POTENSI DESA WISATA PENGLIPURAN BANGLI DILIHAT MELALUI KACAMATA WISATAWAN

Volume 15 Nomor 1 Maret 2016

Jurnal KEPARIWISATAAN

ISSN: 1412-5498

POTENSI DESA WISATA PENGLIPURAN BANGLI
DILIHAT MELALUI KACAMATA WISATAWAN
PUTU RATIH PERTIWI
ratihpertiwi@unud.ac.id
Program Studi Diploma IV Pariwisata
Fakultas PariwisataUniversitas Udayana Telp/Fax : (0361) 223798,

ABSTRAK
Penentuan potensi wisata di suatu daerah berpedoman pada apa yang dicari oleh
wisatawan. Atraksi wisata yang baik adalah yang dapat menarik wisatawan dan mampu
menahan wisatawan lebih lama di tempat atraksi dan memberi kepuasan terhadap
wisatawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi wisata dari Desa
Wisata Penglipuran dilihat dari kacamata para wisatawan baik mancanegara maupun
domestik yang berkunjung ke desa tersebut. Adapun indikator yang digunakan sebagai
acuan dalam menggali potensi wisata Desa Tradisional Penglipuran yaitu ditinjau

melalui attraction, accessibility, amenities, ancillaries, dan community involvement.
Tahapan penelitian dimulai dari studi pustaka, mengumpulkan data dan mengidentifikasi
potensi wisata yang dimiliki oleh Desa Wisata Penglipuran. Penilaian wisatawan
terhadap potensi wisata di Desa Wisata Penglipuran ini dapat digunakan sebagai acuan
untuk pengembangan wisata desa ini selanjutnya.
Kata Kunci: Potensi wisata, desa wisata, wisatawan, attractions, accessibility,
amenities, ancillaries, community involvement.

ABSTRACT
To determine the potential of tourism in a region it depends on something that tourists
looking for. A good tourists attraction is an attraction that could attract tourists to visit,
to make them to stay longer than just a visit, and also give them a satisfaction. The
purpose of this research is to identify the potential of Penglipuran Village through an
overview of tourists. A review through attractions, accessibilities, amenities, ancillaries,
dan community involvement used to explore the potential of Penglipuran Village. This
research is divided into some stages: first, literatures review; second, collecting data;
and third, identifying the potential of Penglipuran Village. The tourist assessment toward
Penglipuran potencies as the references to sustainable development of tourism in this
village.


Keywords: The potential of tourism, rural tourism, tourist, attractions, accessibilities,
amenities, ancillaries, community involvement.

77

PERTIWI: POTENSI DESA WISATA PENGLIPURAN BANGLI DILIHAT MELALUI KACAMATA WISATAWAN

PENDAHULUAN
Saat ini pariwisata sudah dikembangkan
sebagai industri di setiap negara di dunia.
Perhatian pada sektor pariwisata kini sudah
semakin luas hal ini disebabkan karena
masyarakat mulai sadar bahwa pariwisata
mendatangkan manfaat dan keuntung ekonomi
bagi negara – negara yang menerima
kedatangan wisatawan (tourist receiving
countries). Demikian pula di Indonesia,
pemerintah menginginkan untuk mengembangkan pariwisata sebagai suatu industri
untuk menunjang tingkat kesempatan
berusaha, kesempatan kerja, peningkatan

pemerataan pendapatan masyarakat.
Kerap kali dalam pengembangannya
demi mendapatkan keuntungan ekonomi yang
maksimal melalui tingkat kunjungan
wisatawan, seringkali pengelola kegiatan
pariwisata tidak menyadari secara menyeluruh
bahwa pariwisata sangat membutuhkan
lingkungan yang baik, namun jika dalam
pengembangannya tidak memperhatikan daya
dukung lingkungan terhadap jumlah
wisatawan tentu hal tersebut akan
menimbulkan dampak negatif. Dengan
tingginya tingkat kunjungan wisatawan yang
berkarakter nature based, jika suatu destinasi
tersebut dikelola tanpa menyadari pentingnya
daya dukung lingkungan, maka lingkungan
sekitar dimana kegiatan pariwisata tersebut
berjalan sedikit demi sedikit akan mengalami
kerusakan.
Hal tersebut disebabkan karena kualitas

lingkungan merupakan hal yang paling
mendasar bagi pariwisata. Saat pariwisata kini
terlihat sebagai sumber daya pembangunan
ekonomi, aktivitas pariwisata dapat
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan
dan juga mengancam hilangnya warisan
kebudayaan yang dimiliki oleh suatu daerah
secara perlahan – lahan, juga semakin
buruknya kesenjangan ekonomi antara
kelompok masyarakat.
78

Untuk menjawab semua keresahan
tersebut diperlukan pendekatan “pariwisata
berkelanjutan” atau “pariwisata berbasis
lingkungan hidup” atau seperti yang kini kita
kenal “eco – tourism” kepada seluruh
pemangku kepentingan dalam kegiatan
pariwisata yaitu pemerintah, investor,
masyarakat, bahkan hingga wisatawan. Hal

tersebut berguna untuk merubah dari sekedar
mengetahui hingga dapat memahami
bagaimana melaksanakan kegiatan pariwisata
yang bertanggungjawab, dalam memanfaatkan
dan menikmati sumber daya alam hayati. Agar
lebih memprioritaskan keseimbangan
ekosistemnya dibandingkan hanya
mempertimbangakn luas dan keindahan suatu
kawasan saja.
Gaung pendekatan pariwisata
berkelanjutan ini cukup menarik dalam usaha
mengirimkan pesan moral kepada para
wisatawan untuk berpartisispasi dalam
aktivitas pariwisata bekelanjutan. Pendekatan
aktivitas pariwisata ini juga dapat memenuhi
kebutuhan ekonomi pariwisata dalam
pendapatan dan keuntungan di industri
pariwisata, pengalaman wisata bagi para
wisatawan yang sudah jenuh dengan aktivitas
pariwisata yang glamour, terutama bagi para

wisatawan dengan taraf penghasilan menengah
keatas, dan pertumbuhan ekonomi yang
berbasis lingkungan hidup dan perlindungan
kultur budaya bagi suatu negara dan
masyarakat lokalnya.
Salah satu pendekatan dalam
mengembangkan wisata alternatif adalah
pengembangan desa wisata untuk
pembangunan pedesaan yang berkelanjutan
dalam bidang pariwisata. Desa wisata adalah
suatu bentuk integrasi antara atraksi,
akomodasi dan fasilitas pendukung yang
disajikan dalam suatu struktur kehidupan
masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan
tradisi yang berlaku. (Nuryanti, 1993:23).
Terdapat dua konsep yang utama dalam

Volume 15 Nomor 1 Maret 2016

Jurnal KEPARIWISATAAN


ISSN: 1412-5498

sebagai acuan untuk pengembangan wisata
desa ini selanjutnya.

komponen desa wisata, yaitu pertama
akomodasi: sebagian dari tempat tinggal para
penduduk setempat dan atau unit-unit yang
berkembang atas konsep tempat tinggal
penduduk dan kedua adalah atraksi: seluruh
kehidupan keseharian penduduk setempat
beserta setting fisik lokasi desa yang
memungkinkan berintegrasinya wisatawan
sebagai partisipasi aktif seperti kursus tari,
bahasa dan lain-lain yang spesifik.
Desa Wisata Penglipuran adalah salah
satu Desa Wisata yang diminati di Bali. Desa
ini ditetapkan sebagai objek wisata pada tahun
1993. Hal tersebut didasari karena, setelah

melihat ada banyak potensi dan prestasi yang
dimiliki oleh desa adat Penglipuran, Pemda
Tingkat II Bangli mengeluarkan Surat
Keputusan (SK) Bupati Daerah Tingkat II
Bangli No. 115 tanggal 29 April 1993, yang
menetapkan Desa Adat Penglipuran sebagai
objek wisata atau sebagai daerah kunjungan
para wisatawan.
Suatu daerah hanya dapat menjadi
tujuan wisata apabila daerah tersebut dapat
dikembangkan menjadi atraksi wisata.
Penentuan potensi wisata di suatu daerah
berpedoman pada apa yang dicari oleh
wisatawan. Atraksi wisata yang baik adalah
yang dapat menarik wisatawan dan mampu
menahan wisatawan lebih lama di tempat
atraksi dan memberi kepuasan terhadap
wisatawan. Kualitas objek wisata tidak hanya
dapat dinilai dari kondisi objek wisata itu
sendiri, namun dilihat juga dari fasilitas,

pelayanan, jasa, pemasaran, dan aksesibilitas
yang mendukung objek wisata tersebut.
Dalam perkembangannya hingga saat
ini, bagaimanakah potensi wisata dari Desa
Wisata Penglipuran jika dilihat dari kacamata
para wisatawan baik mancanegara maupun
domestik yang berkunjung ke desa tersebut?
Pada tulisan ini, penilaian wisatawan terhadap
Desa Wisata Penglipuran dapat digunakan

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Potensi dan Daya Tarik Wisata
Pendit (1999:21) menerangkan bahwa
potensi wisata adalah berbagai sumber daya
yang terdapat di sebuah daerah tertentu yang
bisa dikembangkan menadi atraksi wista.
Dengan kata lain, potensi wisata adalah
berbagai sumber daya yang dimiliki oleh suatu
tempat dan dapat dikembnagakan menjadi
suatu atraksi wisata yang dimanfaatkan untuk

kepentingan ekonomi dengan tetap
memperhatikan aspek – aspek lainnya.
Daya tarik atau atraksi wisata menurut
Yoeti (2002:5) adalah segala sesuatu yang
dapat menarik wisatawan untuk berkunjung
pada suatu daerah tujuan wisata, seperti (a)
natural attraction: landscape, seascape,
beaches, climate and other geographicalfeatures of the destinations. (b) cutural
attraction: history and folklore, religion, art
and special events, festivals. (c) social
attraction: the way of life, the resident
population, language, opportunities for social
encounters. (d) built attraction: building,
historic and modern architecture, monument,
parks, garden, marina.
Pengertian Daya Tarik Wisata menurut
Undang – undang Republik Indonesia No. 10
Tahun 2009 tentang kepariwisataan Bab I,
pasal 5, menyebutkan sebagai berikut “daya
tarik wisata” adalah segala sesuatu yang

memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang
berupa keanekaragaman kekayaan alam,
budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi
sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Konsep Desa Wisata
Menurut I Nyoman Darma Putra, dan I
Gde Pitana (2010:70) memberikan definisi

79

PERTIWI: POTENSI DESA WISATA PENGLIPURAN BANGLI DILIHAT MELALUI KACAMATA WISATAWAN

desa wisata bahwa pengembangan desa
menjadi destinasi wisata dengan sistem
pengelolaan yang bersifat dari, oleh, dan untuk
masyarakat. Dalam konsep desa wisata, peran
aktif pembangunan dan pengelolaan desa
wisata berada di tangan masyarakat desa.
Masyarakat desa, entah melalui lembaga
koperasi, atau yayasan, proaktif mengelola
daya tarik wisata di daerahnya dengan
mengundang wisatawan untuk datang
sekaligus untuk bermalam karena desa wisata
juga menawarkan pelayanan akomodasi.
Menurut Wiendu Nuryanti (dalam
Soekarya 2009:70) memberikan definisi
bahwa wisata adalah suatu bentuk integrasi
antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas
pendukung yang disajikan dalam bentuk suatu
struktur kehidupan masyarakat yang menyatu
dengan tata acra dan tradisi yang berlaku.
Dalam batasan ini, desa wisata dibatasi
sebagai daya tarik beserta hal – hal yang
ditawarkan, sedangkan dalam batasan diatas,
desa wisata lebih dipahami dari sudut
pengelolaan daya tarik wisata oleh dari dan
untuk masyarakat. Tampaknya kedua batasan
tersebut dapat digabungkan menjadi satu
sehingga memberikan definisi yang lebih
komprehensif antara daya tarik dan sistem
pengelolaan.
Dalam Permenbudpar No. PM.26/
UM.001/MKP/2010 tahun 2010, Desa Wisata
didefinisikan sebagai berikut:
Desa wisata adalah suatu bentuk
integrasi anatara atraksi, akomodasi, dan
fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu
struktur kehidupan masyarakat yang menyatu
dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.
Darma Putra dan Pitana (2010:71)
mengungkapkan bahwa pengertian desa
wisata lebih mudah dipahami jika
dibandingkan dengan wisata desa. Wisata desa
adalah kegiatan berwisata ke suatu desa atau
dari satu desa ke desa lainnya yang memiliki
daya tarik, diantar oleh pemandu wisata,
80

sedangkan masyarakat dan desanya hanya
menjadi objek yang dikunjungi.
Menurut Darma Putra dan Pitana
(2010:71) dalam desa wisata, peran
masyarakat lebih menonjol, mereka menjadi
subjek pengelola kunjungan wisatawan ke
desa mereka. Dalam hal ini masyarakat desa
tidak menjadi penonton, tetapi pemain yang
aktif mengelola daya tarik wisata di desanya
sehingga pada akhirnya keuntungan ekonomi
didapatkan dari aktivitas tersebut. Latar
belakang mengembangkan desa wisata adalah
kombinasi antara potensi daya alam dan
budaya yang ada serta kesadaran masyarakat
untuk memanfaatkan potensi itu untuk
pelestarian lingkungan, budaya, dan juga
mendapatkan manfaat ekonomi.
Istilah desa wisata sendiri mulai
diperkenalkan awal tahun 1990-an. Dalam
peninjauan kembali terhadap Rencana Induk
Pariwisata Bali yang dibiayai oleh UNDP,
dikembangkan sebuah konsep pengembangan
pariwisata yang terintegrasi dengan desa dan
susasana pedesaan, yang disebut “Desa
Wisata” (Pitana 1999). Konsep ini kemudian
diperkenalkan dalam Konferensi Internasional
tentang Kebudayaan dan Pariwista (The
International Conference on Culture and
Tourism) di Yogyakarta pada tahun 1992.
Pada saat itu Gubernur Ida Bagus Oka (19881998) lewat makalah berjudul “A Sub-System
of Cultural Tourism in Bali” memperkenalkan
konsep ‘pariwisata pedesaan” (village
tourism). Beliau menyebutkan bahwa desa
wisata bukanlah desa yang diciptakan untuk
turis tetapi desa yang menyajikan
kebudayaannya yang unik dan menarik,
sehingga menarik pula bagi wisatawan.
Perencanaan dan
Pariwisata Pedesaan

Pengembangan

Pendekatan dasar yang sering digunakan
dalam perencanaan pengembangan objek dan
daya tarik wisata pedesaan adalah

Volume 15 Nomor 1 Maret 2016

Jurnal KEPARIWISATAAN

menggunakan community approach/
community bassed dan enviromental planning
(Marpaung, 2000:49). Hal ini disebabkan
karena masyarakat lokal yang akan
membangun, memiliki, dan mengelola
langsung fasilitas wisata serta pelayanannya,
sehingga dengan demikian masyarakat dapat
menerima secara langsung keuntungan
ekonomi serta mencegah terjadinya urbanisasi.
Penekanan pada kehidupan masyarakat
dan lingkungannya merupakan hal penting
yang harus dipertimbangkan, sehingga dapat
memberikan pengertian dan pengetahuan
pengunjung tentang lingkungan, budaya
setempat, juga rasa bangga masyarakat lokal
terhadap budayanya. Pentingnya pendekatan
ini dilakukan dalam perencanaan
pengembangan obek dan daya tarik wisata,
yaitu agar pengembangan daya tarik wisata
yang ada dapat sesuai dengan keinginan pasar
potensial dan juga untuk menentukan
pengembangan yang tepat dan sesuai.
Adapun proses perencanaan pariwisata
pedesaan seperti yang diungkapkan oleh
Richard and Sharpley (1997:116) sebagai
berikut:
“Untuk mengembangkan wisata
pedesaan, perlu membuat suatu perencanaan
dengan melakukan 5 tahapan sebagai berikut:
menetapkan sasaran yang ingin dicapai,
melakukan peninjauan dan penelitian tentang
kondisi lingkungan dimana perencanaan itu
dibuat, membuatanalisis dan sintesa mengenai
data yang diperoleh, membuat rancangan dan
proposal dari perencanaan tersebut, dan
implementasi dari perencanaan yang telah
dibuat. Tahapan ini penting dilakukan agar
hambatan – hambatan yang ada dalam
pelaksanaannya dapat diminimalisir”.
Menurut Yoeti (2000:143) daalam
rangka membangun ekonomi desa
berdasarkan kerakyatan, membangun desa
wisata sangat relevan. Dengan dibangunnya
desa-desa wisata di semua DTW seluruh

ISSN: 1412-5498

Indonesia, diharapkan akan terjadi pemerataan
ekonomi, kesempatan berusaha, dan kerja.
Kiranya tidak berlebihan dengan membnagun
desa wisata sekaligus akan dapat
memberdayakan pembangunan masyarakat
dalam bentuk: 1). Mengembangkan usahausaha berskala kecil dan menengah yang
hasilnya dapat memenuhi kebutuhan orang
banyak umumnya dan wisatawan yang
berkunjung ke desa tersebut khususnya. 2).
Mengembangkan usaha kerajinan dan
menciptakan cendera mata yang memiliki ciri
khas kedaerahan berbeda dengan desa lain. 3).
Mengembnagkan dan mengelola agrowisata
untuk tanam-tanaman yang khas yang terdapat
di desa yang bersangkutan. 4).
Mengembangkan dan membina ekowisata
dengan melibatkan rakyat banyak yang
terdapat di sekitar proyek. 5). Mengkordinasi
kesenian tradisional yang ada untuk
disuguhkan sebagai atraksi wisata bila
wisatawan berkunjung ke daerah tersebut.
Menurut beliau, dalam pelaksanaannya,
desa wisata tidak ubahnya seperti Pola Inti
Rakyat (PIR), pada waktunya akan tumbuh
plasma-plasma yang dikelola oleh rakyat
setempat, pengelolaannya dapat berbentuk
koperasi yang kini memang sedang digalakkan
pemerintah.
Model Pengembangan Wisata Pedesaan
Dalam mengembangkan wisata
pedesaan selain memperhatikan karakter
pasar, hal lain yang sebaiknya diperhatikan
pula adalah potensi dan permasalahan yang ada
pada desa tersebut. Dalam pengembangan
suatu desa wisata harus dilakukan secara
berhai – hati agar dampak yang timbul dapat
dikontrol.
Berdasarkan hal tersebut ada tiga model
pengembangan wisata pedesaan sebagai
indikasi awal konsep pengembangan (Surya,
dkk, 2001:30):Interaksi Tidak Langsung
81

PERTIWI: POTENSI DESA WISATA PENGLIPURAN BANGLI DILIHAT MELALUI KACAMATA WISATAWAN

dalam model ini pendekatan dilakukan melalui:
memberikan manfaat ke susatu desa tanpa
harus berinteraksi langsung dengan
wisatawan. Contoh: Penulisan buku – buku
tentang desa adat, kehidupan adat istiadat,
latar belakang sejarah adat, dan kartu
pos.Interaksi setengah langsungone day trip
ke desa – desa, wisatawan hanya singgah
untuk sementara tanpa harus menginap.
Misalnya: wisatawan makan bersama dengan
penduduk, melakukan kegiatan bersama
dengan penduduk, kemudian wisatawan
pulang ke hotel.Interaksi langsung wisatawan
tinggal/bermalam di suatu akomodasi yang
terdapat di daerah tersebut.
METODE PENELITIAN
Kerangka Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian
dengan pendekatan deskriptif kualitatif yang
dilakukan dmelaui teknik pengumpulan data
sertaliterature review dengan mengkaji teori
– teori yang berhubungan dengan potensi
wisata, desa wisata, dan wisatawan. Adapun
indikator yang digunakan sebagai acuan dalam
menggali potensi wisata Desa Tradisional
Penglipuran yaitu ditinjau melalui attraction,
accessibility, amenities, ancillaries, dan
community involvement. Selain itu, untuk
mendapatkan informasi dan data dari lokasi
penelitian, digunakan juga teknik wawancara
terbuka dayng dibantu denga pedoman
wawancara, serta wawancara tertutup melalui
penyebaran angket (kuesioner). Penyajian hasil
analisis data dilakukan secara formal (dalam
bentuk tabel) dan juga secara informal (dalam
bentuk naratif).
Untuk mendapatkan informasi mengenai
potensi wisata Desa Tradisional Penglipuran,
penulis melakukan survei terhadap 100 orang
wisatawan yang terbagi menjadi 50 orang
wisatawan domestic dan 50 orang wisatawan
82

mancanegara. Dalam menentukan sampel pada
penelitian ini, penulis mengadopsi non
probability sampling yaitu teknik pengambilan
sampel yang tidak memberikan kesempatan
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dijadikan sampel. Teknik accidental
sampling juga diberlakukan pada penelitian ini,
dimana siapa saja yang secara kebetulan
bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel (Sugiono, 2013).
Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Desa
Wisata Penglipuran, Kabupaten Bangli. Desa
adat Penglipuran berlokasi pada kabupaten
Bangli yang berjarak 45 km dari kota
Denpasar, Desa adat yang juga menjadi objek
wisata ini sangat mudah dilalui. Karena
letaknya yang berada di Jalan Utama
Kintamani – Bangli. Desa Penglipuran ini juga
tampak begitu asri, keasrian ini dapat kita
rasakan begitu memasuki kawasan Desa.
Desa ini merupakan salah satu kawasan
pedesaan di Bali yang memiliki tatanan yang
teratur dari struktur desa tradisional,
perpaduan tatanan tradisional dengan banyak
ruang terbuka pertamanan yang asri membuat
desa ini membuat kita merasakan nuansa Bali
pada dahulu kala. Penataan fisik dan struktur
desa tersebut tidak lepas dari budaya yang
dipegang teguh oleh masyarakat Adat
Penglipuran dan budaya masyarakatnya juga
sudah berlaku turun temurun.
Keunggulan dari desa adat penglipuran
ini dibandingkan dengan desa-desa lainnya di
Bali adalah, Bagian depan rumah serupa dan
seragam dari ujung utama desa sampai bagian
hilir desa. Desa tersusun sedemikian rapinya
yang mana daerah utamanya terletak lebih
tinggi dan semakin menurun sampai kedaerah
hilir. Selain bentuk depan yang sama, adanya
juga keseragaman bentuk dari bahan untuk
membuat rumah tersebut. Seperti bahan tanah
untuk tembok dan untuk bagian atap terbuat

Volume 15 Nomor 1 Maret 2016

Jurnal KEPARIWISATAAN

dari penyengker dan bambu untuk bangunan
diseluruh desa.
Karena Desa Penglipuran terletak
didataran yang agak tinggi, suasana terasa
cukup sejuk. Selain suasana pertamanan yang
asri tetapi juga sangat ramahnya penduduk
desa terhadap tamu yang datang. Banyak
wisatawan yang datang dapat menikmati
suasana desa dan masuk kerumah mereka
untuk melihat kerajinan – kerajinan yang
penduduk desa buat. Sehingga untuk tinggal
berlama lama disini sangatlah menyenangkan.
Desa Adat Penglipuran ini termasuk
desa yang banyak melakukan acara ritual,
sehingga banyak sekali acara yang diadakan
didesa ini seperti pemasangan dan penurunan
odalan, Galungan dll.

ISSN: 1412-5498

dari informasi kunci, seperti informasi terkait
potensi wisata yang dimiliki oleh Desa
tradisonal Penglipuran, dan data dari hasil
kuesioner. 2). Data Sekunder, yaitu data yang
diperoleh bukan dari pihak pertama, melainkan
dari pihak-pihak tertentu yang terkait dengan
penelitian ini maupun dari dokumen dan arsip
resmi, data jumlah kunjungan wisatawan
domestik dan mancanegara di Desa Wisata
Penglipuran.
Teknik Pengambilan Sampel dan Informan
Desa Wisata Penglipuran memiliki
jumlah kunjungan wisatawan yang sedikit
untuk itu jumlah responden pada penelitian ini
adalah 100 orang wisatawan, mereka dibagi
menjadi 50 orang wisatawan domestik dan 50
orang dari wisatawan mancanegara. Dalam
menentukan sampel pada penelitian ini, penulis
menggunakan purposive sampling approach,
dimana pemilihan sampel berdasarkan
beberapa kriteria sesuai keperluan atau tujuan
penelitian.
Dalam menentukan sample pada
penelitian ini, penulis mengadopsi non
probability sampling yaitu teknik pengambilan
sampel yang tidak memberikan kesempatan
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dijadikan sampel. Selain itu, penulis juga
menggunakan teknik accidental sampling
yaitu teknik pengambilan sampel terhadap
sampel dalam hal ini wisatawan yang secara
kebetulan bertemu dengan peneliti dan dapat
digunakan sebagai sampel (Sugiono, 2013).
Penentuan informan dilakukan dengan
purposive sampling yaitu menentukan
informan berdasarkan atas tujuan tertentu
(Sugiono, 2013). Teknik penentuan informan
diawali dengan menunjuk sejumlah informan
yaitu informan yang mengetahui, memahami,
dan berpengalaman seusai objek penelitian ini.
Teknik ini menggali informasi mengenai
Potensi Wisata yang Dimiliki Desa tradisional
Penglipuran. Teknik Penentuan informan

Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini dikelompokkan ke dalam jenis
dan sumber data sebagai berikut :
Jenis Data
Dalam penelitian ini, jenis data yang
digunakan adalah: 1). Data kualitatif, yaitu
data yang tidak berbentuk angka dan tidak
dapat dihitung, hanya berupa uraian dan
informasi, namun data tersebut dapat
dijabarkan secara rinci dan jelas untuk menarik
suatu kesimpulan, seperti identifikasi potensi
wisata yang dimiliki oleh Desa Wisata
Penglipuran. 2). Data kuantitatif, yaitu data
yang berbentuk angka yang menjadi pelengkap
dalam penelitian ini seperti jumlah kedatangan
wisatawan ke Bangli.
Sumber Data
Dalam penelitian ini, sumber data yang
digunakan adalah: 1). Data primer, yaitu data
yang diperoleh dari sumber pertama atau
secara langsung diperoleh pada tempat
penelitian, baik secara lisan maupun tertulis
83

PERTIWI: POTENSI DESA WISATA PENGLIPURAN BANGLI DILIHAT MELALUI KACAMATA WISATAWAN

terbagi menjadi 2 yaitu: 1). Teknik penentuan
informan pangkal yaitu orang yang
memberikan informasi sebagian besar
mengenai Desa Tradisional Penglipuran serta
memberitahukan informan kunci yang akan
membantu penelitian dalam mendapatkan
informasi yang lebih mendalam. 2). Teknik
penentuan informan kunci adalah seseorang
yang secara mendalam mengetahui informasi
yang akan menjadi permasalahan dalam
penelitian, dalam penelitian ini informan
tersebut adalah Bapak I Wayan Kajeng sebagai
Kepala Lingkungan Desa Tradisional
Penglipuran.

menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang diceritakan kepada
orang lain. Dari penjelasan tersebut dapat
dijelaskan bahwa sebelum memulai
menganalisis data, terlebih dahulu dimulai
dengan melakukan wawancara terstruktur
melalui kuesioner kepada informan dari sampel
objek penelitian. Setelah mendapatkan katakata kunci dari fakta yang terungkap lalu
penulis mengolah dan mengekstrak data untuk
dituangkan menjadi beberapa grafik dan tabel
untuk selanjutnya dideskripsikan.

Teknik Pengumpulan Data

Penyajian hasil analisis data dapat
dilakukan, baik secara formal (dalam bentuk
table maupun diagram) juga informal (dalam
bentuk naratif). Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif, dimana data yang
didapatkan dari sampel populasi digambarkan
kedalam grafik, tabel dan dideskripsikan untuk
selanjutnya fakta dan keadaanya menjadi
informasi apa adanya yang menjadi acuan
dalam mengambil simpulan penelitian.

Dalam penelitian ini, data dikumpulkan
dengan teknik pengumpulan data sebagai
berikut: 1). Wawancara terstruktur yaitu
wawancara dengan menggunakan daftar
pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya.
Pertanyaan yang sama diajukan kepada semua
responden, dalam kalimat dan urutan yang
seragam (Sulistyo – Basuki, 2006 : 110).
Wawancara yang dilakukan meliputi gambaran
umum Desa Tradisional Penglipuran. 2).
Penyebaran kuesioner yaitu penyebaran
kuesioner kepada wisatawan mancanegara dan
domestic yang berkunjung ke Desa Tradisonal
Penglipurandimana indikator yang digunakan
sebagai acuan dalam menggali potensi wisata
Desa Tradisional Penglipuran yaitu ditinjau
melalui attraction, accessibility, amenities,
ancillaries, dan community involvement.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Menurut Bognan & Biklen (1982) dalam
Moleong (2007:248), adalah analisis yang
dilakukan dengan data, mengorganisasikan
data, memilah data menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
84

Penyajian Hasil Analisis Data

PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Bangli
Kabupaten Bangli merupakan salah satu
daerah yang mengandalkan sektor pariwisata
sebagai sektor andalan selain sektor pertanian
dan sektor industri kecil. Pariwisata terbukti
mampu menggalakkan kegiatan ekonomi dan
sektor lain sehingga dapat meningkatkan
lapangan kerja, kesempatan berusaha,
pendapatan masyarakat, dan pendapatan
daerah di Kabupaten Bangli.
Bertolak dari hal tersebut, kabupaten
Bangli sendiri berupaya menata objek wisata
yang ada serta mengembnagkan objek lain
yang belum maksimal tergarap. Selain menata

Volume 15 Nomor 1 Maret 2016

Jurnal KEPARIWISATAAN

fisik, Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli
juga berusaha mengembangkan sumber daya
manusia atau para pelaku pariwisata itu sendiri
dengan melakukan pelatihan dan penyuluhan
serta studi banding ke daerah lain yang sudah
lebih baik. Upaya – upaya ini diharapkan
mampu meningkatkan kunjungan wisatwan ke
Kabupaten Bangli sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Bangli dan juga pendapatan asli daerah
Kabupaten Bangli.
Berikut ini Tabel 4.1 yang merupakan
data kunjungan wisatawan ke Kabupaten
Bangli selama lima tahun terakhir.

ISSN: 1412-5498

disebabkan oleh bakteri Legionnaire
Pneumonia (LP).
Desa Adat Penglipuran
Desa Adat Penglipuran sendiri terletak
700 meter diatas permukaan air laut. Dari
sudut pandang sejarah dan menurut para
sesepuh, kata penglipuran berasal dari kata
pengeling Pura yang berarti tempat suci
mengenang para leluhur.
Desa ini dapat dicapai melalui jalan yang
menghubungkan Bangli dengan Kintamani.
Dari kota Bangli ke utara sampai Desa Kubu
kira – kira 5 kilometer lalu belok kiri, akan
langsung tiba di Penglipuran dan akan
disambut dengan hangat oleh warga desa.
Tempat ini sangat berarti sejak leluhur
mereka datang dari Desa Bayung Gede
Kecamatan Kintamani, sementara dari Desa
Bayung Gede ke penglipuran jaraknya cukup
jauh, oleh karena itu masyarakat Penglipuran
mendirikan Pura yang sama sebagaimana yang
ada di Desa Bayung Gede. Dalam hal ini
berarti masyarakat Penglipuran masih
mengenal asal – usul mereka.
Jumlah penduduknya 743 jiwa
kebanyakan dari mereka hidup sebagai petani
dan hanya sebagian kecil bermata pencaharian
sebagai pegawai negeri. Tari – tarian dan
cendramata berkembang dengan baik di desa
terpencil ini.
Desa adat Penglipuran berada di bawah
administrasi Desa, Kecamatan Bangli,
Kabupaten Bangli yang berjarak 45 km dari
kota Denpasar. Hal ini di bawah dataran tinggi
di sekitar kaki Gunung Batur. Berdasarkan
data tahun 2001 yang dikumpulkan oleh
pemerintah, Penglipuran Desa Adat memiliki
luas sekitar 112 Ha. Untuk mencapai desa ini
kita dapat melalui sisi timur Bangli, yaitu Jalan
Bangli - Kintamani, dan sebagainya dari sisi
utara desa, yaitu Jalan Kintamani Kayuambua
- Bangli. Desa Adat Penglipuran memiliki
beberapa batas-batas sebagai berikut: 1). Utara

Jumlah Kunjungan Wisatawan ke
Kabupaten Bangli Tahun 2011 - 2015
Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Bangli
Berdasarkan data kunjungan wisatawan
di Bangli dalam lima tahun terakhir terjadi
peningkatan kunjungan wisatawan dalam tiga
tahun terakhir berturut-turut dari periode 2011
sampai 2013, dimana pada tahun 2011 terjadi
pertumbuhan sebanyak24% diikuti pada tahun
2012 pertumbuhan wisatawan sebesar 20%.
Tetapi pada tahun 2013 hingga 2015 terjadi
penurunan jumlah wisatawan, yaitu sejumalah
21% dan 3%.
Berdasarkan data Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Bangli, penurunan
tersebut terjadi dikarenakan beberapa hal
yaitu, wabah rabies, kolera, penutupan
penerbangan langsung dari Jepang ke Bali dan
yang baru saja terjadi epidemi penyakit yang
85

PERTIWI: POTENSI DESA WISATA PENGLIPURAN BANGLI DILIHAT MELALUI KACAMATA WISATAWAN

berbatasan dengan Desa Adat Kayang. 2).
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Desa
Adat Kubu. 3). Perbatasan sisi selatan ke Desa
Adat Gunaksa 4). Perbatasan sisi barat ke
Desa Adat Cekeng
Lokasi desa tersebut berada di dataran
tinggi, salah satu lingkup Gunung Batur di
Bangli yang mempengaruhi kondisi topografi
menyebabkan desa Penglipuran kontur tidak
rata yang digunakan sebagai kuil, lebih jauh
ke utara kita akan menemukan topografi lebih
tinggi dan ada kuil (Pura Penataran Pura Puseh
Dan) di mana orang berdoa dan mengadakan
upacara adat di desa secara rutin setiap enam
bulan.
Semakin ke selatan tanah semakin
rendah topografi digunakan sebagai kuburan
bagi orang Bali khususnya umat Hindu di
daerah. Konsep ini cocok sebagai kepercayaan
dari Bali, yang percaya bahwa cara ke utara,
adalah arah berharga jadi gunakan ke kuil dan
di selatan digunakan sebagai pemakaman desa.
Vegetasi desa ini bambu dan dengan
inivegetasi ini selain dapat digunakan sebagai
bahan bangunan rumah mereka dapat
memberikan banyak keuntungan bagi
masyarakat setempat. Mereka membuat
beberapa kerajinan bambu oleh ini untuk bahan
upacara dan juga mereka membuatnya untuk
dijual.
Sejarah Perkembangan Desa Wisata
Penglipuran
Desa wisata merupakan pengembangan
alternatif model pariwisata di Bali. Wadah dan
pengembangan desa wisata adalah desa adat.
Dipilihnya desa adat sebagai wadah
pengembangan desa wisata dilatarbelakangi
oleh konsep pariwisata budaya. Konsep ini
mengharapkan perkembangan pariwisata
sejalan dengan perkembangan kebudayaan
Bali yang bertumpu dan berakar pada berbagai
lembaga tradisional Bali, khususnya desa adat.

86

Di samping itu diperlukan adanya usaha agar
desa adat mampu berpartisipasi dalam
pembangunan pariwisata, dan pariwisata
memberikan manfaat secara langsung kepada
desa adat (Pitana, 1997 dalam Winarti, 1998).
Pada awalnya Desa Adat Penglipuran
belum sebagai desa wisata, namun hanya
sebagai suatu desa konservasi. Maksud
konservasi pada dasarnya merupakan upaya
untuk memelihara suatu tempat sedemikian
rupa sehingga makna dan tempat tersebut
dapat dipertahankan. Menurut pengertian ini
tempat dapat diartikan sebagai lahan, kawasan,
gedung atau kelompok gedung-gedung
termasuk lingkungan yang terkait. Sedangkan
makna ialah arti dan tempat tersebut seperti
arti sejarah, budaya, tradisi, nilai keindahan,
sosial, ekonomi, fungsi iklirn dan fisik.
Sekitar tahun 1989/1990 di Desa Adat
Penglipuran ada proyek dan Dinas Pekerjaan
Umum (PU) yang pada dasarnya tentang
penataan pemukiman dan Iingkungan. Proyek
tersebut melalui IPP (Intensifikasi Penyuluhan
Perumahan) dan KIP (Kampung Implementasi
Program).
Selain itu, selama proyek berjalan,
secara bersamaan pula Desa Adat Penglipuran
mendapatkan KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang
pertama kalinya dan para mahasiswa
Universitas Udayana sekitar tahun 1990.
Mahasiswa KKN dan masyarakat bersamasama membuat taman dan penataan
lingkungan di sekitar Desa Adat Penglipuran,
lomba-lomba pun diikuti dari tingkat
kecamatan sampai tingkat nasional. O l e h
karena berbagai penghargaan dan prestasi
yang diterima oleh desa adat/lingkungan
Penglipuran, membuat desa ini dilirik oleh
banyak orang termasuk para wisatawan. Desa
ini pun mulai dikunjungi oleh para tamu/
wisatawan sekitar tahun 1991/1992, namun
hanya beberapa saja dan belum ada
pengelolaan dari Diparda.

Volume 15 Nomor 1 Maret 2016

Jurnal KEPARIWISATAAN

Lalu muncul ide oleh tokoh masyarakat
mengenai pengembangan Desa Adat
Penglipuran menjadi desa wisata. Hal ini
karena mereka mulai menyadari bahwa
desanya banyak dikunjungi oleh wisatawan.
Beberapa tokoh masyarakat mengidentifikasi
potensi wisata yang ada, dan menyampaikannya dalam suatu rapat desa. Lalu dicapai
kesepakatan untuk mengembangkan desanya
menjadi desa wisata. Tetapi terdapat beberapa
kendala yang dihadapi masyarakat, terutama
masalah dana. Sehingga masyarakat pun
mengemukakannya kepada Bupati Bangli
pada masa itu. Bupati melalui Diparda
kemudian merencanakan dan merealisasikan
program desa wisata.
Dengan terlihatnya banyak potensi dan
prestasi yang dimiliki oleh desa adat
Penglipuran, maka dan Pemda Tingkat II
Bangli mengeluarkan Surat Keputusan (SK)
Bupati Daerah Tingkat II Bangli No. 115
tanggal 29 April 1993, yang menetapkan Desa
Adat Penglipuran sebagai objek wisata atau
sebagai daerah kunjungan para wisatawan.
Adapun objek-objek wisata di Kabupaten
Daerah Tingkat II Bangliyang tertuang pada
pasal 1 adalah sebagai berikut: 1). Objek
wisata kawasan Toya Bungkah. 2). Objek
wisata kawasan Terunyan. 3). Objek wisata
kawasan Penulisan. 4) Objek wisata kawasan
Batur yang meliputi Batur, Penelokan dan
Kedisan. 5). Objek wisata kawasan Kehen. 6).
Objek wisata Desa Adat Penglipuran.

ISSN: 1412-5498

pendidikan sarjana sebesar 34%, 10%
diploma, magister2%, dan lain-lain12%.
Usia Wisatawan
Usia wisatawan mancanegara yang
termuda yang mengunjungi Desa Wisata
Penglipuran berada pada interval usia 14-24
tahun dengan persentase total 20%. Kemudian
diikuti oleh wisatawan pada interval usia 2535 tahun dengan persentase total 28%, dan
pada interval 36-46 tahun sebesar 44% dan
pada interval usia lebih dari 46 tahun dengan
persentase 8%.
Sedangkan wisatawan domestik yang
berkunjung ke Desa Wisata Penglipuran
didominasi oleh intervalusia 14-24 tahun yang
memiliki persentase 80% dari total. Diikuti
wisatawan pada interval usia 25-35 tahun,
sebesar 12%, dan pada interval usia 36 – 46
tahun sebesar 8% di mana tidak ada responden
dari wisatawan domestik yang memiliki usia
di atas 45 tahun.
Pekerjaan Wisatawan
Wisatawan memiliki pekerjaan yang
cukupbervariasi, Sebagian besar wisatawan
mancanegara bekerja di perusahaan swasta
dengan persentasetotal 52%, persentase
wisatawan mancanegara yang bekerja untuk
pemerintah sebesar 28%, dan 10% lainnya.
Adapun responden wisatawan domestik
didominasi oleh remaja sehingga 80% dari
mereka belum bekerja. 10% wisatawan
domestik menyatakan bekerja di perusahaan
swasta, 6% bekerja untuk pemerintah, dan 4%
menyatakan sebagai wirausaha.

Karakteristik Wisatawan
Tingkat Pendidikan Wisatawan
Tingkat pendidikan sebagian besar
wisatawan mancanegaraadalahMagister
dengan persentase total 60%, sarjana dengan
persentase 20%, diploma sebesar 8%, dan
tingkat pendidikan lainnya 6%. Sedangkan
wisatawan domestik sebagian besar berada di
tingkat SMA yaitu sebesar 42%, diikuti oleh

Jenis Kelamin Wisatawan
Sebagian besar wisatawan mancanegara
adalah laki–laki yakni dengan jumlah
persentase 72% diikuti dengan persentase
responden perempuan hanya 28%. Berbeda

87

PERTIWI: POTENSI DESA WISATA PENGLIPURAN BANGLI DILIHAT MELALUI KACAMATA WISATAWAN

dengan wisatawan domestik yang didominasi
oleh perempuan sebesar 66% sementara hanya
34% laki-laki.
Status Perkawinan
Sebagian besar wisatawan mancanegara
telah menikah dengan persentase 52%, diikuti
responden yang tidak menikah dengan
persentase hanya 48%. Sedangkan wisatawan
90% dari wisatawan domestik belum menikah
sedangkan yang telah menikah hanya
pada10%.
Sumber Informasi Mengenai Desa Wisata
Penglipuran
Seluruh wisatawan mancanegara
menyatakan bahwa mereka mengetahui
informasi mengenai Desa Wisata Penglipuran
dari media internet. Sedangkan, 76%
wisatawan
domestik
menyatakan
mengetahuinya dari teman-teman mereka, 8%
dari mereka mengetahui dari media massa,
serta% wisatawan mengetahui dari internet,
dan 8% lainnya dari sumber lainnya.
Maksud KunjungankeDesa Wisata
Penglipuran
Wisatawan mancanegara menyatakan
bahwa tujuan mereka datang ke Desa Wisata
Penglipuran adalah untuk berlibur (sebanyak
25%) dan untuk menjalani hobi mereka (25%).
Sedangkan, sebagian besarwisatawan
domestik(90%) datang keDesa Wisata
Penglipuran untuk liburan. Alasan lainnya
adalah olahraga yaitu 2% dari wisatawan,
untuk study tour 2%, dan 6% wisatawan
memiliki alasanlain.
HarapanPadaKunjungan Berikutnya
Seluruh wisatawan mancanegara
menyatakan bahwa mereka ingin datang
untuk kunjungan lagi ke Desa Wisata
Penglipuran. Bahkan 70 % responden
88

wisatawan mancanegara menyatakan pada
kunjungan berikutnya mereka berharap
mendapat kesempatan untuk tinggal selama 1
hingga 2 hari di Desa Wisata Penglipuran.
Sedangkan sisanya sebanyak 30% responden
mancanegara menyatakan berharap dapat
datang mengunjungi Desa Wisata
Penglipurankembali.
Sedangkan 2% wisatawan domestik
menyatakan bahwamereka ingin tinggal
selama satu hari sampai 2 hari untuk kunjungan
berikutnya, dan 2% dari mereka ingin tinggal
lebih dari 3 hari. Tetapi sebagian besar dari
mereka yaitu sebanyak 96% hanya ingin
berkunjung saja tidak untuk tinggal.
Penilaian Wisatawan Mancanegara
Mengenai Potensi Desa Wisata
Penglipuran
Dalam proses mendistribusikan
kuesioner dan wawancara penulis mendapat
50 responden wisatawan mancanegara dimana
5 orang berasal dari Australia, 20 orang berasal
dari Madagaskar, 10 orang berasal dari
Spanyol, dan 15 orang berasal dari Perancis.
Penilaian Terhadap Attraction (Daya Tarik)
Desa Wisata Penglipuran
Menurut wisatawan mancanegara
keindahan alam adalah penunjang daya tarik
di Desa Wisata Penglipurandimana 50%
menyatakan cukup baik, 43% menyatakan
sangat baik dan 7% menyatakan baik. Mereka
juga setuju bahwa keragaman atraksi
merupakan salah satu daya tarik
pendukungnya dimana 50% menyatakan
cukup, 40% menyatakan sangat baik dan 10%
menyatakan baik. Selain itu kebersihan dan
kelestarian lingkungan juga merupakan daya
tarik di Desa tradisional Penglipuran tersebut
dan 50% responden menyatakan bahwa
kebersihan dan kelestarian lingkungannya baik
dan 50% sisanya menyatakan sangat baik.

Volume 15 Nomor 1 Maret 2016

Jurnal KEPARIWISATAAN

Penilaian
Terhadap
Accesibility
(Aksesibilitas) Desa Wisata Penglipuran

ISSN: 1412-5498

mereka dapat tinggal di rumah asli penduduk
tetapi setidaknya tempat tinggal tersebut
hygine dan tersanitasi dengan baik.
Fasilitas komunikasi di sekitar area Desa
Wisata Penglipuran dinilai sangat baik oleh
50% responden, 30% menyatakan cukup,
15% menyatakan baik, dan sisanya 5%
responden menyatakan fasilitas komunikasi
masih buruk.
Sedangkan fasilitas pendukung di sekitar
area Desa Wisata Penglipuran dinyatakan baik
oleh 50% responden, dinyatakan cukup oleh
35% responden, dan 15% sisanya menyatakan
masih buruk.

Penilaian wisatawan mancanegara
terhadap aksesibilitas yakni, 50% wisatawan
mancanegara menyatakan bahwa untuk
menjangkau Desa Wisata Penglipurancukup
mudah dalam transportasi dan 50% sisanya
menyatakan aksesnya baik. 5% wisatawan
mancanegara menilai cukup baik infrastruktur
Desa Wisata Penglipuran, dan 45% wisatawan
mancanegara menilai bahwa infrastruktur
Desa Wisata Penglipuranbaik dan 50% sisanya
menyatakan sangat baik. Sedangkan penilaian
terhadap tersedianya transportasi umum di
Desa Wisata Penglipuran dinyatakan buruk
oleh 50% responden mancanegara dan 50%
sisanya menyatakan masih cukup. Berikutnya,
penilaian terhadap akses lokasi dinilai cukup
oleh 50% responden mancanegara dan sisanya
menilai baik.

Penilaian Terhadap Ancillaries (Pelayanan
& Organisasi Pariwisata) Desa Wisata
Penglipuran
Penilaian wisatawan mancanegara
mengenai pelayanan dan organisasi pariwisata
di Desa Wisata Penglipuran. Dimana 50%
wisatawan mancanegara menyatakan bahwa
Ketersediaan oganisasi atau lembaga
pariwisata yang dapat menaungi pihak
pengelola Desa Wisata Penglipuran,
masyarakat lokal, dan wisatawan masih buruk
dan 50% sisanya menyatakan cukup. Tourist
Information center pun masih memiliki
ketersediaan yang buruk dinyatakan oleh 50%
responden mancanegara dan sisanya
menyatakan cukup.
Tetapi 47% wisatawan mancanegara
menyataan bahwa pelayanan lembaga
pariwisata pada wisatawan baik, dan 3 %
menyatakan sangat baik, walaupun terdapat
50% wisaatawan hanya menyatakan cukup.
Terdapat 35% menyatakan bahwa pelayanan
pengelola Desa Wisata Penglipuran sangat
baik, dan 15% menyatakan baik, dan 50%
responden menyatakan cukup. Promosi Desa
Wisata Penglipuran masih buruk dinyatakan
oleh 50% responden dan 50% sisanya
menyatakan cukup. Lalu tata tertib yang
dimiliki oleh Desa Wisata Penglipuran

Penilaian Terhadap Amenities(Fasilitas)
Desa WisataPenglipuran
Setengah dari wisatawan mancanegara
yakni 50% menyatakan sangat baik, 35%
responden mancanegara menyatakan bahwa
fasilitas informasi mengenai Desa Wisata
Penglipuran(media cetak & media elektronik)
dinilai cukup baik, dan 15% responden lainnya
menyatakan baik. Penilaian kelengkapan
akomodasi bagi wisatawan dinilai baik oleh
50% responden, 30% responden mancanegara
menilai cukup, terdapat 15% menilai buruk,
dan sisanya 5% responden menyatakan bahwa
kelengkapan akomodasi bagi wisatawan dinilai
buruk.
Hal ini disebabkan karena rumah –
rumah penduduk yang sudah disiapkan untuk
menjadi guest house masih belum memiliki
standar fasilitas, hygine, dan sanitasi yang baik,
walaupun standar tersebut tidak harus
mengikuti standar hotel tetapi seluruh
responden mancanegara mengharapakan
89

PERTIWI: POTENSI DESA WISATA PENGLIPURAN BANGLI DILIHAT MELALUI KACAMATA WISATAWAN

dinyatakan sangat baik oleh 50% responden
dan 50% sisanya menyatakan baik.
Penilaian
Terhadap
Community
Involvement Desa Wisata Penglipuran
Penilaian wisatawan mancanegara
terhadap community involvement di Desa
Wisata Penglipuran, 100% responden
menyatakan bahwa peran masyarakat lokal
dalam pengelolaan Desa Wisata Penglipuran
sangat baik. Sedangkan 50% responden
menyatakan bahwa masyarakat lokal dalam
menerima keberadaan wisatawan cukup
ramah, 31 % responden menyatakan bahwa
keramahan masyarakat lokal dalam menerima
keberadaan wisatawan sangat baik, dan 19 %
sisanya menyatakan baik. Mengenai
keramahan masyarakat lokal dalam
memberikan informasi kepada wisatawan
terdapat 50% responden menyatakan cukup,
27% responden menyatakan hal itu sangat
baik, sedangkan 23% sisanya menyatakan
baik.
Penilaian Wisatawan Domestik Mengenai
Desa Wisata Penglipuran
Dalam proses mendistri busikan
kuesioner dan wawancara penulis mendapat
50 responden wisatawan domestik dimana 19
orang berasal dari Gianyar, 5 orang berasal
dari Kintamani, 11 orang berasal dari
Denpasar, 2 orang berasal dari Tabanan, 4
orang berasal dari Badung, 2 orang berasal
dari Bangli, 1 orang berasal dari Jawa Tengah,
5 orang berasal dari Klungkung, 1 orang
berasal dari Bangli.
Penilaian Terhadap Attraction (Daya Tarik)
Desa Wisata Penglipuran
50% wisatawan domestik setujubahwa
daya tarikwisatadesa inididukungoleh
pemandangan yang indahyang baik, hanya44%

90

setuju bahwa itusangat baik, dan 6%
mengatakan itu cukup. Selain itu,48%
wisatawan domestik menyatakan bahwa ia
mendukung dengan atraksi keragaman baik,
sementara32% setuju bahwa itusangat baik,
16% setuju bahwa itucukup, tetapi terdapat
4% wisatawan menilai bahwa keragaman
atraksi Desa Wisata Penglipuran buruk. Selain
ituuntuk spesifikasi dari kebersihan lingkungan
dan konservasi55% mengatakan ya itusangat
baik, 34% menyatakan bahwa baik, hanya11%
mengatakan Penglipuran Desa Wisata
Penglipuran memiliki kebersihan yang cukup
lingkungan dan konservasi.
Penilaian
Terhadap
Accesibility
(Aksesibilitas) Desa Wisata Penglipuran
Untuk penilaian aksesibilitas di Desa
Wisata Penglipuran 66% setuju bahwa desa
ini adalah tempatterjangkau,26% mengatakan
cukup terjangkau, dan 8% mengatakan itu
adalah tempat yang sangat terjangkau. Dan
untuk infrastruktur, 54% wisatawan domestik
sepakat bahwa Desa Wisata Penglipuran
memiliki infra struktur yang baik, sementara
22% mengatakan infrastruktur yang sangat
baik, dan pada saat yang sama16% dari
mereka mengatakan itu sudah cukup, dan
ada8% dari mereka mengatakan memiliki
infrastruktur yang buruk.
44% wisatawan domestik menyatakan
bahwadesa ini memiliki kualitas yang cukup
untuk ketersediaan angkutan umum, 38%
mengatakan bahwa ketersediaan angkutan
umum yang baik, 12% setuju bahwa adalah
ketersediaan angkutan umum buruk,
sementara 6% dari mereka mengatakan itu
sangat baik. Untuk lokasi, 45% setuju bahwa
desa ini memiliki lokasi yang baik, 39%
wisatawan domestik menyatakan bahwa lokasi
hanya sangat baik, dan sisanya (16%)
mengatakan itu cukup.

Volume 15 Nomor 1 Maret 2016

Jurnal KEPARIWISATAAN

Penilaian Terhadap Amenities(Fasilitas)
Desa Wisata Penglipuran

ISSN: 1412-5498

Penglipuran, 46% dari mereka menyatakan itu
baik, 22% setuju bahwa itu sangat baik, 22%
lebih mengatakan itu sudah cukup, dan 10%
dari mereka mengatakan itu buruk.
Selain itu, untuk kualitas pelayanan
lembaga pariwisata di Desa Wisata
Penglipuran memiliki 62% wisatawan
domestik yang mengatakan baik, 18%
mengatakan cukup, 14% dari mereka
mengatakan itu sangat baik, dan 6%
menyatakan bahwa lembaga pariwisata di area
tersebut buruk. Adapunmengenai kualitas
pelayanan Desa Wisata Penglipuran, 60%
responden setuju bahwa kualitasnya baik, 26%
dari mereka mengatakan itu sangat baik, dan
24% dari mereka mengatakan itu sudah cukup.
Dalam bidang promosi 38% dari
wisatawan domestik menyatakan bahwa itu
sangat baik. 30% mengatakan cukup promosi,
22% dari mereka mengatakan itu sangat baik,
tetapi terdapat 10% responden mengatakan
Desa Wisata Penglipuran memiliki promosi
yang buruk. Dalam peraturan dan kebijakan
54% responden menyatakan baik, 26%
mengatakan sangat baik, 8% dari mereka
mengatakan itu sudah cukup, tapi ada 12%
wisatawan domestik mengatakan itu buruk.

Untuk penilaian fasilitas itu bagi dengan
4 spesifikasi, seperti: informasi dari situs
dimana 49% dari wisatawan domestik sepakat
bahwa kualitas yang baik, 23% dari mereka
menyatakan bahwa sudah cukup, diikuti
oleh22% wisatawan domestik menyatakan
fasilitas informasi mengenai Desa Wisata
Penglipuran sangat baik, dan hanya 6%
mengatakan itu buruk.
Kedua, untuk akomodasi 60% dari
mereka menyatakan bahwa kualitas yang baik,
22% mengatakan cukup, 10% setuju bahwa
itu sangat baik, dan 8% lebih, tidak benarbenar menyukainya seperti yang mereka
katakan itu buruk. Untuk sarana komunikasi
di seluruh wilayah, 48% responden
menyatakan sangat baik, 32 dari mereka puas
karena mereka mengatakan itu sudah cukup,
dan 12% setuju bahwa itus angat baik, dan
8% mengatakan itu buruk.
Sisanya yaitu 52% dari mereka
menyatakan bahwa fasilitas pendukung seperti
money changer, supermarket, mini market, dan
lain-lain sudah cukup, sedangkan 26%
mengatakan itu baik, 10% dari mereka
menyatakan itu sangat baik, 9% dari mereka
setuju bahwa buruk bahkan ada 3%
mengatakan fasilitas pendukung di area
tersebut sangat buruk.

Penilaian
Terhadap
Commumity
Involvement Desa Wisata Penglipuran
Adapun penilaian mengenai community
involvement di Desa Wisata penglipuran
dimana, pada aspek peran masyarakat lokal
dalam pengelolaan Desa Wisata Penglipuran
mendapat penilaian Baik dari 52% responden
domestik, 32% menyatakan hal tersebut
sangat baik, 10% responden menyatakan
cukup, dan 6% responden menilai buruk.
Pada aspek keramahan masyarakat lokal
dalam menerima keberadaan wisatawan
terdapat 38% responden yang menilai sangat
baik, 48% menilai baik, dan sisanya 14%
menilai cukup. Adapun dalam memberikan
informasi kepada wisatawan dinilai baik oleh

Penilaian Terhadap Ancillaries (Pelayanan
dan Organisasi Pariwisata) Desa Wisata
Penglipuran
48% dari wisatawan domestik setuju
bahwa organisasi pariwisata yang dapat
mendukung pengelolaan Desa Wisata
Penglipuran, masyarakat lokal, dan wisatawan
baik. 30% mengatakan bahwa itu cukup, 16%
menyatakan sangat baik, dan 6% mengatakan
itu buruk. Untuk tourist information
centeryang diperlukan untuk memberikan
gambaran kepada para wisatawan tentang peta
91

PERTIWI: POTENSI DESA WISATA PENGLIPURAN BANGLI DILIHAT MELALUI KACAMATA WISATAWAN

46% responden, dinilai sangat baik oleh 38%
responden dan dinilai cukup oleh16%
responden.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Potensi wisata dari Desa Wisata
Penglipuran jika dilihat dari kacamata para
wisatawan baik mancanegara maupun
domestik yang berkunjung ke desa tersebut
terbagi menjadi 5 aspek yaitu attractions,
accessibility, amenities, ancillaries, dan
community involvement.
Adapun
menurut
wisatawan
mancanegara potensi wisata yang mendapat
nilai tertinggi pada aspek attraction di Desa
Wisata Penglipuran adalah kebersihan dan
kelestarian lingkungan, sedangkan keragaman
atraksi dan keindahan alam di Desa Wisata
Penglipuran dinilai cukup baik. Begitu pula
dengan wisatawan domestik yang menilai
kebersihan dan kelestarian lingkungan sangat
baik, diikuti dengan keindahan alam yang
cukup baik, sedangkan keragaman atraksi
Desa Wisata Penglipuran dinilai masih kurang.
Selanjutnya penilaian wisatawan
mancanegara mengenai potensi wisata pada
aspek accessibility tertuju pada infrastruktur
Desa Wisata Penglipuran yang mendapat nilai
tertinggi, sedangkan kemudahan transportasi
dalam menjangkau Desa Wisata Penglipuran
dan lokasinya dinilai cukup baik. Tetapi nilai
rendah ditujukan pada ketersediaan
transportasi umum di Desa Wisata
P