Journal of Islamic Communication and Broadcasting

   Journal of Islamic Communication and Broadcasting www.journal.stai-alfatah.ac.id

  Volume I Nomor 1 Bulan Mei 2018 Hal. 13- 22 p-ISSN:

  2614-5243 dan e-ISSN: 2614-7114

  ================================================= RETORIKA DAKWAH KH. ABUL HIDAYAT SAERODJIEs

  Agustinu

  tyno.sholahuddin@gmail.com Abstrak:

  

Gaya bicara yang khas saat berdakwah baik tulis maupun lisan, dakwah KH. Abul Hidayat

Saerodjie dapat menggugah semangat jiwa para mad’u. Tujuan penelitian ini adalah

Mengetahui bagaimana retorika dakwah, susunan serta penggunaan bahasa retorika dakwah

KH. Abul Hidayat Saerodjie. Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan

metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis pengumpulan data dilakukan dengan

observasi terhadap ceramah dan tulisan beliau serta melalui wawancara langsung. Hasil

analisis menunjukkan bahwa K.H Abul Hidayat Saerodjie menggunakan retorika dakwah

dengan susunan bahasa deduktif, induktif, kronologis dan logis dalam menyampaikan

tausiahnya. Penggunaan bahasa yang beliau gunakan dalam dakwahnya adalah dengan lagam

agama, lagam agitator,dan ragam bahasa hukum. terbukti pada Tabligh akbar di Sukabumi

Tanggal 18 Desember 2016 dan tausiyah yang beliau bawakan di tausiyah siang Rasil TV.

  Kata Kunci: Retorika, Dakwah, K.H. Abul Hidayat Saerodjie ©2018

  • –PKJICA Program STAI Al-Fatah Bogor. Ini adalah artikel dengan akses terbuka dengan licenci CCBY-NC-4.0

  PENDAHULUAN

  Retorika berasal dari bahasa Inggris Rethorics yang artinya “ilmu bicara”. Dalam perkembangannya , retorika disebut seni bicara dihadapan umum atau ucapan untuk menciptakan kesan yang diinginkan (Munawir,1997)

  K.H. Abu l Hidayat Saerodjie adalah seorang da’i atau mubalig yang dengan pesan yang disampaikannya dapat menggugah semangat pendengarnya atau pemirsanya ( mad’u) karena nasihat yang berikan beliau sangat menyejukan. Hal ini terjadi, terutama, kepada pemuda- pemudi generasi Khilafah, dan umumnya para ikhwan dan akhwat. Mereka senang ketika beliau memberikan nasihat karena cara penyampaian dakwahnya memberikan kesan yang positif dan isinya merupakan perjuangan beliau dalam mendakwahkan Jama’ah Muslimin (Hizbullah) di tengah-tengah umat yang penuh dengan fitnah.

  PKJICA

(Received: 03-01-2018; Reviewed: 30-01-2018; Revised:23-02-2018; Accepted:02-042018; Published: 01-05-2018)

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL FATAH BOGOR.

  Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti mengidentfikasi masalah yang muncul adalah bagaimana Retorika dakwah dan susunan Bahasa serta penggunaan bahasa retorika dakwah K.H Abul Hidayat Saerodjie dalam perjuangan dakwah islamiyah.

  Artikel ini membahas mengenai Retorika Dakwah KH. Abul Hidayat Saerodjie yang telah dilakukan berpuluh tahun lamanya. Mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan kemampuan, maka peneliti hanya memfokuskan pada retorika dakwah KH. Abul Hidayat Saerodjie dalam beberapa acara da’wah yang direkam dalam bentuk audio dan vidio.

  Tulisan ini bertujuan untuk menggali aspek aspek da’wah K.H Abul Hidayat Saeroji dengan harapan dapat memberikan kontrobusi kepada ilmu pengetahuan beruapa:

  1. bagaimana Retorika dakwah KH. Abul Hidayat Saerodjie; 2. bagaimana susunan dan penggunaan bahasa yang diterapkan KH. Abul Hidayat Saerodjie dalam dakwahnya.

  Aspek keduanya diyakini penting untuk diketahui agar bisa menjadi cermin untuk calon dai dai lainnya dalam menda’wahkan Islam yang rahmatan lil alamin. Selain itu, temuan dari penelitian ini dapat juga menjadi bahan evaluasi oleh penceramah itu sendiri sehingga aspek aspek ayang terkandung dalam ceramah ceramah sebelumnya dapat dijadikan pertimbangan untuk diteruskan atau dihilangkan dalam upaya pencapaian da’wah yang maksimal.

  Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Retorika dakwah KH. Abul Hidayat Saerodjie ? 2.

  Bagaimana susunan dan penggunaan bahasa retorika dakwah KH. Abul Hidayat Saerodjie ?

  METODE

  Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Untuk mendapatkan data yang objektif dalam penelitian ini maka penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis yaitu metode yang memiliki beberapa langkah penerapan (Mastubu, 1998). Dimana penelitian ini bertujuan untuk mendeskriptifkan atau menggambarkan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fenomena yang diteliti.

  Data diambil di kediaman K.H Abul Hidayat Saerodjie yaitu di Pondok Pesantren Suffah Hizbullah, Desa Pasirangin RT 02 RW 05 Kecamatan Cileungsi Bogor. Tehnik pengumulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode wawancara, observasi, dokumentasi dan analisa data. Tahap observasi terhadap beberapa buku beliau tentang dakwah dilakukan pada tanggal 10-17 Oktober 2017 dan tahap wawancara langsung kepada K.H Abul Hidayat Saerodjie dilakukan pada tanggal 19 Oktober 2017 jam 13:00 WIB. Tahap dokumentasi dilakukan melalui foto-foto video buku dan rekaman suara pada saat wawancara langsung. Dan pada tahap analisa data berupa pengumpulan data dan penyusunan data, serta analisis penafsiran data tersebut.

  ANALISIS RETORIKA DAKWAH KH ABUL HIDAYAT SAERODJIE 1. Susunan Bahasa Dianalisis dari rekaman Tabligh Akbar dengan tema “Persatuan dan Kesatuan”.

  Setiap mengawali tausiyahnya, K.H Abul Hidayat Saerodjie selalu membacakan muqoddimah “Innalhamdalillah ...” kemudian diakhir muqoddimahnya beliau selalu membaca

  “Masyaa Allahukaan waman lam yasya’ lam yakun laa haula walaa quwwata illa billah ‘amma ba’du.” Hal tersebut juga dilakukan disetiap ceramah beliau baik di

  media elektronik radio, televisi maupun di tabligh akbar atau ceramah langsung di depan halayak umum. Sebagai contoh ceramah yang di bawakan pada Tabligh Akbar di Sukabumi Tanggal 18 Desember 2016 dalam awal ceramahnya K.H Abul Hidayat Saerodjie membacakan muqodimah tersebut.

  Setelah itu beliau melanjutkan dengan membaca rujukan dalil barupa ayat dari Alquran maupun dari hadist Rasulullah sallallahu ‘alaihi wassallam yang berkaitan dengan tema atau judul dari ceramah beliau, yaitu al-Quran surat Asy-Syura ayat 13 dan dilanjutkan dengan ucapan salam kepada para tamu undangan dan semua yang turut hadir mendengarkan ceramah beliau. Lebih jauh dari itu, beliau melakukan ceramah yang diawali dengan pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan tema yang akan dibahas yaitu sebagai berikut:

  “Satu kalimat yang ringan dan mudah diucapkan, tetapi berat dilaksanakan yaitu kalimat ummatan wahidah, wihdatul ummah, union and unity, “persatuan dan kesatuan”.

  Kemudian pada sesi berikutnya beliau menjelaskan gagasan atau ide lebih lanjut dengan mengaitkanya pada ayat yang telah beliau bacakan sebelumnya, kemudian menjelaskan maksud dari ayat tersebut yang berkaitan dengan persatuan dan kesatuan sebagai berikut:

  “Persatuan Dan Kesatuan” sebagimana Allah subhanahu wata’ala telah berfirman didalam surat yang saya bacakan diawal tadi surat asy-syura ayat 13 bahwa Allah telah mensyariatkan kepadamu minaddin dari agama. Yang disyariatkan Allah kepada kita adalah addin bukan yang lain. Sebagaimana yang telah diwasiatkan kepada Nuh sama dengan kepada n

abi kita Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wassalam juga sama dengan yang

diwasiatkan kepada nabi Ibrahim, Musa dan Isa. Apa yang diwasiatkan itu ‘An aqimuddin walaa tatafaroqu fiih, ’ tegakkan oleh kamu agama dan jangan kamu berpecah belah didalamnya jangan kamu berfirqoh-firqoh didalamnya....

  

  Penjelasan berikutnya yang mengambil maksud dari surat Asy-Syuro ayat 13 adalah penjelasan dari gagasan persatuan dan kesatuan. Sesuai yang dijelaskan dalam teori deduktif, kutipan ceramah K.H Abul Hidayat Saerodjie diatas diawali dengan gagasan utama lalu di ikuti dengan keterangan penunjang berupa ayat alquran, penyimpulan dan bukti. Setelah memberikan pengertian sesuai dengan ayat atau surat yang bacakan beliau , isi dari ceramah tersebut masuk dalam lingkup sosial. Yang dimaksud lingkup sosial antara lain adalah contoh dari kisah perjalanan Rasulullah

  Sallallahu ‘alaihi wassallam, perumpamaan, berdasarkan judul yang dibawakan. Hal tersebut di ungkapkan dalam ceramah sebagai berikut:

  

Dan satu kalimat yang paling ditakuti oleh orang kafir adalah kalimat union and

unity, kalimat persatuan dan kesatuan, karena persatuan dan kesatuan baik menurut ayat ini ataupun ayat-ayat yang lain, Allah menurunkan para nabi tidak pernah memerintahkan agama itu bercerai berai. Syarat sesudah laa illaha illallah adalah bersatu tidak ada nabi yang memerintahkan agama itu bergolong-golong, satu kita sebagai umat, umat yang bertauhid, umat yang bersaudara kaljasadi wahid seperti tubuh yang satu.

  

  Selain bukti yang disampaikan di atas, yang berhubungan dengan teori deduktif yaitu adanya sebuah penunjang untuk melengkapi bukti yang berujung pada kesimpulan dari teori deduktif tersebut, antara lain sebagai berikut :

  “Maka disini kalau kita melihat

  perjalanan nabi sampai ke Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wassalam dan semenjak rasulullah sampai ke abad 20 umat islam selalu terpimpin, dimasa rasulullah atau masa sebelumnya, beliaulah pemimpin umat bukan dinasti yang beliau bangun, bukan kerajaan yang jadi obsesinya, tapi beliau membangun peradaban yang religius, masyarakat yang agamis, masyarakat yang bertauhid, masyarakat yang bersaudara. Sebagaimana ketika beliau hijrah ke Madinah, yang pertama kali beliau bangun adalah masjid, bukan kerajaan atau dinasti itu artinya islam membangun masyarakat yang religius, yang agamis, kemudian yang kedua adalah mempersaudarakan kaum muhajirin dan anshor, kaum yang bermusuhan menjadi satu umat umatan wahidah. Inilah cikal bakal dibangunnya peradaban islam sesuai dengan surat Asy-Syura ayat 13 ...

  

  Adanya sebuah penunjang seperti penyataan di atas merupakan sebuah contoh yang memotivasi kita agar bersatu dan mengukuhkan ukhuwah islamiyah sebagaimana yang diterapkan seja k zaman sebelum Rasulullah sallallau ‘alaihi wassalam dan para khulafaurrosyidin al mahdiyin. Maka menurut peneliti pernyataan penunjang tersebut sudah memberikan dan mengantarkan kita pada gambaran dari tema

  “persatuan dan kesatuan”. Pada kutipan selanjutnya juga di temukan susunan bahasa kronologis, yaitu: pengaturan pesan berdasarkan urutan waktu terjadinya, umumnya di gunakan tahapan terjadinya berdasarkan peristiwa, berikut kutipan di bawah ini:

  “Sebagaimana ketika beliau hijrah ke Madinah, yang pertama kali beliau bangun adalah masjid, bukan kerajaan atau dinasti itu artinya islam membangun masyarakat yang religius, yang agamis, kemudian yang kedua adalah mempersaudarakan kaum muhajirin dan anshor, kaum yang bermusuhan menjadi satu umat umatan wahidah. Inilah cikal bakal dibangunnya peradaban islam sesuai dengan surat Asy-Syura ayat 13 tadi. Ketika beliau dihormati layakya seorang raja, para sahabat berdiri, rasulullah berkata “duduk kalian semua jangan kau hormati aku layaknya

  mereka menghormati para raja-raja, lastu bi malik aku bukan raja aku hamba dan utusan Allah...

  

  Kemudian kutipan pernyataan logis berdasarkan sebab akibat biasanya dipakai untuk menjelaskan tentang peristiwa dengan menggunakan uraian secara detail tentang peristiwa yang sudah terjadi dan akibat yang ditimbulkan, berikut kutipan dibawah ini :

  “Maka dalam sejarah yang kita baca pernah terjadi perang 200 tahun yang disebut perang salib dari abad 11 sampai abad 13. Mereka kerahkan semua kekuatan untuk menghancurkan Islam karena mereka khawatir islam akan menyebar sampai ke eropa. Namun Islam tidak bisa dihancurkan karena Islam dalam jaminan Allah. Sehingga seorang doktor teolog Samuel Zeimer dedengkot seorang orientalisme, yang pada saat itu berkumpul di Palestina untuk membahas tentang perkembangan Islam. Akhirnya tuan Zeimer mengutarakan kuncinya: ketahuilah apa kekuatan dan kelemahan umat Islam, yaitu terletak pada agamanya, Jika Islam memegang teguh Alquran dan Sunnah nabinya. Maka jika ingin menghancurkan Islam, jauhkanlah umat islam dari agamanya, dari masjid dari ulama. Buat sistem yang sedikit demi sedikit menarik umat islam dari agamanya seperti perayaan tahun baru, ulang tahun valentin dsbg. Yang kedua adalah tumbangkan kekholifahan Islam...

  

  Susunan bahasa logis berdasarkan sebab akibat. Pada kalimat diatas dijelaskan bahwa “akibat dari kehancuran Islam adalah karena meninggalkan agama, alquran dan assunnah...”. Maka, setelah di uraikan dengan teori susunan bahasa yang terdiri dari deduktif, kronologis, danlogis.Acara “Tabligh Akbar di Sukabumi” tanggal 18 Desember 2016 sudah mencakup dari semua komponen dari susunan bahasa yang ada antara lain menggunakan gagasan utama diakhiri dengan perincian dan kesimpulan, ceramah mencakup sebab akibat dan saling berkaitan yang menggambarkan kronologi satau berdasarkan urutan waktu dari peristiwa dalam Al-Quran dan Hadits.

  Episode Tausiah Siang TV Rasil “Tanggung Jawab Suami”

  Tanggung jawab suami, merupakan tema dari tausiyah yang ditayangkan melalui TV Rasil pada tanggal 10 November 2016. Dalam tema ini peneliti memperoleh kata kunci atau gagasan dari judul pada tausiah tersebut yaitu

  “Tanggung Jawab Suami”. Penjelasan kalimat “Tanggung Jawab Suami” tersebut yang dimaksud atau dijelaskan oleh

  Jalaludin Rahmat yaitu teori deduktif, merupakan pengaturan pesan berdasarkan gagasan utama kemudian memperjelasnya dengan keterangan penunjang, penyimpulan dan bukti. Pengertian tersebut ditemukan peneliti dalam analisis, sebagai berikut :

  ”Tanggung jawab suami adalah kewajiban seseoarang terhadap keluarga terutama adalah seorang suami terhadap keluarganya. Apakah cukup hanya memberikan nafkah? Kewajiban apa saja yang harus dilakukan juga akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah...

   Sesuai yang dijelaskan dalam teori deduktif, kutipan ceramah K.H Abul Hidayat Saerodjie diatas di awali dengan gagasan utama lalu di ikuti dengan keterangan penunjang, penyimpulan dan bukti. Setelah memberikan pengertian dari judulnya, isi dari ceramah tersebut adalah contoh dari kehidupan, perumpamaan, berdasarkan judul yang dibawakan. Hal tersebut di ungkapkan dalam ceramah sebagai berikut :

  “Tanggung jawab seorang suami tidak hanya memberikan nafkah karena ketika dia memposisikan dirinya sebagai seoarang suami berarti telah memposisikan dirinya sebagai soerang kapten/ nahkoda jika itu kapal, yaitu orang yang harus membawa kapal tersebut selamat mengarungi samudera kehidupan. Sebagaimana samudera yang penuh dengan gejolak jika sampai di tengah-tengah samudera ditemukan gelombang, sebagaimana kehidupan....

  

  Dan kemudian di diperjelas dengan hadits rasulullah tentidak melaksanakan kewajibanya, sebagia berikut :

  “Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh abu dawud dalam suatu riwayat abdullah bin amr bin ‘asy radhiyallahu‘anhu ia berkata telah bersabda rasulull

ah sallallahu ‘alaihi wassalam : cukuplah seorang berdosa kalau dia mengabaikan

orang yang menjadi tanggung jawabnya dalam hal nafkah....

  

  Kemudian kutipan pernyataan logis pada pernyataan diatas adalah hadist rasulullah bahwa seorang suami jika ia ingkar terhadap janjinya untuk bertanggung jawab terhadap keluaranya maka ia telah berdosa.

  Susunan bahasa logis berdasarkan sebab akibat. Pada kalimat diatas dijelaskan bahwa “sebab seorang suami berdosa adalah jika ia tidak bertanggung jawab terhadap keluarganya

  .” Dengan demikian penulis mengkategorikan pernyataan tersebut pada susunan bahasa secara logis.

2. Penggunaan Bahasa Tabligh Akbar “Persatuan dan Kesatuan”.

  Pada ceramah ini penulis menganalisis menemukan penggunaan bahasa Ustadz Abul Hidayat Saerodjie menggunakan ragam bahasa hukum yaitu: menggunakan bahasa yang di mengerti agar setiap kalimat yang terkandung di dalamnya mudah di terima pendengar sesuai dengan keadaan masyarakat berikut kutipan nya:

  “Satu kalimat yang ringan dan mudah diucapkan, tetapi berat dilaksanakan yaitu kalimat ummatan wahidah, wihdatul ummah, union and unity, “persatuan dan kesatuan”.

  Berdasarkan kutipan di atas maka K.H Abul Hidayat Saerodjie menggunakan ragam bahasa hukum yaitu: persatuan dan kesatuan atau menjadi umat yang satu adalah sebuah kalimat yang mudah dan ringan untuk diucapkan namun berat bagi setiap orang untuk menegakkanya atau melaksanakanya.

  Selanjutnya K.H Abul Hidayat Saerodjie menggunakan penggunaan bahasa langgam agama yaitu mempunyai irama suara yang kadang naik dan turun, ucapan yang lambat terkesan lembut tetapi memperhatikan naik turunya agar ceramahnya dapat diterima dan didengarkan oleh pemirsa. Langgam agama terdapat pada kutipan berikut:

  “Persatuan Dan Kesatuan” sebagimana Allah subhanahu wata’ala telah berfirman didalam surat yang saya bacakan diawal tadi surat asy-syura ayat 13 bahwa Allah telah mensyariatkan kepadamu minaddin dari agama. Yang disyariatkan Allah kepada kita adalah addin bukan yang lain. Sebagaimana yang telah diwasiatkan kepada nuh sama dengan kepada nabi kita Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wassalam juga sama dengan yang diwasiatkan kepada nabi Ibrahim, Musa dan Isa. Apa yang diwasiatkan itu An aqimuddin walaa tatafaroqu fiih, tegakkan oleh kamu agama dan jangan kamu berpecah belah didalamnya jangan kamu berfirqoh-firqoh didalamnya....

  

  Sedangkan kalimat perintah untuk melakukan atau menegakkan persatuan dan kesatuan pada surat Asy-Syuro ayat 13 adalah apa yang telah diwasiatkan kepada Nuh dan kepada Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wassalam juga sama dengan yang diwasiatkan kepada nabi Ibrahim, Musa dan Isa yaitu An aqimuddin walaa tatafaroqu fiih.

  Perintah agar bersatu dalam agama Islam dan larangan untuk berpecah belah dalam agama islam. Hal tersebut adalah integral pada pernyataan perintah dan larangan dengan nada yang tidak terlalu keras dan tidak terlalu kecil. Dan dengan Langgam Agama yang digunakan oleh K.H Abul Hidayat Saerodjie memperhatikan naik turunnya intonasi agar bisa dipahami oleh audience secara baik.

  Penggunaan bahasa selanjutnya yang digunakan K.H Abul Hidayat Saerodjie adalah langgam agitator yaitu cara penyampaian dengan agresif untuk meyakinkan para audience. Memperjelas simpulan dari analisis suara yang peneliti lakukan, peneliti mencantumkan apa yang di ucapkan sebagai berikut :

  “Tegakkan oleh kamu agama dan jangan kamu berpecah belah didalamnya jangan kamu berfirqoh-firqoh didalamnya....

  

  Maka berdasarkan analisis yang didapat, peneliti pada Acara “Tabligh Akbar di Sukabumi tanggal 18 desember 2016” sudah mencakup dari semua komponen dari penggunaan bahasa yang ada antara lain menggunakan langgam agama, langgam agitator dan ragam bahasa hukum yang telah dijelaskan di atas.

  Episode Tausiah Siang TV Rasil “Tanggung Jawab Suami”

  Pada ceramah ini di temukan penggunaan bahasa ilmiyah yaitu: bagaimana setiap orang berpikir dalam membahas suatu masalah yang disampaikan serta mencari solusinya atau jawabanya, berikut kutipan di bawah ini:

  “Tanggung jawab suami adalah kewajiban seseoarang terhadap keluarga terutama adalah seorang suami terhadap keluarganya.

  Apakah cukup hanya memberikan nafkah? Kewajiban apa saja yang harus dilakukan juga akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah

  Kutipan di atas mengisyaratkan nada dan intonasi K.H Abul Hidayat Saerodjie yang naik turun menyebutkan sebuah pertanyaan kepada pendengar tentang apa saja yang menjadi tanggung jawab seorang suami. Dan menggunakan intonasi tinggi pada saat memberikan tekanan agar pendengar mencari jawabanya karena kewajiban suami adalah hal yang akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah.

  Kemudian ditemukan penggunaan bahasa langgam agama yaitu: irama suara yang terkadang naik dan turun, dengan gaya ucapan yang lambat dan cermat, berikut kutipan di bawah ini:

  “Tanggung jawab seorang suami tidak hanya memberikan nafkah karena ketika dia memposisikan dirinya sebagai seoarang suami berarti telah memposisikan dirinya sebagai soerang kapten/ nahkoda jika itu kapal, yaitu orang yang harus membawa kapal tersebut selamat mengarungi samudera kehidupan. Sebagaimana samudera yang penuh dengan gejolak jika sampai di tengah-tengah samudera ditemukan gelombang, sebagaimana kehidupan.......

  

  Peneliti menemukan perbedaan dengan analisis langgam agama sebelumnya, perbedaannya bahwa pada pengucapan ceramah oleh K.H Abul Hidayat Saerodjie di bagian ini lebih tinggi. Penekanan terlihat seperti pada kutipan yang diatas di bagian “Seorang suami juga bertugas sebagai seorang guru bagi keluarganya, istri dan anak- anaknya membimbing mereka agar menjadi manusia yang taqwa kepada Allah...

  ”, kalimat tersebut merupakan kalimat awalnya dengan intonasi tinggi untuk memberikan tekanan bahwa seorang suami adalah seorang guru, membimbing keluarganya.

  Selanjutnya dalam episode yang sama ditemukan ragam bahasa hukum yaitu: menggunakan bahasa yang di mengerti audience berikut kutipannya:

  “Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh abu dawud dalam suatu riwayat Abdullah Bin Amr Bin ‘Asy Radhiyallahu‘anhu ia berkata telah bersabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wassalam : cukuplah seorang berdosa kalau dia mengabaikan orang yang menjadi tanggung jawabnya dalam hal nafkah...

  

  Berdasarkan kutipan di atas peneliti menganalisis bahwa K.H Abul Hidayat Saerodjie mengatakan bahwa rasulullah sallahu ‘alaihi wassalam telah bersabda bahwa dikatakan berdosa seseorang (suami) jika ia mengabaikan keluarganya atau tidak bertanggung jawab pada keluarganya.

  KESIMPULAN

  Berdasarkan analisis data pada BAB III dalam skripsi ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1.

  Pada susunan bahasa berdasarkan analisis dari dua tausiyah retorika dakwah yang digunakan adalah susunan bahasa deduktif, induktif, kronologis dan logis.

2. Dalam penggunaan bahasa memakai langgam agitator, langgam agama dan ragam bahasa hukum.

  SARAN

  Berdasarkan kesimpulan dari paparan hasil analisis diatas maka terdapat beberapa saran yang disampaikan yaitu:

  1. Diharapkan penyampaian dakwah memakai retorika yang tepat agar penyampaian isi pesan dakwah tersebut bias dipahami oleh mad’u Dan hendaklah dakwah tidak hanya dilakukan dengan ceramah saja tetapi juga mencontohkan teladan yang baik menurut alquran dan sunnah kepada masyarakat.

  2. Saran kepada pembaca skripsi ini, bila ada kekurangan dalam penyampaian sesuatu dalam bentuk apapun yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan yang lainnya, maka saran dan kritiknya sangat diperlukan guna penyempurnaan skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

  Amin, M Masyhur (1995). Dinamika Islam Sejarah Transformasi dan Kebangkitan, Yogyakarta: LKPSM. Amin, Samsul Munir (2008). Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta: Amzah. Arifin, Anwar (2011). Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi (cet ke-1). Jakarta; Graha Ilmu. Bachtiar, Wardi (1997). Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (cet ke-1).Jakarta: Logos. Badruttamam, Nurul (2005). Dakwah kolaboratif Tarmizi Taher( cet ke-1). Jakarta: Grafindo. Burhan Bungin(2007). Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu "al (Edisi Kedua). Jakarta: Kencana Pranada Media. Champion, Dean J. (1998). Metodologi dan Masalah Penelitian. Bandung: Refika Aditama. Hasanuddin, H. (1996). Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.

  I Wuwur (1991). Retorika: Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi, Bernegosiasi.

  Yogyakarta: CV. Firdaus. Israr, MH (1993). Retorika dan Dakwah Islam Era Modern(Cet ke-6). Jakarta: CV Firdaus. Mastuhu (1998). Tradisi Baru Penelitian Agama Islam: Tinjauan antar Disiplin Ilmu (cet ke- 1). Bandung; Pusjarlit dan Nuansa. Meleong. Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif (cet ke-1). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

  Mulkham, A., M. (1996). Idiologi Gerakan Dakwah. Yogyakarta: Sipress. Munir, Muhammad dan Ilaihi, Wahyu (2009). Manajemen Dakwah. Jakarta: Rahmat Semesta dan Prenada Media Kencana.

  Oka, I Gusti Ngurah (1976). Retorika Sebuah Tinjauan Pengantar. Bandung: Tarate. Rakhmat, Jalaludin(1998). Retorika Modern: Pendekatan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

  Saputra, Wahidin (2011). Pengantar Ilmu Dakwah, hal. 261, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sugiyono (2008). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatifdan R&D. Bandung: Alfabeta Syukir, Asmuni (1983). Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.

  Tasmara, Toto (1987). Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama.