TEKANAN GAS ARTERI PLASMA S

TEKANAN GAS ARTERI
A. Definisi
Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam
basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau
kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai
pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun.
Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang
dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas
darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya. Pada dasarnya pH atau derajat keasaman
darah tergantung pada konsentrasi ion H+ dan dapat dipertahankan dalam batas normal melalui 3
faktor, yaitu:
 Mekanisme dapar kimia
Terdapat 4 macam dapar kimia dalam tubuh, yaitu:
 Sistem dapar bikarbonat-asam karbonat
 Sistem dapar fosfat
 Sistem dapar protein
 Sistem dapar hemoglobin
1.

Mekanisme pernafasan


2.

Mekanisme ginjal

Mekanismenya terdiri dari:
1.

Reabsorpsi ion HCO3-

2.

Asidifikasi dari garam-garam dapar

3.

Sekresi ammonia

 Gangguan asam basa sederhana
Gangguan asam basa primer dan kompensasinya dapat diperlihatkan dengan memakai

persamaan yang dikenal dengan persamaan Henderson Hasselbach. Persamaan ini
menekankan bahwa perbandingan asam dan basa harus 20:1 agar pH dapat dipertahankan
dalam batas normal. Persamaan ini juga menekankan kemampuan ginjal untuk mengubah
bikarbonat basa melalui proses metabolik, dan kemampuan paru untuk mengubah PaCO2

(tekanan parsial CO2dalam darah arteri) melalui respirasi. Nilai normal pH adalah 7, 357,45.
Perubahan satu atau dua komponen tersebut menyebabkan gangguan asam dan basa.
Penilaian keadaan asam dan basa berdasarkan hasil analisa gas darah membutuhkan
pendekatan yang sistematis. Penurunan keasaman (pH) darah < 7,35 disebut asidosis,
sedangkan peningkatan keasaman (pH) > 7,45 disebut alkalosis. Jika gangguan asam basa
terutama disebabkan oleh komponen respirasi (pCO2) maka disebut asidosis/alkalosis
respiratorik, sedangkan bila gangguannya disebabkan oleh komponen HCO3 maka disebut
asidosis/alkalosis metabolik. Disebut gangguan sederhana bila gangguan tersebut hanya
melibatkan satu komponen saja (respirasi atau metabolik), sedangkan bila melibatkan
keduanya (respirasi dan metabolik) disebut gangguan asam basa campuran.
 Langkah-langkah untuk menilai gas darah:
1.

Pertama-tama perhatikan pH (jika menurun klien mengalami asidemia, dengan dua sebab
asidosis metabolik atau asidosis respiratorik; jika meningkat klien mengalami alkalemia

dengan dua sebab alkalosis metabolik atau alkalosis respiratorik; ingatlah bahwa
kompensasi ginjal dan pernafasan jarang memulihkan pH kembali normal, sehingga jika
ditemukan pH yang normal meskipun ada perubahan dalam PaCO2 dan HCO3 mungkin
ada gangguan campuran)

2.

Perhatikan variable pernafasan (PaCO2 ) dan metabolik (HCO3) yang berhubungan
dengan pH untuk mencoba mengetahui apakah gangguan primer bersifat respiratorik,
metabolik atau campuran (PaCO2 normal, meningkat atau menurun; HCO3 normal,
meningkat atau menurun; pada gangguan asam basa sederhana, PaCO2 dan HCO3 selalu
berubah dalam arah yang sama; penyimpangan dari HCO3 dan PaCO2 dalam arah yang
berlawanan menunjukkan adanya gangguan asam basa campuran).

3.

Langkah berikutnya mencakup menentukan apakah kompensasi telah terjadi (hal ini
dilakukan dengan melihat nilai selain gangguan primer, jika nilai bergerak yang sama
dengan nilai primer, kompensasi sedang berjalan).


4.

Buat penafsiran tahap akhir (gangguan asam basa sederhana, gangguan asam basa
campuran)

Rentang nilai normal:
pH : 7, 35-7, 45 TCO2 : 23-27 mmol/L
PCO2 : 35-45 mmHg BE : 0 ± 2 mEq/L
PO2 : 80-100 mmHg saturasi O2 : 95 % atau lebih
HCO3 : 22-26 mEq/L
 Klasifikasi gangguan asam basa primer dan terkompensasi:
1.

Normal bila tekanan CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang diproduksi dapat
dikeluarkan melalui ventilasi.

2.

Alkalosis respiratorik. Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan perubahan pH,
seluruhnya tergantung pada penurunan tekanan CO2 di mana mekanisme kompensasi

ginjal belum terlibat, dan perubahan ventilasi baru terjadi. Bikarbonat dan base excess
dalam batas normal karena ginjal belum cukup waktu untuk melakukan kompensasi.
Kesakitan dan kelelahan merupakan penyebab terbanyak terjadinya alkalosis respiratorik
pada anak sakit kritis.

3.

Asidosis respiratorik. Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal akibat hipoventilasi
dan dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2 disertai penurunan pH. Misalnya, pada
intoksikasi obat, blokade neuromuskuler, atau gangguan SSP. Dikatakan kronis bila
ventilasi yang tidak adekuat disertai dengan nilai pH dalam batas normal, seperti pada
bronkopulmonari displasia, penyakit neuromuskuler, dan gangguan elektrolit berat.

4.

Asidosis metabolik yang tak terkompensasi. Tekanan CO2 dalam batas normal dan pH di
bawah 7,30. Merupakan keadaan kritis yang memerlukan intervensi dengan perbaikan
ventilasi dan koreksi dengan bikarbonat.

5.


Asidosis metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH 7,30--7,40.
Asidosis metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan ventilasi.

6.

Alkalosis metabolik tak terkompensasi. Sistem ventilasi gagal melakukan kompensasi
terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan tekanan CO2 dalam batas normal dan pH
lebih dari 7,50 misalnya pasien stenosis pilorik dengan muntah lama.

7.

Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak adekuat serta pH lebih
dari 7,50.

8.

Hipoksemia yang tidak terkoreksi. Tekanan oksigen kurang dari 60 mmHg walau telah
diberikan oksigen yang adekuat


9.

Hipoksemia terkoreksi. Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia yang ada sehingga
normal.

10. Hipoksemia dengan koreksi berlebihan. Jika pemberian oksigen dapat meningkatkan
tekanan oksigen melebihi normal. Keadaan ini berbahaya pada bayi karena dapat
menimbulkan retinopati of prematurity, peningkatan aliran darah paru, atau keracunan
oksigen. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan yang lain seperti konsumsi dan
distribusi oksigen.
 Tujuan
1.

Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa

2.

Mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler

3.


Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh

 Indikasi
1.

Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik

2.

Pasien deangan edema pulmo

3.

Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)

4.

Infark miokard


5.

Pneumonia

6.

Klien syok

7.

Post pembedahan coronary arteri baypass

8.

Resusitasi cardiac arrest

9.

Klien dengan perubahan status respiratori


10. Anestesi yang terlalu lama
 Lokasi pungsi arteri
1.

Arteri radialis dan arteri ulnaris (sebelumnya dilakukan allen’s test)

2.

Arteri brakialis

3.

Arteri femoralis

4.

Arteri tibialis posterior

5.


Arteri dorsalis pedis
Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya tidak digunakan jika masih ada alternatif lain,

karena tidak mempunyai sirkulasi kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi spasme

atau trombosis. Sedangkan arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena
adanya risiko emboli otak.
 Komplikasi
Apabila jarum sampai menebus periosteum tulang akan menimbulka nyeri
1.

Perdarahan

2.

Cidera syaraf

3.

Spasme arteri

 Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD
1. Gelembung udara
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka
ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang
dari 158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat.
2. Antikoagulan
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin
yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh karena
efek penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.
3. Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia
membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel
diperiksa dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa,
dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa jam.
4. Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan
PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2. Nilai pH darah yang abnormal disebut
asidosis atau alkalosis sedangkan nilai PCO2 yang abnormal terjadi pada keadaan hipo
atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan dan saturasi oksigen merupakan faktor yang
penting pada nilai oksigenasi darah.
 Hal-hal yang perlu diperhatikan
1.

Tindakan pungsi arteri harus dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih

2.

Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin untuk
mencegah darah membeku

3.

Kaji ambang nyeri klien, apabila klien tidak mampu menoleransi nyeri, berikan anestesi
lokal

4.

Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allent untuk mengetahui kepatenan arteri

5.

Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau darah arteri, lihat darah yang
keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah arteri

6.

Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah tercampur rata
dan tidak membeku

7.

Lakukan penekanan yang lama pada bekas area insersi (aliran arteri lebih deras daripada
vena)

8.

Keluarkan udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan tutup ujung jarum
dengan karet atau gabus.

9.

Ukur tanda vital (terutama suhu) sebelum darah diambil.

10. Segera kirim ke laboratorium (sito)
Pemeriksaan Astrup/AGD adalah pemeriksaan analisa gas darah melalui daraharteri.
Pengukuran gas darah arteri memberikan informasi dalam mengkaji dan memantau respirasi
klien dan metabolism asam-basa, serta homeostatis elektrolit. AGD juga digunakan untuk
mengkaji oksigenasi. Istilah-istilah penting yang harus diketahuidalam pemeriksaan gas darah
arteri antara lain, pH, PCO2, HCO3-, PO2, dan SaO2Pemeriksaan gas darah dan PH digunakan
sebagai pegangan dalam penanganan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun.
Pemeriksaan gas darah dipakai untuk menilai:
Keseimbangan asam basa dalam tubuh, Kadar oksigenasi dalam darah, Kadar karbondioksida
dalam darah. Pemeriksaan analisa gas darah penting untuk menilai keadaan fungsi paru-paru.
Pemeriksaan dapat dilakukan melalui pengambilan darah astrup dari arteri radialis, brakhialis,
atau femoralis.
B. TUJUAN
1. Mengetahui keadaan oksigen dalam metabolisme sel.
2. Efisiensi pertukaran Oksigen dan Carbondioksida.
3. Mengetahui

kemampauan

Carbonmonoksida.

Hb

dalam

melakukan

transportasi

Oksigen

dan

4. Mengetahui tekanan Oksigen dalam darah arteri jeringan perifer secara terus menerus.
C. INDIKASI
Gangguan pernafasan dan gangguan metabolisme.
1.

ASIDOSIS RESPIRATORIK
PH turun PCO2 naik
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan

karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan
yang lambat. Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam
darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah
menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur
pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam. Penyebab:
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan karbondioksida
secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paruparu, seperti:
1.

Emfisema

2.

Bronkitis kronis

3.

Pneumonia berat

4.

Edema pulmoner

5.

Asma

6.

Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada
menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.seseorang dapat mengalami
asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.

2.

ASIDOSIS METABOLIK
PH turun HCO3 turun
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan

rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem
penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah,
pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan
kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya,
ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak

asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus
menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan
keadaan koma. Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama:
Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jikaØ mengkonsumsi suatu asam atau suatu
bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila
dimakan dianggap beracun. Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen
glikol).
Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik. Tubuh dapat menghasilkan
asam yang lebih banyak melalui metabolisme. Tubuh dapat menghasilkan asam yang
berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu diantaranya adalah diabetes
melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan
menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok
stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula. Asidosis metabolik bisa
terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam jumlah yang semestinya.
Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak
berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis,
yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi
kemampuan ginjal untuk membuang asam.
Penyebab utama dari asidois metabolik:
1.

Gagal ginjal

2.

Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)

3.

Ketoasidosis diabetikum

4.

Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)

5.

Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid
atau amonium klorida

6.

Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare,
ileostomi atau kolostomi

3.

ALKALIOSIS RESPIRATORIK
PH naik PCO2 turun

Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan
yang cepat dan dalam menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
Penyebab:
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu
banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi
yang paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik
adalah:
1.

rasa nyeri

2.

sirosis hati

3.

kadar oksigen darah yang rendah

4.

demam

5.

overdosis aspirin.

Pengobatan:
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat pernafasan.
Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini.
Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri. Menghembuskan nafas dalam
kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu meningkatkan kadar karbondioksida
setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang dihembuskannya. Pilihan lainnya
adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin, kemudian menarik
nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang
dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala
hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan
serangan alkalosis respiratorik.
4.

ALKALIOSIS METABOLIK
PH naik HCO3 naik
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena

tingginya kadar bikarbonat. Penyebab :Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu
banyak asam.Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah
yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang
kadang-kadang

dilakukan

di

rumah

sakit,

terutama

setelah

pembedahan

perut).

Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolikØ terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi
terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain itu alkalosis metabolik
dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi
kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah. Penyebab utama
akalosis metabolik:
1.

Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)

2.

Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung.

3.

Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan
kortikosteroid).

1.

pCO2
PCO2 merupakan ukuran tekanan parsial CO2 dalam darah. PCO2 menunjukkan kondisi
ventilasi. Semakin cepat dan dalam klien bernapas, semakin banyak CO 2 yang dikeluarkan
dan PCO2 pun akan turun. PCO2 dalam darah dan CSF rupakan stimulus utama bagi pusat
pernapasan di otak. Apabila PCO 2 naik, maka pernapasan akan terstimulasi. Jika PCO 2 naik
terlalu tinggi dan paru-paru tidak dapat mengkompensasinya, maka akan terjadi koma. Nilai
normal PCO2 dalam arteri adalah35-45 mmHg, sedangkan dalam vena adalah 40-50 mmHg.

2.

pO2
Tekanan parsial oksigen, PO2, secara tidak langsung menunjukkan nilai O 2 dalam darah. PO2
menunjukkan tekanan oksigne yang larut dalam plasma. PO 2 juga merupakan salah satu
indicator untuk mengetahui keefektifan terapi oksigen.

3.

pH
pH merupakan logaritma negative dari kosentrasi ion hydrogen di dalam darah. pH secara
terbalik menunjukkan konsentrasi ion hydrogen. Oleh karena itu, ketika konsentrasi ion
hydrogen menurun, pH akan naik, begitu pula sebaliknya. pH normal pada darah arteri orang
dewasa adalah 7,35 sampai 7,45. Dan 7,31 hingga 7,41 pada vena

4.

SO2
Aturasi oksigen (SaO2), adalah presentasi ikatan hemoglobin (Hb) denganoksigen. Pada
lansia nilai SaO2ialah 95%. Sedangkan pada orang dewasa 95% sampai100%. Berikut
merupakan nilai normal untuk analisa gas darah arteri dan nilai abnormaldalam gangguan
keseimbangan asam-basa yang tidak terkompensasi

5.

HCO3
HCO3-(asam bikarbonat). HCO3-dalahukuran dari komponen metabolic dari keseimbangan
asam-basa dan diatur oleh ginjal.Dalam ketoasidosis diabetic, HCO 3-menurun karena
digunakan untuk menetralisir asam-asam diabetic dalam plasma. Nilai normal dari HCO 3dalam darah adalah 21-28mEq/L.

http://laboratorium-analisys-rafsan.blogspot.com/2012/07/analisa-gas-darah-agda.html

Analisa gas darah arteri berguna untuk mengkaji status oksigenasi klien (tekanan oksigen
arterial [PaO2]), ventilasi alveolar (tekanan karbondioksida arterial [PaCO 2]), dan juga untuk
menilai keseimbangan asam basa. Hasil dari pemeriksaan gas darah sangat berarti bagi
monitoring hasil tindakan penatalaksanaan oksigenasi klien, therapy oksigen, dan untuk
mengevaluasi respon tubuh klien terhadap tindakan dan therapy misalnya pada saat klien
menjalani weaning dari penggunaan ventilator. Sampel darah yang diambil digunakan untuk
mengukur komponen gas didalam darah arteri dan pH darah. Nilai yang diperoleh
mereflekasikan kualitas ventilasi dan perfusi jaringan.
ALAT YANG DIPERLUKAN :
 Spuit 2 cc + 0,1 cc heparin
 Kapas alcohol dan kassa steril
 Tutup jarum dari karet
 Kain pengalas
 Tempat berisi es batu
 Formulir permintaan
PELAKSANAAN
 Tentukan tempat yang akan dilakukan penusukan.
 Siapkan spuit yang telah diisi heparin 0,1 cc heparin (pengisian dilakukan dengan menghisap
2 cc heparin, kemudian keluarkan kembali dan sisakan sebanyak 0,1 cc dalam spuit).
 Lakukan desinfeksi pada area yang akan ditusuk dengan menggunakan kapas alkohol.
 Tusukkan jarum (450 untuk arteri radialis, 900 untuk arteri femoralis), ketika jarum mengenai
arteri, tidak diperlukan aspirasi karena darah akan keluar dengan sendirinya.
 Setelah sampel darah cukup, cabut jarum dan lakukan penekanan pada tempat penusukan.
Penekanan dilakukan selama 5 menit untuk arteri radialis dan 10 menit untuk arteri femoralis.
 Segera setelah dicabut, cek kemungkinan adanya udara yang terperangkap dalam spuit, bila
ada cepat keluarkan. Putar-putar spuit diantara kedua telapak tangan agar tercampur merata
dengan heparin.
 Segera jarum ditutup dengan menggunakan tutup yang terbuat dari karet, simpan sampel
darah pada tempat yang diisi es batu dan segera kirimkan ke laboratorium.

 Formulir pengiriman harus lengkap, jangan lupa mencantumkan suhu tubuh klien saat
pengambilan sampel darah.
PEMERIKSAAN
 pH darah arteri 7,35 – 7,45
 PaO2 80 – 100 mmHg
 PaCO2 35 – 45 mmHg
 HCO3- 22 – 26 mEq/l
 Base Excess (B.E) -2,5 – (+2,5) mEq/l
 O2 Saturasi 90 – 100 %
INTERPRETASI
1. Hipoksia
· Ringan PaO2 50 – 80 mmHg
· Sedang PaO2 30 – 50 mmHg
· Berat PaO2 20 – 30 mmHg
2. Hiperkapnia
· Ringan PaCO2 45 – 60 mmHg
· Sedang PaCO2 60 – 70 mmHg
· Berat PaCO2 70 – 80 mmHg

http://tutorialkuliah.wordpress.com/2008/12/12/analisa-gas-darah-arteri-artery-blood-gasesanalysis-abgs/