Rangkuman Pengantar Ilmu Hukum BAB 1 dan

Ginta Febryana Ramadhani
2013110075 (F)

Rangkuman
Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia
Drs. C.S.T. Kansil, S.H

BAB I
Arti dan Tujuan Hukum

Par.1 Manusia dan Masyarakat
1. Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Aristoteles, menyatakan bahwa manusia itu adalah ZOON POLITICON, artinya manusia
itu bahwasebagai makhluk pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama
manusia lainnya, jadi makhluk yang suka bermasyarakat dan oleh karena itu manusia
disebut makhluk sosial.
2. Masyarakat
Persatuan manusia yang timbul dari kodrat yang sama itu lazim disebut Masyarakat. Jadi,
masyarakat itu terbentuk apabila ada dua orang atau lebih hidup bersama, sehingga dalam
pergaulan itu timbul berbagai hubungan atau pertalian yang mengakibatkan bahwa yang
seorang dan yang lain saling kenal mengenal dan pengaruh-mempengaruhi,

3. Golongan-Golongan Dalam Masyarakat
Adapun penyebab golongan-golongan dalam masyarakat, antara lain karena orang:
a. merasa tertarik oleh orang lain yang tertentu
b. merasa mempunyai kesukaan yang sama dengan orang lain
c. merasa memerlukan kekuatan/bantuan orang lain
d. mempunyai hubungan daerah dengan orang lain
e. mempunyai hubungan kerja dengan orang lain

Sifat golongan-golongan dalam masyarakat itu bermacam-macam dan bergantung pada dasar
dan tujuan hubungan orang orang dalam golongan itu.
Pada umumnya ada tiga macam golongan besar yaitu :
1. Golongan yang berdasarkan hubungan kekeluargaan
Contoh : perkumpulan keluarga
2. Golongan yang berdasarkan hubungan kepentingan/pekerjaan
Contoh : perkumpulan ekonomi, koperasi, serikat-kerja, dll
3. Golongan yang berdasarkan hubungan tujuan/pandangan hidup atau ideology
Contoh : partai politik, perkumpulan keagamaan
4. Bentuk Masyarakat
Masyarakat sebagai bentuk pergaulan hidup bermacam-macam ragamnya, diantaranya :
A. Yang berdasarkan hubungan yang diciptakan para anggotanya :

1) Masyarakat paguyuban (gemeinschaft), apabila hubungan itu bersifat
kepribadian dan menimbulkan ikatan batin, misalnya rumah tangga,
perkumpulan kematian dan sebagainya.
2) Masyarakat patembayan (gesellschaft) apabila hubungan itu bersifat tidak
kepribadian dan bertujuan untuk mencapai keuntungan kebendaan, misalnya
Firma, Persekutuan Komanditer, PT, dll.
B. Yang berdasarkan sifat pembentukannya , yaitu :
1) Masyarakat yang teratur oleh karena sengaja diatur untuk tujuan tertentu,
misalnya perkumpulan olahraga.
2) Masyarakat yang teratur tetapi terjadinya dengan sendirinya, oleh karena
orang orang yang bersangkutan mempunyai kepentingan bersama, misalnya
penonton bioskop, konser, pertandingan sepak bola.
3) Masyarakat yang tidak teratur, misalnya para pembaca suatu surat kabar.
C. Yang berdasarkan hubungan kekeluargaan; rumah tangga, saudara, suku, bangsa.
D. Yang berdasarkan peri-kehidupan/kebudayaan;
1) masyarakat primitif dan modern
2) masyarakat desa dan masyarakat kota
3) masyarakat teritorial, yang anggotanya bertempat tinggal dalam suatu daerah
4) masyarakat genealogis, yang anggotanya mempunyai pertalian darah
(seketurunan)

5) masyarakat teritorial-genealogis, yang anggotanya bertempat tinggal dalam
satu daerah dan mereka adalah seketurunan

5. Pendorong Hidup Bermasyarakat
Adapun yang menyebabkan manusia selalu hidup bermasyarakat ialah antara lain dorongan
kesatuan biologis yang terdapat dakan naluri manusia misalnya :
a. hasrat untuk memenuhi keperluan makan dan minum
b. hasrat untuk membela diri
c. hasrat untuk mrngadakan keturunan
Faktor-faktor pendorong lain untuk hidup bermasyarakat ialah : ikatan pertalian darah,
persamaan nasib, persamaan agama, persamaan bahasa, persamaan cita-cita, kebudayaan
dan persamaan kenisyafan bahwa mereka mendiami suatu daerah yang sama.Kesimpulan
yang bisa ditarik adalah bahwa bagi manusia hidup bersama itu merupakan suatu keharusan
yang tidak dapat dielakkan!
6. Tata Hidup Bermasyarakat
Dalam masyarakat yang teratur manusia/anggota masyarakat itu harus memeperhatikan
kaedah kaedah, norma-norma ataupun peraturan hidup tertentu yang ada dan hidup di
masyarakat di mana ia hidup.
Peraturan hidup itu memberi petunjuk kepada manusia bagaimana ia harus bertingkah laku dan
bertindak di dalam masyarakat. Peraturan-peraturan hidup seperti itu disebut peraturan hidup

kemasyarakatan.
Peraturan hidup kemasyarakatan yang bersifat mengatur dan memaksa untuk menjamin tatatertib dalam masyarakat, dinamakan peraturan hukum atau kaedah hukum.

Par.2 Pengertian Hukum
1. Apakah Sebenarnya Hukum Itu?
Definisi tentang Hukum, kata Prof. Mr. Dr. L.J. van Apeldoorn, adalah sangat sulit dibuat,
karena tidak mungkin untuk mengadakannya yang sesuai dengan kenyataan.
Kurang lebih 200 tahun yang lalu, Immanuel Kant pernah menulis sebagai berikut : "Noch
suchen die Juristen eine Definition zu ihrem Begriffe von Recht" (masih juga para sarjana
hukum mencari cari suatu definisi tentang hukum)
2. Pendapat Para Sarjana Tentang Hukum
Penulis-penulis Ilmu pengetahuan Hukum di Indonesia juga sependapat dengan Prof. Mr. Dr.
L.J. van Apeldoorn, seperti Prof. Sudiman Kartodiprojo, SH. menulis sebagai berikut, " Jikalau
kita menanyakan apakah yang dinamakan Hukum, maka kita akan menjumpai tidak adanya
persamaan pendapat. Berbagai perumusan telah dikemukakan ".

Definisi Hukum oleh para ahli :
a. Prof.Mr.E.M. Meyers dalam "De Algemene begrippen van het Burgerlijk Recht":
"Hukum ialah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada
tingkah laku manusia dalam masyarakat, dan yang menjadi pedoman bagi Penguasa-Penguasa

Negara dalam melakukan tugasnya"
b. Leon Duguit:
"Hukum ialah aturan tingkah laku para anggota masyarakat, aturan yang daya penggunaannya
pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan
bersama dan yang jika dilanggar menimbulkan reaksi bersama terhadap orang yang melakukan
pelanggaran itu".
c. Immanuel Kant:
"Hukum ialah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang yang satu
dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang yang lain, menuruti peraturan
hukum tentang kemerdekaan".
Sebab dari mengapa hukum itu sulit didefinisikan adalah karena hukum itu mempunyai segi dan
bentuk yang sangat banyak sehingga tak mungkin tercakup keseluruhan segi dan bentuk
hukum itu.Karena lapangan Hukum itu luas sekali, menyebabkan Hukum itu tidak dapat
diadakan suatu definisi singkat yang meliputi segalanya.
Prof. Kusumadi Pudjosewojo, SH dalam buku beliau "Pedoman Plejaran Tata Hukum
Indonesia" menulis sebagai berikut :
"Selanjutnya hendaknya diperhatikan, bahwa untuk dapat mengerti sungguh-sungguh segala
sesuatu tentang hukum dan mendapat pandangan yang selengkapnya, tidak dapat hanya
mempelajari buah karangan satu atau dua orang tertentu saja. Setiap pengarang hanya
mengemukakan segi-segi tertentu sebagaimana dilihat olehnya".


Par.3. Definisi Hukum sebagai Pegangan
1. Beberapa Definisi Hukum
Drs.E.Utrecht, SH memberikan batasan bahwa : "Hukum itu adalah himpunan peraturanperaturan (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu
masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu".
Para sarjana lain yang mencoba memberikan definisi :
a. S.M. Amin, SH
Dalam buku "Bertamasya ke Alam Hukum" dirumuskan bahwa Hukum adalah :
"Kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi itu disebut hukum
dan tujuan hukum itu adalah mengadakan ketatatertiban dalam pergaulan manusia, sehingga
keamanan dan ketertiban terjaga".

b. J.C.T. Simorangkir, S.H dan Woerjono Sastropranoto, SH
Dalam bukunya "Pelajaran Hukum Indonesia" Ia merumuskan Hukum adalah :
"Hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku
manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan badan resmi yang berwajib,
pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan tadi berakibatkan diambilnya tindakan, yaitu
dengan hukum tertentu".
c. M.H. Tirtaamidjaja, S.H
Dalam bukunya "Pokok-pokok Hukum Perniagaan" Ia merumuskan Hukum adalah :

"Hukum ialah semua aturan (norma) yang harus diturut dalam tingkah laku tindakan-tindakan
dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian -- jika melanggar aturanaturan itu - akan membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya orang akan kehilangan
kemerdekaannya, didenda dan sebagainya".
2. Unsur-Unsur Hukum
Dari beberapa perumusan diatas, dapatlah diambil kesimpulan bahwa Hukum itu meliputi
beberapa unsur, yaitu :
a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
b. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c. Peraturan itu bersifat memaksa
d. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas
3. Ciri-Ciri Hukum
Untuk dapat mengenal hukum itu kita harus dapat mengenal ciri hukum yaitu :
a. Adanya perintah dan larangan
b. Perintah dan atau larangan itu harus patuh ditaati setiap orang.
Hukum meliputi berbagai peraturan yang menentukan dan mengatur perhubungan orang yang
satu dengan yang lain, yakni peraturan peraturan hidup kemasyarakatan yang dinamakan 
Kaedah Hukum. Barangsiapa yang dengan sengaja melanggar sesuatu Kaedah Hukum akan
dikenakan Sanksi (sebagai akibat pelanggaran Kaedah Hukum) yang bernama Hukuman.
Hukuman atau pidana itu bermacam-macam jenisnya, yang menurut pasal 10 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) ialah :

a. Pidana Pokok, yang terdiri dari :
1) Pidana mati
2) Pidana penjara :
> Seumur hidup

> Sementara (setinggi-tingginya 20 tahun dan sekurang-kurangnya satu tahun)
atau pidana penjara selama waktu tertentu
3) Pidana kurungan, sekurang-kurangnya satu hari dan setinggi-tingginya satu tahun
4) Pidana denda (sebagai pengganti hukuman kurungan)
5) Pidana tutupan
b. Pidana Tambahan, yang terdiri dari :
1) Pencabutan hak hak tertentu
2) Perampasan (penyitaan) barang barang tertentu
3) Pengumuman keputusan hakim
4. Sifat dari Hukum
Hukum itu mempunyai sifat mengatur dan memaksa. Ia merupakan peraturan-peraturan hidup
kemasyarakatan yang dapat memaksa orang supaya mentaati tata-tertib dalam masyarakat
serta memberikan sanksi yang tegas (hukuman) terhadap siapa yang tidak mau patuh
menaatinya.


Par.4. Tujuan Hukum
Peraturan-peraturan hukum yang bersifat mengatur dan memaksa anggota masyarakat untuk
patuh dan menaatinya, menyebabkan terdapatnya keseimbangan dalam tiap perhubungan
dalam masyarakat. Setiap pelanggar peraturan hukum yang ada, akan dikenakan sanksi yang
berupa hukuman sebagai reaksi terhadap perbuatan yang melanggar hukum yang
dilakukannya.
Hukum itu bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat dan hukum itu
harus pula bersendikan pada keadilan asas asas keadilan dari masyarakat itu.
Pendapat pendapat dari para ahli :
1. Prof. Subekti, SH
Hukum, menurut Prof. Subekti, S.H melayani tujuan Negara tersebut dengan
menyelenggarakan "keadilan" dan "ketertiban", syarat pokok untuk mendatangkan
kemakmuran dan kebahagiaan.
2. Prof. Mr. Dr. L.J. van Apeldoorn
van Apeldoorn dalam bukunya"Inleiding tot de studie van het Nederlandse recht" bahwa
tujuan hukum ialah mengatur pergaulan hidup di manusia secara damai. Hukum
menghendaki perdamaian.

3. Teori Etis
Ada teori yang bilang, bahwa "Hukuman itu semata-mata menghendaki keadilan". Teori

itu disebut teori etis, menurut teori ini, isi hukum semata-mata harus ditentukan oleh
kesadaran etis kita mengenai apa yag adil dan apa yang tidak adil.
4. Geny
Dalam "Science et technique en droit prive positif" Geny berpendapat bahwa Hukum
bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan. dan sebagai unsur daripada keadilan
disebutkannya "kepentingan daya guna dan kemanfaatan"
5. Bentham (Teori Utilitis)
Dalam "Introduction to the morals and legislation" Ia berpendapat bahwa Hukum
bertujuan untuk mewujudkan semata-mata apa yang berfaedah bagi orang. Dan karena
yang berfaedah bagi satu kalangan, belum tentu berfaedah bagi kalangan lain, maka
menurut teori utilitis, tujuan hukum ialah menjamin adanya kebahagiaan sebanyakbanyaknya pada orang sebanyak-banyaknya. Kepastian melalui hukum bagi
perseorangan merupakan tujuan utama daipada hukum.
6. Prof. Mr. J. van Kan
van Kan berpendapat bahwa " Terdapat kaedah agama, kaedah kesusilaan kesopanan,
yang semuanya bersama-sama iut berusaha dalam penyelenggaraan danb
perlindungan kepentingan orang dalam masyarakat. Apakah itu cukup? Tidak!" Dan
tidaknya karena dua sebab yaitu:
a. Terdapat kepentingan yang tidak teratur baik oleh kaedah agama, kesusilaan
maupun kesopanan, tetapi ternyata memerlukan perlindungan juga
b. Juga kepentingan yang telah diatur oleh kaedah tersebut diatas, belum cukup

terlindungi.

BAB II
Sumber – sumber Hukum

Par.5 SUMBER-SUMBER HUKUM MATERIAL dan FORMAL
Sumber hukum ialah : segala apa yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan
yang bersifat memaksa, yakni aturan yang kalau dilanggar
mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.
Sumber hukum itu dapat ditinjau dari segi material dan formal.
1. Sumber-sumber hukum material, dapat ditinjau lagi dari berbagai sudut, misalnya
dari sudut ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat dsb.
Contoh :
a. Seorang ahli ekonomi akan mengatakan, bahwa kebutuhan ekonomi dalam
masyarakat itulah yang menyebabkan timbulnya Hukum
b. Seorang sosiolog akan mengatakan bahwa yang menjadi sumber Hukum adalah
peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.
2. Sumber-sumber Hukum formal antara lain adalah :
a. Undang-undang (statute)
b. Kebiasaan (custom)
c. Keputusan Hakim (Jurisprudentie)
d. Traktat (treaty)
e. Pendapat sarjana hukum (doktrin)
3. Undang-Undang
Undang undang adalah suatu peraturan yang mempunyai kekuatan hukum yang
mengikat diadakan dan dipelihara oleh penguasa negara. Menurut BUYS, undang
undang memiliki dua arti, yakni :
a. Undang undang dalam arti formal : ialah setiap keputusan Pemeritah yang memerlukan
undang-undang karena cara pembuatannya (misal : dibuat oleh Pemerintah bersama-sama
dengan Parlemen); arti sempit
b. Undang undang dalam arti material : ialah setiap keputusan Pemerintah yang menurut
isinya mengikat langsung setiap penduduk arti luas
1) Syarat berlakunya undang-undang
Syarat mutlak untuk berlakunya UU ialah diundangkan dalam Lembaran Negara
(LN) oleh Menteri/Sekretaris Negara (dahulu: Menteri Kehakiman). Tanggal mulai
berlakunya suatu UU menurut tanggal yang ditentukan dalam UU itu sendiri. Jika
tanggal berlakunya itu tidak disebutkan dalam UU, maka UU itu mulai berlaku 30 hari

sesudah diundangkan dalam L.N. untuk Jawa dan Madura, dan untuk daerah daerah
lainnya baru berlaku 100 hari setelah pengundangan dalam L.N. Sesudah syarat
tersebut dipenuhi, maka berlakulah suatu fictie dalam hukum : "SETIAP ORANG
DIANGGAP TELAH MENGETAHUI ADANYA SUATU UNDANG-UNDANG". Ini berarti
bahwa jika seseorang melanggar UU tsb, ia tidak diperkenankan membela dan
membebaskan diri dengan alasan "saya tidak tahu mengenai adanya UU itu".
2) Berakhirnya kekuatan berlaku suatu UU
Suatu UU tidak berlaku lagi jika :
 Jangka waktu berlaku telah ditentukan oleh UU itu sudah lampau
 Keadaan atau hal untuk mana UU itu diadakan sudah tidak ada lagi
 Undang-undang itu dengan tegas dicabut oleh instansi yang membuat atau instansi
yang lebih tinggi
 Telah diadakan UU yang baru yang isinya bertentangan dengan UU yang dulu
berlaku.
3) Pengertian Lembaran Negara dan Berita Negara
Pada zaman Hindia-Belanda Lembaran Negara disebut Staatsblaad. Setelah UU diundangkan
dalam L.N, ia kemudian diumumkan dalam Berita Negara, setelah itu diumumkan dalam Siaran
Pemerintah melalui radio/televisi dan melalui surat kabar. Pada zaman Hindia-Belanda, Berita
Negara disebut De Javasche Courant dan di zaman Jepang disebut Kan Po. Adapun beda
antara Lembaran Negara dan Berita Negara adalah :
a. Lembaran Negara ialah suatu Lembaran(kertas) tempat mengundangkan(mengumumkan)
semua peraturan-peraturan negara dan pemerintah agar sah berlaku. Lembaran Negara
diterbitkan oleh Departemen Kehakiman(sekarang Sekretariat Negara), yang disebut dengan
tahun penerbitannya dan Nomor berurut. Misal : L.N. tahun 1962 No.1 (L.N. 1962/1)
Contoh: L.N 1950 No. 56 isinya : Undang Undang Dasar Sementara (1950)
b. Berita Negara ialah suatu penerbitan resmi Departemen Kehakiman(sekretariat negara)
yang memuat hal hal yang berhubungan dengan peraturan-praturan negara dan pemerintah
dan memuat surat-surat yang dianggap perlu seperti : akta pendirian P.T, Firma, Koperasi, dll.
Catatan : Tempat pengundangan Peraturan-peraturan Daerah/Kotapraja ialah : Lembaran
Daerah/Lembaran Kotapraja.
4. Kebiasaan (Custom)
Kebiasaan ialah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yang sama.
Aapabila suatu kebiasaan diterima oleh masyarakat, dan kebiasaan itu selalu berulang-ulang
dilakukan sedemikian rupa, sehingga tindakan yang berlawanan dengan kebiasaan itu
dirasakan sebagai pelanggaran perasaan hukum, maka dengan demikian timbullah suatu
kebiasaan hukum, yang oleh pergaulan hidup dipandang sebagai hukum.
Menurut pasal 15 Algemene Bepalingen van Wetgeving voor Indonesia : "Kebiasaan tidaklah
menimbulkan hukum, hanya kalau UU menunjuk pada kepada kebiasaan.

Contoh :
Dalam pasal 1339 Kitab UU Hukum Sipil (KUHS) disebutkan : Persetujuan-persetujuan tidak
hanya mengikat untuk apa yang telah ditetapkan denbgan tegas oleh persetujuan-persetujuan
itu, tetapi juga untuk segala sesuatu menurut sifat persetujuan itu diwajibkan oleh kebiasaan.
5. Keputusan Hakim (Jurisprudentie)
Menurut pasal 22 A.B(Algemene Bepalingen van Wetgeving voor Indonesia) "Hakim yang
menolak untuk menyelesaikan suatu perkara dengan alasan bahwa peraturan perundangan
yang bersangkutan tidak menyebutkan, tidak jelas atau tidak lengkap, maka ia dapat dituntut
untuk hukum karena menolak mengadili".
Dari pasal ini, sudah jelas bahwa seorang hakim mempuyai hak membuat peraturan sendiri
untuk menyelesaikan perkara. Apabila UU ataupun kebiasaan tidak memberi peraturan yang
dapat dipakainya untuk menyelesaikan perkara maka hakim haruslah berusaha membuat
peraturan sendiri.
Keputusan hakim yang berisikan suatu peraturan sendiri berdasarkan wewenang yang
diberikan pasal 22 A.B menjadilah dasar keputusan hakim lainnya/kemudiannya untuk
mengadili perkara yang serupa dan keputusan hakim tersebut lalu menjadi sumber hukum bagi
pengadilan. Dan keputusan hakim yang demikian disebut Jurisprudensi.
Ada dua macam Jurisprudensi :
a. Juresprudensi tetap
b. Jurisprudensi tidak tetap
Jurisprudensi tetap ialah keputusan hakim yang terjadi karena rangkaian keputusan serupa
dan yang menjadi dasar bagi pengadilan(Standard-arresten) untuk mengambil keputusan.
Seorang hakim mengikuti keputusan hakim yang terdahulu itu karena ia sependapat dengan isi
keputusan tersebut dan lagi pula hanya dipakai sebagai pedoman dalam mengambil sesuatu
keputusan mengenai suatu perkara yang serupa.
6. Traktat (Treaty)
Apabila dua orang mengadakan kata sepakat(konsensus) tentang sesuatu hal, maka mereka itu
lalu mengadakan perjanjian. Akibat perjanjian ini ialah bahwa pihak yang bersangkutan terikat
pada isi perjanjian yang mereka adakan itu. Hal itu disebut Pacta Sunt Servanda yang berarti
“bahwa perjanjian mengikat para pihak yang mengadakannya atau setiap perjanjian harus
ditaati dan ditepati”
Perjanjian yang diadakan oleh dua negara atau lebih disebut perjanjian antara negara atau
perjanjian internasional ataupun Traktat. Traktat juga mengikat warganegara dari negara
yang bersangkutan. Jika traktat diadakan hanya oleh 2 negara, maka traktat itu adalah Traktat
Bilateral. Jika Traktat itu diadakan lebih dari 2 negara maka traktat itu disebutTraktat
Multilateral.
Apabila ada Traktat Multilateral memberikan kesempatan kepada negara yang pada permulaan
tidak turut mengadakannya, tetapi kemudian juga menjadi pihaknya, maka traktat tersebut

adalah Traktat Kolektif atau Traktat Terbuka, misalnya Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
7. Pendapat Sarjana Hukum (Doktin)
Pendapat para sarjana hukum juga mempunyai kekuasaan dan berpengaruh dalam
pengambilan keputusan hakim. Jurisprudensi terlihat bahwa hakim sering berpegang pada
pendapat seorang atau beberapa orang sarjana hukum yang terkenal dalam ilmu pengetahuan
hukum. Pendapat itu menjadi dasar keputusan hakim tersebut.
Mahkamah Internasional dalam Piagam Mahkamah Internasional(Statute of the International
Court of Justice) pasaal 38 ayat 1 mengakui, bahwa dalam menimbang dan memutus suatu
perselisihan dapat mempergunakan beberapa pedoman yang antara lain adalah :
a. Perjanjian-perjanjian internasional (International Conventions)
b. Kebiasaan-kebiasaan internasional (International Customs)
c. Asas-asas hukum yang diakui oleh bangsa bangsa yang beradab(the general
principles of law recognised by civilised nations)
d. Keputusan hakim(Judicial decisions) dan pendapat-pendapat sarjana hukum.

Par.6 PERATURAN PERUNDANGAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
1. Masa Sebelum Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Berdasarkan atau bersumber pada UU Sementara 1959 dan Konstitusi RIS-1949, peraturan
perundangan di Indonesia terdiri dari :
a. UUD
b. UU dan UU Darurat
c. Peraturan Pemerintah tingkat Pusat
d. Peraturan Pemerintah tingkat Daerah
1) UUD ialah satu piagam yang menyatakan cita-cita bangsa dan memuat garis besar dasar
dan tujuan Negara. Surat UUD dibentuk oleh suatu badan tertentu yang khusus:
a. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang menetapkan UUD-1945
b. Majelis Permusyarakatan Rakyat menurut ketentuan UUD 1945
c. Konstituante dan Pemerintah menurut ketentuan UUDS-1950 dan Konstitusi RIS1949
Undang undang yang dibentuk berdasarkan UUD disebut UU organik (UU pelaksanaan dari
suatu UUD) Suatu UUD mempunyai rangka seperti berikut :
a. Mukadimah atau Pembukaan/Preambule
b. Bab-bab yang terbagi atas bagian-bagian
c. Bagian yang terdiri atas pasal
d. Pasal terdiri dari ayat
Rangka UUD 1945 adalah :
1. Pembukaan : 4 Alinea
2. Isi UUD-1945 : 16 Bab, 37 Pasal, 4 pasal Aturan Peralihan, 2 Ayat Aturan Tambahan
3. Penjelasan UUD 1945

UUD biasa juga disebut Konstitusi, akan tetapi sebenarnya Konstitusi tak sama dengan UUD,
UUD itu merupakan peraturan hukum negara yang tertulis sedangkan Konstitusi tidak saja
meliputi peraturan tertulis tetapi juga mencakup peraturan hukum negara yang tidak tertulis
(Conventions). Jadi pengertian Konstitusi itu lebih luas daripada UUD.
2) Undang Undang (biasa) ialah peraturan negara yang diadakan untuk menyelenggarakan
pemerintahan pada umumnya yang dibentuk berdasarkan untuk melaksanakan UUD. Menurut
UUDS 1950 oasal 89 UU dibentuk oleh Pemerintahan bersama sama dengan DPR.
Suatu UU terdiri atas :
a. Konsiderans : yakni alasan alasan yang menyebabkan dibentuknya suatu UU
Konsiderans dinyatakan dengan kata-kata:
Menimbang : bahwa..........dan seterusnya....
Mengingat : .............
b. Diktum : ialah keputusan yang diambil oleh pembuat UU, setelah disebutkan alasan
pembentukannya, Diktum dinyatakan dengan kata-kata :
Memutuskan :
Menetapkan .....
c. Isi : isi UU itu terdiri dari : Bab-bab, Bagian, Pasal, Ayat-ayat.
Undang undang Darurat ialah UU yang dibuat oleh Pemerintah sendiri atas kuasa dan
tanggung jawab Pemerintah yang karena Keadaan yang mendesak perlu diatur dengan segera.
UUD Darurat dikeluarkan dengan bentuk dan ketrangan keterangan seperti UU biasa dengan
perbedaan :
1. dalam menimbang harus diterangkan bahwa keadaan yang mendesak peraturan ini
perlu segera diadakan.
2. Kalimat"dengan persetujuan DPR" dihilangkan. UUD darurat dapat kemudian
disahkan oleh Presiden dengan persetujuan DPR menjadi UUD biasa
3. Peraturan Pemerintah (pusat) adalah suatu peraturan yang dibuat semata mata oleh
Pemerintah dengan bentuk dan keterangan yang seperti UU darurat, dengan perbedaan
kalimat "bahwa keadaan mendesak.." dihilangkan.
4. Peraturan Daerah ialah semua peraturan yang dibuat pemerintah setempat untuk
melaksanakan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi derajatnya. Berdasarkan UU
no. 22 tahun 1948 dikenal :
a. Peraturan Provinsi
b. Peraturan Kotapraja
c. Peraturan Kabupaten
d. Peraturan Desa
Sekarang ini berdasarkan UU no.5 tahun 1974 dikenal:
a. Peraturan Daerah Tingkat I
b. Peraturan Dareah Tingkat II
2. Masa setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959

1) Bentuk dan tata urutan peraturan perundangan
Untuk mengatur masyarakat, Pemerintah mengeluarkan aturan negara yang biasnaya disebut
peraturan perundangan. Peraturan yang dikeluarkan Pemerintah harus berdasar/melaksanakan
UUD1945.
Bentuk dan tata urutan peraturan perundangan menurut Ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1966
(dikuatkan Ketetapan MPR. No V/MPR/1973) adalah sebagai berikut :
a) UUD 1945
b) Ketetapan MPR
c) UU dan Peraturan pemerintah sebagai pengganti UU (PERPU)
d) Peraturan Pemerintah (PP)
e) Keputusan Presiden (KEPPRES)
f) Peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya
Tata urutan peraturan perundangan tersebut tidak dapat diubah karena tata urutan peraturan
perundangan dan menunjukkan kepada tinggi rendahnya tingkat kedudukan masing masing
peraturan negara tersebut. Misalnya : UU tidak boleh boleh bertetangan dengan ketetapan
MPR.
2) Undang-undang Dasar 1945
UUD1945 adalah bentuk peraturan perundangan yang tertinggi, yang menjadi dasar dan
sumber bagi semua peraturan perundangan bawahan dalam negara Republik Indonesia.
Ketentuan yang tercantum dalam pasal UUD 1945 adalah ketentuan yang tertinggi yang
pelaksanaannya dilakukan dengan Ketetapan MPR(S) dan UU.
3) Ketetapan MPR
Mengenai Ketetapan MPR ada dua macamnya :
a. Ketetapan MPR yang memuat garis-garis besar dalam bidang legislatif dilaksanakan
dengan UU
b. Ketetapan MPR yang memuat garis garis besar dalam bidang eksekutif dilaksanakan
dengan Keputusan Presiden
4) Undang Undang
Undang undang adalah salah satu bentuk Perundangan yang diadakan untuk melaksanakan
UUD atau Ketetapan MPR. UU yang dibentuk berdasarkan ketentuan dalam UUD dinamakan
UU organik.
Syarat mutlak berlakunya suatu UU ialah setelah diundangkan dalam Lembaran Negara
(Lembaran Negara adalah tempat pengundangan peraturan-peraturan negara agar supaya sah
berlaku) oleh Sekretaris Negara, dan tanggal mulai berlakunya ialah menurut tanggal yang
ditentukan dalam UU itu sendiri.
Berkenaan dengan berlakunya UU, kita mengenal beberapa asas Peraturan Perundangan :

a. UU tidak berlaku surut
b. UU yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi mempunyai kedudukan yang lebih tinggi
pula
c. UU yang bersifat khusus menyampingkan undang-undang yang bersifat umum
d. UU yang berlaku kemudian membatalkan UU yang terdahulu(yang mengatur hal yang sama
e. Undang undang tak dapat diganggu gugat
5) Peraturan pemerintah sebagai pengganti UU (Perpu)
Perpu diatur dalam UUD1945 pasal 22 sebagai berikut :
a. dalam hal ikhwal kegentingan yang mamaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan
pemerintah sebagai pengganti UU
b. Peraturan Pemerintah itu harus mendapat persetujuan DPR dalam persidangan yang berikut
c. Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus dicabut
Peraturan seperti ini memang perlu diadakan, agar supaya keselamatan negara dijamin oleh
Pemerintah dalam keadaan yang genting, yang memaksa Pemerintah untuk bertindak lekas
dan cepat.
6) Peraturan Pemerintah dan Keputusan Presiden
UUD45 memberikan lagi kekuasaan kepada Presiden untuk menetapkan Peraturan
Pemerintahan untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya (pasal 5 ayat 2
UUD45). Dikenal pula Peraturan Pemerintah daerah seperti Peraturan daerah
Swatantra(otonom) tingkat I, tingkat II, dan daerah lainnya.
Peraturan Pemerintah (pusat) memuat aturan umum untuk melaksanakan UU, sedangkan
Peraturan Pemerintah Daerah memuat aturan umum untuk melaksanakan Peraturan
Pemerintah Pusat.
Peraturan Pemerintah Daerah isinya tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Pemerintah
Pusat, dan jika ternyata bertentangan maka Peraturan Pemerintah yang bersangkutan dengan
sendirinya batal. Presiden berhak juga mengeluarkan Keputusan Presiden yang berisi
keputusan yang bersifat khusus (einmalig = berlaku/mengatur suatu hal tertentu saja)

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2