Penyakit Penting Tanaman Jagung .docx

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM
PENYAKIT PENTING TANAMAN UTAMA
Nama : Kiki Audiva W.

Tanggal : 04 Maret 2016

NIM : 05071281320028

Asisten : 1. Dede Darmadi

Kelas : A

2. Debora H.P Manalu

Judul : Penyakit Penting pada Tanaman

3. Kokos Muchriandi

Jagung
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Sorgum

dikembangkan

dan

jagung

adalah

tanaman

serealia

yang perlu

di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pangan, pakan dan


industri. Peningkatan jumlah

penduduk menyebabkan konsumsi pangan

meningkat, sehingga diperlukan perluasan areal

pertanaman

dan

budidaya

tanaman serealia yang makin intensif menyebabkan penyakit pada pertanaman
semakin tersebar dan meluas ke daerah-daerah yang semula belum tertular
penyakit. Kehilangan hasil jagung akibat penyakit dilaporkan perkiraan
kehilangan hasil jagung akibat penyakit dalam skala dunia mencapai 9,4%.
Penyakit bercak daun dapat menyebabkan penurunan hasil 90%, sedangkan
penyakit hawar daun 70% (Sudjono, 2008).
Salah satu kendala penting dalam upaya peningkatan produksi jagung

adalah gangguan biotis yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu gangguan oleh
makroorganisme yang dikenal dengan gangguan hama, dan gangguan oleh
mikroorganisme yang disebut sebagai gangguan penyakit. Mikroorganisme
penyebab penyakit dikelompokkan ke dalam tiga golongan yaitu cendawan,
bakteri, dan virus. Jenis penyakit yang disebabkan oleh cendawan oleh bulai,
bercak daun, hawar daun, hawar upih, karat daun, busuk batang, dan gosong
bengkak. Jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri meliputi bakteri busuk
batang, hawar/ layu bakteri. Jenis penyakit yang disebabkan oleh virus adalah
Universitas Sriwijaya
1

2

penyakit virus mosaik kerdil, penyakit virus kerdil khlorotik, penyakit virus
mosaik jagung, penyakit virus gores, dan penyakit virus mosaik tebu (Wakman et
al., 2010)
Hipa jamur menginfeksi tanaman jagung dapat melalui luka yang
disebabkan oleh manusia, angin, pasir tertiup angin, serangga, nematoda, atau
jamur lainnya, atau melalui lubang alami seperti hidatoda, nektar, stomata, atau
penetrasi langsung menggunakan tekanan maupun enzim.

Penyakit ini ditemukan di lapangan baik pada fase vegetatif maupun fase
generatif dan keberadaannya sangat berhubungan dengan iklim dan varietas. Pada
iklim yang sesuai dan varietas yang rentan perkembangannya sangat baik
sedangkan pada daerah yang cekaman iklimnya kurang menguntungkan
perkembangan penyakit ini akan terhambat. Diketahui faktor-faktor yang dominan
seperti curah hujan yang tinggi, suhu yang relatif rendah berperan dalam fluktuasi
intensitas serangan penyakit hawar daun (Pakki dan Burhanuddin, 2013).
Pengenalan gejala serangan suatu penyakit tanaman sangat penting
diketahui karena

sebagai

langkah awal

dalam

strategi

pengendalian


penyakit. Informasi mengenai gejala serangan, ciri morfologi, cara penularan,
intensitas

serangan dan epidemiologi sangat

diperlukan

untuk mengatasi

pengendalian penyakit, sehingga dapat menentukan kelayakan pengendalian
dengan

mempertimbangkan

dalian,

bahan pengendalian

tingkat keparahan
serta


penyakit,

cara pengen-

biaya pengendalian. Penanaman varietas

tahan merupakan cara pengendalian yang paling efektif dan dianjurkan karena
aman bagi lingkungan.

1.2.

Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami penyakit

penting pada tanaman jagung serta cara pengendaliannya.

Universitas Sriwijaya

BAB 2

PELAKSANAAN PRAKTIKUM
2.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Fitopatologi, Jurusan
Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sriwijaya, Indralaya. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 04
Maret 2016 mulai pukul 13.30 WIB sampai dengan selesai.
2.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu : 1). Alat tulis, 2).
Bunsen, 3). Cover glass, 4). Kaca Preparat, dan 5). Mikroskop.
Bahan yang digunakan dalam ini, antara lain: 1). Aquadest, dan 2).
Tanaman Jagung sakit.
2.3. Cara Kerja
Adapun cara kerja pada praktikum ini adalah :
1.

Diamati gejala pada tanaman jagung yang terserang patogen.

2.

Disiapkan mikroskop, gelas objek dan penutup kaca preparat.


3.

Diambil konidia atau spora dan diletakkan di diatas gelas objek,kemudian
diberi air sedikit.

4.

Gelas objek yang terisi spora atau konidia ditutup dengan kaca preparat.

5.

Diamati konidia pada gelas objek di bawah mikroskop.

Universitas Sriwijaya
3

BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Hasil
Adapun hasil yang didapatkan dari praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:

a

b

Gambar 3.1. (a) Hasil mikroskopis dari Curvularia, (b) Gejala serangan pada daun jagung,
Sumber : Koleksi Pribadi

3.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil identifikasi dari gejala serangan penyakit bercak daun
dan pengamatan dengan menggunakan mikroskop terhadap bentuk dari konidia,
maka diketahui bahwa penyakit bercak daun pada tanaman jagung disebabkan
oleh cendawan Curvularia sp.
Gejala awal yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah munculnya bintikbintik kecil kuning kecoklatan tak beraturan berukuran 1-2 mm, gejala awal
terjadi pada daun pertama, kemudian berkembang ke bagian daun atasnya. Bintikbintik kecil tadi nantinya akan menyatu dan akan mengalami nekrosis akhirnya
daun menjadi kering dan mati. Apabila tingkat serangan lebih tinggi, penyakit ini
bisa menyerang organ batang ataupun tongkol jagung, seperti yang dilaporkan

oleh Soenartiningsih et al. (2013). Didukung oleh Wakman dan Burhanuddin
(2010), bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun.
intensitas serangan penyakit bercak daun (Curvularia sp) hingga umur 8 minggu
setelah tanam.
Universitas Sriwijaya
4

5

Penyebab penyakit bercak daun karena Curvularia sp. Konidianya
berwarna cokelat yang terdiri dari 3–4 septa bentuknya tidak beraturan dengan
ukuran konidia 16-26 um x 8-12 um. Curvularia merupakan cendawan air
borne (Susanto & Prasetyo, 2013), infeksi

melalui

bagian

epidermis daun


atau masuk melalui stomata kemudian menyebar ke jaringan tanaman. Perkembangan cendawan Curvularia sp sangat cepat dan biasanya penyebarannnya
melalui angin atau percikan air hujan dan perantaraan manusia. Cendawan ini
inangnya cukup banyak sehingga mudah tersebar selain tanaman serealia juga
gulma. Apabila tidak ada pertanaman konidianya bisa bertahan pada jerami bekas
pertanaman.
Perkembangan penyakit bercak daun terjadi pada suhu optimum 24-30 ºC.
Pada suhuyang relatif rendah diperlukan waktu yang lebih panjang (Semangun,
2005). Menurut Pakki & Burhanuddin (2013), bahwasannya perkembangan
penyakit bercak daun Curvularia sp. sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan
terutama suhu dan kelembaban. Berdasarkan hasil pengukuran kelembaban udara
disekitar tanaman pada 8 mst diketahui kelembaban rata-rata antara 47,29 –
51,00% dan kurang dari 90%, keadaan mikroklimat yang demikian kurang
mendukung perkembangan penyakit Curvularia sp. Perkembangan penyakit
bercak daun sangat dipengaruhi oleh kelembaban. Kelembaban nisbi yang
diperlukan paling rendah 95% yang berlangsung selama 6-8 jam.
Perkembangan
penyebarannnya

cendawan Curvularia

melalui angin atau

sangat cepat

percikan

air

dan

biasanya

hujan dan perantaraan

manusia. Cendawan ini inangnya cukup banyak sehingga mudah tersebar
selain tanaman serealia juga gulma. Apabila tidak ada pertanaman konidianya
bisa bertahan pada jerami bekas pertanaman.

Universitas Sriwijaya

6

BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari praktikum ini antara lain
sebagai berikut :
1.

Penyakit bercak daun pada tanaman jagung disebabkan oleh cendawan

2.

Curvularia sp.
Gejala awal yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah munculnya bintikbintik kecil kuning kecoklatan tak beraturan berukuran 1-2 mm, gejala awal

terjadi pada daun pertama, kemudian berkembang ke bagian daun atasnya
3. Apabila tingkat serangan lebih tinggi, penyakit ini bisa menyerang organ
4.

batang ataupun tongkol jagung.
Curvularia merupakan cendawan
bagian

5.

epidermis daun atau

air borne yang meninfeksi
masuk

melalui

stomata

melalui
kemudian

menyebar ke jaringan tanaman.
Cendawan ini inangnya cukup banyak sehingga mudah tersebar selain
tanaman serealia juga gulma, apabila tidak ada pertanaman konidianya
bisa bertahan pada jerami bekas pertanaman.

4.2. Saran
Melalui praktikum kali ini, dapat disarankan untuk pengorekan
dilakukan sebaik mungkin agar didapatkan penyebab penyakit nya, bukan
hanya jamur yang menumpang hidup.

Universitas Sriwijaya
7

DAFTAR PUSTAKA
Pakki. S, dan Burhanuddin. 2013. Peranan Varietas dan Fungisida dalam
Dinamika Penularan Patogen Obligat Parasit dan Saprofit pada
Tanaman Jagung. Seminar Nasional Serealia.
Sudjono. 2008. Penyakit Jagung dan Pengendaliannya. Dalam: Subandi, M.
Syam, dan A. Wijono (Eds.). Jagung. Puslitbang Tanaman Pangan,
Bogor: 205-241.
Semangun, H. 1991. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gajah
Mada University. 449.
Susanto, A., A.K. Prasetyo. 2013. Respons Culvularia lunata Penyebab Bercak
Daun Kelapa Sawit terhadap Berbagai fungisida. Jurnal Fitopatologi.
Medan. 9.(6): 165-172
Soenartiningsih., Fatmawati, dan A.M. Adnan. 2013. Identifikasi Beberapa Penyakit Utama pada Tanaman Sorgum dan Jagung di Sulawesi Tengah.
Seminar Nasional Serealia 2013. Balai Penelitian Tanaman Serealia. :
420-432
Wakman, W. dan Burhanuddin. 2010. Pengelolaan Penyakit Prapanen Jagung.
Online. http://balitsereal.litbang.pertanian..pdf. : 310-313.

Universitas Sriwijaya
8