BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian bank - Studi Komparasi Tingkat Efisiensi Antara Bank Asing dan Bank Swasta Nasional di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bank

  2.1.1 Pengertian bank

  Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, pengertian bank adalah sebagai berikut:

  Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

  2.1.2 Jenis-Jenis Bank

  Menurut undang-undang RI No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan undang-undang RI No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, bank di golongkan menjadi sebagai berikut:

  a. Berdasarkan jenisnya Berdasarkan jenisnya, bank di bagi menjadi: 1) Bank umum

  Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran; atau bank komersial.

  2) Bank perkreditan rakyat Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

  b. Berdasarkan kepemilikannya Berdasarkan kepemilikannya, bank dibagi menjadi: 1) Bank milik pemerintah 2) Bank milik pemerintah daerah 3) Bank milik swasta nasional 4) Bank milik koperasi 5) Bank milik asing/campuran

  c. Berdasarkan bentuk hukumnya Berdasarkan bentuk hukumnya, bank dibagi menjadi: 1) Bank berbentuk hukum perusahaan daerah 2) Bank berbentuk hukum perseroan (PERSERO) 3) Bank berbentuk hukum perseroan terbatas (PT) 4) Bank berbentuk hukum koperasi

  d. Berdasarkan kegiatan usahanya: Berdasarkan kegiatan usahanya, bank dibagi menjadi: 1) Bank devisa 2) Bank bukan devisa

  e. Berdasarkan sistem pembayaran jasa Berdasarkan sistem pembayaran jasa, bank di bagi menjadi:

  1) Bank berdasarkan pembayaran bunga

  2) Bank berdasarkan pembayaran berupa pembagian hasil keuntungan (bank dengan prinsip syariah).

  2.1.3 Fungsi Bank

  Fungsi perbankan Indonesia menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang di masyarakat yang bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

  2.1.4 Sumber-Sumber Dana Bank

  Sesuai dengan fungsi bank sebagai lembaga keuangan dimana kegiatan sehari-harinya adalah bergerak dibidang keuangan, maka sumber-sumber dana juga tidak terlepas dari bidang keuangan. Dana bank (loanable Fund) adalah sejumlah uang yang dimiliki dan dikuasai suatu bank dalam kegiatan operasionalnya (Hasibuan, 2001). Uang tunai yang dimiliki bank tidak hanya berasal dari modal bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari pihak lain yang dititipkan atau dipercayakan pada bank yang sewaktu-waktu akan diambil kembali baik sekaligus maupun secara berangsur-angsur. Adapun jenis sumber-sumber dana bank tersebut:

  1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri Sumber dana yang bersumber dari bank itu sendiri merupakan sumber dana dari modal sendiri. Modal sendiri maksudnya adalah modal setoran dari para pemegang sahamnya. Keuntungan dari sumber dana sendiri adalah tidak perlu membayar bunga yang relatif lebih besar daripada jika meminjam ke lembaga lain. Kerugiannya adalah waktu yang diperlukan untuk memperoleh dana dalam jumlah besar memerlukan waktu yang relatif lebih lama.

  2. Dana yang berasal dari masyarakat luas Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi suatu bank. Untuk memperoleh sumber dana dari masyarakat luas, bank dapat menawarkan berbagai jenis simpanan. Secara umum kegiatan penghimpunan dana ini dibagi kedalam 3 jenis yaitu: a.

  Simpanan giro (demand deposit) Simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro.

  b.

  Simpanan tabungan (saving deposit) Simpanan tabungan merupakan simpanan pada bank yang penarikannya sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh bank.

  Penarikan tabungan dilakukan menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuitansi atau kartu anjungan tunai mandiri (ATM).

  c.

  Simpanan deposito (time deposit) Simpanan deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu (jatuh tempo). Penarikannya pun dilakukan sesuai jangka waktu tersebut.

  3. Dana yang bersumber dari lembaga lainnya.

  Sumber dana ini merupakan sumber dana tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana diatas. Perolehan dana dari sumber ini antara lain dapat diperoleh dari: a.

  Kredit Likuiditas dari Bank Indonesia Merupakan kredit yang diberikan bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas. Kredit likuiditas ini juga diberikan kepada pembiayaan sektor-sektor tertentu.

  b.

  Pinjaman antar bank Pinjaman antar bank biasanya diberikan kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring didalam lembaga kliring. Pinjaman ini bersifat jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi. Pinjaman antar bank lebih dikenal dengan nama call money.

  c.

  Pinjaman dari bank-bank luar negeri Pinjaman ini diperoleh oleh bank dari pihak luar negeri.

  d.

  Surat berharga pasar uang (SBPU) Dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan SBPU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan keuangan maupun non keuangan.

2.2 Kinerja Perbankan

  Syofyan (2003) dalam Sukarno dan Syaichu (2006:48) menyatakan bahwa kinerja dapat diartikan sebagai penilaian bagaimana hasil ekonomi dari kegiatan industri memberikan kontribusi terbaik guna mencapai tujuan. Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa kinerja adalah seberapa baik hasil yang dicapai oleh perusahaan dalam mencapai tujuan perekonomian, dimana tujuan perekonomian adalah untuk memaksimumkan kesejahteraan ekonomi.

  Kinerja bank pada umumnya diukur dengan menggunakan indikator tingkat kesehatan bank sebagai ukuran kinerja (Putri dan Lukviarman, 2008). Dalam hal ini kinerja suatu bank diukur dengan menggunakan lima indikator penilaian mencakup Capital, Assets, Management, Earnings, Liquidity, dan Sensitivity to

  

Risk Market yang lebih dikenal sebagai analisis CAMELS. Empat dari enam

  aspek tersebut yaitu Capital, Assets, Earnings, Liquidity menggunakan rasio-rasio keuangan tradisional untuk mengukur kinerja dan kesehatan bank. Penggunaan analisis CAMELS tersebut tidak lepas dari Bank Indonesia selaku regulator yang telah mengeluarkan ketentuan tentang penilaian tingkat kesehatan bank melalui Surat Edaran BI Nomor 26/BPPP/1993 tanggal 23 Mei 1993.

  Pendekatan lain untuk mengukur kinerja bank adalah dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) dan bila bank yang bersangkutan telah menjual sahamnya di pasar modal dapat dilengkapi dengan Market Value Added (MVA). EVA merupakan pengukuran pendapatan sisa (residual income) yang mengurangkan biaya modal terhadap laba operasi. Sedangkan MVA adalah selisih antara Market Value of Capital. Sehingga dapat dikatakan sebagai total economic perusahaan (Mardiah Dkk, 2006).

  surplus

  Penelitian ini tidak menggunakan analisis CAMELS dan EVA maupun MVA sebagai alat pengukuran kinerja, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini dikarenakan CAMELS menilai kinerja perbankan dengan pendekatan kesehatan bank dan EVA maupun MVA dengan pendekatan nilai tambah ekonomi, sementara penelitian ini menggunakan pendekatan efisiensi dengan teknik DEA sebagai ukuran kinerja perbankan di Indonesia.

2.3 Konsep Efisiensi

  Menurut Abidin dan Endri (2009) efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi dengan mengacu pada filosofi “kemampuan menghasilkan output yang optimal dengan input-nya yang ada, adalah merupakan ukuran kinerja yang diharapkan”.

  Ketika membicarakan mengenai pemanfaatan secara lebih baik dari setiap sumber daya yang telah diberikan, maka hal tersebut merupakan konsep yang sangat dasar mengenai efisiensi (Shahid, Dkk, 2010).

  Ditinjau dari teori ekonomi, ada dua pengertian efisiensi, yaitu efisiensi teknik dan efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomi mempunyai sudut pandang makro yang jangkauannya lebih luas dibanding efisiensi teknik. Pengukuran efisiensi teknik cenderung terbatas pada hubungan teknis dan operasional dalam proses konversi input menjadi output. Akibatnya, usaha untuk meningkatkan efisiensi hanya memerlukan kebijakan mikro yang bersifat internal, yaitu dengan pengendalian dan alokasi sumberdaya yang optimal (Ghofur;Atmawardhana, 2006 dalam Priyonggo Suseno, 2008).

  Abidin dan Endri (2009) mengatakan bahwa efisiensi teknis merupakan salah satu dari komponen efisiensi ekonomi secara keseluruhan. Tetapi, dalam rangka mencapai efisiensi ekonominya suatu perusahaan harus efisien secara teknis. Untuk mencapai tingkat keuntungan maksimal, sebuah perusahaan harus dapat berproduksi pada tingkat output yang optimal dengan jumlah input tertentu (efisiensi teknis) dan menghasilkan output dengan kombinasi yang tepat pada tingkat harga tertentu (efisiensi alokatif).

  2.4 Konsep Pengukuran Efisiensi

  Penghitungan efisiensi teknis sebelumnya telah dilakukan oleh Farell (1957) berdasarkan paper dari Tim Coelli (1996) yang menggambarkan sebuah ukuran sederhana mengenai efisiensi perusahaan dengan cara menghitung berbagai macam input yang digunakan untuk produksinya.

  Farell mengusulkan efisiensi dari dua komponen yaitu: technical efficiency yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan output maksimum dari serangkaian input yang telah ditentukan, dan allocative efficiency yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan berbagai macam input dalam proporsi yang optimal, di mana masing-masing inputnya sudah ditentukan tingkat harga dan teknologi produksinya. Kedua komponen efisiensi tersebut dikombinasikan lalu menghasilkan total economic efficiency.

  Pemikiran awal mengenai pengukuran efisiensi dari Farell di mana analisisnya berkenaan dengan ruang input, yang berfokus pada upaya pengurangan input (an input-reducing focus). Metode ini disebut dengan pengukuran berorientasi input (input-oriented measures).

  2.5 Efisiensi Perbankan

  Efisiensi dalam perbankan, seperti halnya perusahaan juga merupakan tolak ukur dalam mengukur kinerja bank. Dimana efisiensi merupakan jawaban atas kesulitan-kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja seperti tingkat alokasi, teknis, maupun total efisiensi (Hadad et al., 2003). Sedangkan menurut Haseeb Shahid et al. (2010), efisiensi perbankan didefinisikan sebagai perbedaan antara jumlah variabel input dan output yang diamati dengan variabel input dan output yang optimal. Bank yang efisien dapat mencapai nilai maksimum satu dan bank inefisien nilainya dapat berkurang sampai nol.

  Efisiensi industri perbankan dapat ditinjau dari sudut pandang mikro maupun makro (Berger dan Mester, 1997 dalam Zaenal Abidin dan Endri, 2009).

  Dari perspektif mikro, dalam suasana persaingan yang semakin ketat sebuah bank agar bisa bertahan dan berkembang harus efisien dalam kegiatan operasionalnya.

  Bank-bank yang tidak efisien, besar kemungkinan akan exit dari pasar karena tidak mampu bersaing dengan kompetitornya, baik dari segi harga (pricing) maupun dalam hal kualitas produk dan pelayanan.

  Sementara dalam perspektif makro, industri perbankan yang efisien dapat mempengaruhi biaya intermediasi keuangan dan secara keseluruhan stabilitas sistem keuangan. Hal ini disebabkan peran yang sangat strategis dari industri perbankan yakni sebagai intermediator dan produser jasa-jasa keuangan. Dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi, kinerja perbankan akan semakin lebih baik dalam mengalokasikan sumber daya keuangan, dan pada akhirnya dapat meningkatkan kegiatan investasi dan pertumbuhan ekonomi (Weill, 2003 dalam Zaenal Abidin dan Endri, 2009).

  Muharam dan Pusvitasari (2007) menjelaskan bahwa secara keseluruhan efisiensi perbankan dapat didekomposisikan dalam efisiensi skala (scale

  efficiency ), efisiensi cakupan (scope efficiency), efisiensi teknik (technical

  

efficiency ), dan efisiensi alokasi (allocative efficiency). Bank dikatakan mencapai

  efisiensi dalam skala ketika bank bersangkutan mampu beroperasi dalam skala hasil yang konstan (constant return to scale), sedangkan efisiensi cakupan tercapai ketika bank mampu beroperasi pada diversifikasi lokasi. Efisiensi alokasi tercapai ketika bank mampu menentukan berbagai output yang memaksimumkan keuntungan, sedangkan efisiensi teknik pada dasarnya menyatakan hubungan antara input dengan output dalam suatu proses produksi. Suatu proses produksi dikatakan efisien apabila pada penggunaan input sejumlah tertentu dapat dihasilkan output yang maksimum atau untuk menghasilkan output sejumlah tertentu digunakan input yang paling minimal.

2.6 Pengukuran Efisiensi

  Menurut Muharam dan Pusvitasari (2007), ada tiga jenis pendekatan pengukuran efisiensi khususnya perbankan, yaitu:

  1. Pendekatan Rasio Pendekatan rasio dalam mengukur efisiensi dilakukan dengan cara menghitung perbandingan output dan input yang digunakan. Pendekatan ini akan dapat dinilai memiliki efisiensi yang tinggi apabila dapat menghasilkan output yang semaksimal mungkin dengan input yang seminimal mungkin. Efficiency = Output / Input .................................................................. (2.9) Pendekatan rasio ini memiliki kelemahan apabila terdapat banyak input dan banyak output yang akan dihitung, karena jika diperhitungkan serempak maka akan menghasilkan banyak hasil perhitungan sehingga menghasilkan asumsi yang tidak tegas (Silkman, 1986; Ario, 2005 dalam Muharam dan Pusvitasari, 2007).

  2. Pendekatan Regresi Pendekatan ini dalam mengukur efisiensi menggunakan sebuah model dari tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input tertentu.

  Fungsi regresi adalah sebagai berikut: Y=f (X1, X2, X3, X4,...........Xn)......................................................... (2.10) Dimana:

  Y = Output X = Input

  Pendekatan regresi akan menghasilkan estimasi hubungan yang dapat digunakan untuk memproduksi tingkat output yang dihasilkan sebuah Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) pada tingkat input tertentu. UKE dapat dikatakan efisien apabila menghasilkan output lebih banyak dari pada output hasil estimasi (Silkman, 1986 dalam Muharam dan Pusvitasari, 2007).

  3. Pendekatan Frontier Menurut Silkman (1986) dalam Muharam dan Pusvitasari (2007), pendekatan frontier dalam mengukur efisiensi dibedakan menjadi dua jenis yaitu pendekatan frontier parametrik dan non parametrik. Tes parametrik adalah tes yang modelnya menetapkan adanya syarat-syarat tertentu tentang parameter populasi yang merupakan sumber penelitiannya, sedangkan tes statistik non parametrik adalah tes yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat mengenai parameter populasi yang merupakan induk sampel penelitiannya. Pendekatan frontier parametrik dapat diukur dengan menggunakan metode Stochastic Frontier Analysis (SFA) dan

  Distribution Free Analysis (DFA). Sedangkan pendekatan frontier non

  parametrik dapat diukur dengan dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA).

2.7 Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi

  Menurut Hadad, dkk (2003) terdapat 3 pendekatan yang lazim digunakan baik dalam metode parametrik Stochastic Frontier Analysis (SFA) dan

  

Distribution Free Analysis (DFA) maupun non parametric Data Envelopment

Analysis (DEA) untuk mendefinisikan hubungan input dan output dalam kegiatan

  finansial suatu lembaga keuangan yaitu :

  1. Pendekatan Aset ( The asset Approach) Pendekatan aset mencerminkan fungsi primer sebuah lembaga keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman (loans). Dalam pendekatan ini, output didefinisikan ke dalam bentuk aset.

  2. Pendekatan Produksi (The Production Approach) Pendekatan ini menganggap lembaga keuangan sebagai produsen dari akun deposito (deposit account) dan kredit pinjaman (credit accounts) lalu mendefinisikan output sebagai jumlah tenaga kerja, pengeluaran modal pada aset-aset tetap dan material lainya.

  3. Pendekatan Intermediasi (The Intermediation Approach) Pendekatan ini mengasumsikan bahwa lembaga keuangan bertindak sebagai perantara antara penabung dan peminjam dan menjadikan total kredit dan sekuritas sebagai output. Sedangkan deposito dengan tenaga kerja dan modal fisik didefinisikan sebagai input (Sufian, 2006).

  Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan intermediasi. Menurut Berger dan Humphrey (1997) dalam Muharam dan Pusvitasari (2007) menyatakan bahwa pendekatan intermediasi merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk mengevaluasi kinerja lembaga keuangan secara umum karena karakteristik lembaga keuangan sebagai financial intermediation yang menghimpun dana dari surplus unit dan menyalurkan kepada deficit unit.

  Dengan menggunakan pendekatan intermediasi ini juga diharapkan dapat menggambarkan fungsi perbankan yang sesungguhnya.

2.8 Penelitian Terdahulu

  Berikut ini adalah penelitian mengenai efisiensi bank yang telah banyak dilakukan pada bank-bank asing maupun bank-bank swasta nasional baik domestik maupun luar negeri:

  1. Muliaman D. Hadad, Wimboh Santoso, Dhaniel Ilyas, dan Eugenia Mardanugraha (2003) Penelitian ini berjudul “Pendekatan Parametrik Untuk Efisiensi Perbankan Indonesia“. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Stochastic Frontier Analysis (SFA) dan Data Frontier Analysis (DFA).

  Penentuan variabel input-output pada penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan cost frontier. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu biaya tenaga kerja, price of funds sebagai sebagai variabel input dan kredit yang diberikan pihak terkait dengan bank, kredit yang diberikan pada pihak lainnya, surat berharga yang dimiliki sebagai variabel output. Hasil dari penelitian ini mengemukakan bahwasanya merger tidak semuanya meningkatkan efisiensi, bank asing campuran menjadi bank yang paling efisien dan pada periode 2002 menggunakan DFA bank swasta nasional devisa merupakan bank yang paling efisien.

  2. Sathye (2003) Sathye melakukan penelitian tentang efisiensi bank di India. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa nilai efisiensi bank swasta nasional lebih tinggi daripada bank swasta asing. Penelitian ini menggunakan beban bunga dan beban bukan bunga sebagai input serta pendapatan bunga dan pendapatan selain bunga sebagai output.

  3. Fadzlan Sufian (2006) Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi relatif antara bank Islam asing dan bank Islam domestik di Malaysia dengan menggunakan metode Data

  (DEA). Variabel yang digunakan dalam penelitian

  Envelopment Analysis

  ini yaitu total deposts, labour, fixed assets sebagai varabel input dan total

  loans, income sebagai variabel output. Hasil dari penelitian ini

  mengungkapkan bahwa perbankan Islam Malaysia mengalami penurunan tingkat efisiensi pada periode 2002 dan kembali menjadi sedilkit lebih baik pada periode 2003 dan 2004. Dan bank Islam domestik memiliki tingkat efisiensi yang sedik lebih tinggi dibandingkan bank Islam asing.

2.9 Kerangka Konseptual

  Variabel input yang diduga mempengaruhi variabel output ditentukan dengan mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu dan beberapa literatur mengenai efisiensi perbankan. Dalam penelitian ini menggunakan metode Data

  

Envelopment Analysis (DEA). Analisis ini kemudian akan menghasilkan

  perumusan frontier interaksi antar input dalam mempengaruhi jumlah output yang dihasilkan. Hubungan input dan output tersebutlah yang kemudian akan menentukan nilai efisiensi, sehingga akan dapat dilihat perbedaan antara efisiensi Bank Asing dan Bank Swasta Nasional.

  Laporan Keuangan Bank Asing dan Bank Swasta Nasional Tahun 2008 - 2012

  Simpanan Kredit atau Pembiayaan

  Aset Pendapatan

  Biaya Tenaga Kerja

  

Pengukuran Efisiensi dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA)

dengan pendekatan intermediasi  

  Tingkat Efisiensi Bank Asing Tingkat Efisiensi Bank Swasta Nasional Tahun 2008 - 2012 Tahun 2008 - 2012

Dokumen yang terkait

Studi Komparasi Tingkat Efisiensi Antara Bank Asing dan Bank Swasta Nasional di Indonesia

1 82 71

Studi Komparasi Kinerja Keuangan Antara Bank Asing Dan Bank Swasta Nasional Di Indonesia

0 47 90

Studi Beda Capital Adequacy Ratio Bank Swasta Nasional dan Bank Asing di Bursa Efek Indonesia Studi Kasus Periode 2007-2010

0 30 103

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank - Determinan Efisiensi BUMD RegionalSumatera Berdasarkan Data Envelopment Analysis (DEA) Studi Kasus: Bank Aceh, Bank Nagari, dan Bank Sumut

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank - Pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap pertumbuhan laba pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia

0 0 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank - Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan Efisiensi Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank - Analisis Komparatif Kinerja Keuangan Bank Pemerintah dan Bank Asing di Indonesia

0 0 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank - Efektivitas Kredit Usaha Rakyat dalam Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil

0 1 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank - Analisis Perbandingan Sistem Pemberian Kredit Pada Bank Konvensional Dan Pembiayaan Pada Bank Syariah

0 1 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Perbankan 2.1.1.1 Pengertian Bank - Analisis Komparatif Risiko Keuangan Bank Mandiri Konvensional dan Bank Syariah Mandiri

0 0 39