproses

impeachment setelah setelah para anggota parlemen menyetujui

dengan suara mutlak atau suara mayoritas sedikitnya 2/3 dari anggota parlemen untuk mendakwanya

   Berbeda dengan Indonesia, posisi Mahkamah Konstitusi tidak berada ditengah, tetapi berada posisi di akhir proses impeachment, sehingga kedudukan dan fungsi Mahkamah

Konstitusi menguji apakah keputusan politik untuk memakzulkan

Presiden dan/atau Wakil Presiden sudah tepat atau tidak secara yuridis. Untuk pertama kalinya di Korea Selatan perkara impeachment terjadi pada Tahun 2004, yang melibatkan Presiden Roh Moo-Hyun. Pemberhentian Presiden 

  Dalam praktek impeachment yang pernah dilakukan di berbagai negara, hanya ada beberapa proses impeachment yang berakhir dengan berhentinya seorang pimpinan negara. Salah satunya adalah Presiden Lithuania, Rolandas Paskas, dimana proses Sejarah Di Indonesia 

  Sebelum amandemen - MPR (presiden mandataris MPR) Setelah Amandemen - due process of Law (DPR , Hak Menyampaikan pendapat , psl 77

UU MD3, MK, MPR paragraf 3 UU

MD3)

   Soekarno dan Abdurahman Wahid Obyek, Alasan dan Lembaga negara terkait

   Di Indonesia : Presiden dan wakil Presiden

Di Korea Selatan, selain Presiden, objek impeachment juga dapat ditujukan

kepada pejabat negara lainnya seperti Presiden, Perdana Menteri,

anggota Dewan Negara, Kepala Eksekutif Departemen, Hakim Mahkamah

Konstitusi, Hakim, anggota Komite Manajemen Pemilihan Pusat, anggota

Dewan Audit dan Inspeksi, dan lainnya pejabat publik yang ditunjuk oleh

hukum. UU tentang Mahakamah Konstitusi Korea Selatan Pasal 48 menyebutkan: If a publik ofcial who falls under any of the following

violates the Constitution or laws in the course of execution of his or her

services, the National Assembly may pass a resolution on the institution

of impeachment as prescribed in the Constitution and the National Assembly Act

  Begitu pula halnya dengan Amerika Serikat, objek impeachment bukan hanya ditujukan kepada Presiden sebagaimana halnya di Indonesia,

melainkan juga terhadap pejabat publik lainnya seperti yang berlaku di

Korea Selatan. Objek impeachment di Amerika Serikat diantaranya dapat

dilakukan kepada Wakil Presiden maupun kepada seluruh pejabat sipil

lainnya seperti Menteri (secretary), Gubernur dan sebagainya.

   Dari ketentuan Pasal 7A Undang-Undang Dasar 1945 maka ada dua hal yang dijadikan alasan Dewan Perwakilan Rakyat untuk melakukan impeachment yaitu:

  1) Melakukan pelanggaran hukum berupa:

  a. Penghianatan terhadap Negara

  b. Korupsi

  c. Penyuapan

  d. Tindak pidana berat lainnya, atau

  e. Perbuatan Tercela,

  

3. Lembaga Negara yang Terlibat dan

Proses Impeachment-nya

Presiden adalah Dewan Perwakilan Rakyat, Mahkamah Konstitusi dan

Majelis Permusyawaratan Rakyat. Proses yang berlaku di Indonesia

adalah diawali atas pendapat DPR yang disampaikan kepada

Mahkamah Konstitusi atas dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil

Presiden telah melakukan alasan-alasan yuridis sebagaimana

dijelaskan sebelumnya. Mahkamah Konstitusi kemudian memeriksa

dan memutus apakah pendapat DPR tersebut benar dalam waktu paling lama 90 hari. Kemudian setelah memutuskan, maka Mahkamah Konstitusi menyampaikan putusan itu kepada DPR. Apabila Mahkamah membenarkan pendapat DPR, maka DPR meneruskannya kepada MPR untuk diadakannya sidang istimewa pemberhentian Presiden dan/atau Wakil/Presiden dalam waktu paling lama 30 hari setelah menerima usul dari DPR tersebut.Dengan demikian, maka dapat diketahui bahwa DPR memiliki kedudukan sebagai lembaga penuntut, Mahkamah Konstitusi adalah lembaga penengah (pemutus secara yuridis pendapat DPR) dan MPR adalah lembaga pemutus akhir (secara

Makna Pasal 7A

  Pasal 10 ayat (3) Undang-Undang No. 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi memberikan penjelasan jenis-jenis pelanggaran hukum tersebut yaitu: a. Penghianatan terhadap Negara adalah tindak pidana terhadap keamanan Negara sebagaimana diatur dalam undang-undang

  b. Korupsi dan penyuapan adalah adalah tindak pidana korupsi atau penyuapan sebagaimana yang diatur dalam undang-undang

  d. Perbuatan tercela adalah perbuatan yang dapat merendahkan martabat Presiden dan/atau wakil presiden e. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau wakil Presiden adalah syarat sebagaimana yang ditentukan lanjutan Mengenai alasan pendakwaan (impeachment) di tiap negara menentukan berbeda-beda, yakni terdapat negara yang menerapkan hanya pelanggaran hukum yang bersifat pelanggaran pidana atau pelanggaran yang lebih bersifat tata

negara yang menjadi dasar pendakwaan. Untuk pelanggaran

pidana misalkan diatur dalam Konstitusi Amerika Serikat

dengan alasan-alasan: treason, bribary or other high crimes

and misdemeanor (Pasal 2 ayat (4)) dan Konstitusi Perancis dengan: only the case of high treason (Pasal 68). Sedang Konstitusi Jerman mengaitkan tidak hanya pelanggaran

pidana dan tata negara, tetapi juga pelanggaran-pelanggaran

hukum lainnya yaitu: “The Bundestag or the Bundesrat may

impeach the Federal President before the Federal Constitutional Court for wilful violation of this Basic Law or any other federal statute”. Presiden dapat di-impeach, baik

karena didakwa melanggar UUD ataupun UU Federal lainnya.

  Dasar Hukum “Impeachment” 

  UUD 1945 (Pasal 7A dan 7 B)  UU No. 24/2003 MK, UU No.

  27/2009 MD3 

  PMK No. 21/2009 Jika Presiden diduga melakukan Pelanggaran Hukum 

  Pasal 7 A UUD 1945 Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden. ***)

Hukum Acara dalam UUD NRI 1945

  Pasal 7 B (1) Presiden dan/atau Wakil Presiden dapa

diberhentikan dalam masa jabatannya oleh

Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun

apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat

sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.

  • )
lanjutan (2) Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa

Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan

pelanggaran hukum tersebut ataupun telah tidak

lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau

Wakil Presiden adalah dalam rangka pelaksanaan

fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat. ***)

  

(3) Pengajuan permintaan Dewan Perwakilan Rakyat

kepada Mahkamah Konstitusi hanya dapat dilakukan dengan dukungan sekurangkurangnya

2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat

yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri

oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota

Dewan Perwakilan Rakyat. ***)

  (4) Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili, dan memutus dengan seadiladilnya terhadap pendapat Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lama sembilan puluh hari setelah permintaan Dewan Perwakilan Rakyat itu diterima oleh Mahkamah Konstitusi. ***)

  (5) Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden kepada Majelis Permusyawaratan

  (6) Majelis Permusyawaratan Rakyat wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lambat tiga puluh hari sejak Majelis Permusyawaratan Rakyat menerima usul tersebut. ***) (7) Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden harus diambil dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dihadiri oleh sekurang- kurangnya 3/4 dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir, setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi

kesempatan menyampaikan penjelasan dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat. ***) Acara PMK Nomor 21 / 2009 

  Permohonan (DPR), ditandatangani pimpinan DPR – 5 orang

   Tahapan sidang

   Pembuktian

   Apabila Presiden atau wakil

Presiden mengundurkan diri -

permohonan gugur

   Hal-hal yang perlu dicermati

  1. Apakah proses impeachment tunduk pada prinsip-prinsip dan asas- asas yang terdapat di dalam hukum pidana dan hukum acara pidana, atau perlukah disusun satu hukum acara tersendiri?

  2. Apakah diperlukan semacam special prosecutor yang dibentuk secara khusus untuk melakukan penuntutan terhadap Presiden di depan sidang yang digelar oleh MK?

  

3. Bagaimanakah tata cara DPR mengumpulkan bukti-bukti, sehingga

bisa sampai pada suatu kesimpulan bahwa Presiden dan/atau Wakil

Presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lain,

perbuatan tercela, atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden

dan/atau Wakil Presiden?

  4. Apakah yang dimaksud dengan kata “pendapat” yang terdapat di dalam Pasal 7A dan 7B tersebut berupa “pendapat politik” yang berarti secara luas bisa dilatarbelakangi persoalan suka atau tidak suka (like and dislike) kepada Presiden dan/atau Wakil Presiden ataukah “pendapat hukum” yang berarti harus terukur dan terbingkai lanjutan

  5. Apabila MK memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti telah melakukan pelanggaran hukum atau tidak lagi memenuhi syarat dan DPR telah menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil

Presiden kepada MPR dan MPR pun menerima usulan tersebut, maka

bisakah di kemudian hari, setelah tidak menjabat lagi, Presiden dan/atau Wakil Presiden diadili (lagi) di peradilan umum dan tidak melanggar asas ne bis in idem dalam hukum pidana?

  6. Apakah proses peradilan yang bersifat khusus bagi Presiden dan/atau Wakil Presiden ini tidak bertentangan dengan asas persamaan di depan hukum (equality before the law)?

  

7. Mengingat putusan MK yang memutuskan bahwa Presiden dan/atau

Wakil Presiden terbukti telah melakukan pelanggaran hukum atau tidak lagi memenuhi syarat tidak mengikat MPR, apakah ini bisa

diartikan bertentangan dengan prinsip supremasi hukum (supremacy

of law) yang dikenal dalam hukum tata negara?