MTP MAKALAH 2 MANAJEMEN PAKAN SAPI PER

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK PERAH
“Manajemen Pakan Sapi Perah”

Disusun oleh:
Kelas B
Kelompok 8
Elisa Nur Oktaviani

200110120023

Reza Febrian

200110120044

Aditya Fathurrahman

200110130089

Putri Dewi

200110130014


Diniar Suci D

200110130129

Rina Latvia

200110130310

Nuraisyah S. P. W

200110130348

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2015

I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Produktivitas seekor ternak ditentukan oleh faktor genetik sebagai variable

tetap dan lingkungan sebagai variable kontrol. Dalam hal ini faktor lingkungan
berperan lebih banyak dalam menentukan produktivitas ternak yaitu sebesar 70%,
sedangkan faktor genetik hanya menyumbangkan 30% kontribusinya dalam
menentukan produksivitas ternak. Sapi perah sebagai ternak yang dipelihara dengan
tujuan untuk menghasilkan susu sebagai produk utamanya juga produktivitasnya
ditentukan oleh kedua faktor tersebut. Kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan
sangat bergantung pada potensi genetik induk serta manajemen pemeliharaan yang
diterapkan peternak. Manajemen pemeliharaan meliputi manajemen kandang,
manajemen breeding, serta manajemen pakan.
Pakan merupakan salah satu komponen yang paling dibutuhkan oleh ternak
untuk dapat mempertahankan hidupnya serta melakukan proses produksi. Dalam
suatu usaha peternakan, pada umumnya kebutuhan terhadap pakan merupakan
kebutuhan utama dan dapat menghabiskan sekitar 70% dari total pengeluaran.
Kualitas pakan yang baik serta didukung dengan pemberian yang baik pula terhadap
ternak akan meningkatkan performa dan produkstivitas ternak.

Pada sapi perah, pemilihan dan pemberian jenis pakan harus dilakukan secara
tepat, karena akan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan.
Oleh karena itu, pengetahuan tentang pakan ini harus dimiliki oleh setiap peternak

yang ingin sukses dalam beternak sapi perah dengan kualitas dan kuantitas susu yang
baik.
1.2

Identifikasi Masalah
1. Bagaimana kebutuhan nutrisi pakan komplit pada tiap periode laktasi.
2. Apa saja komposisi nutrisi dalam pakan.
3. Bagaimanan cara pembuatan pakan komplit.

1.3

Maksud dan Tujuan
1.

Mengetahui kebutuhan nutrisi pakan komplit pada tiap periode laktasi.


2.

Mengetahui komposisi nutrisi dalam pakan.

3.

Mengetahui cara pembuatan pakan komplit.

II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
2.1

Kebutuhan Pakan PerPeriode Laktasi

2.1.1

Periode Awal Laktasi
Masa awal laktasi biasanya adalah pada 100 hari pertama laktasi, pada masa

awal laktasi sapi akan mengalami puncak produksi susu yaitu pada bulan kedua

laktasi pada sapi Holstein. Konsumsi pakan menurun, akibatnya sapi akan mengalami
penurunan berat badan. Dan pada akhir masa awal laktasi ini sapi akan mengalami
puncak konsumsi dry matter yang akan menyebabkan penurunan berat badan (berat
badan turun sehingga menjadi paling rendah pada masa laktasi).
Pemberian ransum pada sapi laktasi biasanya mengacu pada kebutuhan
protein (CP) dan energi (net energy). Akan tetapi untuk mendapatkan produksi
maksimal, pemberian ransum harus seimbang effective fiber, non-structural
carbohydrates, ruminal undegraded protein, soluble protein-nya.
Penambahan konsentrat peda pakan antara 0.5-0.7 kg/hari selama dua minggu
pertama laktasi, jangan sampai kebanyakan hal ini Untuk menghindari permasalahan
pencernaan seperti asidosis, dan penurunan intake. Protein sangat penting pada awal
laktasi. Jadi pada masa awal laktasi rekomendasi pemberian protein 17-19% pada
ransum. Sekitar 30-35% dari protein harus proiten yang tidak terdegradasi di rumen
(UIP), 30% adalah protein yang dapat tercerna.

2.1.2

Periode Pertengahan Laktasi
Periode pertengahan laktasi adalah periode dari 100 hari sampai 200 setelah


melahirkan anak. Fase Pada periode ini sapi akan mengalami puncak produksi (8-10
minggu setelah kelahiran) sapi juga mengalami puncak DM intake sehingga tidak
mengalami penurunan bobot badan. Sapi akan mengalami puncak DM tidak lebih
dari 10 minggu setelah melahirkan. Pada posisi ini, sapi akan makan DM tidak
kurang 4% dari bobot badan. Pemberian pakan yang baik akan memperpanjang
puncak produksi. Pada breed yang bagus setiap 2 kg susu yang dihasilkan akan
membutuhkan DM sebanyak 1 kg (McDonald, 2002).
Target yang harus dihasilkan pada saat puncak produksi, adalah untuk
menghasilkan produksi susu sebanyak-banyaknya. rata-rata sapi pada periode ini
menghasilkan susu 200-225 kg dari seluruh masa laktasi sebelumya. Kunci dari
periode pertengahan laktasi ini adalah memaksimalkan DM intake. Pada periode ini
sapi dituntunt untuk diberi pakan dengan kualitas hijauan yang tinggi (minimal 4045% DM pada ransum) dan tingkat efektifitas serat hampir sama dengan masa awal
laktasi.
2.1.3

Periode Akhir Laktasi
Periode ini adalah mulai 200 hari setelah melahirkan dan diakhiri pada saat

masa kering sapi.periode ini produksi susu menurun dan feed intake juga menurun.
Oleh karena itu feed intake tidak sebanding dengan susu yang dihasilkan. Sapi juga

akan mengalami peningkatan bobot badan, hal ini untuk mengganti jaringan yang
hilang (BB) pada saat periode awal laktasi. Makanan sumber protein dan energy tidak
begitu penting dalam periode ini. Ransum yang murah dapat diformulasikan dengan

NPN dan sumber dan karbohidrat yang mudah terfermentasi seperti molasses
(McDonald, 2002).
2.2

Pakan Komplit
Dalam teknologi pakan ternak kini dikembangkan sebuah inovasi produk

yang baru yaitu pakan lengkap (pakan komplit), yang mempunyai nilai nutrisi lebih
lengkap dan lebih tinggi dibanding dengan bahan pakan asalnya. Pakan komplit
merupakan sistem pemberian pakan dalam bentuk tunggal dari hasil pencampuran
bahan-bahan pakan yang telah menjalani proses pelleting untuk menghindari seleksi
pakan oleh ternak, meningkatkan nilai nutrisi, palatabilitas, efisiensi pakan, serta
memudahkan pemberian pakan di lapangan (Owens, 1979).
Pakan lengkap (pakan komplit) merupakan sistem pemberian pakan dalam
bentuk tunggal yang dapat dibuat dengan proses pelleting, yaitu proses pencampuran
atau penggabungan beberapa bahan pakan melalui proses mekanik dengan tujuan

untuk meningkatkan nilai nutrisi, palatabilitas, efisiensi pakan, menghindari seleksi
pakan oleh ternak serta memudahkan pemberian pakan di lapangan (Owens, 1979).
Ruminansia mempunyai sifat seleksi terhadap bahan pakan yang tersedia dan tidak
ada kontrol terhadap kemungkinan akibat buruk suatu

bahan pakan (Parakkasi,

1995). Pemberian pakan komplit pada ternak sapi potong diharapkan

mampu

mencukupi kebutuhan nutrisi ternak.
Hartadi, dkk (1997) menyatakan bahwa pakan komplit adalah makanan yang
cukup gizi untuk ternak tertentu, di dalam tingkat fisiologi tertentu, dibentuk atau
dicampur untuk diberikan sebagai satu-satunya makanan dan mampu merawat hidup
pokok atau produksi (atau keduanya) tanpa tambahan atau substansi lain. Pakan

komplit dapat dibuat dengan pelleting atau proses aglomerasi (penggabungan)
beberapa bahan pakan melalui proses mekanik dengan tujuan untuk meningkatkan
nilai nutrisi, palatabilitas, efisiensi pakan, serta memudahkan pemberian pakan di

lapangan
2.3

Komposisi Nutrisi Hijauan dan Konsentrat
Kandungan karbohidrat mudah larut dalam air (Water Soluble Carbohydrate

atau WSC) pada rumput-rumputan umumnya adalah fruktan dan beberapa komponen
gula seperti glukosa, sukrosa dan raffinosa. Rumput-rumputan asal temperate
kandungan karbohidratnya lebih banyak dalam bentuk fruktan sebagai bahan yang
mudah larut dala air (WSC) yang umumnya disimpan dalam batang, sedangkan jenis
rumput-rumputan asal tropis dan subtropics umumnya lebih banyak mengandung
karbohidrat dalam bentuk pati daripada fruktan dan umumnya disimpan dalam bagian
daun.
Hal yang mempengaruhi komposisi nutrisi hijauan yaitu :
1. Spesies tanaman
2. Umur tanaman, contohnya PK30%.
3. Iklim
4. Pemupukan

Dibanding fruktan, pati lebih sulit larut dalam air sehingga kandungan WSC

rumput-rumputan asal tropis sangat rendah (7%). Kandungan nutrisi hijauan tersebut perlu diperhatikan

sehubungan dengan proses pengawetan hijauan baik berupa pengawetan kering (hay)
maupun pada proses pengawetan basah/segar (silase).
Penggolongan tanaman budidaya maupun alami yang umum digunakan
sebagai hijauan makanan ternak terdiri atas jenis rumput-rumputan (gramineae),
perdu atau semak (herba), dan pepohonan. Spesies hijauan yang memiliki potensi
tinggi sebagai hijauan makanan ternak, antara lain: rumput-rumputan, perdu/semak
dan legum pohon. Rumput-rumputan terdiri atas rumput para (Brachiaria mutica),
rumput benggala (Panicum maximum), rumput kolonjono (Panicum muticum), dan
rumput buffel (Cenchrus ciliaris).
Perdu/semak terdiri atas beberapa jenis legum seperti kacang gude (Cajanus
cajan), komak (Dolichos lablab), dan perdu lainnya dari limbah tanaman pangan
pertanian seperti jerami padi, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi jalar dan daun ubi
kayu. Legum pohon terdiri atas sengon laut (Albazzia falcataria), lamtoro (Leucaena
leucocephala), kaliandra (Calliandra calothyrsus) dan turi (Sesbania grandiflora)
(Reksohadiprojo, 1984).
Manurung (1996) menyatakan bahwa hijauan leguminosa merupakan sumber
protein yang penting untuk ternak ruminansia. Keberadaannya dalam ransum ternak
akan meningkatkan kualitas pakan. Limbah pertanian adalah hasil ikutan dari

pengolahan tanaman pangan yang produksinya sangat tergantung pada jenis dan
jumlah areal penanaman atau pola tanam dari tanaman pangan disuatu wilayah
(Makkar, 2002).
Konsentrat dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu konsentrat sumber protein
dan konsentrat sumber energi. Konsentrat dikatakan sebagai sumber energi apabila

mempunyai kandungan protein kasar kurang dari 20% dan serat kasar 18%,
sedangkan konsentrat dikatakan sebagai sumber protein karena mempunyai
kandungan protein lebih besar dari 20% (Sutardi, T. 1981).
Komposisi membuat konsentrat untuk pertumbuhan berat badan yang baik,
dalam komposisi konsentrat tersebut harus terkandung unsur protein yaitu
komposisinya terdiri dari dedak halus 75%, jagung giling 8%, bungkil kedelai 3%,
bungkil kelapa 10%, kalsium 2% dan garam dapur 2%. Semua bahan itu harus dalam
kondisi lembut agar mudah bercampur satu sama lain. Bahan itu kemudian dicampur
dalam suatu wadah dan diaduk sampai merata (Siregar, S. B. 1995).

III
PEMBAHASAN
3.1

Kebutuhan Nutrisi Pakan komplit Pada Sapi Laktasi
Menurut Hartadi, dkk (1997) menyatakan bahwa pakan komplit adalah

makanan yang cukup gizi untuk ternak tertentu, di dalam tingkat fisiologi tertentu,
dibentuk atau dicampur untuk diberikan sebagai satu-satunya makanan dan mampu
merawat hidup pokok atau produksi (atau keduanya) tanpa tambahan atau substansi
lain. Sehingga pakan komplit itu ialah kombinasi dari hijauan dan konsentrat yang
sedemikian rupa diproses untuk menghasilkan produk pakan yang memiliki nilai
nutrisi tinggi dan baik bagi dikonsumsi ternak
Pada sapi perah awal laktasi biasanya berkisar pada 100 hari pertama. Pada
masa ini sapi perah akan sedikit mengalami penurunan konsumsi pakan yang
berakibat terjadi penurunan bobot badan sapi. Hal ini karena daya adaptasi sapi perah
yang masih melakukan adaptasi dari periose dara ke periode laktasi dengan perbedaan
yang signifikan. Pada masa laktasi, sapi perah dikawinkan untuk dapat memproduksi
susu pasca partus pertama sapi. Sapi perah akan dapat memproduksi susu jika telah
kawin dan melahirkan pedet.
Pemberian ransum pada sapi laktasi biasanya mengacu pada kebutuhan
protein (CP) dan energy (net energy). Akan tetapi untuk mendapatkan produksi
maksimal, pemberian ransum harus seimbang effective fiber, non-structural
carbohydrates, ruminal undegraded protein, soluble protein-nya.
Pada masa awal laktasi, pemberian hijauan minimal 40% dari total DM . dengan

panjang partikel hijauan minimal 2.6 cm agar pengunyahan (produksi saliva) maksimal.
Hijauan yang diberikan pun harus berkualitas bagus untuk meningkatkan DM intake.
Penambahan konsentrat peda pakan antara 0.5-0.7 kg/hari selama dua minggu pertama
laktasi, jangan sampai kebanyakan hal ini untuk menghindari permasalahan pencernaan
seperti asidosis, dan penurunan intake. Protein sangat penting pada awal laktasi. Jadi
pada masa awal laktasi rekomendasi pemberian protein 17-19% pada ransum. Jika
menggunakan pakan komplit pakan hijauan tersebut dapat di kombinasi bias dalam
bentuk pelleting, mash, dan lain sebagainya.
Menurut McDonald (2002) menyatakan periode pertengahan laktasi adalah
periode dari 100 hari sampai 200 setelah melahirkan anak. Fase Pada periode ini sapi
akan mengalami puncak produksi (8-10 minggu setelah kelahiran) sapi juga mengalami
puncak DM intake sehingga tidak mengalami penurunan bobot badan.
Kebutuhan protein pada masa pertengahan laktasi lebih rendah dibandingkan
dengan masa awal laktasi. Oleh karena itu kandungan protein dalam ransum antara 1516% (PK). Rata-rata sapi pada periode ini menghasilkan susu 200-225 kg dari seluruh
masa laktasi sebelumya. Kunci dari periode pertengahan laktasi ini adalah
memaksimalkan DM intake. Pada periode ini sapi dituntunt untuk diberi pakan dengan
kualitas hijauan yang tinggi (minimal 40-45% DM pada ransum) dan tingkat efektifitas
serat hampir sama dengan masa awal laktasi. Pemberian konsentrat jangan sampai
melebih 2.3 % bobot badan dan sumber non-hijauan lainya.
Menurut McDonald (2002) menyatakan periode akhir laktasi dimulai 200 hari
setelah melahirkan dan diakhiri pada saat masa kering sapi. Sapi akan mengalami
peningkatan bobot badan, hal ini untuk mengganti jaringan yang hilang (BB) pada saat

periode awal laktasi. Pakan hijauan yang diberikan 50-60% sedangkan konsentrat jangan
melebihi 2.5%. Adapun daftar lengkap kebutuhan nutrisi pada tiap periode laktasi sapi
perah dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.

3.2

Komposisi Pakan
Sutardi (1981) menyatakan bahwa konsentrat terbagi menjadi dua jenis, yaitu

konsentrat sumber protein dan konsentrat sumber energi. Konsentrat dikatakan
sebagai sumber energi apabila mempunyai kandungan protein kasar kurang dari 20%
dan serat kasar 18%, sedangkan konsentrat dikatakan sebagai sumber protein karena
mempunyai kandungan protein lebih besar dari 20%.

Konsentrat biasanya digunakan dalam jumlah banyak dalam peternakan yang
berorientasi pada penggemukan ternak, seperti sapi potong, ayam ras, dan domba.
Pada peternakan sapi perah penggunakan konsentrat lebih sedikit jika dibandingkan
dengan hijauan.
Kandungan komposisi hijauan terdiri dari PK30%. Kandungan
karbohidrat mudah larut dalam air (Water Soluble Carbohydrate atau WSC)
kandungan WSC rumput-rumputan asal tropis sangat rendah (7%)
3.3

Cara Pembuatan Pakan Komplit
Pakan komplit merupakan jenis pakan yang cukup mengandung nutrien untuk

hewan dalam tingkat fisiologis tertentu yang dibentuk dan diberikan sebagai satusatunya pakan yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan produksi tanpa
tambahan substansi lain, kecuali air. Pakan komplit disusun dari berbagai bahan
pakan hijauan (pakan berserat) dan konsentrat yang telah disesuaikan dengan
kebutuhan domba menjadi satu bentuk pakan sehinga kandungan nutrisinya lengkap.
Bentuk pakan komplit bermacam-macam, antara lain berbentuk mash,
pecahan, balok, dan pelet. Berikut dua contoh pakan komplit :
1. Pakan komplit bentuk mash
Beberapa penelitian menunjukan bahwa pemberian pakan komplit
bentuk mash akan memberikan hasil yang optimal dibandingkan dengan
pemberian pakan hijauan dan konsentrat secara terpisah. Cara pembuatan

pakan komplit bentuk mash adalah semua bahan pakan digiling, kemudian
dicampur hingga homogen.
2. Pakan komplit bentuk pellet
Untuk efektivitas dalam pemberian pakan agar tidak benyak yang
tercecer dan terbuang, pakan tersebut dibuat dalam bentuk pelet. Pemberian
pakan komplit bentuk pelet dapat digunakan untuk mengontrol konsumsi
pakan konsentrat dan berserat sesuai dengan proporsi yang diberikan. Selain
itu juga untuk memperbaiki palatabilitas pakan. Daya cerna pakan berbentuk
pelet tidak banyak berubah, bahkan mempunyai kelebihan yaitu dapat
mengurangi berdebunya ransum sehingga memperbanyak konsumsi pakan.
Pakan komplit bentuk pelet untuk ternak ruminansia dapat menurunkan
degradasi protein lebih lanjut sehingga meningkatkan arus asam amino ke
dalam usus halus. Beberapa penelitian menunjukan bahwa konsumsi pakan
domba dengan pakan komplit bentuk pelet lebih tinggi daripada tidak bentuk
pelet. Pertambahan bobot badan harian domba dengan pakan komplit bentuk
pelet juga lebih bagus daripada tidak dibentuk pelet. Konversi pakan pada
pakan yang berbentuk pelet juga lebih bagus dibandingkan dengan pakan
yang tidak dibentuk pelet. Cara pembuatan pakan komplit pellet biasanya
menggunakan mesin pelleting dengan tetep mengkombinasikan hijauan
dengan konsentrat dan tidak lupa ditambahkan zat-zat aditif penambahan
nutrisi dalam pakan komplit.

Permasalahan yang sering terjadi dalam pemberian pakan domba adalah
masalah ketersediaan pakan, terutama pada musim kemarau. Pakan komplit adalah
suatu pola usaha agrobisnis yang memiliki daya saing dan tingkat survival tinggi.
Pemanfaatan sumber daya lokal menjadi dasar utama konsep ini. Pasalnya, sumber
daya Indonesia masih menyimpan plasma nutfah yang berpotensi untuk
menanggulangi kendala keterbatasan pakan ternak. Bahkan, tidak menutup
kemungkinan pada masa yang akan datang konsep ini bisa menjadi andalan pakan
ternak dalam negeri.
Sumber daya lokal yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak
ruminansia adalah pemanfaatan hasil budidaya tanaman pangan dan perkebunan
seperti jerami padi, tongkong jagung, tebon jagung atau batang dan daun jagung sisa
panen, jerami kacang tanah, kulit buah dan biji cokelat, serat dan lumpur sawit,
bungkil inti sawit, serta ampas sagu. Melalui proses bioteknologi praktis dan
sederhana, dapat diciptakan pola pengembangan usaha ternak ruminansia berbasis
sumber daya lokal yang bernilai ekonomis tinggi. Beberapa keuntungan yang
diperoleh dari penerapan konsep Pakan komplit sebagai berikut :
1. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya lokal.
2. Memaksimalkan daur ulang (zero waste).
3. Meminimalisasi kerusakan lingkungan (ramah lingkungan).
4. Diversifikasi usaha.
5. Pencapaian tingkat produksi yang stabil dan memadai dalam jangka panjang.
6. Menciptakan kemandirian.

Selain itu, Pakan komplit juga bisa membantu memecahkan masalah nasional
seperti kebutuhan pakan bermutu yang tersedia setiap saat dan tidak tergantung
musim, harga terjangkau, mudah pemberiannya, dan sudah diawetkan, sehingga lebih
tahan lama disimpan. Dengan pemakaian Pakan komplit, diharapkan populasi ternak
ruminansia dapat ditingkatkan.

IV
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah ini, sebagai berikut:
1. Awal laktasi pemberian hijauan minimal 40% dari total DM dan Penambahan
konsentrat peda pakan antara 0.5-0.7 kg/hari selama dua minggu pertama laktasi,
jangan sampai kebanyakan. Pertengahan laktasi periode ini kualitas hijauan yang
tinggi (minimal 40-45% DM pada ransum) dan Pemberian konsentrat jangan
sampai melebih 2.3 % bobot badan dan sumber non-hijauan lainya. Pada akhir
laktasi Pakan hijauan yang diberikan 50-60% sedangkan konsentrat jangan
melebihi 2.5%.
2. Konsentrat dikatakan sebagai sumber energi < 20% dan serat kasar 18%,
sedangkan konsentrat dikatakan sebagai sumber protein > 20%. Kandungan
komposisi hijauan terdiri dari PK30%. Kandungan
karbohidrat mudah larut dalam air (Water Soluble Carbohydrate atau WSC)
kandungan WSC rumput-rumputan asal tropis sangat rendah (