BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Event Organizer Studi Etnografi Tentang Penyelenggara Acara di Kota Medan

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam orang lain. Berangkat dari hal tersebut manusia membentuk kelompok-kelompok dan organisasi tertentu, guna melakukan aktivitas yang mereka sepakati. Setiap kelompok membutuhkan pengelolaan yang baik demi kelangsungan kelompok itu sendiri.

  Kelompok individu yang membutuhkan pengelolaan yang baik, salah satu bentuk kelompok tersebut adalah event organizer, yang secara sederhana dapat diartikan sebagai penyelenggara kegiatan. Kegiatan yang diselenggarakan terdiri dari beragam bentuk dan bertujuan untuk memperoleh keuntungan, baik itu bagi penyelenggara maupun yang menghadirinya. Keuntungan ini tidak harus bersifat materil namun juga bersifat non materil.

  Event organizer

  terdiri dari 2 kata dalam bahasa Inggris, yaitu event yang berarti acara dan organizer yang berarti pengatur. Secara harfiah pengertian event

  organizer

  ini adalah sekumpulan oang yang mengatur acara. Akan tetapi jika diperdalam lagi pada aktivitas yang dilakukan akan menjadi sangat rumit karena pengaturan tersebut mencakup banyak orang dalam pengerjaannya.

  Event organizer

  adalah penyelenggara sebuah acara atau kegiatan yang terdiri dari serangkaian mekanisme yang sistematis dan memerlukan ketekunan, kesungguhan serta kekompakan kerja tim dimana acara tersebut dipadati dengan

  deadline

  , target, scheduling, pressure dan teamwork solidity. Peran event

  organizer

  melaksanakan penyelenggaraan sebuah event berdasarkan pedoman 1 kerja dan konsep event tersebut dan mengelolanya secara profesional. 2 Event organizer merupakan bentuk kerja tentang teamwork . Tidak ada ceritanya sebuah event bisa berjalan dengan satu orang individu. Event organizer terdiri dari banyak divisi dan bagian kerja yang memiliki permasalahan kompleks dan membutuhkan penanganan cepat dalam waktu bersamaan untuk tujuan yang sama.

  Berkaitan dengan banyaknya kegiatan dalam kehidupan saat ini yang membutuhkan penyelenggaraan pihak eksternal (luar) dan juga kompleksitas hidup yang semakin meningkat menyebabkan event organizer tumbuh dan berkembang. Dalam kehidupan pola kerja event organizer sudah lama dipraktikkan sejak adanya dimulai dari pada pesta - pesta adat, panitia pesta itu tersendiri sudah memulai membagi tugas masing masing ke dalam beberapa bagian sehingga akan mendukung suksesnya suatu acara tersebut.

  Secara historis event organizer di Indonesia mulai populer sekitar tahun

  3

  1990an dan semakin populer lagi pada tahun 1998 pasca era krisis dimana begitu banyak tenaga kerja yang keluar dari perusahaan tempatnya bekerja dengan berbagai alasan dan memulai untuk mencari alternatif sumber penghasilan yang

  1 Kata event dan acara memiliki arti yang sama, yaitu menyelenggarakan kegiatan. Dalam penulisan ini kedua kata, yaitu event dan acara akan dipergunakan secara bergantian untuk menjelaskan mengenai penyelenggaraan kegiatan yang menjadi fokus penelitian ini.

  2 Teamwork adalah kerjasama di dalam tim.

  3 lain seperti event organizer, hal ini dikarenakan pasca krisis ekonomi 1998 para pencari kerja dan tenaga kerja yang ada berusaha untuk keluar dari pekerjaan yang bersifat secara fisik dengan menggantikannya dengan pekerjaan yang bersifat ide atau gagasan.

  Tahapan perkembangan event organizer di Indonesia pada umumnya muda yang memiliki ide kreatif dalam menggagas sebentuk acara. Bekerja di dunia event organizer adalah merupakan suatu hal penjualan jasa, karena itu eksekusi event adalah etalase, tempat memajang barang dagangan jasa agar dilirik orang kemudian orang tersebut membeli.

  Di Indonesia terdapat beberapa jenis event organizer seperti entertain

  organizer

  yang menyelenggarakan kegiatan hiburan terutama musik, wedding

  organizer

  yang menyelenggarakan pernikahan bagi beberapa orang, private event

  organizer

  yang menyelenggarakan kegiatan yang bersifat pribadi, brand

  activation

  yang secara spesifik membantu klien mempromosikan produk, dan M.I.C.E. (meeting, incentive, convention, exhibition). Di Kota Medan, event organizer muncul pertama kali pada akhir 1999. Pada waktu itu event organizer Anak Medan Production mulai menancapkan kukunya di dunia bisnis dan hiburan di Kota Medan, walaupun pada saat yang bersamaan terdapat juga beberapa event organizer lainnya namun memiliki keterbatasan bidang acara yang ditangani.

  Waktu itu event organizer yang muncul murni hanya bergerak di bidang seni dan hiburan hal itu disebabkan individu maupun kelompok yang sering terlibat dalam penyelenggaran seni dan hiburan melihat event organizer memiliki nilai kreatifitas yang tinggi pada masa yang akan datang. Seiring perjalanan waktu menyusul kemudian munculnya event organizer lainnya seperti Procomm, X-7

  Organizer , Srigala Bisnis dan CSP yang bergerak di berbagai bidang jasa.

  1.2. Perumusan Masalah

  Medan dan cara yang digunakan agar menarik minat klien dalam hal ini warga Kota Medan sendiri. Rumusan masalah memerlukan adanya pembatasan masalah agar penelitian ini tidak meluas kepada hal-hal yang tidak berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Pembahasan dilakukan dengan cara memasukkan suatu informasi maupun data yang didapat di lapangan maupun studi kepustakaan yang memiliki kaitan dengan masalah ini. Dari rumusan tersebut akan dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

  1.Bagaimana deskripsi tentang event organizer ?

  2.Bagaimana cara kerja event organizer ?

  3.Apa saja jenis dan contoh event organizer di Kota Medan?

  1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

  Tujuan dan manfaat penelitian merupakan aspek penting dalam suatu penelitian, manfaat penelitian merupakan hasil yang dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung yang nantinya dari penelitian yang akan dilakukan.

1.3.1. Tujuan Penelitian

  Tujuan Penelitian adalah hasil akhir yang akan diperoleh dalam penelitian ini, tujuan penelitian penting untuk diketahui agar penelitian yang nantinya akan dilakukan sesuai dengan maksud dan tujuan awal, sehingga pemahaman terhadap tujuan perlu ditekankan agar penelitian sesuai dengan maksud awal penelitian.

  Adapun tujuan penelitian adalah: memberikan solusi pada calon klien Menggambarkan potensi kreatifitas yang dimiliki oleh event organizer  Memberikan pemahaman sebagai rujukan dalam bidang antopologi dan

   kaitannya dengan event organizer.

1.3.2. Manfaat Penelitian

  Secara garis besar terdapat dua manfaat yang hendak dicapai, adapun manfaat bagi peneliti adalah mengembangkan pemahaman mengenai pola kerja dan prosedur yang diterapkan event organizer. Selain itu penelitian ini juga bermanfaat bagi penulis sebagai salah satu usaha untuk mengapresiasi ilmu antropologi dalam konteks perkembangan dunia kreatif.

1.4. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah bagian penting dalam suatu prses penelitian.

  Penelitian ini dilakukan nantinya pada beberapa event organizer yang terdapat di Kota Medan, dengan dasar pemilihan lokasi penelitian, yaitu : event organizer yang bergerak dalam lintas bidang kreatifitas penyelenggaraan acara

  event organizer memiliki brand image yang kuat  tersebar pada beberapa lokasi yang terdapat di Kota Medan Berdasarkan dasar pemilihan lokasi penelitian tersebut, dari beberapa event organizer yang tersebar di Kota Medan, penulis memilih CSP Production yang berada di Kecamatan Medan Johor. CSP Production beralamat di Jalan Karya Kasih No. 52 Titi Kuning Kecamatan Medan Johor, Medan.

1.5. Tinjauan Pustaka

  Tinjauan pustaka diperlukan untuk menentukan arah dari penelitian tersebut, maka dengan adanya tinjauan pustaka diharapkan penelitian nantinya akan berjalan sesuai dengan apa yang telah digariskan sebelumnya. Dalan tinjauan pustaka ini akan dijelaskan secara sistematis mengenai hal-hal bersifat teorotik serta dapat membantu menjelaskan penelitian ini, adapun hal-hal bersifat teoritik yang akan dijelaskan secara sistematis adalah: 1. kebudayaan, konsepsi mengenai kebudayaan yang sesuai dengan arah dan tujuan penelitian ini, 2. gaya hidup, sebagai penjelasan adanya kecendrungan masyarakat semakin membutuhkan jasa event organizer untuk mengeksekusi sebuah acar, dalam hal ini masyarakat sebagai konsumen atau yang biasa disebut klien. 3. Etnografi organisasi, yang timbul dengan semakin dibutuhkannya jasa event organizer untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

  1. Konsepsi Kebudayaan Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan, rasa dan karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar (Koentjaraningrat, 1980:193). Dengan demikian hampir semua tindakan manusia adalah kegiatan berbudaya, karena jumlah tindakan yang belajar (yaitu naluri, refleks atau tindakan-tindakan yang dilakukan akibat suatu proses fisiologi, maupun tindakan (membabi buta), sangat terbatas. Bahkan berbagai tindakan yang merupakan naluri (makan, minum, berjalan) juga telah banyak dirombak oleh manusia sendiri, sehingga menjadi tindakan kebudayaan (Koentjaraningrat, 1996:72-73).

  Dari defenisi kebudayaan di atas, event organizer dapat dikatakan sebagai hasil karya manusia, dalam usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

  Menurut Malinowski (Sairin, 2002) kebutuhan hidup manusia dibagi 3 kategori besar, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan biologis, sosial dan psikologis.

  Kebutuhan biologis berupa makan, minum, seks, tidur dan pengeluaran cairan dari tubuh. Kebutuhan sosial terkait dengan pertemanan, berkeluarga dan bertetangga.

  Sedangkan kebutuhan psikologis berupa keinginan untuk diterima di lingkungan, rasa aman dan keselamatan, serta rasa harga diri dan pengakuan dari orang lain.

  Menguatkan pendapat mengenai kebudayaan, mengutip pendapat Peacock (1986:7) yang mengatakan bahwa ketika kebudayaan dihubungkan dengan suatu pekerjaan antropologi, maka seorang antropolog berusaha menjelaskan mengenai budaya, maka menjadi konsekuensi penting bagi dirinya untuk dapat memisahkan diri dari persepsi yang berlaku dimasyarakat, mengingat posisinya yang akan memberikan gambaran detail mengenai masyarakat, secara lengkap hal ini dijelaskan oleh Peacock (1989:7) sebagai : “Culture, then, is a name anthropologists give to take-for-granted but powerfully influential understandings and codes that are learned and shared by members of a group … A major mission and contribution of anthropology has long been, and continues to be, to enhance our awareness of the power and reality of culture in our existence.” Salah satu faktor utama yang mendorong munculnya gaya hidup adalah pola konsumsi pola konsumsi masyarakat perkotaan telah menjadi barang-barang arau pun jasa sebagai identitas mereka, barang dan jasa dikonsumsi bukan karena kebutuhan mereka melainkan hanya sebatas memenuhi keinginan dan petunjuk identitas sosial mereka (Chaney, 1996). Pola konsumsi seperti ini telah merubah nilai suatu produk yang awalnya memiliki nilai fungsional menjadi nilai simbolis.

  Perubahan nilai-nilai suatu barang dan jasa ini kemudian memunculkan gaya hidup masyarakat perkotaan. Permintaan jasa event organizer yang semakin meningtkat memperlihatkan gaya hidup masyarakat yang lebih memikirkan pertimbangan praktis, dengan menjadi klien dari event organizer tersebut.

  Banyak defenisi yang disodorkan mengenai gaya hidup. Gaya hidup adalah frame of reference yang dipakai seseorang dalam bertingkah laku dan konsekuensinya akan membentuk pola perilaku tertentu. Pada prinsipnya, gaya hidup adalah bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Gaya hirup dapat mempengaruhi perilaku seseorang dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang (Chaney, 1996:53-55).

  3. Etnografi Organisasi

  Etnografi organisasi dalam konteks penelitian ini bertujuan untuk melihat

  event organizer

  bergerak sebagai unit organisatoris yang berhubungan antara pihak event organizer dan pihak klien dalam menjalankan suatu penyelenggaraan acara. adalah :

  Ethnographers can seek to discover ‘how things are really done’ or ‘what really happened’ in a particular organizational situation, in an ontologically realist fashion, seeing themselves as objective observers and sense makers. Or they can proceed from the perspective that social realities are intersubjectively constructed, seeing themselves as co-constructors and co-interpreters of the meaning(s) of organizational events along with situational members, reflecting on their own roles in shaping those interpretations.

  “Etnografer dapat berusaha untuk menemukan 'bagaimana hal tersebut benar-benar dilakukan' atau apa yang sebenarnya terjadi dalam situasi organisasi tertentu, dalam ontologis realis fashion, melihat diri mereka sebagai pengamat obyektif dan pembuat rasa. Atau mereka dapat melanjutkan dari perspektif bahwa realitas sosial intersubjektif dibangun, melihat diri mereka sebagai co- konstruktor dan co-penafsir makna-makna dari peristiwa organisasi bersama dengan anggota situasional, merefleksikan peran mereka sendiri dalam membentuk mereka interpretasi.” Secara lebih lanjut, Ybema (2012:6) juga menyatakan bahwa dalam konteks etnografi organisasi terdapat dua penting, yakni : sensivitas terhadap agenda yang terdapat dalam organisasi dan juga sebagai hubungan antara aktor dan konteks.

  Mengenai sensivitas terhadap agenda (fenomena), Ybema (2012:6) secara jelas menyatakan bahwa :

  Sensitivity to hidden dimensions of organizational life. In drawing close to subjects and situations, organizational ethnographers can potentially make explicit often overlooked, tacitly known and/or concealed dimensions of meaning฀making, among them emotional and political aspects. In noting the relative power of organizational actors, their interests and their strategies, ethnographies can have a direct, critical, even shocking quality, laying bare otherwise hidden and even harsh social realities and exposing the entanglements of culture with power.

  Dalam menggambar dekat dengan subyek dan situasi, etnografer organisasi berpotensi dapat membuat eksplisit sering diabaikan, secara diam-diam dikenal dan / atau tersembunyi dimensi makna keputusan, di antaranya aspek emosional dan politik. Dalam mencatat kekuatan relatif dari aktor organisasi, kepentingan dan strategi mereka, etnografi dapat memiliki langsung, kritis, kualitas yang lebih mengejutkan, meletakkan realitas sosial telanjang dinyatakan tersembunyi dan bahkan keras dan mengekspos keterlibatan budaya dengan kekuasaan. Sedangkan dalam bentuk hubungan antara aktor dan konteks, Ybema

  (2012:6) menyatakan bahwa : “organizational ethnography can contribute to current structure- agency debates in the social sciences that continue to carve up organizational studies (Reed 2006), as it combines an orientation toward subjective experience and individual agency with sensitivity to the broader social settings and the historical and institutional dynamics in which these are embedded.” “etnografi organisasi dapat berkontribusi untuk saat ini perdebatan struktur-lembaga dalam ilmu sosial yang terus mengukir studi organisasi (Reed 2006), karena menggabungkan orientasi ke arah pengalaman subyektif dan badan individu dengan kepekaan terhadap lingkungan sosial yang lebih luas dan dinamika historis dan institusional di mana ini tertanam.”

1.6. Metode Penelitian

1.6.1. Tipe Penelitian

  Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian dengan pendekatan kualitatif. Dimana peneliti akan mendeskripsikan data yang diperoleh dengan terjun langsung di dalam sistem kerja event organizer secara deskriptif.

  Adapun teknik pengumpulan data, peneliti akan melakukan penelitian lapangan sebagai suatu upaya untuk memperoleh data primer. Data primer diperoleh melalui serangkaian metode etngrafi yang mencakup observasi partisipasi atau pengamatan disertai dengan keterlibatan langsung dan wawancara.

  Penelitian dari berbagai sumber kepustakaan juga diperlukan untuk memperoleh data sekunder.

  Metode etnografi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk kerja lapangan dengan pendekatan observasi partisipasi sebagai jalan untuk mendapatkan data lapangan yang valid, seperti diungkapkan Van Maanen (1996:263-265) sebagai berikut :

  “When used as a method, ethnography typically refers to fieldwork (alternatively, participant-observation) conducted by a single investigator who 'lives with and lives like' those who are studied, usually for a year or more.” “Ketika digunakan sebagai sebuah metode, etnografi biasanya mengacu pada kerja lapangan (alternatif, peserta observasi) yang dilakukan oleh penyidik tunggal yang tinggal bersama dan hidup seperti' mereka yang dipelajari, biasanya selama satu tahun atau lebih.” Data Primer

  Dalam penelitian ini data primer diperoleh dengan cara penelitian lapangan guna mengetahui situasi pada objek penelitian. Menurut penulis data yang diperoleh dari hasil wawancara tidak akan mencukupi untuk menjelaskan peristiwa yang terjadi, oleh karena itu diperlukan suatu aktivitas secara langsung dalam suatu objek penelitian. Pengamatan dan aktivitas langsung akan dilakukan tujuan penelitian.

  Metode yang dipakai adalah observasi yang dapat membantu untuk memahami lingkungan dan menilai keadaan yang terlihat maupun keadaan yang tersirat dengan memperhatikan kenyataan atau realitas lapangan yang mana dalam observasi jenis ini peneliti tidak hanya sebatas melakukan pengamatan, tetapi juga ikut serta dalam kehidupan sehari-hari objek dimana penelitian ini akan dilakukan, hal ini tidak terlalu sulit bagi peneliti dikarenakan peneliti sedang terlibat 4 langsung sebagai salah seorang stage crew sebuah event organizer indie.

  Observasi partisipasi merupakan bentuk dari kerja lapangan untuk mendapatkan informasi yang mendukung jalannya suatu penelitian. Observasi diharapkan dapat berjalan dengan baik karena telah dilakukan pra-penelitian sebelumnya. Walaupun demikian peneliti akan berusaha untuk berfikir objektif mengenai apa yang dilihat maupun dirasakan sehingga data yang diperoleh adalah benar dan sesuai dengan keadaan sebenarnya di lapangan.

  Observasi secara non-partisipasi dan partisipasi merupakan bentuk dari kerja lapangan untuk mendapatkan informasi yang mendukung jalannya suatu

  4 penelitian. Kutipan dari Emerson (1995:1-2) memberi penekanan terhadap kerja lapangan seorang etnografer sebagai : “Ethnographers are committed to going out and getting close to the activities and everyday experiences of other people. "Getting close" minimally requires physical and social proximity to the daily rounds of people's lives and activities; the field researcher must be able to take up positions in the midst of the key sites and scenes of other's lives in order to observe and understand them.” “E tnografer berkomitmen untuk pergi keluar dan semakin dekat

  dengan kegiatan dan pengalaman sehari-hari orang lain. "Semakin dekat" minimal membutuhkan kedekatan fisik dan sosial untuk putaran harian kehidupan masyarakat dan kegiatan; peneliti lapangan harus mampu mengambil posisi di tengah-tengah tempat (informan) kunci dan adegan kehidupan lain dalam rangka untuk mengamati dan memahami mereka.”

  Observasi diharapkan dapat berjalan dengan baik oleh karena sebelumnya telah dilakukan pra-penelitian. Walaupun demikian peneliti akan berusaha berfikir secara objektif sehingga data yang diperoleh dilapangan adalah benar dan sesuai dengan kenyataan yang ada dilapangan.

  Perlengkapan pada saat melakukan kegiatan penelitian ini adalah kamera untuk menggambarkan hal-hal yang penting yang dianggap mendukung penelitian, adanya kamera dapat memudahkan peneliti untuk menggambarkan keadaan dari objek dari tempat penelitian berlangsung.

  Adapun wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam. Dalam wawancara peneliti menggunakan interview guide yang disusun peneliti sebelum melakukan wawancara ke lapangan. Interview

  guide

  yang disusun bersifat fleksibel, dimana peneliti dapat melakukan perubahan-perubahan terhadap pertanyaan yang telah disusun apabila peneliti menemukan jawaban-jawaban yang tidak dipahami peneliti.

  Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (depth interview) kepada beberapa informan yang sesuai dengan tujuan penelitian.

  Informan disini adalah pihak-pihat terkait yang berhubungan langsung ataupun tidak langsung dengan event organizer, dimana yang berpotensi menjadi informan pangkal adalah orang yang pertama kali peneliti temui dalam melakukan langsung dan memiliki pengetahuan yang dalam tentang hal yang diteliti, dalam hal ini event organizer dan. Satu lagi yang dijadikan informan adalah informan biasa, yaitu yang mereka yang memiliki keterkaitan dengan event organizer.

  Wawancara mendalam ini dilakukan dengan mendatangi orang-orang dianggap mempunyai dan memiliki pengetahuan yang luas dan lengkap mengenai

  event organizer,

  hal ini perlu dilakukan karena pengetahuan mengenai event

  organizer

  tersebut memberikan sumbangan yang berarti dalam memahami makna dan merupakan bagian penting dalam penelitian yang akan dilakukan.

  Teknik wawancara juga dilakukan dengan cara komunikasi verbal atau langsung dengan para informan dengan berpedoman pada interview guide yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk mendapatkan data konkrit yang lebih rinci dan mendalam. Perlengkapan yang digunakan pada saat wawancara adalah catatan tertulis untuk mencatat bagian-bagian yang penting dari hasil wawancara dan tape

  recoder

  , yang digunakan untuk merekam proses wawancara dalam rangka antisipasi terhadap keabsahan data yang diperoleh ketika melakukan.

  Data Sekunder Data sekunder adalah data yang bersifat tidak langsung, akan tetapi memiliki keterkaitan fungsi dengan salah satu aspek pendukung bagi keabsahan suatu penelitian. Data sekunder berupa sumber-sumber atau referensi tertulis yang berhubungan dengan permasalahan penelitian, data sekunder dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan sebagai teknik pengumpul data selanjutnya, yang dimaksudkan sebagai suatu sarana pendukung untuk mencari dan mengumpulkan data dari beberapa buku dan hasil penelitian para ahli lain yang berhubungan demi kesempurnaan akhir penelitian ini.

1.7. Analisis Data

  Pada penelitian ini penulis berusaha untuk bersikap objektif terhadap data yang diperoleh di lapangan. Data ini diperlakukan sebagaimana adanya, tanpa dikurangi, ditambahi ataupun diubah, sehingga tidak akan mempengaruhi keaslian data-data tersebut. Keseluruhan data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan tersebut akan diteliti kembali, pada akhirnya kegiatan ini bertujuan untuk memeriksa kembali kelengkapan hasil wawancara.

  Langkah selanjutnya, data-data yang telah tersedia dan telah diteliti kembali ini akan dianalisis secara kualitatif. Keseluruhan data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan sumber kepustakaan disusun berdasarkan pemahaman- pemahaman akan fokus penelitian atau berdasarkan kategori yang sesuai dengan tujuan penulis.