Pengolahan Lahan Tanaman Padi LAPORAN PR

PENGOLAHAN TANAH SAWAH

LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh :
Kelompok 8
1. Felomenaria Saores Pardede
2. Dhanu Triyoso

(141510501005)
(141510501136)

3. Dheka Nur F

(141510501066)

4. Muhammad Fauzy

(141510501166)

5. Rona Alkanza


(141510501120)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pengolahan tanah merupakan langkah dasar yang menjadi fondasi dari setiap
kegiatan membudidaya suatu tanaman. Faktor keberhasilan mengolah lahan
dipengaruhi oleh kemampuan memahami kondisi lingkungan dengan jenis
tanaman yang ingin dibudidayakan. Lahan yang diolah harus sesuai dengan
kebutuhan hara akan jenis tanaman yang akan ditanam pada lahan yang akan
diolah karena setiap tanaman memiliki kemampuan dan kebutuhan akan hara dan
mineral lain dengan takaran yang berbeda-beda sesuai dengan morfologi dan
kebiasaan hidupnya.
Indonesia merupakan kawasan wilayah tropika yang mempunyai topografi dan
jenis tanah yang beragam. Perbedaan jenis tanah dan topografi di Indonesia

mengakibatnya banyaknya cara dan metode pengolahan tanah pada sistem
budidaya pertanian di Indonesia. Pengolahan tanah di wilayah Indonesia juga
disesuaikan dengan sistem adat dan budaya pada tiap-tiap daerah. Para petani
tradisional di Indonesia memiliki ilmu mengolah tanah yang didapat secara turuntemurun, namun kini telah banyak usaha dari pemerintah dengan penyuluhan
maupun relawan yang berbagi ilmu pengolahan tanah secara baik dan benar
melalui penelitian secara ilmiah.
Kesalahan pada pengolahan tanah akan berakibat fatal pada kemampuan
pertumbuhan dan produksi tanaman yang dibudidayakan. Apalagi banyak kendala
yang dihadapi para pembudidaya tanaman pada saat ini seperti penyempitan lahan
dan perubahan iklim secara ekstrim. Perubahan keadaan iklim ini menyebabkan

perubahan dan pengembangan sistem dan cara pengolahan tanah agar menjaga
dan meningkatkan kemampuan produksi suatu komoditas ditengah berbagai
kendala lingkungan yang saat ini terjadi.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui cara mengolah tanah sawah menggunakan traktor.
2. Mengetahui tahapan pengolahan tanah sawah.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


Menurut Saridevi, dkk (2013), tanah merupakan hasil campuran dari
pelapukan batuan dan jasad mahkluk hidup yang lah mati dan membusuk. Akibat
pengaruh cuaca, jasad mahkluk hidup yang membusuk tadi menjadi lapuk dan
mineral-mineralnya terurai atau terlepas dan kemudian membentuk tanah yang
subur yang menjadi lapisan atas bumi. Pembentukan tanah merupakan
pembentukan dan pelapukan batuan dan jasad mahkluk hidup yang cukup rumit.
Tanah terwujud melalui berbagai proses dan tahapan-tahapan yang panjang dan
berjuta-juta tahun umurnya.
Menurut Lumbanraja (2013), tanah merupakan media tumbuh bagi
tanaman. Tanah adalah sumberdaya alam yang utama bagi menunjang usaha
pertanian yang menjadi andalan dalam mempertahankan kelanjutan kehidupan
manusia. Sebagai benda alam yang rumit, tanah yang mempunyai berbagai
macam ragam tentu memerlukan pola pengolahan yang beragam juga. Hasil
pertanian dalam volume besar dapat diperoleh dengan sumberdaya tanah dalam
pertanian dengan tanah sebagai media tersebut. Pertumbuhan dan perkembangan
tanaman sangat bergantung pada kemampuan tanah yang menyediakan unsur
hara, air dan udara bagi tanaman.

Keadaan fisik tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman akan
menghasilkan produksi tanaman yang lebih baik. Pengolahan tanah yang efektif

dapat membentuk keadaan fisik tanah yang baik. Selain membentuk keadaan fisik
tanah, pengolahan tanah juga dapat mempertahankan kondisi tanah yang baik
untuk pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah dilakukan sesuai dengan jenis
tanah dan komoditas yang akan diusahakan. Pengolahan tanah yang biasa
dilakukan yaitu dengan melakukan kegiatan mencacah sisa-sisa tanaman dan
mencampurkannya kedalam tanah. Pengolahan tanah dengan cara ini akan
memakan energi yang cukup banyak untuk pengolahan tanah pertama yang diikuti
oleh pengolahan tanah kedua untuk membasmi gulma dan menyiapkan lahan
pertanaman. Manfaat pengolahan tanah masih banyak diragukan, banyak yang
berpendapat bahwa pengolahan tanah justru membawa dampak negatif terhadap
usaha pertaniannya. Dampak negatif berupa erosi pada lahan-lahan miring yang
semakin membesar akibat pengolahan tanah, mineralisasi bahan organik tanah
yang akan dipercepat sehingga berakibat menurunnya kemantapan agregat pada
tanah yang diolah.masih banyak para petani yang kurang mengerti dalam
melakukan pengolahan tanah yang benar. Mereka cenderung membakar sisa-sisa
tanaman begitu saja, padahal hal itu dapat mengurangi kandungan bahan organik
tanah dan hingga pada akhirnya akan menurunkan produktivitas tanah yang akan
menurunkan kualitas sumberdaya tanah (Intara dkk, 2011).
Tujuan umum pengolahan tanah menurut Dinas Perkebunan Jawa Timur
(2013) yaitu untuk menciptakan kondisi tanah yang paling sesuai untuk

pertumbuhan tanaman dengan usaha yang seminimum mungkin. Tujuan khusus
pengolahan tanah menurut Kepner, et al (1972) dalam Dinas Perkebunan Jawa
Timur (2013) yaitu untuk menciptakan struktur tanah yang dibutuhkan untuk
pesemaian atau tempat tumbuh benih, meningkatkan kecepatan infiltrasi,
menurunkan run off dan mengurangi bahaya erosi. Pengolahan tanah dapat
menghambat dan mematikan tumbuhan pengganggu, membenamkan tumbuhan
yang diatas tanah sehingga menambah kesuburan tanah, membunuh serangga,

larva atau telur-telur serangga melalui perubahan tempat tinggal dan terik
matahari.
Menurut Hardjowigeno dan Rayes (2005) dalam Palembang, dkk (2013),
tanah sawah adalah tanah atau media tanam yang digunakan untuk meletakkan
bahan tanam untuk bertanam padi sawah. Penanaman padi pada tanah sawah
dapat dilakukan terus menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan
tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah dalam ilmu
taksonomi, tetapi merupakan istilah umum seperti tanah perkebunan maupun
tanah pertanian lainnya. Irigasi merupakan sumber air bagi sawah irigasi,
sedangkan sawah yang mengandalkan air hujan disebut sawah tadah hujan. Pada
daerah pasang surut ditemukan sawah surut sedangkan pada daerah rawa-rawa
lebak disebut sawah lebak.

Sifat tanah dapat mengalami perbedaan dengan adanya perbedaan pola
tanam. Perbedaan pola tanam yang menyebabkan perbedaan lama penggenangan
menjadi penyebab perbedaan pada sifat tanah sawah. Perubahan pola tanam
menyebabkan perubahan baik fisika maupun kondisi biologis tanah sawah. Pada
setiap musim, sifat tanah mengalami perbedaan karena pola tanam yang
digunakan pada setiap musim menggunakan pola tanam dan jenis tanaman yang
berbeda (Palembang dkk, 2013).
Menurut Mawardiana dkk (2013), upaya peningkatan kualitas tanah sawah
dapat dilakukan dengan melalui pemupukan. Pemupukan merupakan salah satu
kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Jenis
pupuk yang mengandung unsure esensial yang bersifat baik bagi tanah maupun
pertumbuhan tanaman adalah pupuk yang mengandung unsur N seperti NPK.
Penambahan nitrogen kedalam tanah dapat meningkatkan kualitas tanah.
Penambahan nitrogen ke dalam tanah dapat dilakukan melalui air huja, dimana
jumlah yang masuk kedalam tanah tergantung dari iklim dan untuk daerah tropis
penambahan nitrogen akan lebih banyak melalui air hujan. Pupuk dan bahan
organik yang diaplikasikan dapat menambahkan unsur nitrogen kedalam tanah.

Kehilangan unsur nitrogen dapat terjadi karena diabsorsi tanaman, volatilisasi,
pencucian, erosi dan kehilangan panen.

Pengolahan tanah pada tahap persiapan lahan dilakukan sebelum
penanaman padi. Pengolahan lahan pada tahap persiapan lahan dilakukan dengan
pembersihan lahan. Pembersihan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan
dari tumbuhan liar maupun gulma. Biasanya petani membutuhkan waktu selama
7-14 hari pada lahan bekas ladang atau perkebunan, sedangkan untuk lahan baru
membutuhkan waktu selama 20-30 hari. Pengolahan lahan pada tahap
pemeliharaan tanaman padi yaitu dengan cara membersihkan lahan dari gulma
dan memperbaiki pematang dan saluran drainase (Katanja, 2011).
Pengolahan tanah meliputi beberapa tahap pengerjaan antara lain,
membersihkan lahan, membajak, mencangkul dan meratakan tanah dengan
melumpurkan tanah (menggaru atau gelebek). Kegiatan-kegiatan tersebut
merupakan kegiatan yang saling berkaitan dan berkesinambungan. Seluruh
kegiatan harus lakukan dengan teknik pengerjaan yang benar. Kesalahan pada
pengerjaan akan berpengaruh pada kualitas tanah tempat menanam padi ataupun
pembibitan padi. Pengolahan tanah dapat menggunakan alat seperti traktor,
cangkul, parang arit dan sebagainya (Auliaturridha dkk, 2012).
Pengolahan tanah pada tanah sawah dapat dilakukan dengan menggunakan
traktor tangan secara modern maupun penggunaan alat tradisional seperti cangkul
maupun ternak sapi. Penggunan traktor tangan pada pengolahan tanah padi sawah
diarahkan untuk menunjang konsep mekanisasi pertanian selektif. Satu hal yang

perlu diperhatikan adalah penggunaan traktor merupakan penyesuaian dari
perkembangan industri. Traktor merupakan antisipasi terhadap kesulitan untuk
memenuhi kebutuhan tenaga pengolahan tanah. Penggunaan traktor dapat
menghemat biaya dan tenaga dalam pengembangan usahatani padi dibandingkan
penggunaan alat bajak tradisional yang mengandalkan tenaga ternak maupun
tenaga manusia (Prabawa, 2011).

Pengolahan tanah dengan menerapkan teknik yang tidak sesuai akan
menyebabkan kerusakan pada tanah. Hancurnya sebagian besar agregat tanah
adalah akibat daya rusak alat-alat pengolahan tanah. Dengan penerapan yang
sesuai, atau dengan teknik pengolahan tanah yang sudah dianjurkan oleh para ahli
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dampak kerusakan pada tanah
akibat daya rusak alat-alat pengolahan tanah dapat ditekan. Akibat perlakuanperlakuan yang tidak sesuai, agregat tanah menjadi kurang mantap dan keadaan
demikian akan menyebabkan tanah menjadi peka terhadap daya kerusakan
(Kartasapoetra dan Mul, 1988).

BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum matakuliah Pengantar teknologi pertanian tentang “Pengolahan

Tanah” yang dilaksanakan UPT Agroteknopark Jubung Universitas Jember pada
hari jumat 28 Maret 2014 pukul 07.00 - selesai
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Traktor
2. Cangkul
3. Alat tulis
3.2.2 Bahan
1. Modul praktikum
2. Sawah lahan basah
3.3 Cara Kerja
1. Membersihkan areal persawahan dari sisa jerami atau rumput.
2. Memperbaiki dan memeriksa kembali saluran aliran ir serta galengan.
3. Melakukan pembajakan sawah menggunakan hand tractor.
4. Mengolah bagian sawah yang tidak terjangkau oleh hand tractor menggunakan
cangkul.
5. Menjalankan traktor sesuai dengan pola alur yang ditentukan.
6. Memberokan/membiarkan tanah dalam keadaan jenuh air selama beberapa hari
setelah selesai dibajak. Kemudian melakukan penggaruan.


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
PEKERJAAN PENGOLAHAN TANAH
Pembersihan Petak Sawah
1.

1.
-

Tahap Pekerjaan:
Membersihkan petak sawah dari sisa-sisa jerami dan rumput.
Pembersihan petak sawah dilakukan dengan menggunakan
cangkul ataupun sabit.

2.

Pengamatan Hasil :

- Sawah/petak yang telah dibersihkan dari sisa-sisa jerami dan

rumput menjadi lebih mudah dan bersih untuk melakukan tahap
selanjutnya, dan juga saluran air menjadi lancar dan bersih dari
gulma.
- Petak sawah bersih dari gulma dan tanaman yang tidak diinginkan.
3.
-

Keterangan:
Sebaiknya sisa-sisa jerami dan rumput yang telah dibersihkan,
jangan dibakar. Lebih baik dijadikan kompos. Jika dibakar akan
mengurangi kandungan unsur hara tanah. Jerami dibiarkan
membusuk didalam tanah untuk menambah kesuburan tanah.

2.

Perbaikan Saluran dan Galengan
1.Tahapan Pekerjaan :
-

Persiapan alat cangkul untuk memperbaiki galengan dan saluran
Saluran dan galengan mulai dicangkul dengan kemiringan tidak
lebih dari 45°

2.Pengamatan Hasil:
Galengan yang baik dalah galengan yang tingginya cukup untuk dapat
menahan air dengan baik agar air tidak dapat keluar saat proses
penjenuhan lahan.

3.

Keterangan :

- Galengan dan saluran air berguna untuk penyaluran air kedalam
lahan dan penahan air keluar dari sawah atau petakan.
3.

Pencangkulan
1.

Tahapan Pekerjaan :

- Sawah yang akan dicangkul harus digenangi air terlebih dahulu
agar tanah menjadi lunak dan mudah diolah
- Pencangkulan dilakukan bersamaan dengan perbaikan galengan
yang bocor.
- Lahan sawah yang telah dibajak, diamati dan dicari bagian sawah
yang belum terjangkau traktor. Lalu mencangkul bagian sawah
yang tidak terkena traktor.
2.

Pengamatan Hasil :

- Tanah akan menjadi lunak, karena kandungan unsur hara terbalik
ke atas.
- Seluruh tanah dalam petakan sawah dalam keadaan terbalik dan
tercampur aduk rata.
Keterangan :
3.- Lahan yang biasa dicangkul adalah lahan yang berada di bagian
pojok sawah yang tidak terjangkau oleh traktor.
Pembajakan
4.
Tahapan Pekerjaan :
1.- Sebelum pembajakan, tanah harus digenangi air terlebih dahulu
sampai kondisi jenuh tetapi tidak sampai tergenang.
- Pembajakan dimulai dari tepi / dari tengah petakan sawah dengan
kedalaman mata bajak 15-25 cm.
Pengamatan Hasil :
2.- Tanah akan terbalik, unsur hara berada di bagian atas tanah.
- Rumput akan mati.
Keterangan :
3.Pembajakan dilakukan 2 kali dengan arah memanjang dan melintang.

Penggaruan
5.
Tahap Pekerjaan :

Pengamatan Hasil :

Keterangan :

4.2 Pembahasan
Mengolah tanah adalah suatu proses dimana tanah digemburkan atau
dilembekkan dengan alat-alat seperti cangkul, bajak atau garu dengan
menggunakan tenaga manusia, hewan maupun mesin. Kegiatan mengolah tanah
adalah kegiatan awal yang umumnya dilakukan para petani sebelum melakukan
kegiatan penanaman tanaman budidaya. Pengolahan tanah berfungsi untuk
menyiapkan terlebih dahulu lahan yang akan digunakan untuk melakukan
kegiatan menanam tanaman. Tujuan dasar dari pengolahan tanah yaitu untuk
menyiapkan tanah sebelum ditanam dengan membolak balik tanah agar tanah
yang berada dibawah permukaan tanah menjadi diatas permukaan tanah.
Pengolahan tanah berfungsi untuk membentuk fisik dan biologis tanah agar lebih
baik dan menjadi lahan yang baik dan siap untuk ditanami, membunuh gulma
yang akan menyebabkan persaingan hara terhadap tanaman budidaya, mencampur
pupuk dengan tanah, membunuh serangga dengan perubahan tempat tinggal dan
sinar matahari, merotasi udara dengan memasukkan oksigen kedalam tanah.
Sistem pengolahan tanah yang akan dilakukan harus menyesuaikan dengan
tanaman yang akan ditanam. Lahan yang diolah sebaiknya diolah dengan metode
yang benar, agar tanaman yang ditanam pada tanah tersebut akan baik
pertumbuhan dan perkembangannya.

Berdasarkan pengamatan dan kegiatan praktikum yang dilaksanakan di
Agrotechnopark (ATP) Jubung pada hari Sabtu, 23 Maret 2015, pengolahan tanah
dilakukan sebelum melakukan kegiatan menanam. Pangolahan tanah yang
dilakukan menggunakan alat traktor tangan. Teknik mengolah tanah yang benar
yaitu dengan melakukan pengolahan tanah satu atau dua bulan sebelum
penanaman. Cara atau metode pengolahan tanah terbagi menjadi dua yaitu
pengolahan tanah modern dan pengolahan tanah tradisional. Pengolahan tanah
modern yaitu pengolahan tanah dengan pengaplikasian perkembangan teknologi
terkini seperti penggunaan traktor yang digerakkan dengan bantuan mesin.
Pengolahan tanah tradisional adalah pengolahan tanah yang dilakukan dengan
cara yang sangat sederhana dan dengan alat yang sederhana. Alat pengolahan
tradisional umumnya hanya menggunakan tenaga manusia maupun hewan seperti
cangkul dan pembajakan sawah dengan menggunakan hewan ternak.
Mengolah tanah dapat mempengaruhi kualitas dan kandungan hara yang
tersedia didalam tanah. Pada proses pengolahan tanah ada beberapa hal yang
harus perhatikan untuk menjaga dan mempertahankan tingkat kesuburan tanah
serta keberhasilan dalam kegiatan pembudidayaan tanaman. Terdapat banyak jenis
tanah yang tersebar di permukaan bumi, setiap tanah pada suatu wilayah akan
memiliki sifat dan karakter masing-masing jenis tanah. Sifat tanah akan
dipengaruhi oleh tekstur dan struktur penyusun tanah. Pengolahan tanah sangatlah
perlu untuk memperhatikan jenis tanah, struktur dan tekstur tanah sebelum
melakukan penanaman tanaman. Selain jenis tanah, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam proses pengolahan tanah seperti kemiringan tanah, vegetasi,
sebaran batuan, tanaman yang akan dibudidayakan dan kadar air tanah. Hal-hal
tersebut akan mempengaruhi pada sistem dan cara yang akan digunakan saat
melakukan proses pengolahan tanah. Tanah yang diolah tanpa memperhatikan
tersebut akan sangat sulit untuk meningkatkan usahatani yang sedang diusahakan
atau tanaman yang sedang dibudidayakan. Menurut Palembang, dkk (2013), sifat
pada tanah akan menentukan jenis tanaman dan pengelolaan tanah yang akan
digunakan. Sifat pada tanah dapat berubah jika melakukan penanaman dengan

jenis tanaman yang berbeda karena perbedaan jenis tanaman tersebut akan terjadi
perbedaan pada perlakuan pada tanah tempat tanaman tersebut ditanam. Untuk
itulah perlunya memperhatikan sifat dan jenis tanaman dalam melakukan proses
pengolahan tanah agar menekan dampak kerugian terhadap penurunan kualitas
tanah dan penurunan pada produktivitas tanaman yang sedang dibudidayakan.
Pengolahan tanah yang dilakukan dengan baik dan memperhatikan segala aspek
yang berkaitan akan menghasilkan keuntungan dari segi kesuburan tanah dan
tingkatan produktivitas tanaman yang dbudidayakan.
Kegiatan mengolah tanah dilakukan satu atau dua bulan sebelum melakukan
kegiatan menanam tanaman budidaya. Sebelum melakukan kegiatan pengolahan
tanah, terdapat beberapa persiapan yang harus dilakukan terlebih dahulu. Untuk
tanah yang akan digunakan sebagai pesemaian, tanah pesemaian harus mulai
diolah ±25-40 hari sebelum penanaman. Pada kegiatan praktikum di ATP Jubung,
sistem penanaman padi yang digunakan adalah padi basah. Untuk menyiapkan
persiapan yang dilakukan sebelum pembajakan pengolahan tanah yaitu tanah
yangakan diolah harus bersih dari sisa-sisa tanaman seperti rumput maupun
jerami. Pengolahan tanah atau pembajakan tanah akan memerlukan air untuk
melunakkan tanah, untuk itu diperlukan kegiatan perbaikan saluran agar air dapat
tertahan didalam lahan yang akan dibajak. Perbaikan saluran dan galengan yang
bocor dapat dilakukan dengan menggunakan alat cangkul. Sebelum dibajak, tanah
harus digenangi air agar tanah menjadi lunak sampai tanah dalam kondisi jenuh
tetapi tidak sampai menggenangi tanah yang akan dibajak.
Pengolahan tanah yang dilakukan dengan baik dan benar akan memberikan
keuntungan bagi pembudidaya. Kegiatan mengolah tanah memerlukan pola-pola
tertentu untuk mengefisiensikan penggunaan waktu dan tenaga. Dengan adanya
pola pada pengolahan tanah, diharapkan pengolahan tanah dapat berlangsung
lebih cepat karena jika pengolahan tanah yang dilakukan dengan pola, tanah yang
sudah diolah tidak perlu diolah kembali. Selain menghemat waktu dan tenaga,
pola pada pengolahan tanah terbukti lebih merata dibandingkan dengan
pengolahan tanah tanpa pola atau alur olah tanah. Terdapat beberapa pola

pengolahan tanah yang dapat digunakan untuk mempermudah dalam melakukan
kegiatan pengolahan tanah yaitu pola tengah, pola tepi, pola keliling tengah, dan
pola keliling tepi. Keempat pola tersebut tentu saja memiliki jalur pembajakan
tanah yang berbeda. Tipe pola pembajakan dapat disesuaikan dengan kondisi
tanah dan kebiasaan petani.

Gambar 1. Pola Tengah

Gambar 2. Pola Tepi

Gambar 3. Pola Keliling Tengah

Berdasarkan kegiatan acara praktikum pengolahan tanah yang dilaksanakan,
pola pengolahan tanah yang digunakan merupakan pola pengolahan tanah dengan
tipe pola tepi. Pola pengolahan tanah dengan tipe pola tepi dilakukan dari tepi
dengan membujur lahan. Traktor diputar ke kiri dan pembajakan dilakukan dari
tepi lahan dengan arah yang sebaliknya. Pembajakan berikutnya dengan cara
memutar traktor ke kiri sampai ke tengah lahan. Sisa pinggir lahan yang tidak
terkena bajak dengan traktor dapat diolah secara manual dengan menggunakan
alat tradisional (cangkul).
Sawah yang telah selesai dibajak dialiri air dan dibiarkan tergenang dengan
kedalaman 2,5 cm selama 1 minggu. Penggenangan pada sawah tanaman padi
selama beberapa periode akan dapat mengubah sifat kimiawi, mikrobiologi dan
ketersediaan nutrient dalam tanah. Perubahan lingkungan tersebut selanjutnya
mempengaruhi keberadaan dan aktivitas mikroba yang berada didalam tanah.
Aktivitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat ketersediaan hara dan
produktivitas tanah. Selain mengubah fisik tanah melalui aktivitas mikroba akibat
perubahan lingkungan, pembiaran pada tanah yang telah dibajak berfungsi sebagai
waktu untuk membiarkan sisa-sisa tanaman yang telah tercampur aduk bersama
tanah agar membusuk dan menjadi pupuk tambahan bagi kesuburan tanah,
sedangkan air berfungsi sebagai media pembantu yang mempercepat proses
pembusukan bahan-bahan organik seperti sisa-sisa tanaman, rumput dan gulma
(Rachmawati dan Retnaningrum, 2013).
Pengolahan

tanah

dengan

membajak

tanah

memerlukan

air

untuk

melembutkan permukaan tanah. Selain melembutkan permukaan tanah agar
mudah dibalik oleh mata traktor, tanah yang lembut akan terhindar dari
melekatnya tanah pada mata traktor. Tanah yang siap dibajak adalah tanah yang
jenuh air tetapi tidak tergenang untuk menghindari tanah yang terlalu lembek

supaya tidak terlalu berlumpur. Tanah yang terlalu berlumpur tidak dapat
dilakukan pembajakan secara optimal. Tanah yang jenuh adalah tanah yang
mampu menampung air dengan kapasitas yang diharapkan untuk pembajakan
tanah. Tanah yang siap dibajak tidak boleh tergenang oleh air (nyemek, Jawa).
Setelah dilakukan pembajakan, tanah yang telah siap dibajak digenangi air selama
5-7 hari untuk mempercepat pembusukan sisa-sisa tanaman serta melunakkan
bongkahan tanah. Bongkahan tanah yang telah lunak pada lahan yang telah selesai
dibajak, siap untuk digaru atau diratakan. Proses penggaruan adalah proses untuk
meratakan tanah dengan tujuan untuk meratakan pupuk yang telah dicampur pada
proses pembajakan. Hal terpenting dalam proses penggaruan adalah kadar air. Air
yang berada dalam petakan sawah tidak diperkenanankan untuk dikeringkan atau
habis, untuk itu saluran pemasukan dan pengeluaran air harus ditutup.
Pada panen musim tanam sebelumnya, terdapat sisa-sisa tanaman padi yang
masih tertinggal pada lahan. Saat proses pembajakan tanah, sisa-sisa tanaman
tersebut dibiarkan dilahan dan dibiarkan untuk diaduk bersama tanah yang
dibajak. Sisa-sisa tanaman yang diaduk kedalam tanah akan membusuk dan
menjadi pupuk tambahan bagi kesuburan tanah. Kegiatan pembiaran pada sisasisa tanaman ini akan lebih bermanfaat jika sisa tanaman tersebut dibakar.
Pembakaran pada sisa tanaman dilahan akan menurunkan mutu kesuburan tanah
karena pembakaran sisa-sisa tanaman dapat menghilangkan hara yang terkandung
dalam tanah. Pantogen yang terdapat pada sisa-sisa tanaman akan ikut mati,
karena pembalikkan pada tanah akan mengubah tempat hidup dan terik matahari
akan membantu membunuh organisme pengganggu.
Tanah pada lahan yang akan dibajak haruslah tanah yang benar-benar subur
dan sudah teraliri oleh air. Air berfungsi sebagai media pelunak tanah. Tanah yang
telah lunak akan mempermudah proses pembajakan tanah. Kedalaman dalam
kegiatan pengolahan tanah dengan pembajakan tanah sekitar ±15-25 cm. tanah
yang dibajak harus benar-benar teraduk dan berbalik supaya tujuan dan manfaat
dari pembajakan tanah dapat terwujud.

Pada pembajakan tanah, sisa-sisa tanaman berupa batang padi sebaiknya
dibiarkan dan ikut teraduk bersama tanah yang dibajak karena sisa-sisa tanaman
yang terlihat tidak berguna sebenarnya memiliki manfaat yang baik bagi
kesuburan tanah jika diolah secara benar. Sisa-sisa tanaman yang ikut terbajak
bersama tanah akan berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah. Batang sisa
tanaman tersebut berperan sebagai pupuk tambahan saat membusuk dan
tercampur dengan tanah saat dibajak. Menurut Dinas Perkebunan Jawa Timur
(2013), pengolahan tanah dapat menghambat dan mematikan tumbuhan
pengganggu, membenamkan tumbuhan yang diatas tanah sehingga menambah
kesuburan tanah, membunuh serangga, larva atau telur-telur serangga melalui
perubahan tempat tinggal dan terik matahari.
Seiring perkembangan jaman yang diikuti perkembangan teknologi
terutama pada pengembangan sektor pertanian, terdapat macam-macam perlakuan
pada tanah guna meningkatkan hasil dan kualitas produk pertanian terutama pada
bidang pangan. Saat ini terdapat dua perlakuan yang berbeda pada teknik
pengolahan tanah, yaitu sistem budidaya padi sawah dengan olah tanah dan sistem
budidaya padi tanpa olah tanah. Pada sistem budidaya padi dengan olah tanah,
pengolahan tanah dilakukan secara runtut mulai dari penyiapan pengolahan tanah
berupa pembersihan lahan, perbaikan bedengan dan saluran, pencangkulan, proses
pembajakan, pembiaran tanah selama 5-7 hari, dan pemberoan tanah. Sistem olah
tanaha secara konvensional tersebut memakan waktu dan tenaga yang cukup
banyak. Sistem budidaya padi sawah tanpa olah tanah merupakan alternative pada
permasalahan kelangkaan tenaga kerja pada saat ini. Budidaya padi tanpa olah
tanah merupakan penyiapan lahan sawah yang dilakukan dengan mengandalkan
herbisida dengan takaran yang cukup banyak dan merata pada seluruh areal
sawah. Pengaplikasian sistem budidaya padi tanpa olah tanah ini dilakukan hanya
dengan penyemprotan herbisida dengan hanya melibatkan 4-5 orang untuk
menyemprotkan herbisida pada setiap hektarnya. Penyemprotan herbisida harus
tepat dosis dan waktunya. Dosis yang terlalu sedikit tidak akan memberikan
dampak posistif bagi tanaman budidaya dan dosis yang terlalu banyak akan

menghabiskan modal yang cukup banyak dan otomatis akan mengurangi nilai
keuntungan dari usahatani. Penyemprotan dilakukan secara merata dan berulangulang. Setelah penyemprotan, tanah dibiarkan selama 5-7 hari (Prasetiyo, 2002).

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pengolahan tanah berfungsi untuk menciptakan kondisi fisik dan biologis tanah agar
menjadi lebih baik, membalikkan tanah dan merotasi udara dengan memasukkan
oksigen kedalam tanah.
2. Tek nik pengolahan tanah tergantung pada sistem budidaya yang diterapkan. Teknik
pengolahan harus memperhatikan banyak aspek untuk menekan kegagalan dalam
pengolahan tanah.
3. Tanah dipersiapkan dengan melakukan pembersihan tanah dari rumput dan jerami.
4. Jenis tanah, ketinggian tempat, vegetasi yang tumbuh pada lahan, sebaran batuan,
jenis tanaman yang dibudidayakan dan kadar air tanah merupakan aspek-aspek yang
harus diperhatikan dalam pengolahan lahan.

5. Terdapat 4 pola alur pembajakan yaitu pola tepi, pola tengah, pol keliling tepi, dan
pola keliling tengah.
6. Tanah dibiarkan selama 5-7 hari dengan tujuan untuk pembusukkan sisa-sisa tanaman
yang ikut tercampuraduk bersam a tanah yang dibajak.
7. Air berfungsi sebagai pelunak tanah dan mencegah tanah menempel pada mata
traktor.
8. Sisa-sisa tanaman pada masa tanam sebelumnya jika dibiarkan membusuk didalam
tanah akan menjadi pupuk tambahan yang meningkatkan kesuburan tanah.
9. Kedalaman tanah yang ideal yaitu sekitar ±15-25 cm.
10. Pengaruh sisa-sisa batang padi yang sengaja dibiarkan ikut terbajak yaitu sebagai
pupuk tambahan bagi kesuburan tanah jika dibiarkan membusuk setelah dilakukan
pembajakan tanah.
11. Sistem budidaya padi tanpa olah tanah merupakan alternative pengolahan tanah
dengan penyingkatan waktu olah tanah dengan mengandalkan pengaplikasian
herbisida untuk membunuh gulma dan tanaman liar lainnya.

5.2 Saran
Pengolahan tanah merupakan fase awal dalam kegiatan menanam tanaman
budidaya. Pengolahan tanah seharusnya dilakukan dengan benar agar tanaman
yang dibudidaya dapat berkembang dan menghasilkan hasil panen dengan tingkat
produktivitas yang tinggi. Pengolahan tanah juga seharusnya memperhatikan
aspek lingkungan agar kualitas tanah atau kesuburan tanah tetap terjaga dan tidak
mengganggu aktivitas atau mematikan organism dalm tanah yang baik bagi
kesuburan tanah. Peran pemerintah dalam mendukung pertanian dengan kebijakan
dan penyuluhan tentang cara tanam petani sangat dibutuhkan. Kegiatan praktikum
ini harapkan supaya dapat terlaksana dengan lebih baik dimasa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
Auliaturridha, W. S., Nina B., dan Luki A. 2012. Analisis Finansial Usaha
Penangkaran Benih Padi Unggul di Desa Penggalaman Kecamatan
Martapura Barat. Agribisnis Perdesaan, 2(1): 11-23.

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur. 2013. Mekanisme Pengolahan Tanah dan
Pasca Panen Tembakau Rajangan Jawa. Surabaya: Dinas Perkebunan
Provinsi Jawa Timur.
Intara, Y. I., Asep S., Erizal, Namaken S., dan M. H. B. Djoefrie. 2011.
Mempelajari Pengaruh Pengolahan Tanah dan Cara Pemberian Air Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum onnuum L.). Embryo, 8(1): 32-39.
Kartasapoetra, A. G., dan Mul M. S. 1988. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta: Rineka
Cipta.
Kastanja, A. Y. 2011. Kajian Penerapan Teknik Budidaya Padi Gogo Varietas
Lokal. Agroforestri, 4(2): 111-128.
Lumbanraja, Parlindungan. 2013. Pengaruh Pola Pengolahan Tanah dan Pupuk
Kandang Terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah Ultisol dan Pertumbuhan
Vegetativ Kacang Tanah (Arachis hypogeal L.) pada Ultisol Simalingkar.
Prosiding Seminar Nasional BKS-PTN Wilayah Barat Indonesia, 1(1): 599607.
Mawardiana, Sufardi, Edi H. 2013. Pengaruh Residu Biochar dan Pemupukn NPK
Terhadap Sifat Kimia Tanah dan Pertumbuhan Serta Hasil Tanaman Padi
Musim Tanam Ketiga. Konservasi Sumber Daya Lahan, 1(1): 16-23.
Palembang, Junita N., Jamilah, Sarifuddin. 2013. Kajian Sifat Kimia Tanah Sawah
dengan Pola Pertanaman Padi Semangka di Desa Air Hitam Kecamatan
Lima Puluh Kabupaten Batubara. Agroekoteknologi, 1(4): 1155-1162.
Prabawa, Sigit. 2011. Model Stimulasi Kebutuhan Traktor Tangan Untuk
Pengolahan Padi Sawah. Agritech, 31(2): 124-130.
Prasetiyo, Y.T. 2002. Budidaya Padi TOT (Tanpa Olah Tanah). Yogyakarta:
Kanisius.
Saridevi, G. A. A. R., I Wayan D. A., I Made M. 2013. Perbedaan Sifat Biologi
Tanah pada Beberapa Tipe Penggunaan Lahan di Tanah Andisol, Inceptisol,
dan Vertisol. Agroekoteknologi Tropika, 2(4): 214-223.

LAMPIRAN

Gambar 1. Proses Pembajakan dengan Hand Tractor.