Bahasa indo untuk memberikan nilai ke suatu variable. (4)

BAHASA INDONESIA
SEMESTER II

KELAS/PROGRAM
X - TEKNIK KOMPUTER JARINGAN

SMK ASSHIDDIQIYAH

1.7.Menggunakan kalimat yang baik, tepat, dan santun
MENGGUNAKAN KALIMAT YANG BAIK,TEPAT,DAN SANTUN
1. syarat-syarat kalimat yang baik dan komunikatif
komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak
kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya.
proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan seperti berikut:
1. komunikator(sender) yang mempunyai maksut berkomunikasi dengan orang lain.
mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud
2. pesan(message) disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran baik secara
langsung maupun tidak langsung.
proses penyampaian pesan dari pembicara kepada pendengar melalui sarana bahasa secara lisan
dan tulisan bertujuan agr pesan atau informasi tersebut dapat dipahami poleh pendengar yang
nantinya mendapatkan respon jawaban atau tanggapan yang sesuai.

kalimat yang baik adalah kalimat yang pilihan katanya sesuai dengan kamus besar bahasa
indonesia dan ejaan yang digunakan harus sesuai dengan ejaan yang disempurnakan ( EYD).
kalimat yang disampaikan harus bersifat efektrif artinya maksut kalimat tersebut dapat ditangkap
oleh pendengar/pembacanya sama persis dengan yang disampaikan oleh pembicara atau
penukisnya.
jadi kalimat yang baik dan komunikatif harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. tidak menyimpang dari kaidah bahasa
2. logis atau dapat diterima nalar
3. jelas dan dapat menyampakan maksut atau pesan dengan tepat.
2. kalimat yang komunikatif tetapi tidak cermat
ketidak certmatan itu dapat berupa sebagai berikut:
1. ketidak lengkpan unsur-unsurnya
2. ketidak tepatan unsur-unsurnya
3. pengunaan unsur-unsur kalimat yang berlebihan
4. pilihan kata tidak tepat
3. kalimat tidak komunikatif tetapi cermat
hal ini terjadi karena hal berikut ini:

1. kalimat terlalu luas atau berbentuk majemuk kmpleks
2. kalimat yang terperinci tetai pengertiannya secara umum sudah diketahui

3. kalimat tidak logis
4. menggunakan kalimat yang efektif
kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat
diterima maksudnya atau arti serta tujuannya seperti yang dimaksud penulis atau pembicara.
ciri-ciri kalimat efektif meliputiu berikut:
1. kesatuan gagasan
2. kesejajaran
3. kehematan
4. penekanan
5. kelogisan
5. menggunakn kalimat yang santun
kalimat yang santun dapat diidentifikasi dari reaksi pembaca atau pendengar yang menjadi
sarana kalimat tersebut.
kalimat yang santun tidak akan membangkitkan emosi bagi orang yang menjadi sasaran orang
tersebut.
sasarannya antara lain dari segi berikut
1. bernada mernendahkan,meremehkan,dan mengancam
2. bernada arogan memaksa atau mengancam
3. bernada menyindir bahkan menuduh
4. tidak proposional

5. tidak pada tempatnya
dari segi bahsa ketidak santutan dapat disebabkan oleh hal sebagai berikut:
1. pemilihan kata atau kalimat yang kasar
2. kelalian mengunakan sarana-sarana penghalus
seperti berikut



intonasi yang lembut



pemakaian kata- kata penghalus seperti: sebaiknya,seyogyanya,kalau boleh.



dalam beberapa hal pengubahan kestrukturannya dapat memperhalus kalimat.

A. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam sebuah
kalimat: kaidah bahasa, nalar, ketersampaian pesan

1. Kaidah bahasa diartikan sebagai aturan/pedoman yang harus dipatuhi oleh seseorang
pembicara untuk menyampaikan ide kepada lawan bicaranya
2. Penalaran kalimat adalah proses berpikir untuk menghubungkan data atau fakta yang ada
sehingga sampai pada suatu kesimpulan.

Jenis-jenis penalaran
a.Deduksi, dilakukan terhadap data (pernyataan) umum kedalam simpulan yang khusus.
Penalaran deduksi dapat secara langsunh (entimen) dan tidak langsung (silogisme).
Contoh silogisme
-

Premis umum: Hakim yang baik tidak menerima unag suap

-

Premis khusus : Ny. Hanny hakim yang baik

-

Simpulan : Ny.Hanny tidak menerima uang suap


Contoh entimen
-

Ny. Hanny tidak menerima uang suap karena ia hakim yang baik

b.Induksi, dilakukan terhadap peristiwa-peristiwa khusus, kemudiandirumuskan sebuah simpulan
yang mencakup semua peristiwa khusus itu.
Penalaran induksi dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pernyataan yang mempunyai
ciri-ciri tetentu (generalisasi) dan dengan menggunakan dua hal yang memiliki sifst sama
(analogi).
Contoh generalisasi
-

Jika dipanaskan, besi memuai

-

Jika dipanaskan, tembaga memuai


-

Jika dipanaskan, emas memuai

-

Jika dipanaskan, semua logam memuai

Contoh analogi
Alam semesta berjalan dengan sangat teratur, seperti halnya mesin yang diciptakan oleh
manusia. Tidakkah alam yang megah ini ada pula penciptannya.

B.Contoh-contoh kalimat efektif
Tidak efektif : Ayahnya mengajar Bahasa Indonesia di sekolah kami.
Efektif :

Ayahnya mengajarkan Bahasa Indonesia di sekolah kami.

Ayahnya mengajari kami Bahasa Indonesia
1.Pendekatan/ Metode pembelajaran

1. Pendekatan
2. Metode

: Individu, kelompok
: Ceramah ,Diskusi

2. Contoh kalimat efektif, komunikatif, dan santun
3. Contoh kalimat yang tidak komunikatif tetapi cermat
4. Contoh kalimat yang komunikatif tetapi tidak cermat.

Kalimat Yang Baik, Benar, dan Santun
A. Kalimat yang tidak komunikatif tetapi cermat.
Ialah kalimat yang disampaikan sudah sesuai kaidah tetapi penyampaiannya tidak lugas,
padat, tidak logis, dan menyulitkan komunikan untuk memahaminya.
Ketidakkomunikatifan dapat ditinjau dari:
a. Kalimatnya terlalu luas/kompleks (semakin panjang kalimat semakin susah dimengerti).
b. Kata penjelas tak efektif (kata dijelaskan dengan deret kata yang rumit padahal bentuk
aslinya lebih jelas)
contoh: Rudi membeli baju dengan kerah pendek yang biasa dipakai untuk shalat di masjid yang
umumnya berwarna putih dan berlengan panjang. Kalimat tersebut dapat diganti: Rudi membeli

baju koko.
c. Kalimat tidak logis (menimbulkan salah tafsir)

Contoh: pemenang terbaik ke-2 diraih oleh Sujarwo. kalimat tersebut dapat diganti: pemenang
ke-2 diraih oleh Sujarwo. Kata terbaik dihilangkan karena bermakna paling baik, jadi tidak ada
terbaik kedua, terbaik itu selalu pertama.
B. Kalimat yang komunikatif tetapi tidak cermat
Ialah kalimat yang dapat dipahami maknanya oleh komunikan karena sudah terbiasa
diucapkan/ditulis tetapi tidak memenuhi kaidah (aturan kebahasaan) kalimat yang baik/cermat.
Artinya, nyambung tapi salah.
Ketidakcermatan kalimat dapat ditinjau dari:

Ketidaklengkapan unsur-unsurnya (tidak memenuhi syarat minimal kalimat yakni subjek –
predikat, tidak terdapat objek untuk kalimat yang disertai predikat transitif)
contoh:
1. Dengan mengucap bismillah, acara ini dibuka. (tidak bersubjek/siapa yang membuka acara
tidak disebutkan).
2. Adik membaca (tidak disertai objek padahal predikat “membaca” membutuhkan objek
contoh buku/komik,dsb)


Ketidaktepatan penempatan unsur-unsurnya (menjadikan kalimat bermakna rancu, dan
janggal).
Contoh: Pada malam itu, membahas pelebaran jalan oleh warga RT 03. (kata membahas tidak
tepat karena kalimat tersebut bersifat pasif seharusnya dibahas,)

Penggunaan unsur kalimat yang berlebihan (mubazir)
Ketentuan mubazir bisa dengan cara:
1. Pemakaian kata tugas semakna
contoh: Mencuri adalah merupakan perbuatan dosa
Ia rajin belajar agar supaya naik kelas
2. Pengulangan bentuk jamak
contoh: Para hadirin dimohon berdiri (hadirin sudah bermakna jamak)
Beberapa negara-negara hadir pada KTT XV (negara-negara sudah
bermakna jamak.
3. Pleonasme/deret kata semakna
contoh: ia naik ke atas bukit Surowiti, Adik masuk ke dalam rumah

Pilihan kata tidak tepat Contoh: Jalan akbar itu menghubungkan Gresik dengan
Lamongan (kata “akbar” tidak tepat seharusnya “raya” biarpun bersinonim


Penggunaan kata tugas yang salah
Kata tugas (pada, di, ke, dari, daripada, kepada) harus sesuai kegunaannya.
Kesalahan yang sering terjadi: kata tugas “pada” untuk menyebut tempat/orang contoh:
Pada bukit itu ditemukan Candi, Ia memberi uang pada pengemis. Kata tugas “daripada”
untuk makna ‘asal’ contoh: Benda itu terbuat daripada karet.
C. Kalimat yang cermat dan komunikatif (kalimat efektif)
ialah kalimat yang memenuhi kaidah sebagai kalimat dan maknanya mudah dipahami.
kalimat ini bisa juga disebut kalimat efektif. Artinya, nyambung dan benar. Syarat-syaratnya:
a. tidak menyimpang dari kaidah bahasa (Gramatikal), misal harus ada S-P, Predikat
butuh objek harus disertai objek, dsb.
b. logis atau dapat diterima nalar
c. tidak mengandung unsur mubazir (efisien)
d. jelas dan dapat menyampaikan maksud/pesan dengan tepat (tidak ambigu)
e. Diksi kata baku.

Contoh untuk jenis ini Bisa diperbandingkan dengan dua kriteria sebelumnya yakni
kalimat yang komunikatif tetapi tidak cermat dan kalimat yang tidak komunikatif tetapi
cermat.

1.8. Mengucapkan kalimat dengan jelas, lancar, bernalar, dan wajar

A.Konsep dan pola intonasi, tekanan, nada, irama, dan jeda
ada pula unsur lain yang fungsinya berkaitan dengan unsur suprasegmental, yaitu tekanan,
intonasi, dan jeda. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa tekanan adalah gejala yang ditimbulkan
akibat adanya pengkhususan dalam pelafalan sebuah suku kata atau kata. Atau dengan kalimat
lain, diterangkan bahwa tekanan adalah bentuk tinggi rendahnya, panjang pendeknya, atau
keras lembutnya suara atau pengucapan. Biasanya kata yang mengalami tekanan tertentu adalah
kata yang dipentingkan.
Ternyata ada yang menarik ketika berbicara tentang tekanan, mengapa menarik? Rupanya,
tekanan dalam bahasa Indonesia tidak mengubah makna seperti pada bahasa Batak Toba
/bóntar/ artinya putih, dan /bentár/ artinya darah. Tekanan hanya menunjukkan sesuatu kata atau
frasa yang ditonjolkan atau dipentingkan agar mendapat pemahaman secara khusus bagi
pendengar. Tekanan tertentu pada sebuah kata atau frasa menguatkan maksud pembicara.
Biasanya tekanan didukung oleh ekspresi atau mimik wajah sebagai bagian dari ciri bahasa lisan.
Contoh penggunaan pola tekanan:
1. Adi membeli novel di toko buku.
(yang membeli novel Adi, bukan orang lain)
2. Adi membeli novel di toko buku.
(Adi membeli novel, bukan membaca)
3. Adi membeli novel di toko buku.
(yang dibeli Adi novel bukan alat tulis)
4. Adi membeli novel di toko buku.
(Adi membeli novel di toko buku bukan di pasar)
Ciri suprasegmental lainnya, menurut buku Bahasa Indonesia, adalah intonasi. Intonasi ialah
tinggi rendahnya nada dalam pelafalan kalimat. Intonasi lazim dinyatakan dengan angka
(1,2,3,4). Angka 1 melambangkan titinada paling rendah, sedangkan angka 4 melambangkan
titinada paling tinggi.
Penggunaan intonasi menandakan suasana hati penuturnya. Dalam keadaan marah seseorang
sering menyatakan sesuatu dengan intonasi menaik dan meninggi, sedangkan suasana sedih
cenderung berintonasi menurun. Intonasi juga dapat menandakan ciri-ciri sebuah kalimat.
Kalimat yang diucapkan dengan intonasi akhir menurun biasanya bersifat pernyataan, sedangkan
yang diakhiri dengan intonasi menaik umumnya berupa kalimat tanya.
Lihat contoh di bawah ini:

Mereka sudah pergi.(1)
Mereka sudah pergi?(4) Kapan?(4)
Ketika membahas tentang intonasi, itu berarti saya juga harus mengenal apa itu jeda. Menurut
buku Bahasa Indonesia yang saya baca, diterangkan di sana, bahwa Jeda adalah penghentian atau
kesenyapan. Jeda juga berhubungan dengan intonasi, penggunaan intonasi yang baik dapat
ditentukan pula oleh penjedaan kalimat yang tepat. Untuk kalimat panjang penempatan jeda
dalam pengucapan menentukan ketersampaian pesan. Dengan jeda yang tepat pendengar dapat
memahami pokok-pokok isi kalimat yang diungkapkan.
Penggunaan jeda yang tidak baik membuat kalimat terasa janggal dan tidak dapat dipahami.
Dalam bahasa lisan, jeda ditandai dengan kesenyapan. Pada bahasa tulis jeda ditandai dengan
spasi atau dilambangkan dengan garis miring [/], tanda koma [,], tanda titik koma [;], tanda titik
dua [:], tanda hubung [-], atau tanda pisah [--]. Jeda juga dapat memengaruhi pengertian atau
makna kalimat. Perhatikan contoh di bawah ini.
Menurut pemeriksaan dokter Joko Susanto memang sakit
Kalimat ini dapat mengandung pengertian yang berbeda jika jedanya berubah.
Misalnya,
1. Menurut pemeriksaan / dokter Joko Susanto / memang sakit.
(yang sakit dokter Joko Susanto)
2. Menurut pemeriksaan dokter / Joko Susanto / memang sakit.
(yang memeriksa dokter dan yang sakit ialah Joko Susanto)
3. Menurut pemeriksaan dokter Joko/ Susanto/ memang sakit.
(yang memeriksa bernama dokter Joko, yang sakit Susanto)
Setelah belajar tentang tekanan; intonasi; jeda di atas, tahulah saya, ternyata saya masih belum
cukup pengetahuan, maupun ilmu dalam berbahasa selama ini. Pentingnya memahami tekanan,
intonasi, dan jeda ini akan nampak terlihat ketika saya mendengar berita di radio, maupun di TV
(baca: te ve) lokal maupun nasional. Dan saya kira, hal ini pasti selalu menjadi prioritas utama
(lebih diperhatikan) bagi media dalam hal pelaporan berita menggunakan bahasa lisan. Penting,
karena pasti akan berdampak menyeluruh terhadap pendengar. Ya Rabb, tambahkanlah ilmu
kepadaku dan pemahaman yang baik, sesungguhnya hamba hanya ingin belajar dari kehidupan.

B.Teknik Membaca Indah
Pengertian Membaca Indah
Membaca indah adalah “suatu aktifitas atau kegiatan yang dilakukan oleh
guru atau siswa dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta

memahami pikiran, peran pengarang. Misalnya, ketika membaca puisi
dimana pembaca memperhatikan lafal, intonasi dan ekspresinya” (Tarigan,
1979:23). Sedangkan menurut Soedarso mengatakan bahwa membaca indah
adalah “Keterampilan-keterampilan pokok yang telah ditanam di sekolah
dasar dan keterampilan membaca indah ini sebagai kegiatan rutin setiap hari
seperti penyiar radio, pembicara televis, penyanyi dan pembaca puisi”.
(2006:37).
Dari pengertian diatas, dapat dipahami bahwa membaca indah
merupakan aktivitas yang dilakukan oleh guru maupun anak didik dalam
upaya menangkap dan memperoleh informasi baik dengan lapal, intonasi
maupun irama dalam membaca itu sendiri.
Definisi lain menjelaskan bahwa membaca indah ialah “Membmaca
yang mengutamakan keindahan bahasa atau keindahan bacaan. Pengajaran
membaca indah selalu teringat kepada pengajaran kesastraan (apresiasi
sastra) bahan bacaan selalu diambil dari bahan-bahan kesatuan (1989:44).
Dari semua pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa membaca indah
adalah suatu keterampilan yang mengutamakan keindahan beridrama,
menghayati serta menjiwai isi bacaan.
Membaca indah sering juga disebut membaca emosional. Dinamakan
demikian, sebab selalu menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan
keindahan atau estetika yang dapat menimbulkan emosi atau perasaan dari
pembaca atau pendengarannya. Tijuan yang ingin dicapai dalam
pembelajaran ini adalah siswa dapat memperoleh suatu keindahan yang
sumbernya adalah bahasa atau keindahan yang bersumber dari unsur
bacaan, unsur irama, unsur intonasi, kalimat seru, kalimat ajakan dan jenisjenis kalimat lain secara tepat akan berpengaruh terhadap keberhasilan ini.
Tujuan Membaca Indah
Adapun tujuan membaca indah banyak sekali diantaranya adalah:
a. Agar siswa memiliki pengetahuan, sebagai dasar untuk keterampilan membaca puisi, ddrama
dan semua yang berkaitan dengan sastra.
b. Agar siswa memiliki keterampilan membaca sehingga dapat memahami dan mengungkapkan
kembali isi bacaan.
c. Agar siswa memiliki sikap gemar dan terbiasa membaca (Tarigan, 1979:23).
Jadi, dari uraian diatas dapat dipahami bahwa tujuan membaca indah
pada dasarnya siswa atau anak didik memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam berpikir atau membaca serta terbiasa dalam belajar dan
membaca apa yang diajarkan.

Manfaat Membaca Indah
Dalam membaca indah, selain mempunyai tujuan juga memiliki
manfaat bagi anak didik. Adapun manfaat membaca indah adalah sebagai
berikut:
a. Siswa terasa dalam pengucapan bahasa lisan (intonasi) seperti kita membaca dialog atau
bercakap-cakap dalam bentuk apapun atas penggunaan bahasa yang baik.
b. Dengan pengajaran membaca indah siswa dilatih untuk menghargai sesuatu yang indah.
Contohnya ketika membaca puisi.
c. Dengan membaca indah siswa lebih mudah menanggapi makna suatu bacaan.
d. Juga dapat memberikan kenikmatan estetik (keindahan) (Tarigan, 1979:23).
Jadi, dapat dipahami bahwa manfaat membaca indah adalah siswa
diharapkan mampu mengucapkan bahasa secara lisan dan tulisan dengan
baik serta mudah menanggapi makna suatu bacaan dan menikmatinya
dengan bahasa indah yang digunakan.
Faktor kemampuan berbahasa untuk membacakan karya orang lain di depan pihak ketiga antara
lain dalam bentuk:
1. Teknik pengucapan, meliputi hal-hal:
1.1 Teknik menaikkan volume dan tinggi rendah nada;
1.2 Teknik menaikkan tempo bicara;
1.3 Teknik mengurangi volume, nada, dan tempo.
2. Teknik artikulasi
3. Teknik intonasi dan pungtuasi
4. Teknik aksentuasi dan jeda

C.Contoh pengucapan kalimat yang jelas, lancar, bernalar, dan wajar
Penggunaan kalimat secara lisan dituntut kejelasan dan kelancaran. Untuk membuat kalimat
menjadi jelas dan lancar, perlu dicermati cara pengucapan kalimat berdasarkan tekanan,
intonasi, nada, irama, dan jeda yang tepat.


tekanan berhubungan dengan keras lembutnya ucapan. Biasanya digunakan untuk
menunjukkan bagian kalimat yang dipentingkan. Pengucapannya dapat didukung oleh
ekspresi wajah



intonasi berkaitan dengan naik turunnya pengucapan kalimat



penggunaan nada dan irama berkaitan dengan panjang pendeknya pengucapan/tempo
bicara



jeda disebut juga penghentian. Dalam tulisan jeda dapat ditulis (/) untuk koma, dan
(//)untuk titik.

1.9. Menulis dengan memanfaatkan kategori/kelas
kata
Menulis dengan Memanfaatkan Kategori/Kelas, Membaca, dan
Pidato(Berbicara)
Menulis dengan Memanfaatkan Kategori/Kelas
Sebuah kalimat sederhana dapat diperluas dengan menambahkan
keterangan pada frasa-frasa kalimat tersebut. Keterangan yang dapat
ditambahkan adalah keterangan tempat, waktu, alat, dan cara.
Perhatikan contoh berikut.
a. Iwan menulis surat. (kalimat sederhana)
b. Iwan menulis surat di kamarnya. (keterangan tempat)
c. Iwan menulis surat pada malam hari. (keterangan waktu)
d. Iwan menulis surat menggunakan bolpoin baru. (keterangan alat)
e. Iwan menulis surat dengan hati-hati. (keterangan cara)
Dalam bahasa Indonesia, keterangan tempat selalu terdiri atas kata depan
seperti ke, dari, dalam, ke atas, ke bawah, ke dalam, ke luar, dari atas,
dan dari bawah. Adapun keterangan cara memberikan keterangan tambahan
bagaimana suatu peristiwa, kegiatan, atau keadaan itu berlangsung.
Keterangan
cara dapat diikuti dengan kata benda, tetapi dapat juga diikuti dengan kata
sifat.
Keterangan waktu menunjuk lamanya suatu proses atau keadaan
berlangsung, atau keadaan sesuatu, yang penggunaannya didahului dengan
numeralia. Dalam pemakaian, keempat kata keterangan itu dapat
dikombinasikan,
misalnya, keterangan tempat dan keterangan waktu, atau dapat
juga keterangan cara dipadukan dengan keterangan tempat dan keterangan
waktu.
Langkah-langkah Membaca Cepat dengan Teknik
Skimming dan Scanning
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam membaca cepat dengan

teknik skimming adalah sebagai berikut.
a. Siapkan wacana atau buku yang hendak dibaca.
b. Siapkan dua kertas kosong, satu untuk mencatat ide pokok, satu lagi
untuk
mencatat apabila ada hal-hal yang mengganggu konsentrasi, seperti ada
janji atau kegiatan yang lain.
c. Mulailah membaca dalam hati.
d. Urutkan catatan pada kertas pertama dan sisihkan catatan pada kertas
kedua.
e. Mulailah untuk menyimpulkan.
f. Lakukan berulang-ulang sampai mendapatkan hasil maksimal.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam membaca cepat dengan
teknik scanning adalah sebagai berikut.
a. Siapkan wacana atau buku yang hendak dibaca.
b. Siapkan kebutuhan/pokok informasi yang diinginkan dari buku atau
wacana
yang dibaca.
c. Carilah informasi yang dibutuhkan saja.
d. Catat informasi yang dibutuhkan dalam selembar kertas kosong.
e. Teliti kembali catatan yang telah dibuat.
f. Tampilkan kembali informasi yang telah ditulis dengan bahasa sendiri.
g. Lakukan terus menerus untuk mendapatkan hasil optimal.
3. Tujuan dan Manfaat Membaca Cepat
Tujuan utama membaca cepat adalah
a. memeroleh kesan umum dari suatu buku, artikel, atau tulisan singkat;
b. menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan;
c. menemukan/menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan.
Adapun manfaat membaca cepat adalah sebagai berikut.
a. Untuk mencari informasi yang kita perlukan dari sebuah bacaan secara
cepat dan efektif.
b. Dalam waktu yang singkat dapat menelusuri bahan halaman buku atau
bacaan.
c. Tidak banyak waktu yang terbuang karena tidak perlu memerhatikan atau
membaca bagian yang tidak diperlukan.
Melafalkan Kata dengan Artikulasi yang Tepat dalam
Pidato
Artikulasi berhubungan dengan penggunaan
bahasa, khususnya secara lisan, misalnya dalam
pidato. Penggunaan bahasa dalam pidato dikatakan

baik apabila bahasa yang digunakan sesuai dengan
situasi pembicaraan, orang yang berbicara, serta
tempat itu digunakan.
Tentu tidak menyenangkan apabila seseorang
dalam berpidato tidak menggunakan kalimat-kalimat
yang jelas. Maksudnya adalah pengucapan lafalnya
tidak jelas, sehingga informasi yang disampaikan
tidak mudah dipahami.
Penyampaian informasi dalam pidato akan
terganggu apabila seseorang dalam mengucapkan kata atau kalimat tidak
jelas secara artikulasi. Oleh karena itu, artikulasi memegang
peranan penting dan utama dalam pidato.
Berpidato membutuhkan kepiawaian dalam menyusun kosa kata yang tepat
berdasarkan tempat, pendengar, dan tujuan dari pidato tersebut.
Berdasarkan
tujuannya, pidato dibedakan menjadi:
1. pidato yang bertujuan mendorong,
2. pidato yang bertujuan meyakinkan,
3. pidato yang bertujuan untuk bertindak,
4. pidato yang bertujuan memberitahukan atau mengabarkan, dan
5. pidato yang bertujuan menyenangkan atau hiburan.
Pidato dengan tujuan apa pun, dapat disampaikan secara lugas maupun
dengan
ungkapan yang mengiaskan maksud-maksud tertentu. Jenis-jenis metode
pidato
adalah sebagai berikut.
1. Metode impromptu (serta merta)
Pembicara berpidato secara spontanitas, mendadak, dan serta merta dengan
penyampaian secara improvisasi.
2. Metode menghafal
Pembicara membuat semacam teks dan terus dihafalkan selama pidato.
3. Metode naskah
Pembicara selalu membawa dan menggunakan naskah atau teks selama
berpidato.
4. Metode ekstemporan
Merupakan jalan tengah antara metode menghafal dan naskah. Uraian yang
akan disampaikan dipersiapkan dalam bentuk kerangka/catatan. Kerangka
itulah yang dikembangkan selama pidato berlangsung.

A.Konsep kelas kata

TUJUANAgar kita memahami kelas kata dan macam-macam frasa serta
dapat memanfaatkan kelas kata dalam membuat kalimat rincian sehingga
kalimat tetap efektif.

PENGERTIAN
Kata merupakan unsur utama dalam membentuk kalimat.
Kata juga dapat dibentuk melalui proses morfologi, yaitu afiksasi
(pengimbuhan), reduplikasi ( pengulangan), dan komposisi (Penggabungan )
Dalam kalimat, kata memiliki kedudukan / jabatan seperti subjek, predikat,
objek, dan keterangan
KELAS KATA TERBAGI MENJADI 5 KELOMPOK:
1. Kata kerja ( verba )
2. Kata sifat ( adjektiva )
3. Kata keterangan ( adverbia )
4. Kata benda (nomina),kata ganti(pronomina)
kata bilangan (numeralia).
5. Kelompok kata tugas ialah :
a. Kata Sandang ( artikel )
b. Kata Depan ( preposisi )
c. Kata Hubung ( konjungsi )
d. Partikel
e. Kata Seru ( interjeksi )
PENJELASAN:
1.KATA KERJA
•Kata kerja (verba) adalah kata yang menyatakan perbuatan / tindakan, proses,
dan keadaan yang bukan merupakan sifat.
•Ciri-ciri kata kerja (verba)
1. verba berfungsi sebagai predikat dalam kalimat.
2. Dapat diberi aspek waktu,seperti akan, sedang dan
telah.
3. Dapat diingkari dengan kata tidak
4. Dapat diikuti oleh gabungan kata dengan + KB/KS
contoh: Pergi dengan adik, menulis dengan cepat

2.KATA SIFAT
•Kata sifat / adjektiva adalah kata yang menerangkan sifat, keadaan watak,
dan tabiat orang/binatang/benda
•Fungsi adjektiva:
•Kata sifat umumnya berfungsi sebagai predikat , objek, dan penjelas subjek

3.KATA KETERANGAN
•Kata keterangan / adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada
verba, adjektiva,nomina predikatif atau kalimat
•Macam-macam adverbia :
a. Adverbia dasar bebas, misalnya : alangkah, agak,
amat, niat, niscaya, tidak, paling, pernah, pula, saja,
saling.
b. adverbia turunan terbagi atas :
1. adverbia reduplikasi misalnya : agak-agak, lagi-lagi
lebih-lebih, paling-paling.
2. Adverbia gabungan misalnya : belum boleh, belum
pernah, atau tidak mungkin.
3. Adverbia yang berasal dari berbagai kelas misalnya :
terlampau, agaknya, harusnya, sebaiknya, sebenarnya,
secepat-cepatnya.

4.KATA BENDA, KATA GANTI, KATA BILANGAN
A. KATA BENDA (NOMINA)
•Kata benda/nomina adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda
(konkret maupun abstrak)
•Ciri-ciri kata benda:
1.Berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, dan
keterangan.
2.Dapat diingkari dengan kata bukan.
contoh: bukan gula, bukan rumah, bukan mimpi, bukan
pengetahuan
3.Dapat diikuti dengan gabungan kata yang + KS (kata
sifat) atau yang sangat + KS.
contoh : buku yang mahal, pengetahuan yang sangat penting
B.KATA GANTI
Kata ganti/pronomina adalah kata yang dipakai untuk
Mengacu pada nomina lain. Pronomina berfungsi untuk menggantikan kata
benda atau nomina.

Macam-macam pronomina.
Ada 3 macam pronomina dalam bahasa Indonesia, yaitu : (1) pronomina
persona .
(2) pronomina penunjuk .
(3) pronomina penaya.
C. KATA BILANGAN

Kata bilangan / numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyak
orang, binatang, dan benda
Macam-macam numeralia :
a. Numeralia utama (kardinal) terdiri atas :
- Bilangan penuh misalnya : satu, dua, tiga, puluh,
ribu, juta.
- Bilangan pecahan misalnya : sepertiga, duapertiga,
lima perenam.
- Bilangan gugus misalnya : lusin, gros,
kodi, atau ton.

5. KATA TUGAS

•Kata tugas terdiri atas :
•A. Kata Sandang ( artikel)
Kata sandang / artikel adalah kata yang mendampingi kata
benda / yang membatasi makna jumlah orang / benda.
Macam-macam artikel :
a. Artikula/artikel bermakna tunggal, misalnya: sang guru, sang suami, sang
juara.
b. Artikula/ artikel bermakna jamak, misalnya :para petani, para guru, para
ilmuwan.
c. Artikula/artikel bermakna netral, misalnya: si hitam manis, si dia, si
terhukum.
d. Artikula/artikel khusus, misalnya : Sri Baginda, Sri Ratu, Sri Paus (gelar
kehormatan), Hang Tuah, dan Dang Halimah
(panggilan pria dan wanita dalam sastra lama ).

B.teks yang mengandung rincian yang berupa
kelas kata

C.Contoh penggunaan kata berdasarkan kelas kata
1. Kata Kerja (Verba)
Kata kerja ialah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan. Kata
kerja biasanya berfungsi sebagai predikat. Suatu kata dapat digolongkan ke
dalam kelas kata kerja apabila memenuhi persyaratan berikut.
(1) Dapat diikuti oleh gabungan kata (frasa) dengan + kata sifat.
Contoh:
pergi

(Pergi dengan gembira.)

tidur

(Tidur dengan nyenyak.)

jalan

(Jalan dengan santai.)

(2) Dapat diberi aspek waktu, seperti akan, sedang, dan telah.
Contoh:
(akan) mandi
(sedang) tidur
(telah) pergi
(3) Dapat diingkari dengan kata tidak.
Contoh:
(tidak) makan
(tidak) lihat
(tidak) pulang
(4) Berawalan me- dan berContoh:
Melatih, melihat , merakit , berdiskusi , berpikir , berusaha .
2. Kata Sifat (Adjektiva)
Kata sifat ialah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau
keadaan sesuatu, misalnya keadaan orang, binatang, benda. Kata sifat
berfungsi sebagai predikat.
Suatu kata dapatdigolongkan ke dalam kelas kata sifat apabila
memenuhi persyaratan berikut.

(1) Dapat diawali dengan kata sangat, paling dan diakhiri dengan kata
sekali.
Contoh:
indah (sangat indah/indah sekali)
baik

(sangat baik/baik sekali)

tinggi (sangat tinggi/tinggi sekali)
(2) Dapat diberi awalan se- dan ter-.
Contoh:
luas

(seluas/terluas)

bodoh (sebodoh/terbodoh)
mudah (semudah/termudah)
buruk (seburuk/terburuk)
baik

(sebaik/terbaik)

(3) Dapat diingkari dengan kata tidak.
Contoh:
murah (tidak murah)
sulit

(tidak sulit)

pahit

(tidak pahit)

3. Kata Keterangan (Adverbia)
Kata keterangan atau adverbia adalah kata yang memberi keterangan
pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat.
Berikut adalah macam-macam adverbia.
(1) Adverbia dasar bebas, misalnya: alangkah, agak, akan, amat, nian,
niscaya, tidak, paling, pernah, pula, saja, saling.
(2) Adverbia turunan terbagi atas 3 bentuk berikut.
(a) Adverbia reduplikasi, misalnya; lagi-lagi, lebih-lebih, paling-paling.
(b) Adverbia gabungan, misalnya: belum boleh, belum pernah, atau tidak
mungkin.

(c) Adverbia yang berasal dari berbagai kelas, misalnya: terlampau, agaknya,
harusnya, sebaiknya, sebenarnya, secepat-cepatnya.

4. Kata benda (Nomina)
Kata benda ialah kata yang mengacu pada benda, orang, konsep,
ataupun pengertian yang berfungsi sebagai objek dan subjek. Suatu kata
dapat digolongkan ke dalam kelas kata benda apabila memenuhi
persyaratan berikut.
(1) Dapat diikuti oleh frasa yang + sangat.
Contoh:
Mobil

(mobil yang bagus/mobil yang sangat bagus)

Pemandangan
indah)
Pemuda

(pemandangan yang indah/pemandangan yang sangat
(pemuda yang gagah/pemuda yang sangat gagah)

(2) Berimbuhan pe-, -an, pe-/-an, per-/-an, ke-/-an.
Contoh:
permainan
pertunjukan
kesehatan
(3) Dapat diingkari dengan kata bukan.
Contoh :
Saya (bukan saya)
Roti (bukan roti)
Gubuk (bukan gubuk)
5. Kata Ganti (Pronomina)
Kata ganti atau pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu pada
nomina lain. Pronomina berfungsi untuk mengganti kata benda atau nomina.
Contoh:
Aku sudah mencoba membujuknya.

Kami sangat berharap kepada kalian.
Dia telah meninggalkan kita.
Itu memang miliknya.

6. Kata Bilangan (Numeralia)
Kata bilangan atau numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung
banyaknya orang, binatang, dan benda.
Contoh:
Ibu membeli gelas selusin.
Ia mendapat peringkat pertama di kelasnya.
Bapak Bardi memiliki dua puluh ekor kambing.
Sepertiga dari harta warisan itu disumbangkan ke panti asuhan.
7. Kata Tugas
Kata tugas dapat dirinci menjadi empat jenis kata, yaitu (1) kata depan, (2)
kata sambung, (3) kata sandang, (4) kata seru, dan (5) partikel.
(1) Kata Depan (Preposisi)
Kata depan adalah kata yang menghubungkan dua kata atau dua
kalimat.
Contoh:
di (sebelah) utara = menunjuk arah
ke timur

= menunjuk arah

dari pasar

= menunjuk tempat

pada hari senin

= menunjuk waktu

(2) Kata Sambung (Konjungsi)
Kata sambung adalah kata yang menghubungkan dua satuan bahasa yang
sederajat: kata dengan kata; frasa dengan frasa, klausa dengan klausa.
Contoh :
adik dan kakak
makan atau minum

tidak makan, tetapi minum
ia tidak naik kelas karena bodoh
Adi meletakkan tasnya, lalu ia membuka seragamnya.
(3) Kata Sandang (Artikula)
Kata sandang adalah kata tugas yang membatasi makna nomina.
Contoh:
sang guru

(sang bermakna tunggal)

para pemimpin

(para bermakna jamak)

si cantik

(si bermakna netral)

(4) Kata Seru (Interjeksi)
Kata seru adalah tugas yang digunakan untuk mengungkapkan seruan
hati.
Contoh:
Aduh, kakiku sakit sekali.
Astaga, mengapa kamu berani mencuri ?
Ayo, jangan putus asa.
“Wah, mahal sekali!” kata adik.
Kata yang dicetak miring adalah kata seru. Contoh lain kata seru adalah hai,
nah, oh, celaka, gila, Masya Allah, dan Alhamdulillah.
(5) Partikel
Partikel
adalah
kategori
atau
unsur
yang
bertugas
memulai,
mempertahankan, atau mengukuhkan sebuah kalimat dalam komunikasi.
Unsur ini digunakan dalam kalimat tanya, perintah, dan pernyataan (berita).
Contoh partikel: -lah, -kah, -tah, -deh, -dong, -kek, dan –pun
Kita baru saja mempelajari kelas kata beserta ciri-cirinya. Dalam suatu
wacana, tentu terdapat berbagai kata, frasa, dan
kalimat. Kita dapat
merinci setiap kata berdasarkan kelas katanya.
A. KELAS KATA DAN CIRI-CIRINYA
1. Kelas kata Menurut Abdul Chaer dalam buku “Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia”
halaman 86-194.

a.
b.
c.

Kata Benda
Kata Ganti
Kata Kerja

d.
e.
f.
g.
h.
i.

Kata Sifat
Kata Sapaan
Kata Petunjuk
Kata Bilangan
Kata Penyangkal
Kata Depan

j.
k.
l.
m.
n.

Kata Penghubung
Kata Keterangan
Kata Tanya
Kata Seru
Kata Sandang

o.

Kata Partikel

2. Ciri-Ciri Kelas Kata
Kata Benda
a. Berawalan pe-, seperti pemuda, pemenang, dan penyair.
b. Berakhiran –an, seperti bendungan, bantuan dan asuhan.
c. Berakhiran –nya, seperti besarnya, naiknya, dan jauhnya.
d. Berimbuhan gabung pe-an, seperti pembangunan, pengembangan, dan pelebaran.
e. Berimbuhan gabungan per – an, seperti pertemuan, pertambangan dan persatuan.
f. Berimbuhan gabung ke-an, seperti keadilab, kebijaksanaan dan kekayaan.
g. Kata yang diikuti dengan frase “yang” …. atau “ yang sangat” misalnya : jalan (yang bagus),
pemuda (yang sangat rajin).
Kata Kerja
a. Kata-kata yang dapat diikuti oleh frasa dengan …….., baik yang menyatakan alat, yang
menyatakan keadaan, maupun yang menyatakan penyerta, disebut kata kerja, misalnya:
– Pergi (dengan adik)
– Berjalan (dengan gembira)
– Menulis ( dengan musuh)
b. Kata kerja dasar seperti : pergi, pulang, tulis, tanya dll.
c. Kata kerja berimbuhan sesperti:
- awalan Me-, seperti kata-kata menulis, membaca dan melihat.
- awalan ber-, seperti kata-kata berdiri, berlatih dan berkuda
- awalan di-, seperti pada kata-kata ditulis, dibaca, dan dilihat
- awalan ter-, seperti pada kata-kata tertulis, terbaca, dan terlihat
- awalan per-, seperti pada kata-kata perpanjang, percepat, dan persingkat
- awalan –kan, seperti pada kata-kata tuliskan, abacakan, dan damaikan
- awalan –i, seperti pada kata-kata tulisi, datangi dan diami.

3.Ciri-Ciri Kata Ganti
1. Kata ganti orang pertama (mengganti diri orang yang berbicara):
- saya
- Aku ku
- Kami
- Kita
Contoh : Adik bertanya kepada paman, “Paman, bolehkah saya kerumah Paman?’ (saya = adik)
2. Kata ganti orang kedua (mengganti orang yang diajak bicara)
- Kamu
- Engkau
- Anda
- Kalian
Contoh : Mengapa kemarin kamu tidak sekolah?’ tanya Hasan pada Ali temannya sekelas.
Kata ganti orang ketiga (mengganti diri orang yang dibicarakan)
- Ia
- Dia
- - nya
- Beliau
- Mereka
- Mendiang
- Almarhum
Contoh : Hasan adalah murid baru dikelas V. Ia tinggal di Jalan Surabaya. ( Ia = Hasan)

4. Ciri-Ciri Kata Sifat
1. Kata-kata yang dapat diikuti dengan kata keterangan sekali serta dapat dibentuk menjadi kata
yang berimbuhan se – / -nya. Contoh :
- indah ( indah sekali, seindah-indahnya)
- Bagus ( bagus sekali, sebagus-bagusnya)
2. Tempat kata sifat pada tingkat frase adalah dibelakang kata benda yang sifatnya, misalnya
besar, indah dan kecil. Contoh : rumah besar, pemandangan indah.
3. Dalam gabungan kata berupa idiom kata sifat dapat menduduki posisi awal atau berada
dimuka kata benda. Misalnya : Panjang tangan, yang berarti pencuri.
4. Gabungan kata bermakna perbandingan, kata sifat tersebut terletak dimuka kata benda.
Misalnya merah delima, manis jambu.
5. Pada tingkat klausa/ kalimat kata sifat dapat menduduki fungsi, predikat, seperti : anak itu
nakal, adikku gemuk sekali
5. Ciri-Ciri Kata Sapaan.
Kata sapaan itu tak mempunyai penbendaharaan kata sendiri tetapi menggunakan kata-kata dari
perbendaharaan nama diri dan kata nama perkerabatan.
Contoh: San (Bentuk untuh : Hasan)
Li (Bentuk utuh : Ali)

Pak (Bentuk utuh Bapak)
Yah (Bentuk utuh Ayah)
6. Ciri-Ciri Kata Penunjuk
1. Ini : digunakan untuk menunjuk kata benda yang letaknya relatif dekat dengan si pembicara
2. Itu : digunakan untuk menunjuk benda yang letaknya relatif jauh, contoh : Itu si Unyil, mobil
itu di jual.
7. Ciri-Ciri Kata Bilangan
Kata yang menyatakan jumlah, nomor, urutan, atau kumpulan.
Contoh : Kata bilangan utama satu, dua, tiga sebelas.
Kata bilangan tingkat pertama, kedua, kesebelas.
Kata bantu bilangan, seseorang, dua buah, seekor dan lain-lain.
Kaya bantu bilangan lain, setanggai, setandan, sehelai dan lain-lain.
8. Ciri-Ciri Kata Penyangkal
Kata penyangkal dalam Bahasa Indonesia adalah:
- Tiada, tak = saya tidak mengambil bukumu.
- Tiada, didaerah itu tiada air
- Bukan, ini bukan mangga.
- Tanpa, tanpa saya dia tak mau pergi.
9. Ciri-Ciri Kata Depan
Kata yang digunakan di muka kata benda untuk menghubungkan kata dengan klausa dengan
klausa/kalimat dengan kalimat. Contoh kata depan:
1. Tempat berada: di, pada, dalam, atas dan antara.
2. Arah asal : dari
3. Arah tujuan: ke, kepada, akan dan terhadap.
4. Pelaku : oleh
5. Alat : dengan dan berkat.
6. Perbandingan : daripada
7. Hal/ masal : tentang, mengenai.
8. Akibat : hingga, sampai
9. Tujuan : untuk, buat. Guna dan bagi.
10. Demi dan menurut.
10. Ciri-Ciri Kata Penghubung
Kata ini digunakan untuk menghubungkan kata dengna klausa dengan klausa/kalimat dengan
kalimat.
Contoh:
1. Untuk akta penghubung sederajat: dan, dengan, serta atau, sedangkan, selanjutnya, adalah dan
lain-lain.
2. Untuk penghubung tak sederajat : sebab, jika, bila, sebagai, sehingga, sesudah dan lain-lain.

11. Ciri-Ciri Kata Keterangan
Kata ini memberi penjelasan pada kalimat/bagian kalimat lain yang sifatnya tak menerangkan
keadaan/ sifat.
1. Kepashan yaitu kata, memang, pasti, justru.
2. Keraguan/kesangsian yaitu kalau, barangkali, mungkin, kiranya, rasanya, agaknya, rupanya.
3. Harapan, yaitu kata-kata, seringkali, sekali-sekali, sesekali, acapkali, jarang.
12 . Ciri-Ciri Kata Tanya
Kata ini digunakn sebagai pembantu, didalam kalimat yang menyatakan pertanyaan. Contoh:
apa, siapa, mengapa, kenapa, bagaimana, berapa , mana, kapan, bila, bilamana.
13. Ciri-Ciri Kata Seru
Kata yang digunakan untuk menggungkapkan perasaan bahwa, misalnya: Karena kaget, terharu,
marah, kagum, sedih dan lain-lain.
Contoh : – Kata seru berupa kata-kata singkat : wah, cih, hai, o, nah, na, dan hah.
- Kata serupa berupa kata-kata biasa: aduh, celaka gila, kasihan, bangsat ya ampun.
- Kata seru serapan: astaga, masya allah, alhamdulillah.
14. Ciri-Ciri Kata Sandang
Dalam bahasa Indonesia kata sandang digunkan menjadi penentu didepan kata nama diri, kata
perkerabatan, kata sifat, Sri dan Sang.
Contoh: Itu Si Hasan
Sang kancil telah sampai duluan.
15. Ciri-Ciri Kata Partikel
Kata yang digunakan untuk penegasan
1. – kah (menegaskan). Contoh:
Apakah isi lemari ini
Cukupkah uang itu
2. –tah (digunakan pada akhir kata tanya dalam kalimat tanya). Contoh:
Apatah dayaku menghadapi cobaan
3. – lah (menghaluskan dalam kalimat perintah). Contoh:
Keluarkanlah buku tulismu.
4. pun (penegasan). Contoh:
saya tak tahu, dia pun tidak tahu.
5. per- (menyatakan makna ‘setiap’ atau ‘mulai’) Contoh:
Harganya Rp. 1.000,00 perlembar.
Gaji PNS naik per
KATEGORI MORFOLOGI KELAS KATA DALAM BAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia mengenal pengelompokan kosa dalam bentuk kelas kata. Tata bahasa
Indonesia banyak pendapat para mengenai jumlah dan jenis kelas kata. Kelas kata terdiri dari
seperangkat kategori morfologis yang tersusun dalam kerangka sistem tertentu yang berbeda dan
sistem kategori morfologis kelas kata lain. Kategori morfologis adalah sederetan kata yang
memiliki bentuk gramatikal dan makna gramatikal yang sama. Setiap kategori morfologis itu

terbentuk oleh prosede morfologis tertentu. Prosede morfologis adalah pembentukan kata secara
sinkronis. Prosede morfologis itu ada dua macam yaitu derivasi dan intleksi. Derivasi adalah
prosede morfologis yang menghasilkan kata-kata yang makna leksikalnya berbeda dari kata
pangkal pembentuknya. Sebaliknya, infleksi menghasilkan kata-kata yang bentuk gramatikalnya
berbeda-beda, tetapi leksemnya tetap seperti pada kata pangkalnya.
Kategori Morfologi Kelas Kata Bahasa Indonesia dapat dibedakan atas:
1. Kelas Nomina
Untuk menentukan suatu kata termasuk nomina, digunakan penanda valensi sintaktis karena
perangkat kategori morfologis pembangun kerangka sistem morfologi nomina itu ditandai oleh
valensi sintaktis yang sama, yaitu (1) mempunyai potensi berkombinasi dengan kata bukan, (2)
mempunyai potensi didahului oleh kata di, ke, dari, pada.
Kelas nomina yang ditemukan dan data terdiri dan: (1) nomina murni, yakni nomina yang tidak
berasal dari kelas kata lain, (2) nomina deverbal, yakni nomina yang terbentuk dari verba.
a. Nomina Murni
Nomina murni terdiri dari nomina dasar (monomorfemis) dan nomina turunan (polimorfemis).
Nomina turunan yang terbentuk dari kata-kata nomina disebut nomina denominal.
Ø Nomina Dasar
Nomina murni berbentuk dasar yang ditemukan pada data ada lima macam yaitu:
Contoh: anak,baju, kepala, orang, nasi rumah, pakaian, pasar, perut, piring, plastik, rejeki, salak,
logam lengan, lantai, lekaki, kursi, kota, panggung, kilometer, kelas, kaos, jalan, huja, gerimis,
gelas, gambar, buah, ujung, uang, tempat, televisi,teh, tangan, tamu, tali, sisi, sepatu, wong,
bulan, mata,
Ø Nomina Denominal
Nominal denominal yang d.temukan pada data, terdin dari beberapa kategori morfologis.
Semuanya terbentuk dengan denvasi, berpangkal pada nomina dasar, yakni:
Ø Kategori D-an.’
Kategori ini menyatakan makna ‘daerah/wilayah/komplek/kurnpulan sesuatu yang tersebut pada
pangkal pembentukan’. Contoh: pakaian,
Ø Kategori D-an”
Kategori ini menyatakan makna ‘hasil’. Contoh: ikatan, sebutan
Ø Kategori se-D
Kategori ini menyatakan makna ’satu”. Contoh: sebatangkara
Ø Kategori D-D1-an
Kategori ini menyatakan makna ’seperti’. Contoh: orang-orangan
Ø Kategori per-D-an’
Kategori ini menyatakan makna “hal’ . Contoh: perhatian
Ø Kategori ke-D-an’
Kategori ini menyatakan makna “hal’ . Contoh:kesempatan
Ø Kategori pcng-D-an
Kategori ini menyatakan makna ‘proses’. Contoh: pengalaman
b. Nomina Transposisi
Dari data nomina transposisi tidak ditemukan dalam kartu kata

2. Kelas Verba
Untuk menentukan suatu kata termasuk verba, digunakan valensi sintaktis karena perangkat
kategori pembangun kerangka sisteni morfologi verba itu ditandai oleh valensi sintaktis yang
sama, yaitu mempunya; potensi berkomhinasi dengan kata: tidak, sudah, sedang, akan, baru,
telah, belum, mau, hendak,
Kelas verba yang ditemukan pada data terdiri dari (1) verba murni, yakni verba yang tidak
berasal dari kelas kata lain, (2) verba denominal, yakni verba yang terbentuk dari nomina, (3)
verba deadjektival, yakni verba yang terbentuk dan adjektiva, (4) verba denuineral, yakni verba
yang terbentuk dari numeralia, dan (5) verba depronominal, yakni verba yang terbentuk dari
pronomina.
a. Verba Murni
Verba murni terdiri dari verba dasar (monomorfemis) dan verba tur. (polimorfemis). Verba
turunan yang terbentuk dan kata-kata verba disebut verba diverbal.
Ø Verba Dasar
Verba murni, berbentuk dasar yang ditemukan pada data ada yaitu: ada, bangkit, pergi, puasa,
pulang, balik, makan, mampir, datang, ucap, ubah, turun, tinggal, terima, singgah ,aman ,
Ø Verba Deverbal
Verba deverbal yang ditemukan pada data, terdiri dari beberapa kategori morfologis, yaitu:
1) Kategori di-D
Kategori ini menyatakan makna ‘tindakan disengaja berfokus sasaran”. Contoh: diangkat, à
verba 1
2) Kategori ter-D”
Kategori ini menyatakan makna “dapat di’.
Contoh: tersenyum à verb 1
3) Kategori meng-D
Kategori ini menyatakan makna ‘tindakan yang disengaja berfokus pelaku’.
Contoh: menyeret, menempel, menukar, mengangguk,memakai, menuju, meniru, mengangkat,
memakai à verba 1
4) Kategori meng-(D-i)
Kategori ini menyatakan makna ‘lokatif.
Contoh: menyikapi, mempunyai à verba
5) Kategori meng-(D-kan)
Kategori ini menyatakan makna ‘benefaktif/direktif
Contoh: meneruskan, menyilakan, menyebabkan à verba 1
6) Kategori ber-D-an
Kategori ini menyatakan makna ‘malakukan perbuatan berlangsung lama, bisa sendiri atau
dengan orang lain’.
Contoh: berpandangan à verba 2
7) Kategori ber-D
Kategoii ini menyatakan makna ‘tindakan bcrlangsung lama’.
Contoh: berakhir, berada, berteduh à verba 2,
Kategori meng-D
Kategori ini menyatakan makna ‘proses/keadaan’.
Contoh: melompatà verba 2
b. Verba Transposisi

Verba Denominal
Verba denominal yang ditemukan pada data meliputi enam kategori morfologis,yaitu.
1) Kategori meng-D
Kategori ini diderivasikan dari nomina kategori D melalui derivasi zero sehingga terbentuk verba
kategori D yang menyatakan makna ‘tindakan yang disengaja berfokus pelaku’.
Contoh: menutup, meningkat à verba I
2) Kategori meng-(D-i)
Kategori ini berasal dari nomina kategon D kemudian dMenvasikan verba kategori D-i yang
maknanya ‘lokatif. Contoh. menangani à verba 2
3) Kategori di-(D-i)
Kategori ini berasal dari nomina kategori D kemudiun diderivasikan menjadi verba kategori D-i
yang mempunyai makna ‘kausatif.
Contoh: ditandatangani à verba 2
4) Kategori meng-(D-kan)
Kategori ini berasal dari nomina kategori D kemudian diderivasikan menjadi verba kategori Dkan yang menyatakan makna ‘kausatif.
Contoh: rnerupakan à verba 2
5). Kategori di-(D-kan)
Kategori berasal dari nomina kategori D kemudian diderivasikan menjadi verba kategori D-kan
yang menyatakan makna ‘kausatif.
Contoh: disebutkan, dimanfaatkan, disimpulkan, dilaksanakan, dilakukan à verba 2
6) Kategori ber-D
Kategori ini diderivasikan dari nomina kategori D dan menyatakan makna ‘tindakan berlangsung
lama’.
Contoh: bertekad àverba 2
Ø Verba Deadjektival
Verba deadjektival yang ditemukan pada data, meliputi dim macam kategori morfologis, yaitu:
1) Kategori meng-(D-i)
Kategori ini berasal dari adjektiva kategori D kemudian diderivasikan menjadi verba kategori D-i
yang menyatakan makna ‘kausatif.
Contoh: menjiwai, menghargai, menanggapi à verba 2
2) Kategori meng-(D-kan)
Kategori ini berasal dari adjektiva kategori D kemuadian diderivasikan menjadi verba kategori
D-kan, yang menyatakan makna ‘kausatif.
Contoh: melaksanakan menyenangkan, melanjutkan à verba 2
Ø Verba Demimeral
Dari data hanya ditemukan salu kalegori morfologis verba denumeral, yaitu kategori meng-D,
yang diderivasikan dari numeralia bentuk dasar yang menyatakan makna ‘proses/keadaan’.
Contoh: menyeluruh -» verba 2
Ø Verba Depronominal
Dari data hanya ditemukan satu kategori morfologis verba depronominal, yaitu kategori meng(D-i), yang berasal dari pronomina bentuk dasar kemudian diderivasikan menjadi verba kategori
D-i yang menyatakan makna ‘repetitif. Contoh: mengakui —>• verba 1
3. Kelas Adjektiva

Untuk menentukan suatu kata termasuk adjektiva, digunakan valensi sintaktis karena perangkat
kategori morfologis pembangun kerangka sistem morfologi adjektiva itu ditandai oleh valensi
sintaktis yang sama yaitu mempunyai potensi berkombinasi dengan kata: sangat, agak, paling,
amat, sekali,
Kelas adjektiva yang ditemukan pada data hanya satu kategori morfologis, yaitu berupa adjektiva
bentuk dasar yang terdiri dari:
Contoh: apes, aman, akrab, takut, basah, banyak, baik, bodoh, cukup, kerdil, salam, suka, sudah,
tersinggung, berwibawa, terlalu, spona, serius, sering, cantik, tenang,
4. Kelas Numeralia
Untuk menentukan suatu kata lermasuk numeralia, digunakan valensi sintaktis karena perangkat
kategori morfologis pembangun kerangka sistem morfologis numeralia itu ditandai oleh valensi:
sintaktis yang sama yaitu dapat bergabung dengan nomina.
Kelas numeralia yang ditemukan pada data hanya ada satu macam yaitu nrmeralia murni.
Adapun yang dimaksud numeralia murni adalah numeralia yang tidak berasal dari kelas kata
lain. Numeralia murni ini terdiri dari numeralia dasar
monomorfemis) dan numeralia tunman (polimortemis). Numeralia turunan yang terbentuk dari
kata-kata numeralia disebut niimeralia denumeral.
a. Numeralia Dasar
Numeralia murni berbentuk dasar yang ditemukan pada data ada dua macam, yaitu:
Contoh: sebuah, sederet, dua, tujuh, sembilan, setiap, seorang,
b. Numeralia Denumeral
Numeralia denumeral tidak ditemuka pada data kartu kata,
5. Kelas Adverbia
Untuk menentukan suatu kata termasuk adverbia, digunakan valensi sintaktis karena perangkat
kategori morfologis pembangun kerangka sistem morfologi adverbia itu ditandai oleh valensi
sintaktis yang sama yaitu dapat bergabung dengan verba.
Kelas adverbia yang ditemukan pada data hanya ada satu kategori morfologis, yaitu berupa
adverbia bentuk dasar yang terdiri dari:
Contoh: tak, telah, akan, baru, sudah, sedang, saja, juga,
6. Kelas Pronomina
Pronomina yang ditemukan pada data meliputi tiga macam, yaitu:
a. Pronomina persona:
Contoh aku, suya,, anda, mereka.
b. Pronomina penunjuk:
Contoh: itu, adalah
c. Pronomina penanya:
Contoh: bila, kapan.
7. KataTugas
Dari data yang ada ditemukan kata tugas yang meliputi:
1. Preposisi:
Contoh: pada, kepada, di, terhadap, oleh karena.

Konjungsi:
Contoh: lalu, serta, yang, bahkan, sebelum, kulau, karena, tetapi, muku, ketika. kemudian,
scakan-akan.

1.10.Membuat berbagai teks tertulis dalam
konteks bermasyarakat dengan memilih kata,
bentuk kata, dan ungkapan yang tepat

Diksi


Pengertian Diksi

Diksi dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh
penulis atau pembicara. Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi berarti “pilihan kata
yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga
diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan)”. Dari pernyataan itu tampak bahwa
penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang
bersangkutan membuat karangan. Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan
yang ada dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja “diubah” saat digunakan dalam
kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang sebenarnya akan
diketahui saat digunakan dalam kalimat. Lebih dai itu, bisa saja menimbulkan dampak atau
reaksi yang berbeda jika digunakan dalam kalimat yang berbeda. Berdasarkan hal itu dapat
dikatakan bahwa diksi memegang tema penting sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan
dengan mengharapkan efek agar sesuai.


Kriteria Diksi

Ciri – Ciri Diksi
menggunakan lafal, tekanan, intonasi yang sesuai menentukan pilihan kata (diksi), bentuk kata
dan ungkapan yang tepat dalam kalimat
KALIMAT EFEKTIF
Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan
sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain.
Kalimat efektif syarat-syarat sebagai berikut:
1.secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2.mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca
dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
Ciri-Ciri Kalimat