Transformasi Fasade Ruko (Studi Kasus di Koridor Mayjend Sutoyo Siswomihardjo, Medan)
74 LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR NARASUMBER
Nama : Ahong Umur : 36 Alamat : Jl. Mayjend Sutoyo Siswomihardjo (Jl. Perdana) Pekerjaan: Pedagang Nama : Cicik Umur : 28 Alamat : Jl. Mayjend Sutoyo Siswomihardjo (Jl. Perdana) Pekerjaan: Pedagang Nama : Ahmad Helmi Umur : 45 Alamat : Jl. Mayjend Sutoyo Siswomihardjo (Jl. Perdana) Pekerjaan: Wiraswasta Nama : Ahun Umur : 33 Alamat : Jl. Mayjend Sutoyo Siswomihardjo (Jl. Perdana) Pekerjaan: Pedagang Nama : Linawaty Umur : 41 Alamat : Jl. Mayjend Sutoyo Siswomihardjo (Jl. Perdana)
75 Universitas Sumatera Utara
TRANSFORMASI FASADE RUKO
STUDI KASUS DI KORIDOR MAYJEND SUTOYO, MEDAN Rifqi Sudrajat, Imam Faisal PaneDepartemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara kirifqi@gmail.com ABSTRACT
The existence of shophouse is identical to Chinese Culture. In Indonesia , the emergence of shophouse has started since the arrival of the Chinese community. In its development in Indonesia the shophouse which is inhabitated by the Chinese began to adopt other cultures such as Malay and European. The shophouse facade has undergone changes over time. The aim of this study is to determine the transformation of shophouse facade as well as things that cause the change in context with cultural transformation. Three shophouse in Mayjend Sutoyo Street are used as sample. These three shophouse are different in style and appearance, and were built in different period. The researcher gathered primary data through the observation of shophouse facade element, and an interview with the owner or the occupant of the shophouse. The secondary data was obtained through literature studies that related to the history and life of the Chinese community in Medan. The finding of this research found that the changes of shophouse facade caused by the changes in the Chinese culture. The source of the changs comes from within the culture (evolution) and outer culture (diffusion). The diffusion in this study caused by the technological development and the changing trends which comes from the western culture. The evolution caused by the changing in needs and preferences of the inhabitant culture. The finding of this study may recommend that the design of the facade shophouse must be compatible with the inhabitant culture.
Keywords: transformation, culture, facade, shophouse.
di kota Medan yang pada umumnya
PENDAHULUAN
dihuni oleh etnis Cina. Masyarakat yang Pada akhir abad ke-19 sampai tinggal di kawasan perdagangan ini awal abad ke-20 terjadi gelombang menjalankan usaha di rumah mereka. migrasi besar ke kota Medan.
Kawasan inilah yang disebut sebagai Orang Cina dan Jawa didatangkan pecinan. Salah satu kawasan sebagai kuli kontrak akibat kurangnya perdagangan yang berkembang dengan tenaga kerja di perkebunan. Lingkungan pesat saat itu adalah Kesawan . Kesawan perkebunan yang buruk mengakibatkan yang dulunya merupakan perkampungan kuli dari Cina kabur dan mengakhiri telah berubah menjadi menjadi salah kontrak kerjanya Setelah itu, sebagian satu pusat perdagangan di Kota Medan. dari kuli-kuli Cina ini pulang kembali ke negaranya dan sebagian lagi menetap di
Di kawasan Kesawan terdapat suatu Medan. Mereka yang menetap kemudian pasar, pasar ini adalah pasar tertua di diberi hak istimewa dan dipercaya untuk
Kota Medan, bangsa Belanda mengembangkan perdagangan di menjulukinya sebagai Oude Markt. Medan.
Hingga saat ini masih dapat kita saksikan sisa-sisa dari keberadaan Oude
Markt ynagkini bernama Jalan Mayjend
Perkembangan pesat di Kota Medan Sutoyo. Di koridor ini berdiri ruko-ruko pada masa itu dapat ditandai dengan kolonial peninggalan zaman penjajahan berkembangnya kawasan perdagangan
Belanda.Di koridor Mayjend Sutoyo dapat pula kita temukan sejumlah ruko- ruko modern yang menggantikan ruko- ruko lama.
Setiap tipe ruko memiliki gaya arsitektur yang berbeda, serta elemen fasade yang berbeda pula. Perbedaan pada fasade ruko-ruko inilah yang menjadi salah satu dasar penelitian ini. Hal apa yang menyebabkan perbedaan fasade pada ruko-ruko tersebut ?. Mengapa fasade ruko terus berubah ? tentunya hal ini menjadi pertanyaan. Menurut Krier (2002) fasade bangunan menyampaikan fenomena budaya pada masa bangunan itu dibangun (Krier, 2001). Menurut Rapoport dalam Loebis (2002) arsitektur ditentukan berdasarkan budaya. Dengan demikian transformasi dalam arsitektur dan prosesnya juga ditentukan oleh budaya. Apakah perubahan fasade ruko juga diakibatkan oleh perubahan budaya ?. Untuk itu, penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas dengan cara menelusuri fasade ruko di koridor Jalan Mayjend Sutoyo serta kaitannya dengan transformasi budaya.
TINJAUAN PUSTAKA Budaya dalam Arsitektur
Budaya adalah suatu hal yang menceritakan tentang sekelompok orang yang memiliki nilai, kepercayaan dan pandangan hidup yang sama, serta suatu sistem simbol yang dipelajari dan disebarkan. Budaya menciptakan suatu sistem aturan dan kebiasaan, yang merefleksikan idealisme dan menciptakan gaya hidup, tata cara hidup, peran, kelakuan, makanan, bahkan suatu bentuk buatan misalnya arsitektur, Parson dan Shils, Rapoport dalam Loebis (2002).
Transformasi
Transformasi adalah salah satu insting dasar manusia yang dapat didefinisikan sebagai serangkaian transisi pada masyarakat dalam usahanya untuk melakukan adaptasi dalam perubahan di dunia, Loebis (2002).
Sumber Perubahan
Perubahan dapat didefinisikan sebagai serangkaian kejadian yang terjadi dalam suatu kurun waktu yang melahirkan suatu modifikasi atau pergantian suatu elemen dari pola budaya yang mengarah pada pergerakan pola dalam waktu dan ruang yang menghasilkan pola budaya lain (Loebis, 2002). Perubahan budaya berkaitan dengan waktu. Perubahan budaya bersifat historis dan berhubungan dengan urutan kejadian dan pergerakan dalam ruang dan waktu dan hanya bisa dipelajari melalui catatan historis.
Perubahan Budaya Melalui Evolusi
Menuruth Smith dalam Loebis (2002), perubahan disebabkan oleh tiga faktor. Faktor yang pertama adalah kumpulan minat materi masyarakat, yang kedua adalah ideologi yang menanamkan pandangan hidup, dan yang ketiga adalah ketertarikan suatu kelompok budaya.
Perubahan Budaya Melalui Difusi
Difusi dapat diartikan sebagai perpindahan elemen budaya dari satu budaya ke budaya lainnya (Loebis, 2002).
Paham difusionisme meyakini bahwa perubahan terbesar berasal dari luar budaya penerima, dan tugas para peneliti adalah untuk mencari keanehan, pengulangan yang terjadi dimana perubahan mendesak pengaruhnya pada kultur penerima.
Perpaduan Pertukaran Internal dan Eksternal
Dalam paham difusionisme efek pertukaran internal dalam proses perubahan dan transformasi tidak diperhitungkan. Dalam Paham evolusionisme perubahan yang dihasilkan akibat faktor eksternal diabaikan. Pertukaran budaya internal terjadi karena pertukaran elemen budaya dalam suatu kebudayaan (difusi internal), sedangkan pertukaran budaya eksternal terjadi karena pertukaran elemen budaya dengan budaya lain (evolusi eksternal), (Loebis, 2002).
Fasade
Penelitian ini tergolong ke dalam jenis penelitian kualitatif. Penelitian- penelitian yang biasanya menunjang penggunaan pengumpulan data dengan metode kualitatif adalah penelitian historis dan penelitian deskriptif.
Perkiraan Tampilan Entrance
Gerbang Tambahan Ruko di Kesawan dengan Entrance yang Serupa dengan Ruko di Penang Ruko di Penang dalam periode yang sama Entrance Ruko Sekarang
Gambar 1. Transformasi Entrance dan Pintu pada Ruko Tipe 2 Ruko Tipe 9
Pada tipe ruko ini, elemen pintu mendominasi fasade lantai 1 ruko. Model pintunya berupa panel lipat berbahan kayu yang dilengkapi dengan gerbang tambahan.
Ruko Tipe 2
Entrance dan Pintu
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Transformasi Fasade Ruko
Sampel dalam penelitian ini dipilih melalui metode purpossive sampling. Objek pada penelitian ini adalah tiga tipe ruko yaitu ruko tipe 2 (1910-an), tipe 9 (1950-an), tipe 13 (2000-an). Ruko-ruko tersebut dipilih dikarenakan memiliki fasade dan gaya arsitektur yang berbeda dan rentang waktu yang cukup jauh sehingga perubahannya lebih mudah diamati. Data primer diperoleh melalui survey visual, penggambaran dan pemetaan serta interview. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur. Setelah data dikumpulkan selanjutnya dilakukan analisis transformasi fasade dengan metode deskriptif dan penyebab perubahan fasade dengan metode historis.
Hokkian yang mendominasi populasi Cina perantauan di kota-kota Asia Tenggara mempunyai kebiasaan menetap dan melakukan aktivitas perdagangan dan rumah tangga di ruko (Wicaksono, 2007).
Menurut Krier (2001), fasade merupakan elemen arsitektur terpenting yang dapat mengekspresikan fungsi serta makna suatu bangunan. Fasade menyampaikan fenomena budaya pada masa bangunan itu dibangun. Fasade suatu bangunan dapat mencerminkan penghuni bangunannya dan pada akhirnya fasade menjadi representasi suatu komunitas kepada publik (Krier, 2001). Elemen-elemen pembentuk fasade bangunan, antara lain adalah sebagai berikut (Krier, 2001):
Istilah ruko diperkirakan berasal dari bahasa Hokkian , tiam chu yang berarti "rumah" dan "toko". Etnis
Menurut Wicaksono (2007) ruko adalah sebutan untuk bangunan-bangunan di Indonesia yang pada umumnya memiliki ketinggian dua hingga lima lantai dan memiliki fungsi ganda yaitu sebagai hunian dan komersial. Lantai bawah biasanya dipergunakan sebagai tempat usaha atau kantor, sedangkan lantai atas dimanfaatkan sebagai tempat tinggal.
Ruko
f) Atap
e) Ornamen
d) Dinding
c) Jendela
b) Pintu
a) Entrance
METODOLOGI PENELITIAN
Pintu masuk utama pada tipe ruko ini berupa pintu lipat yang dilengkapi dengan kaca. Terkadang dilengkapi dengan gerbang tambahan.
Pada ruko tipe 9 ini jendela yang digunakan adalah jendela mati dengan kaca berwarna gelap dan kusen aluminium.
Fanlight Kisi-kisi Jendela dengan Frame Aluminium dan Kaca Mati dan Teralis
Pintu Lipat Kayu Gerbang Tambahan Pintu Lipat Metal
Berdasarkan gambar-gambar di atas, maka dapat diketahui bahwa pada ruko tipe 2 ditemukan jendela dengan kisi- kisi kayu, penggunan kaca pada jendelanya sangat minimal, skala jendelanya cukup besar sehingga memenuhi fasade lantai dua bangunan. Pada ruko tipe 9 dan 13 ditemukan ruko dengan jendela mati pada fasade depannya. Kusen pada ruko modern tidak hanya menggunakan kayu saja, ada juga yang menggunakan material seperti aluminium.
Gambar 6. Jendela Ruko Tipe 13
Pada fasade depan tipe ruko ini jendela yang digunakan adalah jendela mati berupa kaca-kaca pada fasade depan, kusen aluminium .
Gambar 5. Jendela Ruko Tipe 9 Ruko Tipe 13
Gambar 4. Jendela Ruko Tipe 2 Ruko Tipe 9
Gambar 2. Entrance dan Pintu pada Ruko Tipe 9 Ruko Tipe 13
Ruko tipe ini menggunakan jendela bermodel ganda dengan kisi-kisi. Di atas jendela dapat dijumpai fanlight.
Ruko Tipe 2
Jendela
Ruko 9 dan 13 juga banyak yang dilengkapi dengan pintu atau jerjak tambahan. Dengan demikian, maka dapat diketahui bahwa perubahan fisik yang terjadi pada pintu ruko adalah perubahan material pintu dari kayu menjadi metal, perubahan dari pintu tanpa jerjak menjadi pintu dengan jerjak. Adapun perubahan fisik yang terjadi pada entrance dan pinturuko diakibatkan oleh difusi dan evolusi. Difusi disini akibatkan oleh pergantian tren, sedangkan evolusi diakibatkan oleh fungsi dan kebutuhan serta kemanan penghuni ruko.
Berdasarkan gambar-gambar atas, maka dapat diketahui bahwa ruko tipe 2 menggunakan pintu dengan material kayu, ruko tipe 13 tidak hanya menggunakan pintu kayu tetapi juga material lain seperti metal, aluminium.
Gambar 3. Entrance dan Pintu pada Ruko Tipe 13
Pada tipe ruko ini pintu utama yang digunakan berupa pintu panel lipat berbahan metal.
Detail Ventilasi Mirrored Glass Adapun perubahan fisik yang terjadi pada jendela ruko yaitu perubahan dari penggunaan jendela yang dapat dibuka menjadi jendela mati, penggunaan kaca yang minimal pada desain jendela menjadi jendela yang didominasi oleh elemen kaca, perubahan kusen kayu menjadi kusen aluminium. Perubahan pada jendela ruko ini ternyata diakibatkan oleh difusi dan evolusi. Keduanya disebabkan oleh perkembangan teknologi.
Dinding
Ruko Tipe 2
Ukiran Ornamen Lengkungan
Dinding Beton Alucobond Ukiran pada Kolom
Dinding Bata Plesteran Dinding Beton
Pada ruko tipe ini ornamentasinya sangat minim, hanya terdapat detail lengkungan pada ventilasi bangunan.
Gambar 10. Ornamen Ruko tipe 2 Ruko Tipe 9
Pada tipe ruko ini dapat dijumpai ornamen lengkungan di atas jendela, dan di atas lengkungan tersebut terdapat suatu keystone. Selain itu terdapat pula ukiran-ukiran
Ornamen
Ruko Tipe 2
Berdasarkan gambar-gambar di atas, maka dapat diketahui bahwa fasade ruko-ruko di Jalan Mayjend Sutoyo menggunakan dinding bertekstur dan dinding polos. Pada ruko tipe 3dapat diamati dindingnya merupakan dinding polos dengan plasteran. Pada ruko tipe 9 dijumpai dinding dengan tekstur dan finishing polos. Namun, pada tipe 13 digunakan panel-panel alucobond. Terjadi perubahan elemen dinding dari elemen dinding plasteran polos menjadi dinding yang dilapisi dengan alucobond. Perubahan pada elemen dinding tentunya sangat terkait dengan konstruksi dan teknologi bangunan. Teknologi dan konstruksi dari luar banyak berpengaruh ke dalam arsitektur di Indonesia salah satunya yaitu ruko. Jadi dapat disimpulkan bahwa perubahan dinding ruko diakibatkan oleh difusi.
Gambar 9. Dinding Ruko Tipe 13
Pada tipe ruko ini dindingnya dilapisi dengan material seperti panel alucobond.
Gambar 8. Dinding Ruko Tipe 9 Ruko Tipe 13
Tipe ruko ini menggunakan material beton sebagai dindingnya dengan plasteran polos bertekstur halus.
Gambar 7. Dinding Ruko Tipe 2 Ruko Tipe 9
Pada tipe ruko ini digunakan dinding bata dengan plasteran polos bertekstur halus.
Keystone Gambar 11. Ornamen Ruko tipe 8 Ruko Tipe 13
Ornamen pada tipe ruko ini berupa berupa bidang persegi panjang , yang terbuat dari alucobond.
Gambar 12. Ornamen Ruko tipe 12
Berdasarkan gambar-gambar di atas, maka dapat diketahui bahwa terdapat ornamen pada fasade bangunan- bangunan ruko di Jalan Mayjend Sutoyo. Melalui observasi, dapat kita amati bahwa pada fasade ruko kolonial (tipe 2) terdapat ornamen dan ukiran yang sangat kental akan gaya Eropa dengan jenis yang cukup beragam mulai dari kolom, pilaster, ventilasi, keystone dan detail-detail lainnya. Keberadaan ornamen ini memberikan karakter yang khas dan kesan megah pada fasade ruko tersebut. Berlawanan dengan fasade ruko tipe 2, pada ruko tipe 9 dan tipe 13 jarang ditemukan ornamen.
Perubahan yang terjadi pada ornamen ruko yaitu berkurangnya penggunaan ornamen, perubahan ornamen dengan bentuk yang rumit menjadi ornamen dengan bentuk sederhana. Perubahan ornamen pada fasade ruko terjadi akibat difusi, dan dari evolusi. Difusi disini diakibatkan oleh pergantian tren dalam arsitektur yang menyebabkan naik dan turunnya penggunaan ornamen. Sedangkan evolusi disini diakibatkan oleh keinginan, serta kebutuhan pemilik ruko.
Atap
Ruko Tipe 2
Bentuk atap pada tipe ruko ini adalah atap pelana dan material penutup atap yang digunakan adalah seng. Atap ini bukanlah atap asli pada ruko ini. Atap aslinya menggunakan penutup atap genteng yang terbuat dari tanah liat dan bentuk atapnya diperkirakan menggunakan atap Ngang Shan (lihat gambar di bawah).
Gambar 13. Atap Ruko tipe 2 Ruko Tipe 9
Ruko tipe ini menggunakan atap berbentuk perisai sedangkan material penutup atap yang digunakan adalah seng.
Gambar 14. Atap Ruko tipe 9 Ruko Tipe 13
Pada tipe ruko ini digunakan atap berbentuk datar yang terbuat dari cor beton. Selain itu pada sisi depan ruko terdapat semacam mahkota yang berfungsi sebagai elemen dekoratif.
Berdasarkan gambar di atas, maka dapat kita amati perubahan bentuk atap dari bentuk atap miring menjadi bentuk atap
Atap Ngang Shan Ornamen di Ujung Atap Salah Satu Ruko di Jl. Masjid dengan Atap Ngang Shan Perkiraan Bentuk Atap
Seng Atap Saat ini Atap Perisai Material Seng
Atap Datar Beton Detail Atap datar. Selain itu juga terjadi perubahan material penutup atap dari atap genteng yang terbuat dari tanah liat menjadi atap seng dan atap dak beton. Perubahan pada atap ruko ini terjadi akibat adanya faktor dari dalam (evolusi) dan faktor dari luar (difusi). Evolusi disini yaitu penggunaan bentuk atap sebagai identitas budaya sedangkan difusi disini diakibatkan oleh ten arsitektur serta perkembangan teknologi yang mengakibatkan perubahan pada bentuk atap serta material penutupnya.
KESIMPULAN
Arsitektur sebagai salah satu unsur ataupun materi budaya akan berubah sesuai dengan perubahan yang terjadi pada masyarakat. Perubahan dalam arsitektur tentunya akan berdampak pada perubahan tampilan fasade bangunan. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Krier (2001) bahwa fasade suatu bangunan mewakili fenomena budaya pada bangunan tersebut dibangun. Dalam penelitian ini fasade suatu ruko berubah seiring dengan fenomena budaya yang terjadi pada etnis Cina di kota Medan.
DAFTAR PUSTAKA
Dalam penelitian ini , perubahan fasade ruko terjadi akibat terjadinya perubahan budaya pada masyarakat Cina sebagai penghuni ruko di kota Medan. Perubahan budaya pada etnis Cina ini diakibatkan oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam budaya (evolusi) dan faktor dari luar budaya itu sendiri (difusi). Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Loebis (2002) yang menyatakan bahwa mekanisme perubahan budaya terjadi akibat difusi dan evolusi. Perubahan budaya akibat proses difusi pada kasus ini terjadi akibat perkembangan teknologi dan perubahan tren arsitektur. Perubahan budaya akibat proses evolusi terjadi akibat identitas diri suatu kelompok masyarakat , perubahan pola pikir dan preferensi masyarakat mengenai gaya tampilan fasade serta gaya arsitektur pada ruko. Perubahan akibat proses difusi dan evolusi ini nantinya akan berakibat pada perubahan budaya suatu masyarakat.
Akmal, Imelda, (2009). Ruko dan
Rukan,
Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama Buiskool, Dirk A, (2009). The Chinese Commercial Elite of Medan 1890-1942: The Penang Connection, JMBRAS, Vol. 82, Part, pp. 113 –129 Hamdani, Nasrul, (2006). Menulis
Sejarah Kelompok Minoritas, untuk Siapa : ‘Cina Medan’ 1930-1960?,
Berdasarkan temuan pada analisis transformasi fasade, maka dapat disimpulkan bahwa fasade ruko di koridor Mayjend Sutoyo mengalami perubahan seiring dengan perubahan zaman. Perubahan fisik pada fasade ruko dapat dilihat berdasarkan elemen penyusun fasadenya baik itu entrance, pintu, jendela, dinding, ornamen, dan atap. Selanjutnya, terjadinya perubahan pada elemen fasade ruko ini ternyata diakibatkan oleh perubahan budaya.
Teknik Sipil Vol. 27, No. 1, Juli 1999 :
20 - 29 Krier, R, (2001). Komposisi Arsitektur, Jakarta, Penerbit Erlangga Kurniawan, Stefanus, (2010).
Pemaknaan Ruko Sebagai Hunian Bagi Masyarakat Tionghoa di Indonesia .
Depok, Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia Loebis, Nawawiy, (2002). Architecture
in Transformation, The Case of Batak Toba , Universiti Sains Malaysia
Moleong, (2005). Metodologi Penelitian
Kualitatif , Penerbit Rosda
disajikan pada Konferensi Nasional Sejarah VIII, Jakarta Handinoto, (1999). Lingkungan “Pecinan” dalam Tata Ruang Kota di Jawa pada Masa Kolonial, Dimensi Nas, P, (2009). Masa Lalu dalam Masa
Kini Arsitektur di Indonesia , Jakarta,
Penerbit Gramedia Ong, Henry, (2004). Kajian Genius Loci
dengan Pendekatan Fenomenologi Arsitektur Studi Kasus : Kawasan Kesawan, Medan . Program Pasca
Sarjana Magister Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Utara. Pradityo, R, (2013). Parijs Van Soematra. Medan, Departemen Arsitektur Fakultas Teknik USU. Sinar, T, (1996). Sejarah Medan
Tempoe Doeloe , Medan Penerbit
Perwira Singapore Urban Redevelopment Authority, (2004) . Singapore
Architectural Heritage. Singapura,
Urban Redevelopment Authority Sinulingga, S, (2011). Metode
Penelitian , Medan, Penerbit Usupress Tambunan, M. (2013). Pertanggungjawaban Penyewa Ruko Apabila Terjadi Kerusakan Pada Saat Perjanjian Sewa Menyewa Berakhir ,
Medan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Teuling, M, (2009). Rebirth of the
Malacca Shophouse a Typological Research. Faculty of Architecture , Delft
University of Technology. Wahid, Alamsyah, (2013). Teori
Arsitektur Suatu Kajian Perbedaan Pemahaman Teori Barat dan Timur ,
Yogyakarta, Penerbit Graha Ilmu