Tahun 20 3 KATA PENGANTAR

Tahun 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
SEJARAH AGAMA HINDU ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Sejarah Agama Hindu. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari
apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga

makalah

sederhana

ini

dapat

dipahami


bagi

siapapun

yang

membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yag membangun demi kebaikan masa depan.

Bandar Lampung, Agustus 2013
Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pada mulanya melalui Dewa Brahma sebagai manifestasi Ida Sang Hyang Widhi
menurunkan Sabda kepada tujuh orang Rsi, yang oleh tujuh Rsi tersebut Sabda tersebut disebut

Wahyu. Selanjutnya Wahyu yang terkumpul tersebut, atas inisiatif Rsi Wyasa dibantu oleh
empat orang muridnya dibukukan menjadi Weda / Catur Weda. Catur Weda diterjemahkan oleh
para Rsi menjadi Lontar, atau gubahan lain yang tujuannya agar lebih mudah sampai pada umat
yang latar belakang kemampuannya berbeda.

Bertolak dan kenyataan ini maka tidak ada alasan bagi umat Hindu untuk tidak mengenal
Weda, yang meskipun dalam bentuk gubahan atau terjemahan. Weda diturunkan di India
tepatnya di lembah sungai suci Sindhu, kemudian sampai pada kita di Indonesia melalui
beberapa proses atau fase-fase.
Zaman ini dimulai dan datangnya Bangsa Arya, + 2500 SM ke India, dengan menempati
lembah Sungai Sindhu yang dikenal dengan nama Punjab (daerah lima aliran sungai). Bangsa
Arya tergolong ras Indo Eropa yang terkenal sebagai Bangsa yang gemar mengembara tetapi
cerdas, tangguh dan trampil. Selanjutnya pada zaman ini merupakan zaman mulainya penulisan
Wahyu suci yang pertama yaitu Reg Veda. Kehidupan beragama pada zaman ini didasarkan atas
ajaran-ajaran yang tercantum pada Veda Samhita, yang lebih banyak menekankan pada
pembacaan perafalan ayat-ayat Veda secara oral, yaitu dengan menyanyikan dan mendengarkan
secara berkelompok.

Veda adalah kitab suci Agama Hindu yang dturunkan oleh ida Sang Hyang Widhi Wasa
kepada umat Hindu melalui para Rsi (Sapta Rsi) yaitu Rsi Grtsamada, Rsi Viswamitra, Rsi Atri,

Rsi Bharadvaja, Rsi Vasistha, Rsi Kanva dan Rsi Vamadeva. Selanjutnya setelah wahyu tersebut
diterima, maka atas jasa Maharsi Vyasa dan empat orang muridnya membukukan wahyu tersebut
menjadi empat bagian yang sampai sekarang dikenal dengan nama Catur Veda, terdiri dari:
a) Maharsi Pulaha membukukan Reg Veda
b) Maharsi Jaimini membukukan Sama Veda c) Maharsi Vaisampayana membukukan Yajur Veda
d) Maharsi Sumantu membukukan Atharva Veda
1.2. Tujuan Makalah
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui sejaah perkembangan Agama Hindu di dunia
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui sejarah Agama Hindu di India
b. Untuk mengetahui sejarah Agama Hindu di Indonesia
c. Untuk mengetahui perkembangan Agama Hindu sekarang
d. Untuk mengetahu peninggalan sejarah Agama hindu di dunia
e. Untuk mengetahui pelaksanaan Agama Hindu
1.3. Manfaat
Untuk menambah wawasan tenteng Agama Hindu dan pelaksanaaan agama Hindu di
Indonesia

BAB II

TINJAUAN PUSAKA
2.1. Pengertian Veda
Veda adalah kitab suci Agama Hindu yang dturunkan oleh ida Sang Hyang Widhi Wasa
kepada umat Hindu melalui para Rsi (Sapta Rsi) yaitu Rsi Grtsamada, Rsi Viswamitra, Rsi Atri,
Rsi Bharadvaja, Rsi Vasistha, Rsi Kanva dan Rsi Vamadeva. Selanjutnya setelah wahyu tersebut
diterima, maka atas jasa Maharsi Vyasa dan empat orang muridnya membukukan wahyu tersebut
menjadi empat bagian yang sampai sekarang dikenal dengan nama Catur Veda, terdiri dari:
e) Maharsi Pulaha membukukan Reg Veda
f)

Maharsi Jaimini membukukan Sama Veda -

g) Maharsi Vaisampayana membukukan Yajur Veda
h) Maharsi Sumantu membukukan Atharva Veda
2.2. Pembagian Veda
2.2.1. Reg Veda,
merupakan kitab tertua dan terpenting. Isinya dibagi atas 10 Mandala, menunjukkan kebenaran
yang mutlak. Mantranya terdiri dari 10.552 yang diucapkan untuk mengundang, mendekatkan
Tuhan dan manifestasinya yang dipuja agar hadir pada saat upacara Pengucapan mantra adalah
pemimpin upacara yang disebut Hotr.


2.2.2. Sama Veda,

isinya diambil dan Reg Veda, kecuali beberapa nyanyian suci yang dinyanyikan pada saat
upacara dilakukan. Jumlah mantranya terdiri atas 1.875. Yang menyanyikan lagu pujaan ini
disebu Udgatr.

2.2.3. Yajur Veda,
terdiri dan 1.975 mantra, berbentuk prosa yang isinya berupa rafal dan doa pengucapannya
adalah pemimpin upacara bernama Adhvaryu pada saat pelaksanaan upacara korban. Fungsi rafal
adalah bukan memuja para Dewa melainkan mengubah upacara korban yang dipersembahkan
menjadi makanan yang dapat diterima oleh para Dewa dengan pengucapan berulang-ulang
disertai dengan menyebutkan nama manifestasi Dewa yang hendak dihadirkan.

2.2.4. Atharva Veda,
terdiri dan 5.987 mantra berbentuk prosa yang isinya berupa mantra-mantra yang kebanyakan
bersifat magis, yang memberikan tuntunan hidup sehari-hari berhubungan dengan keduniawian
seperti tampak dalam sihir, tenung, pedukunan. Isi sihir-sihir dimaksud bertujuan untuk
menyembuhkan orang-orang sakit, mengusir roh-roh jahat, mencelakakan musuh dan lain
sebagainya.


2.3. Perkembangan Agama Hindu di India pada zaman Upanisad
Zaman Upanisad ini merupakan reaksi terhadap yang terjadi pada zaman Brahmana.
Dimana sejalan dengan berjalannya waktu, Agama Hindu terus berkembang yang meskipun pada
akhirnya umat terpecah mengikuti aliran yang berbeda, yang secara keseluruhan disebut aliran
Nawa Darsana, yaitu enam aliran tergabung dalam kelompok Astika (kelompok yang masih

menerima Veda sebagai kitab suci Agama Hindu) dan tiga aliran tergabung dalam kelompok
Nastika (kelompok yang menolak Veda sebagai kitab suci Agama Hindu). Aliran Nastika inilah
secara otomatis keluar dan Agama Hindu sedangkan Aliran Astika tetap mengikuti Agama
Hindu dan kembali pada Veda sebagai sumber segalanya bagi umat Hindu secara keseluruhan.

BAB III
PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI NEGARA LAIN
Beberapa bukti peninggalan sejarah dan kepercayaan masyarakat dunia dapat kita
pergunakan sebagai dasar untuk menyatakan dan mempelajari bahwa agama Hindu pernah
berkembang di negara-negara lain selain India antara lain sebagai berikut.
3.1. Afghanistan
Di Afghanistan telah ditemukan arca ganesa dari abad ke-5 M yang ditemukan di Gardez,
afghanistan sekarang (Dargah Pir Rattan Nath, Kabul). Pada arca tersebut terdapat tulisan ’’besar

dan citra indah mahavinayaka’’ disucikan oleh Shahi Raja Khingala. Arca Ganesa tersebut
menunjukkan bahwa agama hindu merupakan agama yang dianut oleh masyarakat di
Afghanistan pada abad ke-5 hingga abad ke-7.
Di Kampuchea saat ini terdapat taman wisata arkeologis angkor wat, yaitu kompleks kuilkuil yang terdiri dari angkor wat, bayon, dan banteay srey. Angkor Wat merupakan candi Hindu
yang dibangun sebagai penghormatan kepada Dewa Wisnu dan sebagai simbol kosmologi hindu.
Angkor pernah menjadi kota suci tujuan para peziarah dari seluruh kawasan asia tenggara
3.2. Filipina
Bukti-bukti pengaruh Hindu di Filipina, yaitu dengan ditemukannya prasasti

tembaga laguna atau disebut juga keping tembaga laguna. Prasasti tembaga laguna adalah
dokumen tertulis pertama ditemukan dalam bahasa filipina. Piring itu ditemukan pada tahun
1989 oleh E. Alfredo Evangelista di laguna de Bay, di Metroplex, Manila, filipina. Prasasti
tersebut bertuliskan tahun 822 saka. Dalam prasasti tersebut terdapat banyak kata dari bahasa
sanskerta, jawa kuno, Malaya Kuno, dan Bahasa Tagalog Kuno.
3.3. Mesir ( Afrika )
Sebuah prasasti dalam bentuk inskripsi yang berhasil digali di Mesir
berangka tahun 1280 SM. Isinya memuat perjanjian antara Raja Ramses II dan bangsa Hittite.
Dalam perjanjian yang dilaksanakan oleh Raja Ramses II dengan bangsa Hittite tersebut,
Mattravaruna sebagai dewa kembar dalam Weda telah dinyatakan sebagai saksi (H.R. hal
’’ancient history of the new east’’, hal 364). Maitravaruna adalah sebutan dari Tuhan Yang Maha

Esa dalam konsep ke-Tuhanan agama Hindu. Raja-raja Mesir di zaman purbakala
mempergunakan nama-nama, seperti Ramses I, Ramses II, Ramses II, dan seterusnya. Kata
ramses mengingatkan kita kepada Rama yang terdapat dalam kitab Ramayana. Rama, oleh umat
Hindu diyakini sebagai penjelmaan atau awatara Dewa Wisnu, yaitu manifestasi dari Tuhan
sebagai pemelihara, Wisnulah yang menyelamatkan dunia ini dari ancaman keangkaramurkaan.
3.4. Meksiko
Meksiko terbilang negeri yang sangat jauh dari india. Masyarakat negeri ini dikatakan telah
trbiasa merayakan sebuah hari raya pestaria yang disebut dengan hari Rama-Sita. Waktu hari
pestaria ini memiliki hubungan erat dengan waktu hari suci Dussara atau Navaratri dalam agama
hindu. Penggalian-penggalian peninggalan bersejarah yang dilakukan di negeri Meksiko telah

menghasilkan penemuan beberapa patung ganesa ( baron humbolt dan harlas sanda ’’hindu
superiority’’, hal 151).
Penduduk zaman purbakala yang ada di daerah-daerah ’’Meksiko’’ adalah orang-orang Astika,
yaitu orang-orang yang percaya dengan keberadaan weda-weda. Kata astika adalah sebuah istilah
yang saat ini masih dipergunakan oleh masyarakat Meksiko sebagai salah ucapan dari kata
Aztec.
Festival Rama-Sita yang dirayakan oleh masyarakat Meksiko dapat disamakan dengan
percaya hari dussara atau Navaratri. Penemuan patung ganesa kita hubungkan dengan arca
ganesa sebagai putra dewa siwa dalam mitologi Hindu. Masyarakat Astika adalah suku bangsa

Astec itu sendiri yang kebanyakan di antara mereka memiliki kepercayaan memuja dewa siwa.
3.5. Peru
Di sebelah barat-daya amerika latin terdapat negeri yang disebut dengan peru. Penduduknya
melakukan pemujaan trhadap dewa matahari. Hari-hari raya tahunan masyarakat ini jatuh pada
hari-hari Soltis. Masyarakat negeri peru dikenal dengan bangsa inca. Kata inca berasal dari kata
ina yang berarti Matahari.
Soltis jatuh pada tanggal 21 juni dan 22 desember, yaitu pada hari-hari ketika matahari telah
sampai pada titik deklanasinya di sebelah selatan dan di sebelah utara untuk kembali lagi pada
peredarannya. Sebagaimana biasa mulai tanggal 21 juni matahari ada di titik bumi belahan utara
’’utarayana’’, waktu yang dipandang baik untuk melaksanakan upacara yang berkaitan dengan
dewa yadnya. Tanggal 22 desember matahari berada di titik bumi belahan selatan
’’daksinayana’’ saat waktu itu dipandang baik untuk melaksanakan upacara yang berhubungan
dengan Bhuta Yadnya. Dewa matahari menurut keyakinan umat hindu indonesia ’’bali’’ disebut

Siwa Raditya =surya= matahari. Pemujaan kehadapan dewa matahari ’’surya raditya’’ terbiasa
dilakukan oleh umat hindu kita, sebagaimana juga dilaksanakan oleh bangsa Inca di Peru.
3.6. Kota Kalifornia
Kalifornia adalah sebuah kota yang terdapat di amerika serikat. Nama kota ini diperkirakan
memiliki hubungan dengan kata kapila aranya. Di kota kalifornia terdapat cagar alam taman
gunung abu ’’ash mountain park’’ dan sebuah pulau kuda ’’horse island’’ di alaska, amerika

utara.
Kita mengenal kisah dalam kitab purana tentang keberadaan raja segara dan enampuluh ribu
putra-putranya yang dibakar habis hingga menjadi abu oleh maharsi kapila. Raja sagara
memerintahkan putra-putranya untuk menggali bumi menuju ke patala-loka dalam rangka
kepergian mereka mencari kuda untuk persembahan. Oleh putra-putra raja sagara, kuda yang di
cari itu diketemukan di lokasi maharsi kapila sedang mengadakan tapa brata. Oleh karena
kedatangan para putranya mengganggu proses tapa brata beliau, akhirnya maharsi kapila
memandang putra-putra raja itu dengan pandangan amarah sampai mereka musnah menjadi abu.
Kata patala-loka memiliki arti negeri di balik india, yaitu benua amerika. Kata kalifornia
memili kedekatan dengan kata kapila aranya. Kondisi ini memungkinkan sekali karena secara
nyata dapat kita ketahui bahwa di amerika terdapat cagar alam taman gunung abu yang
kemungkinan sekali berasal dari abunya putra-putra raja sagara yang berjumlah enampuluhribu
dan nama pulau kuda yang diambil dari nama kuda persembahan raja sagara.

3.7. Australia

Penduduk negeri kanguru ini memiliki jenis tarian tradisional yang disebut dengan siwa
dance atau tarian siwa. Siwa dance adalah semacam tarian yang berlaku di antara penduduk asli
Australia (spencer dan gillen ’’the native of central australia’’, halaman 621. Macmillan, 1899).
Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa para penari ‘’siwa dance’’ menghiasi dahinya dengan

hiasan mata yang ketiga. Hal ini merupakan suatu bukti yang dapat dijadikan sumber
memberikan informasi kepada kita bahwa penduduk asli negeri kanguru ‘’australia’’ ini telah
mengenal atau mendengar dongeng-dongeng weda dan nama-nama dewa dalam kitab suci weda.

BAB IV
Agama Hindu di Indonesia
Berdasarkan beberapa pendapat, diperkirakan bahwa Agama Hindu pertamakalinya berkembang
di Lembah Sungai Shindu di India. Dilembah sungai inilah para Rsi menerima wahyu dari

Hyang Widhi dan diabadikan dalam bentuk Kitab Suci Weda. Dari lembah sungai sindhu, ajaran
Agama Hindu menyebar ke seluruh pelosok dunia, yaitu ke India Belakang, Asia Tengah,
Tiongkok, Jepang dan akhirnya sampai ke Indonesia. Ada beberapa teori dan pendapat tentang
masuknya Agama Hindu ke Indonesia.
1.

Krom

(ahli

-

Belanda),

dengan

teori

Waisya.

Dalam bukunya yang berjudul "Hindu Javanesche Geschiedenis", menyebutkan bahwa
masuknya pengaruh Hindu ke Indonesia adalah melalui penyusupan dengan jalan damai yang
dilakukan oleh golongan pedagang (Waisya) India.
2.

Mookerjee

(ahli

-

India

tahun

1912).

Menyatakan bahwa masuknya pengaruh Hindu dari India ke Indonesia dibawa oleh para
pedagang India dengan armada yang besar. Setelah sampai di Pulau Jawa (Indonesia) mereka
mendirikan koloni dan membangun kota-kota sebagai tempat untuk memajukan usahanya. Dari
tempat inilah mereka sering mengadakan hubungan dengan India. Kontak yang berlangsung
sangat lama ini, maka terjadi penyebaran agama Hindu di Indonesia.
3.

Moens

dan

Bosch

(ahli

-

Belanda)

Menyatakan bahwa peranan kaum Ksatrya sangat besar pengaruhnya terhadap penyebaran
agama Hindu dari India ke Indonesia. Demikian pula pengaruh kebudayaan Hindu yang dibawa
oleh para para rohaniwan Hindu India ke Indonesia.
Bersamaan dengan berkembangnya pengaruh agama Hindu ke seluruh dunia termasuk indonesia,
terjadilah akulturasi antara kebudayaan asli indonesia dan kebudayaan india yang dijiwai oleh
agama hindu.

Pengaruh agama hindu. Dapat diterima oleh bangsa indonesia dengan damai. Dengan demikian,
perkembangan agama hindu di indonesia menjadi subur dan bervariasi, sebagaimana bukti-bukti
yang ada dan kita ketahui, seperti berikut.
a.

Kutai
Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantarayang memiliki bukti sejarah
tertua. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman,Kalimantan Timur, tepatnya di hulusungai
Mahakam. Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam
menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja
yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa
karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.
Aswawarman mungkin adalah raja pertama Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu. Ia juga
diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya
pembentuk keluarga.
Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam
peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa.

b. Kalimantan Selatan
1. Kerajaan Tanjung Puri1
Sekitar abad ke 5-5 M di kalimantan selatan telah berdiri kerajaan tanjung puri sebagai pusat
kolonisasi orang-orang Melayu yang berasal dari kerajaan sriwijaya. Kerajaan tanjung puri
merupakan kerajaan tertua di kalimantan selatan. Kerajaan ini letaknya cukup strategis yaitu di

Kaki Pegunungan Meratus dan di tepi sungai besar sehingga di kemudian hari menjadi bandar
yang cukup maju. Kerajaan Tanjung Puri bisa juga disebut Kerajaan Kahuripan, yang cukup
dikenal sebagai wadah pertama hibridasi, yaitu percampuran antarsuku dengan segala
komponennya.
2. Kerajaan Negara Dipa
Kerajaan Negara Dipa adalah kerajaan yang berada di pedalaman Kalimantan Selatan. Kerajaan
ini adalah pendahulu Kerajaan Negara Daha. Kerajaan Negara Daha terbentuk karena
perpindahan ibukota kerajaan dari Amuntai (ibukota Negara-Dipa di hulu) ke Muhara Hulak (di
hilir). Sejak masa pemerintahan Lambu Mangkurat wilayahnya terbentang dari Tanjung Silat
sampai Tanjung Puting.
Kerajaan Negara Dipa semula beribukota di Candi Laras (Distrik Margasari) dekat hilir sungai
Bahan tepatnya pada suatu anak sungai Bahan, kemudian ibukotanya pindah ke hulu sungai
Bahan yaitu Candi Agung (Amuntai), kemudian Ampu Jatmika menggantikan kedudukan Raja
Kuripan (negeri yang lebih tua) yang mangkat tanpa memiliki keturunan, sehingga nama
Kerajaan Kuripan berubah menjadi Kerajaan Negara Dipa. Ibukota waktu itu berada di Candi
Agung yang terletak di sekitar hulu sungai Bahan (= sungai Negara) yang bercabang menjadi
sungai Tabalong dan sungai Balangan dan sekitar sungai Pamintangan (sungai kecil anak sungai
Negara). Kerajaan ini dikenal sebagai penghasil intan pada zamannya.
3. Kerajaan Negara Daha
Kerajaan ini tidak ada hubungannya dengan Kerajaan Daha di Jawa, yang lebih dikenal sebagai
Kerajaan

Janggala.

Kerajaan Negara Daha adalah sebuah kerajaan Hindu yang pernah berdiri di Kalimantan Selatan.
Pusat ibukota kerajaan ini berada di kota Negara (kecamatan Daha Selatan, Hulu Sungai

Selatan).
Kerajaan

Negara

Daha

merupakan

kelanjutan

dari

Kerajaan

Negara

Dipa.
c. Jawa Barat
Kerajaan Tarumanegara
Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah
baratpulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Taruma merupakan salah satu kerajaan
tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah. Dalam catatan sejarah dan peninggalan
artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma adalah kerajaan
Hindu beraliran Wisnu
Prasasti yang ditemukan
1. Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di perkebunan kopi milik
Jonathan Rig, Ciampea, Bogor
2. Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya,
Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya
menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati
oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut
merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada
masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.
3. Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiang yang
mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, berisi pujian
kepada Raja Purnawarman.

4. Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor
5. Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor
6. Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor
7. Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor
d. Jawa Tengah
Suburnya perkembangan agama hindu di jawa tengah dapat kita ketahui dari ditemukannya
prasasti tukmas. Prasasti ini ditulis dengan huruf pallawa dan berbahasa sanskerta dengan tipe
tulisan berasal dari tahun 650 masehi. Prasasti tukmas memuat gambar-gambar atribut : dewa tri
murti, seperti trisula lambang dewa siwa, kendi lambang dewa brahma, dan cakra lambang dewa
wisnu. Prasasti ini juga menjelaskan adanya sumber mata air yang jernih dan bersih yang dapat
disamakan dengan sungai gangga.Sumber berita cina berasal dari masa pemerintahan dinasti tang
tahun 618-696 masehi. Dari berita cina dapat diketahui di jawa tengan telah berdiri kerajaan
kaling yang pada tahun 674 masehi diperintah oleh raja perempuan bernama ratu sima yang
memiliki sistem pemerintahan sangat jujur.
d. Jawa Timur
Keberadaan kerajaan kanjuruan dapat kita pergunakan sebagai salah satu landasan untuk
mengetahui perkembangan agama hindu di jawa timur. Prasasti dinoyo merupakan bukti
peninggalan sejarah kerajaan kanjuruan. Prasasti ini banyak membicarakan perkembangan
agama hidu di jawa timur. Prasasti dinoyo ditulis mempergunakan huruf kawi dengan bahasa
sanskerta menuliskan angka tahun 760 masehi. Dikisahkan bahwa pada abad ke-8 M raja di
kanjuruan bernama simha.
f.

Bali

Keberadaan agama hindu di bali merupakan kelanjutan dari agama hindu yang berkembang di
jawa. Agama hindu yang datang ke bali disertai oleh agama buddha. Dalam perkembangannya,
kedua agama tersebut berakulturasi dengan harmonis dan damai. Kejadian ini sering disebut
dengan sinkritisme siwa – buddha. Sebelum pengaruh hindu berkembang di bali, masyarakat
telah mengenal sistem kepercayaan dan pemujaan seperti berikut.
a. Kepercayaan kepada gunung sebagai tempat suci.
b. Sistem kubur yang mempergunakan sarkofagus (peti mayat).
c. Kepercayaan adanya alam sekala dan niskala.
d. Kepercayaan adanya penjelmaan (punarbawa).
e. Kepercayaan bahwa roh nenek moyang orang bersangkutan dapat setiap saat memberikan
perlindungan, petunjuk, sinar, dan tuntunan rohani kepada generasinya.
Demikianlah, sistem kepercayaan masyarakat bali sebelum pengaruh ajaran hindu datang ke bali.
Sistem kepercayaan masyarakat bali tampak memiliki pola sangat sederhana. Setelah datangnya
maharsi markhandeya di bali, pola kepercayaan yang sederhana itu kembali disempurnakan.
g. Nusa Tenggara Barat
Perkembangan agama hindu di nusa tenggara barat ( lombok) dapat kita ketahui dari perjalanan
suci (dharmayatra) dang hyang nirartha. Di lombok, beliau dikenal dengan sebutan pangeran
sangupati. Banyak peninggalan tempat suci dan sastra hindu yang dapat digunakan sebagai
refrensi bahwa hindu pada masa itu telah berkembang sampai di nusa tenggara barat. Keberadaan
agama hindu di NTB juga tidak lepas dari peran serta kekuasaan raja-raja karangasem pada masa
itu.

BAB VI
PENINGGALAN SEJARAH AGAMA HINDU

6.1.Mesir
Sebuah prasasti dalam bentuk incripsi yang berhasil digali di Mesir berangka tahun 1280 S.M.
Isinya memuat tentang perjanjian antara raja Ramases II dengan bangsa Hittite. Dalam perjanjian
yang dilaksanakan oleh Raja Ramases II dengan bangsa Hittite tersebut, Maitravaruna sebagai
dewa kembar dalam weda telah dinyatakan sebagai saksi (H.R. Hall “Ancient History of the New
East”, hal 364). Maitravaruna adalah sebutan dari Tuhan Yang Maha Esa dalam konsep ke
Tuhanan agama Hindu. Raja-raja Mesir dijaman purbakala mempergunakan nama-nama seperti;
Ramesee I, Rameses II, Rameses III dan seterusanya. Tentang kata Rameses, mengingatkan kita
kepada Rama yang terdapat dalam kitab Ramayana. Rama, oleh umat Hindu diyakini sebagai
penjelmaan atau awatara Vishnu, yaitu manifestasi dari Tuhan sebagai pemelihara. Vishnu-lah
yang menyelamatkan dunia ini dari hancaman keangkara-murkaan.
6.2.Mexico
Penggalian-penggalian peninggalan bersejarah yang dilakukan di negeri Mexico telah
menghasilkan penemuan beberapa patung Ganesa (Baron Humbolt dan Harlas Sanda “Hindu

Superiority”

halaman

151).

Penduduk jaman purbakala yang ada di daerah-daerah “Mexico” adalah orang-orang Astika yaitu
orang-orang yang percaya dengan keberadaan weda-weda. Kata Astika adalah sebuah istilah
yang sampai saat ini masih terdengar oleh kita dipergunakan oleh masyarakat disana, sebagai
salah

ucapan

dari

kata

Aztec.

Festipal Rama-Sita yang dirayakan oleh masyarakat Mexico dapat disamakan dengan perayaan
hari Dussara atau Navaratri. Penemuan patung Ganesa kita hubungkan dengan arca Ganesa
sebagai putra Dewa Siwa dalam mithelogi Hindu. Masyarakat Astika adalah suku bangsa Aztec
itu sendiri yang kebanyakan diantara mereka memiliki kepercayaan memuja Dewa Siwa.
6.3.Peru
Penduduknya melakukan pemujaan terhadap Dewa Matahari. Hari-hari raya tahunan masyarakat
ini jatuh pada hari-hari Soltis. Masyarakat negeri Peru dikenal dengan bangsa Inca. Kata Inca
berasal dari kata Ina yang berarti matahari (Asiatic Researches, Jilid I halaman 426).
Soltis jatuh pada tanggal 21 Juni dan 22 Desember, yaitu pada hari-hari dimana matahari telah
sampai pada titik deklanasinya di sebelah selatan dan di sebelah utara untuk kembali lagi pada
peredarannya. Sebagaimana biasa mulai tanggal 21 Juni matahari ada dititik bumi belahan utara
“Utarayana”, waktu yang dipandang baik untuk melaksanakan upacara yang berkaitan dengan
Dewa Yajna. Sedangkan tanggal 22 Desember matahari berada di titik bumi belahan selatan
“Daksinayana” dimana waktu ini dipandang baik untuk melaksanakan upacara yang
berhubungan dengan Bhuta Yajna. Dewa Matahari menurut keyakinan umat Hindu Indonesia
“Bali” menyebut Siwa Raditya = Surya = Matahari. Pemujaan kehadapan Dewa Matahari “Surya
Raditya” terbiasa dilakukan oleh umat Hindu kita, sebagaimana juga dilaksanakan oleh bangsa
Inca sebagai penduduk negeri Peru.

6.4.Kalifomia
Kalifornia adalah sebuah Kota yang terdapat di Amerika. Nama Kota ini diperkirakan memiliki
hubungan dengan kata Kapila Aranya. Di Kota Kalifornia terdapat Cagar Alam Taman Gunung
Abu “Ash Mountain Park” dan sebuah Pulau Kuda “Horse Island” di Alaska - Amerika Utara.
6.5.Australia
Penduduk negeri Kangguru ini memiliki jenis tarian tradisional yang disebut dengan “Siwa
Dance” atau “Tari Siwa”. Siwa Dance adalah semacam tarian yang umum berlaku diantara
penduduk asli Australia (Spencer dan Gillen “The Native Tribes of Central Australia” halaman
621. Macmillan, 1899). Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa para penari “Siwa Dance”
menghiasi dahinya dengan hiasan mata yang ke tiga. Hal ini merupakan suatu bukti yang dapat
dijadikan sumber memberikan informasi kepada kita bahwa penduduk asli negeri Kangguru
“Australia” ini telah mengenal atau mendengar dongeng-dongeng weda dan nama-nama Dewa
dalam kitab suci weda.

Diposkan oleh: arya Kusuma - Sabtu, 22 Desember 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Untuk dapat memahami dan mengerti akan sesuatu maka kita harus mempelajai dan
mengenali-Nya terlebih dahulu. Sebagai umat islam bukanlah perbuatan yang salah jika kita
mempelajari ajaran agama lain, untuk menambah wawasan dan mencari esensi dari agama
tersebut.
1.2 Pembatasan Masalah
Penulis mencoba untuk membatasi masalah yang berkaitan erat dengan ajaran agama hindu
yaitu :
- Sejarah agama Hindu
- Ketuhanan Trimurti
- Inti ajaran agama hindu, dan
- Aliran Hinduisme
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan sebuah makalah sebagai pencapaian dari :
1. Dalam memenuhi tugas mandiri pada mata kuliah ilmu perbandingan agama
2. Mengkasi sehingga dapat memberikan pemahaman-pemahaman dalam ajaran agama
tersebut.
1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan cara penulisan studi pustaka
sesuai dengan referensi atau juga dari penyimakan-penyimakan buku yang sangat erat kaitannya
dengan bahasan pokok
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematikan penulisan makalah ini sebagai berikut :
Bab I

Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II

Pokok Bahasan yaitu Agama Hindu

Bab III

Penutup yang berisi Kesimpulan dan saran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Agama Hindu
Secara historis, kelahiran agama Hindu dilatarbelakangi dengan akulturasi kebudayaan antara
bangsa Aria sebagai bangsa pendatang dan Iran, dengan bangsa Dravida sebagai penduduk asli
India. Bangsa Aria masuk ke India kira-kira tahun 1500 SM. Dengan segala kepercayaan dan
kebudayaan yang bersifat Vedawi, telah menjadi thesa di satu pihak, dan kepercayaan bangsa
Dravida yang animist telah menjadi antithesa di lain pihak. Dan sinkretisme antara keduanya,
lahir agama Hindu (Hinduisme) sebagai synthesa.
Berlatar belakang statusnya sèbagai bangsa pendatang, maka bangsa Aria merasa men-iiliki
kelebihan daripada bangsa Dravida. Kedudukan bangsa Aria yang terdiri dan para brahrnana ahli
kitab itu, bagaimanapu tidak bisa disejajarkañ dengan orang-orang awam pada umumnya,
sehingga tidaklah mengherankan jika di kemudian han agama Hindu lebih banyak diwarnai oleh
adanya klasifikasi masyarakat penganutnya ke dalam kasta-kasta.

Kaum brahmana yang mengusai kitab Veda telah menjadi kelompok penentu ajaran Hindu,
karena itu agama Hindu dikenal juga dengan istilah agma Brahmana atau disebut Dharma dalam
bahasa Sanskerta. Dari sisi lain, agama Hindu terkadang disebut juga agama Weda, karena aja
rannya bersumber dan kitab Weda, yang wujud lahiriahnya terdiri dari empat kelompok berikut.
1. Rig Weda, yaitu kitab Weda yang banyak mengandung puji-pujian (hymne).
2. Sama Weda, sebagai penjabaran dari Ring Weda ditandai dengan lagu-lagu dan nyanyian suci.
3. Yayur Weda, yakni kitab Weda yang banyak memuat perihal mantera-mantera untuk persembahan
dalam upacara-upacara keagamaan.
4. Atharwa Weda, yakni kitab Weda khusus bagi para pendeta tertentu dan golongan brahmana.
Sedangkan menurut isinya, kitab Weda dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai
berikut :
1. Mantera, yang berarti nyanyian doa suci.
2. Brahmana, yang berisi uraian tentang upacara korban yang biasa dilakukan oleh pendeta.
3. Upanisyad, berisi tentang ajaran ketuhanan, perihal manusia dan kelahiran kembali.
2.2 Ketuhanan Trimurti
Sistem ketuhanan Hindu mendekati paham materialisme yang bersifat naturalis, karena
disandarkan pada peristiwa dan kejadian alam, sehingga hampir segala gejala dan gerak alamiah
merupakan manifestasi dan lambang kekuatan. Tidaklah mengherankan apabila kepercayaan
terhadap kekuatan yang majemuk itu, menggiring ketuhanan Hindu ke arah polytheisme yang
memuja banyak dewa.
Di antara sekian banyak dewa yang dipuji sebagai sumber segala kekuatan, hakikatnya
terkoordinasi dalam ketuhanan Trimurti, berikut ini.
a. Brahmana

Dewa yang dianggap sebagai pencipta alam, yang telah mewujudkan alam ini dengan segala
isinya. Dalam mengendalikan kekuasaannya, dewahmana didampingi dewi yang sakti, yakni
Dewi Saraswati (dewi kesenian dan pengetahuan); juga memiliki kendaraan khusus yaitu hewan
unggas yang disebut Hangsa.
b. Wisynu
Dianggap sebagai dewa pemeliharaan alam dengan kekuasaan mendamaikan umat manusia,
memelihara ketertiban, serta mewujudkan kedamaian. Dalam melaksanakan tugasnya, Dewa
Wisynu juga didampingi oleh dewi sakti yang disebut Dewi Sri (dewi kebahagiaan). Kendaraan
khusus untuk Wisynu dilambangkan dengan burung Rajawali atau Garuda.
c. Syiwa
Dianggap sebagai dewa perusak alam yang kekuasaannya berhubungan dengan kejahatan
manusia. Timbulnya peperangan, pembunuhan dan sebagainya. Perlambang sedang berperannya
kekuasaan Syiwa. Sebagaimana Brahmana dan Wisynu, maka Syiwa pun didampingi dewi sakti
yang disebut Dewi Durga (dewi kematian). Kendaraan khusus untuk Wisynu dilambangkan
dengan lembu jantan yang disebut Nandi.
Wujud ketuhanan Hindu yang polytheisme akan nampak jelas dengan memperhatikan
pemujaan terhadap bermacam-macam dewa sesuai dengan gerak alam. Penguasaan matahari
oleh Dewa Surya, langit dan lautan oleh Down Waruna, hujan dan perang untuk Dewa Indra,
atau angin topan untuk Dewa Maruta dan bumi oleh Dewi Pertiwi.
Secara inkrnasi, dewa-dowa yang bersemayam di kayangan berlokasi di Gunung Mahameru,
dalam peranannya menyelamatkan kehidupan manusia, sebagai raja yang berkuasa. Dalam
hubungan ini, dapat disebutkan contohnya Rama sebagai penjelmaan Wisynu di India dan
Airlangga sebagai penjelmaan Wisynu di indonesia.

2.3 Inti Ajaran Hindu
a. Tentang korban dan sajian, sebagai persembahan kepada para dewa atau penghormatan terhadap
arwah nenek moyang yang telah meninggal. Korban umum dilakukan dalam bentuk
kebersamaan antara masyarakat setempat, biasanya dalam menghadapi musibah, upacara
pembakaran mayat dan lain-lain. Korban dilakukan khusus oleh keluarga tertentu dalam
hubungannya dengan peristiwa perkawinan, kelahiran dan kematian.
b. Tentang roh disebutkan adanya roh umum yang bersifat universal, yakni Brahman sebagai Tuhan
penguasa semesta dan roh umum yang telah terkurung dalam tubuh atau benda yang disebut
Atman.
c. Perihal karma, bahwa perbuatan manusia di dunia akan selalu berhubungan dengan hukum
kausalitas dimana perbuatan baik akan menimbulkan akibat baik, dan perbuatan jahat akan
mengakibatkan timbulnya kejahatan.
d. Bahwa proses kehidupan manusia, tidak terlepas dari kesengsaraan (samsara) dimana manusia
lahir, hidup, berbuat, mati, lahir lagi, dan seterusnya. Semuanya akan terus berputar dan tak
pernah berhenti, melainkan dengan jalan kelepasan.
e. Tentang kelepasan atau disebut Moksa, merupakan jalan menghindari kesengsaraan dengan cara
membebaskan diri dan godaan keinginan yang melekat dalam tubuh manusia.
2.4 Aliran Hinduisme
a. Aliran Wedanta atau disebut juga utara Mimamsa, dipelopori oleh pendeta Badrayana
yang termaktub dalam buku Wedanta Sutra dan Brahmasutra. Penganut terkenal dari
aliran ini adalah pendeta Ramanuya (akhir abad 11 M). Aliran ini berisi :
1) Bahwa sumber utama dan titik akhir dari segala sesuatu adalah Brahman, yang bersifat azali.

2) Bahwa hakikat nanusia adalah penjelmaan rahman dalam wujud yang terbatas yang disebut
Atman; terdiri dari Purusa dan Praketti (Rohani dan Jasmani) yang bersifat sementara.
3) Kelepasan dilakukan dengan menghilangkan keterbatasan Brahman dalam situasi Atman melalui
pengetahuan serta kesadaran diri terhadap kenyataan yang dialami.
b. Aliran Samkhya, disponsori oleh Pendeta Kapila (sekitar abad 8 SM) bersamaan lahirnya
Upanisyad. Aliran ini berisi :
1) Bahwa sumber segala sesuatu adalah dua zat yang kekal, yakni Purusa (roh) dan Prakerti (benda).
Di dalam Prakerti terdapat tiga guna sebagai daya kekuatan, yakni Sattawa (daya terang yang
membawa kesadaran). Rajasa (daya penggerak atau motivator untuk melakukan aktivitas), serta
daya putus asa (yang membawa kemalasan).
2) Bahwa persekutuan antara Purusa dan Prakerti akah melahirkan situasi mahal yang dapat
menimbulkan ahamkara. Dan hubungan keduanya timbul pengamatan, perbuatan dan budi.
3) Bahwa kelepasan dilakukan dengan cara mengembalikan Purusa kepada kepribadiannya semula,
melalui pengetahuan praktis (yoga).
c. Aliran Yoga,. sebagai kelanjutan operasional dan aliran Samkhya, dipelopori oleh
pendeta Patanjali (sekitar tahun 450 M). Aliran ini menyatakan :
Bahwa jajan kelepasan diperoleh tergantung pada diri manusia sendiri dalam usahanya
melepaskan diri dari segala keinginan pada barang-barang yang tampak, sehingga tidak berminat
sama sekali pada hal-hal duniawi (wairagya).
Ada delapan tingkat yang harus dilalui untuk mencapai kelepasan yang terdapat dalam aliran ini
yaitu:

a. Ahimsa (jangan, membenci, mencuri, berbuat mesum, dan sebagainya).
b. Membersihkan diri lahir batin semata-semata hanya untuk berbakti pada Tuhan.
c. Penguasaan nafas hidup.
d. Peguasaan gerak-gerik tubuh.
e. Perenungan diri sendiri.
f. Perenungan barang yang diamati.
g. Mematikan rangsangan dari luar.
h. Penghapusan identitas pribadi.
Dari persiapan yang bersifat etis, fisis, imaginatif dan samadhi, dimaksudkan untuk mencapai
tujuan akhir dari manusia, yakni berpisahnya pengaruh Prakerti dalam Purusa dengan Tuhan
sebagai titik sasaran renungan. Dari sini dapat dimengerti bahwa kelepasan Yoga bukan dalam
bentuk persekutuan Tuhan seperti Wedanta, bukan pula pengingkaran terhadap peranan Tuhan
seperti Samkhya, melainkan Tuhan diwujudkan secara simbolis dan bersifat pasif.
d. Agama Sikh, dikategorikan sebagai gerakan pembaharuan dalam Hinduisme, yang
ditimbulkan akibat pengaruh masuknya agama Islam (abad-12) dan agama Kristen (abad18) ke India. Di bawah pimpinan Kabir dan Nanak, gerakan Sikh berkembang di India
dengan inti ajaran sebagai berikut.
 Bahwa Tuhan adalah zat yang disembah oleh penganut sebuah agama. Oleh karena itu,
penyembahan terhadap banyak dewa merupakan kesalahan.
 Kelepasan diperoleh dengan iman dan bakti serta persekutuan dengan Tuhan di dalam kasih.
 Perbedaan kasta tidak dibenarkan. Gerakan ini berpedoman pada Kitab Suci tersendiri yang
disebut Adi Granth.

e. Agama Brahma Samaj, merupakan gerakan pembaharuan Hinduisme sebagai reaksi dari
pengaruh agama Kristen di India. Didirikan oleh Ram Mohan Roy (1772-1833) seorang
Hindu yang berpendidikan barat. Brahma Samaj yang berarti persekutuan masyarakat
brahman, melaksanakan kebaktiannya setiap hari Sabtu, semacam misa Minggu yang
dilakukan umat Kristen. Acara kebaktian dilaksanakan dengan membaca ayat Weda,
menafsirkan Upanisyad, berkotbah dalam bahasa Benggala dan menyanyikan lagu-lagu
Hindu yang diiringi musik. Beberapa inti ajaran dari gerakan ini adalah sebagai berikut.
 Bahwa Weda merupakan satu-satunya kitab suci sebagai dasar iman.
 Tuhan adalah Zat yang berpribadi dan tidak pernah meniti, Maha Mendengar dan mengabulkan
doa.
 Menyembah Tuhan harus dilakukan secara rohani.
 Jalan kelepasan untuk memperoleh keselamatan dilakukan dengan cara tobat serta menghentikan
perbuatan dosa.
Sebagai gerakan Hinduisme yang moderat, Brahma Samaj banyak dianut oleh masyarakat
India, dimana kegiatannya diperluas sampai ke bidang sosial kemasyarakatan. Dari gerakan ini,
lahir aliran Arya Samaj yang dipimpin oleh Swami Dayanad Saraswati dan Ram Krisna Mission
yang dipimpin oleh Sri Rama Krisna.
Selain kitab Weda, Hinduisme juga sangat menghargai hasil kesusasteraan yang termaktub
dalam kitab Ramayana dan Mahabarata, dimana keduanya mengungkapkan perihal nilai
perjuangan menegakkan kebenaran. Ramayana adalah hasil karya Walmiki yang mengemukakan
peranan Rama dan Sinta dalam menghadapi keangkaramurkaan Rahwana; sedangkan
Mahabarata hasil tulisan Wiyasa menampilkan peranan Pandawa melawan kejahatan Kurawa.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kelahiran agama hindu di latar belakangi dengan akulturasi kebudayaan antara bangsa Arya
sebagai bangsa pendatang dari iran, dengan bangsa dravida sebagai penduduk asli India. Agama
hindu lebih banyak diwarnai oleh adanya klasifikasi masyarakat penganutnya kedalam kastakasta, adapun dewa-dewa yang dipuji sebagai sumber segala kekuatan, hakikatnya terkoordinasi
dalam ketuhanan trimurti yaitu : Brahma, Wisnu dan Syiwa.
Inti dari ajaran agama hindu antara lain :
- Tentang korban dan sajian, sebagai persembahan kepada para dewa atau penghormatan terhadap
arwah nenek moyang yang telah meninggal.
- Tentang roh disebutkan adanya roh namun yang bersifat universal, yakni Brahman sebagai tuhan
penguasa semesta dan roh umum yang telah terkurung dalam tubuh atau benda yang disebut
atman.
- Perihal karma
- Tentang proses kehidupan manusia
- Tentang kelepasan atau disebut moksa
Aliran-aliran agama hindu yaitu :
- Aliran wednta atau utara mimamsa
- Aliran Samakhya
- Aliran Yoga
- Agama Sikh
- Agama Brahma Sama’i
3.2 Sran saran

Dengan kita memahami ajaran agama yang lain, kita dapat mengambil suatu manfaat yang
ada dalam ajaran agama hindu ini selagi ajaran itu tidak menyimpang dari keyakinan kita,
semoga apa yang kita lakukan mendapatkan ridho dan maghfiroh dari Allah Swt.

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Agama Hindu merupakan agama yang mempunyai usia tertua dan merupakan agama yang
pertama kali dikenal oleh manusia. Agama Hindu pertama kali dikenal di India. Perkembangan
agama Hindu di India, pada hakekatnya dapat dibagi menjadi 4 Jaman/fase, yakni Jaman
Weda,Jaman Brahmana, Jaman Upanisad danJaman Budha
Agama Hindu makin lama semakin menyebar mulai dari India Selatan hingga keluar dari
India dengan berbagai cara, sterutama melalui perdagangan bebas Internasional.

7.2. Saran
Kita harus menjalankan perintah agama dan menjauhi larangannya

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPONEN MAKNA KATA YANG BERMAKNA DASAR MEMUKUL DALAM BAHASA MADURA DIALEK PAMEKASAN

28 440 50

Analisis Pengaruh Pengangguran, Kemiskinan dan Fasilitas Kesehatan terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia di Kabupaten Jember Tahun 2004-2013

21 388 5

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA DENGAN GANGGUAN JIWA (SKIZOFRENIA) Di Wilayah Puskesmas Kedung Kandang Malang Tahun 2015

28 256 11

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

INTENSI ORANG TUA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENIKAHKAN ANAK PEREMPUAN DI BAWAH USIA 20 TAHUN DI KECAMATAN PAKEM KABUPATEN BONDOWOSO

10 104 107

Peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

20 223 100

Pengaruh kualitas aktiva produktif dan non performing financing terhadap return on asset perbankan syariah (Studi Pada 3 Bank Umum Syariah Tahun 2011 – 2014)

6 101 0

Peranan Hubungan Masyarakat (Humas) Mpr Ri Dalam Mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa Tahun 2014

4 126 93