ASUMSI PERTUMBUHAN EKONOMI APBN 2012

ASUMSI PERTUMBUHAN EKONOMI APBN 2012

I.

Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

6,5-6,9

R

6,5

PR

Pemerintah

D

2012
6,7
6,5

6,7

N

2011
6,4
6,2
6,4

TJ
E

Lembaga
World Bank
IMF
Asian Development Bank

I

Tabel 1. Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2011 dan 2012


BN



SE

Sumber: World Bank, IMF, ADB, Kemenkeu

World Bank (2011) meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011
akan mencapai 6,4 persen, diikuti oleh pertumbuhan 6,7 persen di tahun 2012. Proyeksi
ini didasari oleh beberapa faktor seperti kuatnya investasi yang didukung oleh
pergeseran belanja pemerintah melalui belanja modal dan dampak riil dari peningkatan
PMA yang baru tejradi. Selain itu tren pertumbuhan dalam sektor jasa dan manufaktur,
serta kontribusi sektor komoditas terhadap pertumbuhan, juga akan mendorong
pertumbuhan. Pemerintah juga harus mewaspadai dampak inflasi terhadap naiknya
angka kemiskinan, mengingat mayoritas penduduk Indonesia tergolong sebagai “hampir
miskin“ (near poor).




Sedangkan Asian Development Bank (ADB) menyatakan bahwa Indonesia memerlukan
peningkatan investasi di bidang infrastruktur yang memberi daya dukung bagi kinerja
sektor tradables dan juga berperan sebagai tulang punggung bagi pencapaian target
pertumbuhan 7% - 8 %. Menurut ADB (2011) , biasa logistik Indonesia diperkirakan
mencapai 14% dari total biaya produksi . Sebagai perbandingan, biaya logistik Jepang
hanya mencapai 5% dari total biaya produksi. Peran investasi semakin krusial
mengingat kemampuan anggaran pemerintah untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur
sangat terbatas karena harus menanggung biaya subsidi.
Pemerintah dapat
meningkatkan kapasitas fiskalnya dengan melakukan langkah – langkah reformasi
perpajakan seperti penyediaan database pajak yang lebih baik, sistem informasi yang
memadai, serta kapasitas staf perpajakan yang lebih baik . Pemerintah juga disarankan
untuk memperbaiki aspek penyerapan anggaran.



IMF (2011) memperkirakan Indonesia, sebagai bagian dari perekonomian negara
berkembang di Asia akan mengalami pertumbuhan pesat. Pemulihan ekonomi Indonesia
( dan negara-negara lain seperti Brazil, China, India dan Meksiko, Peru, Polandia dan

Turki) banyak dipengaruhi oleh aliran dana portfolio dan perbankan , sementara
Foreign Direct Investment (FDI) justru mengalami penurunan. Hal ini bisa berdampak
pada stabilitas perekonomian di masa depan seiring dengan semakin rentannya
perekonomian terhadap capital outlfow. Menurut IMF, kondisi ekonomi Indonesia
rentan terhadap resiko overheating.

BI

R

O

AN

AL
IS

A

AN


G

G

AR

AN

D

AN

PE

LA

KS

AN


AA

N

AP





Untuk tahun 2011, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia
akan mencapai 6 – 6,5 % dan bahkan dapat melampaui 7 persen. Hal ini disebabkan

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI

1

adanya dukungan dari sumbangsih komponen investasi dan ekspor serta konsumsi
rumah tangga yang meningkat akibat adanya kenaikan gaji.1


II.

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

R

I

II.1. PDB berdasarkan lapangan usaha

TJ
E

N

D

PR


Pertumbuhan ekonomi triwulan pertama tahun 2011 mencapai angka 6,5 persen. Sektor jasa
masih tetap menghasilkan pertumbuhan tertinggi, dipimpin oleh sektor Pengangkutan dan
Komunikasi (13,8 %), dan Perdagangan, Hotel dan Restoran (7,9%).

SE

Sektor Pertanian (3,4%) dan Industri (5%) mencatat tingkat pertumbuhan yang relatif
rendah, meskipun secara nominal pertumbuhannya meningkat dari tahun 2010.

LA

KS

AN

AA

N

AP


BN



Sementara selama tahun 2010, semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan.
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mencapai
13,5 persen, diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (8,7 persen), Sektor
Konstruksi (7,0 persen), Sektor jasa-jasa (6,0 persen), Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa
Perusahaan (5,7 persen), Sektor Listrik, Gas dan Air (5,3 persen), Sektor Industri Pengolahan
(4,5 persen), Sektor Pertambangan dan Penggalian (3,5 persen), dan Sektor Pertanian (2,9
persen).

BI

R

O

AN


AL
IS

A

AN

G

G

AR

AN

D

AN


PE

Tabel 2. Laju Pertumbuhan PDB berdasarkan sektor usaha (%), 2004- 2011 (Q1)
Laju pertumbuhan
Lapangan Usaha
2011
2006 2007 2008 2009 2010 (Q1)
Pertanian, Peternakan, Kehutanan
dan Perikanan
3,4
3,5
4,8
4
2,9
3,4
Pertambangan dan Penggalian
1,7
1,9
0,7
4,4
3,5
4,6
Industri Pengolahan
4,6
4,7
3,7
2,2
4,5
5
Listrik, Gas dan Air Bersih
5,8
10,3 10,9 14,3 5,3
4,2
Konstruksi
8,3
8,5
7,6
7,1
7
5,3
Perdagangan, Hotel dan Restoran
6,4
8,9
6,9
1,3
8,7
7,9
Pengangkutan dan Komunikasi
14,2
14
16,6 15,5 13,5 13,8
Keuangan, Real Estat dan Jasa
Perusahaan
5,5
8
8,2
5,1
5,7
7,3
Jasa-jasa
6,2
6,4
6,2
6,4
6
7
Produk Domestik Bruto
5,5
6,3
6
4,6
6,1
6,5
Sumber: BPS

Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau lapangan usaha menunjukkan peranan sektorsektor ekonomi dan perubahan struktur ekonomi dari tahun ke tahun. Pada triwulan I tahun

1

www.okezone.com, 2011, Pertumbuhan Ekonomi Akan Lampaui 7%, 13 April 2011

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI

2

2011, tiga sektor utama mendominasi perekonomian adalah Sektor Industri Pengolahan
(24,1%), Sektor Pertanian (15,6%) , dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (13,7%).

SE

TJ
E

N

D

PR

R

I

Tabel 3. Komponen PDB Indonesia berdasarkan sektor (%), 2006 – 2011 (Q1)
Distribusi
Lapangan Usaha
2006 2007 2008 2009 2010 2011 (Q1)
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan
Perikanan
13
13,7 14,5 15,3 15,3
15,6
Pertambangan dan Penggalian
11
11,2 10,9 10,6 11,2
11,7
Industri Pengolahan
27,5
27
27,8 26,4 24,8
24,1
Listrik, Gas dan Air Bersih
0,9
0,9
0,8
0,8
0,8
0,8
Konstruksi
7,5
7,7
8,5
9,9 10,3
10
Perdagangan, Hotel dan Restoran
15
15
14
13,3 13,7
13,7
6,7

6,3

6,3

Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan
8,1
Jasa-jasa
10,1
Produk Domestik Bruto
100
Sumber: BPS

7,7
10,1
100

7,5
9,7
100

7,2
10,2
100

6,5

6,6

7,2
10,2
100

7,4
10,1
100

AN

AA

N

AP

BN



6,9

Pengangkutan dan Komunikasi

KS

II.2. PDB menurut penggunaan

AR

AN

D

AN

PE

LA

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2011 tercatat sebesar 6,5 persen.
Pertumbuhan ini didukung oleh semua komponen, yaitu konsumsi rumah tangga tumbuh
sebesar 4,5 persen, konsumsi pemerintah sebesar 3 persen, pembentukan modal tetap bruto
sebear 7,3 persen, sedangkan komponen ekspor tumbuh sebesar 12,3 persen dan impor
tumbuh sebesar 15,6 persen.

AN

G

G

Tabel 4. Laju pertumbuhan komponen Penggunaan PDB, 2006 - 2010
Komponen

Laju pertumbuhan

BI

R

O

AN

AL
IS

A

2006 2007 2008 2009 2010 2011 (Q1)
Konsumsi Rumah Tangga 3,2
5
5,3
4,9
4,6
4,5
Konsumsi Pemerintah
9,6
3,9 10,4 15,7 0,3
3
PMTB
8,5
7,3
2,6
9,3 11,9 3,3
Ekspor
12,3
9,4
8,5
9,5
-9,7 14,9
Dikurangi: Impor
8,6
9,1
10
-15 17,3
15,6
Produk Domestik Bruto
5,5
6,3
6
4,6
6,1
6,5
Sumber: BPS

Dilihat dari pola distribusi PDB penggunaan, konsumsi rumah tangga masih merupakan
penyumbang terbesar dalam penggunaan PDB Indonesia sekalipun mengalami penurunan
dari 58,7 persen pada tahun 2009 menjadi sebesar 56,7 persen pada tahun 2010. Komponen
pengeluaran konsumsi pemerintah juga mengalami penurunan dari 9,6 persen pada tahun
2009 menjadi 9,1 persen pada tahun 2010. Sebaliknya, pada periode yang sama, komponenkomponen lain mengalami peningkatan. Komponen pembentukan modal tetap bruto

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI

3

meningkat dari 31,1 persen menjadi 32,2 persen, ekspor meningkat dari 24,2 persen
menjadi 24,6 persen, dan impor meningkat dari 21,4 persen menjadi 23,0 persen.

Tabel 5. Distribusi PDB berdasarkan komponen penggunaan
Distribusi
2006 2007 2008 2009 2010 2011 (Q1)
Konsumsi Rumah Tangga 62,7 63,5 60,6 58,7 56,7
55,7
Konsumsi Pemerintah
8,6
8,3
8,4
9,6
9,1
6,8
PMTB
24,1
25
27,7 31,1 32,2
31,3
Ekspor
31
29,4 29,8 24,2 24,6
25,4
Dikurangi: Impor
-25,6 -25,4 -28,7 -21,4 -23
-23,9
Produk Domestik Bruto
100 100 100 100 100
100
Sumber: BPS

BN



SE

TJ
E

N

D

PR

R

I

Komponen

KS

AN

AA

N

AP

• Hingga triwulan I tahun 2011, sektor tradables tumbuh tidak lebih dari 5 persen. Sektor
pertanian hanya tumbuh 3,4 persen; sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 4,6
persen, sedangkan sektor industri pengolahan 5 persen. Pola pertumbuhan seperti ini
telah berjalan dalam beberapa tahun terakhir. Padahal,produk sektor tradables
berpotensi mengangkat pertumbuhan ekonomi karena sifatnya yang dapat
diperdagangkan melewati batas-batas negara.
Sejumlah faktor seperti kenaikan harga minyak dan komoditas pangan secara global
diyakini bakal memicu inflasi sehingga berdampak pada kinerja perekonomian tahun
ini. Selain laju inflasi, Indonesia patut mewaspadai adanya resiko pembalikan arus
modal.



Perekonomian Indonesia menghadapi resiko jangka pendek berupa kenaikan harga
minyak dunia. Apabila harga minyak terus meroket, dikhawatirkan APBN 2011 tidak
akan kuat menahan beban.



Untuk tahun 2012, motor pendorong pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan berasal
dari komponen konsumsi rumah tangga, investasi dan ekspor. Konsumsi rumah tangga
diprediksi akan meningkat seiring dengan meningkatnya kemampuan kelas menengah
dan kuatnya pasar tenaga kerja yang akan berdampak positif terhadap belanja rumah
tangga. Komponen invenstasi juga diperkirakan akan meningkat seiring membaiknya
ekspektasi akibat pulihnya perdagangan dunia. Kinerja investasi yang meningkat ini
juga didukung oleh kuatnya nilai tukar rupiah yang berdampak pada murahnya harga
mesin alat-alat produksi yang diimpor. Sedangkan kinerja ekspor diharapkan juga akan
meningkat, mengikuti peningkatan harga komoditas di pasar internasional.

BI

R

O

AN

AL
IS

A

AN

G

G

AR

AN

D

AN

PE

LA



Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI

4

III. Kemiskinan2

R

I

Menurut data terakhir yang dicatat BPS (2011), jumlah penduduk miskin di Indonesia pada
bulan Maret 2010 adalah sebesar 31,02 juta orang (13,33 persen). Apabila dibandingkan
dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2009 yang berjumlah 32,53 juta orang (14,15
persen), berarti jumlah penduduk miskin berkurang 1,51 juta orang.Jumlah penduduk
miskin di daerah perkotaan turun lebih banyak dibanding penurunan penduduk miskin di
daerah perdesaan.

LA

KS

AN

AA

N

AP

BN



SE

TJ
E

N

D

PR

Grafik 1. Persentase penduduk miskin Indonesia (%),
1990-2010

PE

Sumber: BPS

AR

AN

D

AN

Selama periode Maret 2009 - Maret 2010, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang
0,81 juta orang, sementara di daerah pedesaan berkurang 0,69 juta orang. Persentase penduduk
miskin di daerah perdesaan tidak banyak berubah. Pada bulan Maret 2009, 63,38 persen
penduduk miskin tinggal di daerah perdesaan, sementara pada bulan Maret 2010 persentase
penduduk miskin di daerah perdesaan 64,23 persen.

AN

G

G

Menurut BPS (2011), Penurunan jumlah penduduk miskin selama periode Maret 2009–Maret
2010 berhubunga dengan faktor-faktor berikut:
Selama periode Maret 2009 - Maret 2010 inflasi umum relatif rendah (Maret 2010
terhadap Maret 2009 sebesar 3,43 persen). Beberapa komoditas
yang
mengalami kenaikan harga selama periode tersebut adalah kelompok bahan
makanan sebesar 4,11 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan
tembakau sebesar 8,04 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar
3,85 persen, serta kelompok kesehatan sebesar 3,18 persen.

BI

R

O

AN

AL
IS

A



2



Rata-rata upah harian buruh tani dan buruh bangunan masing-masing naik sebesar
3,27 persen dan 3,86 persen selama periode Maret 2009 -Maret 2010.



Produksi padi pada tahun 2010 hasil Angka Ramalan II (ARAM II) mencapai 65,15
juta ton GKG, naik sekitar 1,17 persen dari produksi padi tahun 2009 yang sebesar
4,40 juta ton GKG.

Sumber tulisan pada bagian ini adalah Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Mei 2011 (www.bps.go.id)

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI

5



Sebagian besar penduduk miskin pada bulan Maret 2009 (64,65 persen) bekerja di
sektor pertanian. NTP (Nilai Tukar Petani) naik 2,45 persen dari 98,78 pada Maret
2009 menjadi 101,20 pada Maret 2010.



Perekonomian Indonesia Triwulan I 2010 tumbuh sebesar 5,7 persen terhadap
Triwulan I 2009, sedangkan pengeluaran konsumsi rumah tangga meningkat sebesar
3,9 persen pada periode yang sama.

KS

AN

AA

N

AP

BN



SE

TJ
E

N

D

PR

R

I

Grafik 2. Jumlah penduduk miskin Indonesia (juta jiwa), 1990-2010

D

Ketenagakerjaan

AN

IV.

AN

PE

LA

Sumber: BPS

AN

AL
IS

A

AN

G

G

AR

Data terkini dari BPS menunjukkan penambahan angkatan kerja Indonesia sebesar 3,4 juta jiwa
dari 116 juta pada bulan Februari 2010 menjadi 119,4 juta jiwa di bulan Februari 2011.
Peningkatan ini diikuti oleh meningkatnya jumlah orang bekerja dari sejumlah 107,41 juta jiwa
di tahun 2010 menjadi 111,28 juta jiwa pada bulan Februari tahun 2011. Jumlah penganggur
juga mengalami penurunan dari 9,26 juta jiwa (2009) ke 8,59 juta jiwa (2010) hingga 8,12 juta
jiwa di awal tahun 2011. Tingkat pengangguran terbuka ikut turun ke angka 6,8 persen dari
total angkatan kerja.

BI

R

O

Akan tetapi peningkatan jumlah penduduk yang bekerja serta turunnya pengangguran ternyata
tidak disertai dengan perbaikan kualitas pekerjaan yang diterima penduduk Indonesia. Hal ini
diindikasikan dengan meningkatnya jumlah penduduk berstatus pekerja tidak penuh.
Pada bulan Februari 2011, jumlah “pekerja tidak penuh“ meningkat sebesar 1,39 juta jiwa
dibandingkan periode yang sama tahun di tahun sebelumnya. Peningkatan ini terdiri dari
peningkatan angka “pekerja setengah penganggur“ (0,46 juta jiwa) serta “pekerja paruh waktu“
(0,93 juta jiwa).

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI

6

Tabel 6. Indikator Ketenagakerjaan Indonesia (juta orang), 2009 - 2011

R

BN



SE

TJ
E

113,74
116
119,4
Angkatan Kerja
104,49 107,41 111,28
Bekerja
9,26
8,59
8,12
Penganggur
Tingkat Partisipasi Angkatan
67,6
67,83
69,96
Kerja (%)
Tingkat Pengangguran Terbuka
8,14
7,41
6,8
(%)
31,36
32,8
34,19
Pekerja tidak penuh
15
15,27
15,73
Setengah penganggur
16,36
17,53
18,46
Paruh waktu
Sumber: BPS, angka yang digunakan adalah angka bulan Februari

I

2011

PR

2010

D

2009

N

Indikator ketenagakerjaan

KS

AN

AA

N

AP

Pada triwulan I tahun 2011, sektor pertanian menyerap 42,47 persen tenaga kerja, sedangkan
sektor industri pengolahan menyerap 13,71 persen tenaga kerja. Secara total, kedua sektor
tersebut menyerap lebih dari 50 persen dari total tenaga kerja di Indonesia.

LA

Tabel 7. Jumlah Tenaga Kerja berdasarkan sektor (juta orang), 2009 – 2011 (Q1)

5,95
1,49
13,61

6,12
1,49
14

1,35
1,39
104,49
104,87
Sumber: BPS

5,82
1,64
15,62

5,62
1,74
15,96

5,58
2,06
17,03

1,4
107,41

1,5
108,21

1,61
111,28

BI

R

O

AN

AL
IS

A

AN

G

G

AR

AN

Pertanian
Industri
Konstruksi
Perdagangan
Transportasi,
Pergudangan dan
Komunikasi
Keuangan
Jasa Kemasyarakatan
Pertambangan,
Listrik, Gas dan Air
Total

AN

PE

2011
2009
2010
Februari Agustus Februari Agustus Februari
43,03
41,61
42,83
41,49
42,47
12,62
12,84
13,05
13,82
13,71
4,61
5,49
4,84
5,59
5,58
21,84
21,95
22,21
22,49
23,24

D

Lapangan usaha

Dalam konteks penyerapan tenaga kerja, peran sektor pertanian dan Industri pengolahan
sangat krusial mengingat sektor-sektor ini menyerap lebih dari 50 persen tenaga kerja
Indonesia. Apalagi sektor ini merupakan sektor tradables, dimana output produksinya
merupakan komoditi ekspor, sehingga dapat memetik manfaat perdagangan internasional dan
permintaan global. Apabila sektor diatas dapat tumbuh lebih pesat , maka akan lebih banyak
tenaga kerja yang bisa terserap sehingga angka pengangguran dapat ditekan.

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI

7

Sektor pertanian dan sektor industri adalah sumber penghidupan masyarakat miskin seperti
para petani, nelayan dan buruh. Rendahnya pertumbuhan di kedua sektor ini akan berdampak
pada rendahnya penciptaan lapangan kerja. Apabila kedua sektor tersebut terus mengalami
pertumbuhan rendah, masalah kemiskinan dan pengangguran akan semakin sulit diatasi.
Manifestasi dari persoalan ini adalah menjamurnya pekerja di sektor informal.



SE

TJ
E

N

D

PR

R

I

Dilain pihak, sektor jasa (nontradables) cenderung tumbuh pesat melebihi sektor pertanian dan
industri. Dengan pertumbuhan ekonomi yang di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional,
sektor-sektor tersebut memperoleh kemakmuran ekonomi yang lebih besar ketimbang sektor
lain. Artinya, tenaga kerja di sektor tersebut memperoleh penghasilan yang lebih besar.
Akibatnya, ketimpangan pendapatan yang lebih besar terjadi antarsektor ekonomi.
Ketimpangan pertumbuhan ekonomi antara sektor produksi barang tradables dan non
tradables dapat berdampak sosial, bahkan politis (Erani, 2011).

BN

V. Kondisi Eksternal Perekonomian Dunia

N

AP

V.1. Ekonomi dunia mengalami pemulihan

AN

D

AN

PE

LA

KS

AN

AA

Menurut World Economic Outlook yang dipublikasikan oleh IMF , pada tahun 2010
perekonomian dunia tumbuh sebesar 5 persen setelah sebelumnya terjerembab ke angka 0,5 persen di tahun 2009 akibat krisis ekonomi yang melanda banyak negara-negara maju.
Negara-negara yang tergabung dalam advanced countries seperti Amerika Serikat tumbuh
sebesar 3 persen, menandakan adanya gejala pemulihan pasca krisis. SEmentara negaranegara berkembang yang dikategorikan sebagai emerging countries juga mengalami
pertumbuhan sebesar 7,3 persen. Cina dan India merupakan dua negara yang berhasil
mencatatkan pertumbuhan di atas 10 persen di tahun 2010.

BI

R

O

AN

AL
IS

A

AN

G

G

AR

IMF mencatat pertumbuhan di tahun 2010 sebagai dampak dari rebound pasca kontraksi
ekonomi di tahun 2009 yang mengakibatkan menciutnya aliran kredit global. Atas dasar itu,
IMF meramalkan pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2011 dan 2012 akan lebih moderat
dibanding tahun 2010.
Tabel 8. Pertumbuhan Ekonomi Dunia dan beberapa negara
(%), 2006 - 2012

Wilayah

2006 2007 2008 2009 2010 2011* 2012*

Dunia

5,2

5,4

2,9

-0,5

5

4,4

4,5

Negara Maju

3

2,7

0,2

-3,4

3

2,4

2,6

Amerika

2,7

1,9

0

-2,6

2,8

2,8

2,9

Inggris

2,8

2,7

-0,1

-4,9

1,3

1,7

2,3

Kanada

2,8

2,2

0,5

-2,5

3,1

2,8

2,6

Jerman

3,6

2,8

0,7

-4,7

3,5

2,5

2,1

Perancis

2,4

2,3

0,1

-2,5

1,5

1,6

1,8

Italia

2

1,5

-1,3

-5,2

1,3

1,1

1,3

Spanyol

4

3,6

0,9

-3,7

-0,1

0,8

1,6

Jepang

2

2,4

-1,2

-6,3

3,9

1,4

2,1

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI

8

Negara Berkembang

8,2

8,8

6,1

2,7

7,3

6,5

6,5

China

12,7

14,2

9,6

9,2

10,3

9,6

9,5

India

9,7

9,9

6,2

6,8

10,4

8,2

7,8

Rusia

8,9

9

5,3

-6,4

4,6

5

4,7

Brazil

4

6,1

5,2

-0,6

7,5

4,5

4,1

Meksiko

5,2

3,2

1,5

-6,1

5,5

4,6

4

5,5

6,3

6,0

4,6

6,1

6,2

6,5

Indonesia

D

PR

R

I

Sumber : World Economic Outlook, 2011

TJ
E

N

V.2. Gejolak harga komoditas

AP

BN



SE

Selain itu, Menurut World Bank (2011) dan IMF (2011), tingkat harga komoditas
internasional mengalami peningkatan secara merata. Salah satu faktor penyebab fenomena
ini adalah kekacauan politik di Timur Tengah dan Afrika Utara yang dimulai pada awal
tahun 2011. Gangguan pasokan di Libya akibat perang berkepanjangan berpengaruh
terhadap melonjaknya harga minyak. Situasi ini semakin diperparah dengan peningkatan
permintaan energi dari Jepang dalam rangka rekonstruksi akibat bencana Tsunami.

PE

LA

KS

AN

AA

N

Walaupun demikian, kenaikan harga komoditas yang luas dan berkelanjutan diperkirakan
akan berlangsung meski tanpa adanya perubahan pada harga minyak seperti yang terjadi
belakangan ini.Gangguan pasokan merupakan pendorong yang penting dari kecenderungan
peningkatan harga komoditas, baik yang berhubungan dengan cuaca seperti pada
komoditas pertanian maupun kekeruhan politik minyak. Faktor-faktor lain termasuk
permintaan untuk bahan baku dan energi, terutama dari Cina.

BI

R

O

AN

AL
IS

A

AN

G

G

AR

AN

D

AN

Grafik 3. Indeks Harga Komoditas Primer Dunia (US$), 2000 - 2011

Sumber: IMF, (Indeks tahun 2005=100)

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI

9

V.3. Perbandingan dengan Negara lain

PR

R

I

Dibandingkan dengan negara-negara tetanggannya di kawasan ASEAN, pertumbuhan
ekonomi Indonesia cenderung stabil selama periode 2006-2010. Hal ini terutama terlihat
pada tahun 2009 ketika banyak negara-negara tetangga mengalami kontraksi ekonomi
sebagai dampak dari krisis ekonomi di negara maju. Namun di tahun 2010, perekonomian
tersebut mencatatkan peningkatan pertumbuhan yang jauh di atas Indonesia akibat
membaiknya aktivitas perdagangan internasional.

KS

AN

AA

N

AP

BN



SE

2007
2008
2009
2010
0,2
-1,9
-1,8
2
10,2
6,7
0,1
6,3
6,3
6
4,6
6,1
7,9
7,2
7,3
7,5
6,5
4,7
-1,7
7,2
5,5
3,6
5,1
5,3
7,1
3,7
1,1
7,3
8,8
1,5
-0,8
14,5
5
2,5
-2,3
7,8
8,5
6,3
5,3
6,8
Sumber: Asian Development Bank

LA

2006
4,4
10,8
5,5
8,1
5,8
7
5,3
8,6
5,1
8,2

AN

PE

Negara
Brunei
Kamboja
Indonesia
Laos
Malaysia
Myanmar
Filipina
Singapura
Thailand
Vietnam

TJ
E

N

D

Tabel 9. Pertumbuhan Ekonomi Negara-negara ASEAN

BI

R

O

AN

AL
IS

A

AN

G

G

AR

AN

D

Dilihat dari struktur ekonominya, perekonomian Indonesia didominasi oleh sektor industri
dan jasa. Thailand dan Vietnam merupakan dua perekonomian yang secara struktural mirip
dengan Indonesia.

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI 10

DAFTAR PUSTAKA

ADB (2011) , Asian Development Outlook 2011: South-South Economic Links,
www.adb.org

PR

R

I

Bank Indonesia, www.bi.go.id

Februari



SE

Erani, Ahmad Yustika (2011), Memaknai Pertumbuhan Ekonomi, Kompas, 10
2011

TJ
E

BPS (2011), Laporan Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Mei 2011, www.bps.go.id

N

D

BPS (2011), Berita Resmi Statistik, www.bps.go.id

AP

BN

IMF (2011), World Economic Outlook 2011, www.imf.org

AA

N

Kementerian Keuangan Republik Indonesia (2011), Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok
Kebijakan Fiskal tahun 2012

BI

R

O

AN

AL
IS

A

AN

G

G

AR

AN

D

AN

PE

LA

KS

AN

World Bank (2011), Indonesia Economic Quarterly,2008 Again?, www.worldbank.org

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI 11