TUGAS MATA KULIAH PRINSIP PRINSIP ADMINI

TUGAS MATA KULIAH
PRINSIP PRINSIP ADMINISTRASI
PERBANDINGAN SISTEM POLITIK INDONESIA DENGAN SINGAPORE

Dosen : Dr. M.H. Thamrin,M.SI

Dibuat oleh:

Sumar Kendi
NPM. 07012681620011

PROGRAM MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN

Sistem adalah Suatu kebulatan atau keseluruhan yang komplek atau teroganisir,

suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu
kebulatan atau keseluruhan yang komplek atau utuh. Sistem juga dapat diartikan
sebagai kerjasama suatu kelompok yang saling berkaitan secara utuh, apabila suatu
bagian terganggu maka bagian yang lain akan merasakan kendalanya. Namun, apabila
terjadi kerjasama maka akan tercipta hubungan yang sinergis yang kuat. Pemerintah
Indonesia adalah suatu contoh sistem, anak cabangnya adalah system pemerintah
daerah, kemudian seterusnya sampai sistem pemerintahan desa dan kelurahan.
Politik dalam bahasa arabnya disebut “sitasyah” yang kemudian diterjemahkan
menjadi siasat, atau dalam bahasa inggrisnya “politics”. Asal mula kata politik itu sendiri
berasal dari kata“polis” yang berarti negara kota, dengan politik berarti ada hubungan
khusus antara manusia yang hidup bersama, dalam hubungan itu timbul aturan,
kewenangan dan akhirnya kekuasaan. Tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai
kebijaksanaan, kekuatan, dan kekuasaan pemerintah. Politik adalah siatu disiplin ilmu
pengetahuan yang berdiri sendiri dan dapat dikatakan sebagai seni, disebut sebagai
seni karena banyak beberapa para politikus yang tanpa pendidikan ilmu politik tetapi
mampu berkiat memiliki bakat yang dibawa sejak lahir dari naluri sanubarinya sehingga
dengan kharismatik menjalankan roda politik pemerintahan. Dapat disimpulkan bahwa
politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses
pembuatan kebijakan dan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama
masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu. Sistem politik adalah berbagai

macam kegiatan dan proses dari struktur dan fungsi yang bekerja dalam suatu unit atau
kesatuan (masyarakat/negara). Ada beberapa definisi mengenai sistem politik,
diantaranya : Menurut Rober A. Dahl, Sistem politik adalah pola yang tetap dari
hubungan–hubungan antara manusia yang melibatkan sampai dengan tingkat tertentu,
control, pengaruh, kekuasaan, ataupun wewenang. Menurut Drs. Sukarno, sistem
politik adalah sekumpulan pendapat, prinsip yang membentuk satu kesatuan yang
berhubungan satu sama lain untuk mengatur pemerintahan serta melaksanakan dan
mempertahankan kekuasaan dengan cara mengatur individu atau kelompok individu
satu samalain atau dengan Negara dan hubungan Negara dengan Negara. Dapat
disimpulkan bahwa sistem politik adalah mekanisme seperangkat fungsi atau
peranandalam struktur politik dalam hubungan satu sama lain yang menunjukan suatu
proses yang langsung memandang dimensi waktu (melampaui masa kini dan masa
yang akan datang)

BAB II
ISI SISTEM POLITIK INDONESIA
Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan berbagai
kegiatandalam Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum termasuk
proses penentuantujuan, upaya-upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan,
seleksi dan penyusunan skalaprioritasnya. Sistem politik Indonesia dalam rangka

mewujudkan cita-cita bangsa dan mencapai tujuan nasional maka harus sesuai dengan
Pancasila dan UUD 1945. Dalam menyelenggarkan politiknegara, yaitu keseluruhan
penyelenggaraan politik dengan memanfaatkan dan mendayagunakan segala
kemampuan aparatur negara serta segenap daya dan dana demi tercapainya tujuan
nasionaldan terlaksananya tugas negara sebagaimana yang ditetapkan dalam UUD
1945.Sebagai suatu sistem, Sistem politik terdiri atas berbagai sub sistem antara lain
system kepartaian, sistem pemilihan umum, sistem budaya politik dan sistem
peradaban politik lainnya.Dalam eksistensinya sistem politik akan terus berkembang
sesuai dengan perkembangan tugas danfungsi pemerintahan serta perubahan dan
perkembangan yang ada dalam faktor lingkungan. Politik adalah semua lembagalembaga negara yang tersebut di dalam konstitusi negara (termasuk fungsi legislatif,
eksekutif, dan yudikatif).
Dalam Penyusunan keputusan-keputusan kebijaksanaan diperlukan adanya
kekuatan yang seimbang dan terjalinnya kerjasama yang baik antara suprastruktur dan
infrastruktur politik sehingga memudahkan terwujudnya cita-cita dan tujuan-tujuan
masyarakat/Negara. Dalam hal ini yang dimaksud suprastruktur politik adalah
Lembaga-Lembaga Negara. Lembaga-lembaga tersebut di Indonesia diatur dalam UUD
1945 yakniMPR, DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden, Mahkamah Agung,
Mahkamah Konstitusi, KomisiYudisial. Lembaga-lembaga ini yang akan membuat
keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kepentingan umum. Badan yang ada di
masyarakat seperti Parpol, Ormas, media massa, Kelompok kepentingan(Interest

Group), Kelompok Penekan (Presure Group), Alat/Media Komunikasi Politik, Tokoh
Politik(Political Figure), dan pranata politik lainnya adalah merupakan infrastruktur
politik, melalui badan-badan inilah masyarakat dapat menyalurkan aspirasinya.
Tuntutan dan dukungan sebagai inputdalam proses pembuatan keputusan. Dengan
adanya partisipasi masyarakat diharapkan keputusanyang dibuat pemerintah sesuai
dengan aspirasi dan kehendak rakyat.Di Indonesia, sistem politik yang dianut adalah
sistem politik demokrasi pancasila yaknisistem politik yang didasarkan pada nilai-nilai
luhur, prinsip, prosedur dan kelembagaan yangdemokratis. Adapun prinsip-prinsip
sistem politik demokrasi di Indonesia antara lain:
1. Pembagian kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif berada pada badan yang
berbeda
2. Negara berdasarkan atas hukum
3. Pemerintah berdasarkan konstitusi
4. Jaminan terhadap kebebasan individu dalam batas-batas tertentu
5. Pemerintahan mayoritas pemilu yang bebas

parpol lebih dari satu dan mampu melaksanakan fungsinya Sebagai suatu sistem,
prinsip-prinsip ini saling berhubungan satu sama lain. Sistem politikdemokrasi akan
rusak jika salah satu komponen tidak berjalan atau ditiadakan. Contohnya, suatu
negara sulit disebut demokrasi apabila hanya ada satu partai politik. Dengan satu

partai, rakyat tidak ada pilihan lain sehingga tidak ada pengakuan akan kebebasan
rakyat dalam berserikat, berkumpuldan mengemukakan pilihannya secara bebas.
Dengan demikian berjalannya satu prinsip demokrasi akan berpengaruh pada prinsip
lainnya. Kenyataan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, tidak perlu
diragukan lagi kebenarannya. Tetapi fakta bahwa banyak masyarakat yang justru
merasa tertindas oleh pemerintahannya sendiri. Masalah ketidakadilan pemerintah
menjadi persoalan yang memicu disintegrasi bangsa karenanya sistem politik Indonesia
diharapkan merupakan penjabaran nilai-nilailuhur pancasila dalam keseluruhan
penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah, pembangunan dankemasyarakatan, dalam
rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur. SISTEM POLITIK DI INDONESIA
Sistem politik Indonesia berdasar pada ketentuan-ketentuan dalam UUD 1945. Sistem
politik Indonesia mengalami banyak perubahan setelah ada amandemen terhadap UUD
1945. amandementerakhir atas UUD 1945 dilakukan pada tahun 2002. Perbandingan
sistem politik Indonesia sebelum amandemen dan sesudah amandemen UUD 1945
adalah sebagai berikut : 1. Sistem Politik Indonesia Sebelum Amandemen UUD 1945
Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Hal itu berarti bahwa
kedaulatan berada di tangan rakyat dan sepenuhnya dijalankan oleh MPR, Indonesia
menganut sistem pemerintahan presidensiil artinya presiden berkedudukan sebagai
kepala negara dan kepala pemerintahan. UUD 1945 adalah konstitusi negara Indonesia
yang mengatur kedudukan dan tanggung jawab penyelenggaraan negara,

kewenangan, tugas, dan hubungan antara lembaga-lembaga negara.UUD 1945 juga
mengatur hak dan kewajiban warga negara. Lembaga legislatif terdiri atas MPR yang
merupakan lembaga tertinggi negara dan DPR. Lembaga eksekutif terdiri atas presiden
dan menjalankan tugasnya yang dibantu oleh seorang wakil presiden serta kabinet.
Lembaga yudikatif menjalankan kekuasaan kehakiman yang dilakukan oleh MA sebagai
lembaga kehakiman tertinggi bersama badan-badan kehakiman lain yang berada
dibawahnya. 2. Sistem Politik Indonesia Setelah Amandemen UUD 1945 Pokok-pokok
sistem politik di Indonesia setelah amandemen UUD 1945 adalah sebagaiberikut :
a. Bentuk negara adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahan adalah republik.
NKRI terbagi dalam 33 daerah provinsi dengan menggunakan prinsip desentralisasi
yang luas, nyata, dan bertanggung jawab. Dengan demikian, terdapat pemerintah
pusat dan pemerintah daerah.
b. Kekuasaan eksekutif berada ditangan presiden. Presiden adalah kepala Negara
sekaligus kepala pemerintahan. Presiden beserta wakilnya dipilih dalam satu paket
secara langsung oleh rakyat. Presiden tidak bertanggung jawab pada parlemen, dan
tidak dapat membubarkan parlemen. Masa jabatan presiden beserta wakilnya
adalah 5 tahun dan setelahnya dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan

c. Tidak ada lembaga tertinggi dan lembaga tinggi negara. Yang ada lembaga-lembaga
negara seperti MPR, DPR, DPD, BPK, presiden, MK, KY dan MA.

d. DPA ditiadakan yang kemudian dibentuk sebuah dewan pertimbangan yang
beradalangsung dibawah presiden.
Kekuasaan membentuk UU ada ditangan DPR. Selain itu DPR menetapkan
anggaran belanja negara dan mengawasi jalannya pemerintahan. DPR tidak dapat
dibubarkan oleh presiden beserta kabinetnya, tetapi dapat mengajukan usulan
pemberhentian presiden kepada MPR.
BUDAYA POLITIK INDONESIA
Budaya yang berasal dari kata ‘buddhayah’ yang berarti akal, atau dapat juga
didefinisikan secara terpisah yaitu dengan dua buah kata ‘budi’ dan ‘daya’ yang apabila
digabungkan menghasilkan sintesa arti mendayakan budi, atau menggunakan akal budi
tersebut. Bila melihat budaya dalam konteks politik hal ini menyangkut dengan sistem
politik yang dianut suatu Negara beserta segala unsur (pola bersikap & pola bertingkah
laku) yang terdapat didalamnya. Sikap & tingkah laku politik seseorang menjadi suatu
obyek penanda gejala-gejala politikyang akan terjadi pada orang tersebut dan orangorang yang berada di bawah politiknya. Contohny adalah jikalau seseorang telah
terbiasa dengan sikap dan tingkah laku politik yang hanya tahu menerima, menurut
atau memberi perintah tanpa mempersoalkan atau memberi kesempatan buat
mempertanyakan apa yang terkandung dalan perintah itu. Dapat diperkirakan orang itu
akan merasa aneh, canggung atau frustasi bilamana ia berada dalam lingkungan
masyarakatnya yang kritis, yang sering, kalaulah tidak selalu, mempertanyakan sesuatu
keputusan atau kebijaksanaan politik. Kebudayaan politik Indonesia pada dasarnya

bersumber pada pola sikap dan tingkah laku politik yang majemuk. Idealisme diakui
memanglah penting. Tetapi bersikap berlebihan atas idealisme itu akan menciptakan
suatu ideologi yang sempit yang biasanya akan menciptakan suatu sikap dan tingkah
laku politik yang egois dan mau menang sendiri. Demokrasi biasanya mampu menjadi
jalan penengah bagi atas polemik ini. Kelebihan dan kekurangan Sistem
PresidensialKelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial:
a. Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada
parlemen.
b. Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu.
Misalnya, masa jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun, Presiden
Filipina adalah enam tahundan Presiden Indonesia adalah lima tahun.
c. Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa
jabatannya.
d. Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena dapat
diisi olehorang luar termasuk anggota parlemen sendiri.Kekurangan Sistem
Pemerintahan Presidensial:
e. Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat
menciptakankekuasaan mutlak.
f. Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.
g. Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar

antaraeksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas

h. pembuatan keputusan memakan waktu yang lama.Ciri-ciri Sistem
PresidensialSistem pemerintahan presidensiil:
i. Terdapat pemisahan kekuasaan eksekutif dan legislatif. Namun tak ada
pemisahan antara jabatan kepala negara dan kepala pemerintahan.
j. Eksekutif dipegang oleh presiden sebagai kepala pemerintahan yang sekaligus
adalah kepalanegara. Kekuasaan legislatif berada di Parleman. Eksekutif dan
legislatif memiliki kekuasaanterpisah yang seimbang.
k. Sebutan bagi kepala pemerintahan yang sekaligus kepala negara adalah
presiden. Karenanyasistem ini disebut presidensiil.
l. Tak ada tumpang-tindih personal antara lembaga eksekutif dan legislatif.
m. Anggota legislatif dipilih langsung lewat pemilihan umum.
n. Pimpinan eksekutif (yakni presiden dan wakil presiden) dipilih langsung melalui
pemilihanumum.
o. Jajaran eksekutif lini kedua (yakni para menteri) diangkat oleh presiden.
p. Terdapat mekanisme checks-and-balances antara eksekutif dan legislatif.
q. Legislatif menyusun perundangan, namun memerlukan pelaksanaan oleh
eksekutif.
r. Eksekutif bisa mem-veto kebijakan legislatif, atau menolak untuk

melaksanakanperundangan, namun legislatif memiliki hak utk meng-impeach
eksekutif.
s. Presiden sebagai pimpinan eksekutif memiliki hak untuk mengangkat pejabat
negara, namunmemerlukan persetujuan legislatif.
t. Legislatif tak bisa memberhentikan presiden, dan presiden tak bisa
membubarkan legislatif.
6 Sistem Politik Singapura Singapura adalah sebuah negara kecil yang lokasinya
berdekatan dengan Indonesia . Bentuk pemerintahan Singapura adalah Republik
dimana kekuasaan pemerintahan dijalankan kabinet yang dipimpin oleh Perdana
Menteri. Pemilihan Umum di Singapura dilaksanakan setiap 5 tahun sekali.Letak
negara Singapura yangs angta strategis membuat Singapura termasuk salah satu
Negara termakmur di wilayah Asia. Hal ini juga yang membuat tingkat kesejahteraan
masyarakatnya jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara- negara tetangga
termasuk Indonesia. Singapura menganut sistem pemerintahan parlementer dimana
perdana menteri bersama para menteri baik secara bersama - sama ataupun sendiri sendiri bertanggung jawab kepada parlemen. Selama ini yang terjadi di Singapura,
kabinet dibentuk berdasarkan pada kekuatan yang ada di dalam parlemen. Sehingga
para anggota kabinet secara keseluruhan mencerminkan kekuatanyang ada di dalam
parlemen. Parlemen di Singapura bisa menjatuhkan kabinet setiap saat, demikian juga
sebaliknya, atas presiden Singapura juga bisa membubarkan parlemen dan
memerintahkan untuk diadakan pemilihan umum. Presiden melakukan itu atas dasar

saran dari perdana menteri. Karena kabinet merupakan cerminan dari kekuatan
parlemen, maka masa jabatan kabinet tidak bisa ditentukan dengan pasti. Selian itu,
kedudukan kepala negara di Singapura tidak dapat diganggu gugat namun kepala
negara tetap diminta pertanggungjawabannya atas pelaksanaan jalannya
pemerintahan. Selama ini pemerintah Singapura sangat concern terhadap
kesejahteraan warganya. Dengan pendapatan perkapita yang tinggi serta sistem

pemerintahan yang memihak kepada warga negaranya membuat Singapura menjadi
negara favorit tujuan para pekerja urban yang datang dari berbagai penjuru dunia
sehingga saat ini penduduk Singapura didominasi oleh kaum pendatang dengan
berbagai latar belakang pekerjaan. Apalagi sikap pemerintah Singapura yang tidak
sembarangan melakukan kerjasama ekstradisi dengan negara lain membuat negara ini
layaknya surga bagi para buron di banyak negara. Membicarakan sistem politik sebuah
negara, pasti erat kaitannya dengan system pemerintahan. Begitupun dengan sistem
politik Singapura. Ketika membicarakan sistem politik negara tertentu, berbagai aroma
berbau aturan-aturan pemerintahan pasti mengiringi. Melekat erat bagai dua sisi mata
uang. Hal tersebut menjadi wajar mengingat para pelaku pemerintahan adalah mereka
yang juga berpolitik. Sistem Politik Singapura pada akhirnya menjadi “kendaraan” yang
digunakan siapapun untuk duduk di bangku pemerintahan. Jadi, sangatlah wajar jika
pada akhirnya sistem politik memiliki nama lain sebagai sistem pemerintahan. Sebuah
negara bekas jajahan memiliki kecenderungan untuk mengadopsi sistem politik atau
sistem pemerintahan yang sama dengan negara yang menjajah. Begitupun dengan
sistem politik Singapura. Dalam sistem politik Singapura, perdana menteri adalah
pemegang kekuasaan pemerintahan. Sama persis dengan apa yang terjadi pada
sistem pemerintahan Inggris. Perdana menteri ini terpilih karena kedudukannya sebagai
ketua partai politik yang mempunyaianggota parlemen terbanyak. Sementara posisi
presiden, hanyalah simbolis kenegaraan. Dalam halini, sistem politik Singapura memiliki
perbedaan dengan Inggris. Tentu saja, karena di Inggris, symbol negara dipegang oleh
Ratu. Sama dengan peran Ratu di negara Inggris, presiden dalam sistem politik
Singapura, secara historis disebut sebagai jabatan seremonial. Sebuah jabatan yang
sifatnya mendekati formalitas. Namun, presiden di Singapura bukan lantas tidak
memiliki hak. Presiden di Singapura diberi kehormatan sebagai pemegang keputusan
kunci di negara ini. Konstitusi dalamsistem politik singapura yang berdasarkan sistem
Westminster ini tidak jauh berbeda dengan Inggris karena memang Singapura adalah
bekas jajahan Inggris. Sejak merdeka hingga sekarang, parlemen Singapura oleh Partai
Aksi Rakyat (PAP).
7PAP yang menguasai pemerintahan telah membuat undang-undang yang
membatasi berkembangnya partai oposisi yang kuat sehingga lebih terkesan otoriter
daripada demokrasi. Oleh karena itu, sistem politik Singapura dianggap menerapkan
sebuah sistem bernama demokrasisosialis. Namun secara fakta, jika dilihat
berdasarkan sistem pemerintahannya, sistem politik Singapura bisa juga disebut
sebagai sistem republik parlementer dengan sistem pemerintahan yang pastinya
bersifat parlementer. Meskipun terkesan otoriter, karena hanya dikuasai satu partai,
sistem politik Singapura dan kehidupan berpolitik cenderung aman. Undang-undang
tertinggi konstitusi dalam politik Singapura adalah undang-undang tertinggi di
Singapura. Dalam hal ini tidak memiliki perbedaan dengan yang ada di Indonesia,
segala tindakan kriminal tentu saja di hukum setimpal. Pelanggaran terhadap tata cara
berkehidupan sosial yang baik akan mendapatkan dua hukuman sekaligus, resmi dan
tak resmiyang datang dari pandangan masyarakat sekitar.

BUDAYA POLITIK SINGAPURA
Budaya politik di Singapura telah mengalami berbagai pengaruh dari luar
terutama pengaruh ketika dijajah oleh kolonial Inggris, sehingga perkembangan sistem
politik di Singapura lebih signifikan dan telah mengalami kemajuan dari pada Negara
lain. Konstitusi Singapura berdasarkan sistem Westminster karena Singapura
merupakan bekas jajahan Inggris. Posisi presiden adalah simbolis dan kekuasaan
pemerintahan berada di tangan perdana menteri yang merupakan ketua partai politik
yang memiliki kedudukan mayoritas diparlemen. Urutan Presiden Singapura adalah:
Yusof bin Ishak, Benjamin Henry Sheares, C.V. DevanNair, Wee Kim Wee, Ong Teng
Cheong, dan yang sekarang menjabat adalah S. R. Nathan. Arena politik dikuasai oleh
Partai Aksi Rakyat (PAP) yang telah memerintah sejak Singapura merdeka. Pemerintah
PAP sering dikatakan memperkenalkan undang-undang yang tidak memberi
kesempatan tumbuhnya penumbuhan partai-partai oposisi yang efektif. Cara
pemerintahan PAP dikatakan lebih cenderung kepada otoriter dari pada demokrasi yang
sebenarnya. Namun, cara pemerintahan tersebut berhasil menjadikan Singapura
sebuah negara yang maju, bebas daripada korupsi dan memiliki pasar ekonomi yang
terbuka. Para ahli politik menganggap Singapura sebuah negara yang berideologi
‘Demokrasi Sosialis‘. Meskipun begitu Lee Kwan Yew, pendiri dan perancang sistem
politik negara Singapura juga telah mengembangkan konsep yang menempatkan nilai
budaya sebagai elemen penting dalam sebuah sistem politik. Menurutnya politik
berbasis multi budaya tidak akan pas bagi negara dengan masyarakat yang multirasial
seperti Singapura. Sebagai konsekuensinya, di Singapura ditetapkan sebuah sistem
yang oleh dunia Barat dianggap tidak demokratis. Hal ini menunjukkan bahwa
Singapura merupakan “anauthoritarian Confucian anomaly among the wealthy countries
of the world” (Huntington, 1991: 302). Hasil pemikiran para pakar umunya
menyimpulkan bahwa budaya memberikan pengaruh tertentu bagaimana demokrasi
diadopsi oleh berbagai negara (lihat Alagappa, 1996; Fukuyama,1996; Lipset, 1996;
Huntington, 1996: Inglehart, 2000). Berkembang pemikiran nilai budaya sebagai faktor
determinan yang menentukan suksesnya ekonomi negara-negara Asia Timur. Tetapi
sejak terjadinya krisis ekonomi, argumentasi mengenai keunggulan nilai budaya Asia
(Asian values) seakan menghilang. Amartya Sen (2001: 6) mengritik hipotesis Lee
Kwan Yew bahwa negara yang didominasi oleh budaya Confucianism mempunyai
peluang pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, hanyalah berbasis pada perhitungan
empiris yang sporadik dari informasi yang terbatas dan sangat selektif. Kenyataan
memang menunjukan negara-negara di Asia dalam membangun system demokrasinya
lebih banyak mengedepankan gaya demokrasi ala barat seperti Filipina, Korea,
Thailand, Taiwan dan sekarang ini Indonesia. Walaupun demikian nilai budaya masih
dianggap sebagai variabel penting dalam pelaksanaan demokrasi. Seperti dinyatakan
oleh Inglehart (2000: 96) bahwa dalam jangka panjang, demokrasi tidak hanya didasari
pada perubahan institusi atau perilaku elit politik, melainkan keberlangsungannya akan
tergantung pada nilai dan kepercayaan dari masyarakat awam di wilayahnya. Dahl
(1997: 34) memperkuat gagasan bahwa konsolidasi demokrasi menuntut
budayademokrasi yang kuat yang memberikan kematangan emosional dan dukungan
yang rasional untukmenerapkan prosedur-prosedur demokrasi. Ia melandaskan
penekanannya pada pentingnya budayademokrasi pada asumsi bahwa semua sistem
politik termasuk sistem demokrasi, cepat atau lambatakan menghadapi krisis, dan

budaya demokrasi yang tertanam dengan kuatlah yang akan menolong negara-negara
demokrasi melewati krisis tersebut. Implikasinya proses demokratisasi tanpa budaya
demokrasi yang mengakar menjadi rentan dan bahkan hancur ketika menghadapi krisis
seperti kemerosotan ekonomi, konflik regional ataukonflik sosial, atau krisis politik yang
disebabkan oleh korupsi atau kepemimpinan yang terpecah. Sejalan dengan pemikiran
Dahl, Huntington (ibid: 258) memfokuskan pada isu budaya demokrasi dalam hubungan
antara kinerja dan efektifitas pemerintah demokratis baru dan legitimasinya, sebagai
bentuk kepercayaan publik dan elit politik terhadap sistem nilai demokrasi. Budaya
demokratis harus berarti adanya pemahaman bahwa demokrasi bukanlah panacea.
Karena itu, konsolidasi demokrasi terjadi bila masyarakat menyadari bahwa demokrasi
merupakan solusi dari masalah tirani tetapi belum tentu untuk masalah lain (ibid: 263).
Huntington memperingatkan bahwa tahun-tahun pertama berjalannya masa kekuasaan
pemerintahan demokratis yang baru, umumnya akan ditandai dengan bagi-bagi
kekuasaan di antara koalisi yang menghasilkan transisi demokrasi tersebut, penurunan
efektifitas kepemimpinan dalam pemerintahan yang baru sedangkan dalam
pelaksanaan demokrasi itu sendiri belum akan mampu menawarkan solusi mendasar
terhadap berbagai permasalahan sosial dan ekonomi di negara yang bersangkutan.
Tantangan bagi konsolidasi demokrasi adalah bagaimana menyelesaikan masalahmasalah tersebut dan tidak justru hanyut oleh permasalahan-permasalahan itu
Kekurangan dan kelebihan Sistem Parlementer ;
1. Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi
penyesuaian pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena kekuasaan
eksekutif dan legislatif berada pada satu partai atau koalisi partai.
2. Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik
jelas.
3. Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet
menjadi berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan. Kekurangan Sistem
Pemerintahan Parlementer:
4. Kedudukan badan eksekutif/kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan
parlemensehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.
5. Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bias ditentukan
berakhir sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat
bubar.
6. Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota
kabinet adalah anggota parlemen dan berasal dari partai meyoritas. Karena
pengaruh mereka yang besar diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat
mengusai parlemen.
7. Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif.
Pengalaman mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi
bekal penting untuk menjadi menteri atau jabatan eksekutif lainnya. Ciri-ciri
Sistem Parlementer
8. Terdapat pemisahan antara kepala negara dan kepala pemerintahan. Namun tak
ada pemisahan antara kekusaan eksekutif dan legislatif.
9. Baik eksekutif maupun legislatif berada di parlemen. Jajaran eksekutif adalah
anggota parlemen. Karenanya sistem ini disebut parlementer.

10. Kepala pemerintahan adalah pimpinan kekuatan mayoritas di parlemen. Kepala
Negara hanya memiliki kekuasaan simbolik di luar eksekutif dan legislatif.
11. Sebutan kepala pemerintahan: perdana menteri atau prime minister. Sebutan
kepala negara: presiden, raja, ratu, gubernur jenderal, dll.
12. Terdapat tumpang-tindih personal antara eksekutif dan legislatif.
13. Anggota legislatif dipilih langsung lewat pemilihan umum.
14. Partai dengan kursi mayoritas di parlemen membentuk pemerintahan. Pimpinan
partai ini menjadi perdana menteri.
15. Anggota parlemen dari partai mayoritas itu menjadi menteri-menteri.
16. Terdapat mekanisme pemerintah-oposisi dalam legislatif.
17. Partai kekuatan kedua di parlemen membentuk oposisi. Pimpinan partai ini
menjadi ketuaoposisi, anggota-anggota partai lainnya menjadi anggota kabinet
bayangan sehingga disebutpula sebagai menteri-menteri bayangan.
18. Kebijakan pemerintah diperdebatkan di parlemen dengan pihak oposisi sesuai
denganlingkup masing-masing (misal: perdana menteri dengan pimpinan oposisi,
menteri keuangandengan menteri keuangan bayangan)
19. Legislatif dapat membubarkan pemerintahan dengan mosi tidak percaya, dan
mendesakkanpemilu untuk memilih anggota parlemen baru

BAB III
KESIMPULAN

Setelah penulis mengerjakan makalah ini penulis menyimpulkan sietem politik
Indonesia dan sistem politik singapura berbeda, Indonesia menganut sistem
pemerintahan presidensil sedangkan singapura menganut sistem parlementer, dalam
sistem pemerintahannya Indonesia terdiri darimulti partai sehingga terlihat demokratis
sedangkan singapura sistem pemerintahannya terdiri dari satu partai sehingga terlihat
otoriter. Ideologi indonesia dan ideologi singapura pun berbeda, bila indonesia
berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa yang luhur, yang kita sebut dengan Ideologi
Pancasila, sedangkan ideology Singapura cenderung adaptasi dari sistem kolonial
inggris karena singapura bekas jajahan inggris.