BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Batik Motif Medan dalam Ekonomi Kreatif (Studi Etnografi di Kecamatan Medan Tembung, Medan)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

  Beragamnya etnis yang mendiami Indonesia serta traditional

  knowledge (pengetahuan tradisional) yang dimiliki masyarakatnya, membawa

  bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kaya akan kebudayaan-kebudayaan yang dikenal sampai ke berbagai negara di dunia. Pengetahuan tradisional diartikan sebagai pengetahuan yang dimiliki atau dikuasai dan digunakan oleh suatu komunitas, masyarakat atau suku bangsa tertentu yang bersifat turun temurun dan terus berkembang sesuai dengan perubahan lingkungan (Sardjono, 2006:

  

  1) onsep traditional knowledge dapat diterapkan pada bidang pertanian, ilmu pengetahuan, teknologi, ekologi, pengobatan, dan termasuk cerita rakyat, nama, indikasi geografis, simbol, dan kekayaan tradisional yang bergerak. ( Purba dkk, 2005 : 36)

  Indonesia sebagai negara kepulauan memang dikenal dengan keberagaman akan suku-suku, agama, tradisi, serta pengetahuan tradisional yang tentunya berbeda antara satu dengan yang lain. Perbedaan-perbedaan itu menjadi ciri khas dan keunikan tiap-tiap suku dan masyarakat yang memilikinya. Salah satu yang termasuk ke dalam traditional knowledge tersebut adalah batik. Batik adalah cerminan atau pencitraan bangsa Indonesia. Sebagian besar bahkan hampir seluruh masyarakat Indonesia tentunya tahu dan mengenal batik. 1 Merujuk kepada pengertian yang sederhana menurut masyarakat awam, batik

   ( diakses tanggal 22 Februari 2012 ) adalah sehelai pakaian yang bergambarkan motif-motif khas, cenderung berwarna cokelat, dan sering dipakai dalam acara-acara semi-resmi dan acara resmi, maupun ke acara-acara kebesaran atau adat.

  Zaman dahulu batik hanya digunakan oleh kalangan masyarakat keraton di Jawa. Akan tetapi sekarang batik telah digunakan hampir semua kalangan di Indonesia, apalagi setelah disahkannya batik oleh UNESCO sebagai world

  intangible heritage (warisan budaya tak benda) pada tanggal 2 Oktober 2009

  yang lalu, menjadikan pemakaian batik saat ini mengalami peningkatan yang menunjukkan adanya kesadaran dan kebanggaan masyarakat akan salah satu warisan budaya tersebut. Kebijakan yang diterapkan pada instansi-instansi pemerintahan, instansi pendidikan, serta kantor-kantor mayoritas telah mengharuskan setiap hari Jumat sebagai hari pemakaian batik sewaktu jam kerja terhadap seluruh karyawan. Meningkatnya penggunaan batik, membawa dampak positif bagi kelestarian salah satu produk kekayaan intelektual masyarakat Indonesia, serta dapat memberikan sumbangan bagi kreatifitas masyarakat yang memproduksi batik untuk melakukan kreasi, kombinasi, serta modifikasi bagi produk batik yang diciptakan, yang nantinya berdampak baik bagi ekonomi masyarakat.

  Batik kononnya dikenal berasal dari Jawa khususnya kota Solo, sekarang hampir seluruh bagian Indonesia telah memiliki batik dari daerah masing-masing, yang tentunya dengan motif yang berbeda-beda. Batik berkembang mulai dari Solo, Tegal, Pekalongan, Banyumas, Kudus, Ciamis, Cirebon, Tasikmalaya, hingga daerah-daerah luar Jawa juga memiliki batik daerah masing-masing. Dari 26 kabupaten dan kota yang ada di Jawa Barat, 24 diantaranya telah menciptakan motif batik khas daerahnya masing-masing. Namun ada 2 kota yang saat ini belum punya batik khas sendiri, yaitu Kota

2 Bekasi, dan Kota Depok . Propinsi Sumatera Utara sendiri, yang dikenal dengan

  kain ulosnya juga telah memiliki batik yang motifnya adalah motif dan gambar- gambar khas dari etnis-etnis yang mendiami Sumatera Utara, yang dikenal dengan Batik Motif Medan.

  Berdasarkan tiga wujud kebudayaan yang ada, batik adalah wujud artefak dari kebudayaan, yang termasuk ke dalam unsur kesenian. Sebab batik adalah sebuah karya seni yang menjadi milik masyarakat Indonesia yang berasal dari pikiran masyarakat Indonesia. Di samping itu sebagai produk kebudayaan, batik dapat dijadikan sebagai komoditi dalam perekonomian, termasuk ke dalam ekonomi di zaman sekarang, yaitu ekonomi kreatif. Dimana dalam ekonomi

  

  Peran budaya tidak pernah lepas dari hampir seluruh aspek-aspek yang ada dalam kehidupan manusia, termasuk juga dalam perkembangan ekonomi kreatif ini. Menurut Rukmawati (Fariani, 2009 : 8), aspek seni budaya adalah salah satu substansi dominan supaya satu sektor itu dapat dikatakan kreatif.

  Seni budaya dianggap sebagai pemberi nilai tambah, di samping peran kreatifitas sumber daya yang merupakan intensitas yang dibutuhkan. Kedua hal tersebut, seni budaya dan ekonomi (dalam konteks ini, ekonomi kreatif) saling memberikan keuntungan secara resiprositas.

  2 3 diakses tanggal 22 Februari 2012 Komodifikasi berarti transformasi hubungan, sebelumnya bersih dari perdagangan, menjadi hubungan komersial, hubungan pertukaran, membeli dan menjual.

  "Komodifikasi" sebetulnya adalah istilah yang baru muncul ke percaturan pada tahun 1977, tetapi mengungkapkan konsep fundamental untuk memahami Marx tentang cara kapitalisme berkembang. diakses tanggal 22 Februari 2012

  Ekonomi kreatif telah memperoleh perhatian besar dari pemerintah Republik Indonesia, dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 pada tanggal 5 Agustus 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif.

  Instruksi tersebut telah pada tahap perealisasian, terbukti dengan adanya kemudahan-kemudahan akan pinjaman modal seperti Kredit Usaha Kecil, Kredit Usaha Menengah dengan bunga yang rendah terhadap masyarakat yang akan menjalankan industri kreatif, serta pemetaan Departemen Perdagangan RI atas Kontribusi Ekonomi Industri Kreatif yang menunjukkan perkembangan yang lebih pesat pada tahun 2006.

  Perhatian lebih ditingkatkan lagi oleh pemerintah, dengan diangkatnya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu. Di samping itu, pihak lain seperti pihak akademisi juga telah memberikan sumbangan dan perhatian bagi mereka yang ingin menjalankan industri kreatif misalnya dengan membentuk inkubator, yaitu klinik konsultasi bisnis dan UKM yang tentunya berdampak positif bagi enterpreneur kreatif. (Supangkat, dkk : 3)

  Peranan ekonomi kreatif pada perekonomian yang penuh persaingan saat ini sangat signifikan dan memberikan kontribusi yang lumayan besar. Dapat kita lihat misalnya pada hal ekspor, sektor industri kreatif merupakan penyumbang kontribusi terbesar ke-4 dengan nilai ekspor tahun 2006 sebesar 81,43 triliun rupiah setelah ekspor komoditi: (1) fuel and lubricants (bahan bakar dan pelumas) sebesar 245,98 triliun rupiah (2) machine and transportation

  equipments ( mesin dan peralatan transportasi) sebesar 127,36 triliun rupiah (3) misc manufacturing and articles (barang industri dan artikel) sebesar 103 triliun

  rupiah. ( Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025, 2008:1). DKI Jakarta misalnya, mengklasifikasikan bagian-bagian dari industri kreatif, yang industri batik termasuk di dalamnya, yang dianggap mampu memberikan kontribusi bagi pemerataan ekonomi (Fariani, 2009:100).

  Dalam tulisan ini, peneliti akan mengkaji tentang salah satu hasil karya manusia yang diinterpretasikan dari ide dan pengetahuan masyarakat Indonesia, yaitu batik-khususnya Batik Motif Medan dari sudut pandang sistem mata pencaharian hidup, yaitu menghubungkannya dengan ekonomi kreatif, dalam konteks Batik Motif Medan merupakan inovasi dan kreasi dari perkembangan batik di Indonesia. Batik Motif Medan yang merupakan salah satu jenis industri kecil yang berdiri sendiri dengan dorongan jiwa wirausaha, maka akan dikaji juga mengenai faktor-faktor yang melatarbelakangi lahirnya keinginan untuk mendirikan unit usaha dalam skala kecil atau berwirausaha. Faktor-faktor tersebut dikaji berdasarkan faktor sosial budaya.

  Bagan penelitian

  Sistem Batik Motif

  • + Motif Lokal

  ekonomi

  Medan

1.2. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : “ Batik Motif Medan Dalam Ekonomi Kreatif”.

  Masalah tersebut dapat diperjelas dengan pertanyaan-pertanyaan berikut:

  1. Bagaimana asal-usul munculnya Batik Motif Medan serta apa faktor pendorong pengrajin untuk berwirausaha dalam industri Batik Medan ?

  2. Bagaimana kaitan keberadaan atau implementasi industri kreatif yang saat ini sedang digalakkan pemerintah dengan usaha Batik Motif Medan?

  3. Bagaimana kegiatan perekonomian pada industri Batik Motif Medan di rumah batik tersebut (produksi, distribusi, konsumsi)?

1.3. Lokasi Penelitian

  Penelitian tentang Batik Motif Medan ini dilakukan di beberapa tempat, yaitu di dua rumah produksi yang ada di Kecamatan Medan Tembung, Sumatera Utara; kemudian di sebuah Toko Batik Motif Medan yang ada di Palladium Medan. Akan tetapi lokasi penelitian yang utama adalah lokasi penelitan yang disebutkan pertama. Sedangkan lokasi yang lainnya hanya sebagai lokasi perbandingan antara tempat-tempat produksi batik di kota Medan. Di mana toko Batik Motif Medan yang ada di Palladium tidaklah langsung kepada usaha konveksinya, karena usaha konveksinya berada di Jawa. Lokasi yang pertama tersebut dipilih karena tempat produksi dan kerajinan Batik Motif Medan yang pertama adalah di daerah tersebut, sehingga data dan informasi yang akan diperoleh dalam penelitian lebih banyak dan lebih sesuai dengan objek kajian penelitian yaitu Batik Motif Medan.

  Akan tetapi tempat produksi batik yang di Tembung juga sudah terbagi dua, dimana usaha batik yang pertama kali telah membuka cabang, namun masih tetap di lingkungan kelurahan Medan Tembung tersebut. Masing-masing alamat yang berada di Kecamatan Medan Tembung adalah, Rumah Batik Motif Sumatera Utara / LKP Saudur Sadalanan di Jl. Letda Sujono, Gang. Al Halim Kiri no. 2, dan Rumah Batik Motif Medan berada di Jl. Bersama, Gang.

  Musyawarah No. 2, Medan Tembung. Kedua tempat produksi Batik Medan tersebut dijadikan peneliti sebagai tempat dilakukannya penelitian sesuai dengan kebutuhan akan data yang diperlukan untuk penulisan skripsi ini.

  Pada tempat penelitian yang pertama, yaitu LKP Saudur Sadalanan yang juga merupakan Rumah Batik Motif Sumatera Utara, peneliti melakukan penelitian untuk memperoleh data akan asal-usul dan perkembangan adanya Batik Motif Medan, karena rumah batik ini adalah rumah batik pertama yang berdiri di Medan, yang kemudian membuka cabang dan menjadikan namanya Batik Motif Sumatera Utara. Namun peneliti tidak hanya meneliti sebatas asal- usul saja di tempat penelitian yang pertama ini, juga dikaji sedikit tentang kegiatan produksi dan distribusi batik serta sekilas tentang pelatihan yang dilaksanakan di Lembaga Keterampilan Pelatihan Saudur Sadalanan. Kemudian untuk data yang dibutuhkan pada rumusan masalah selanjutnya peneliti ambil dari rumah produksi Batik Motif Medan, yaitu mengenai kegiatan produksi, distribusi secara lengkap serta strategi yang dilakukan pengusaha untuk keberlangsungan usahanya.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

  Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Batik Motif Medan sebagai suatu kreasi budaya dengan perekonomian khususnya ekonomi kreatif bagi masyarakat Medan yang menggeluti kerajinan ini, yang tentunya ditinjau dari sudut pandang antropologi, termasuk dari sudut pandang antropologi ekonomi dengan paradigma actor oriented (berorientasi terhadap perilaku pelaku).

  Di samping itu, penelitian ini juga akan mengkaji faktor-faktor apa yang mendorong para pelaku usaha untuk berwirausaha bagi masyarakat yang menjadi objek penelitian ini. Serta mengkaji tentang implementasi dan pengaruh adanya sistem ekonomi yang saat ini sedang hangat dibicarakan, yaitu ekonomi atau industri kreatif, di mana sistem itu sedang digalakkan oleh pemerintah terhadap masyarakat yang menggeluti sektor ekonomi kreatif, pada penelitian ini khususnya mengenai Batik Motif Medan, karena usaha produksi Batik Motif Medan merupakan salah satu hasil kreativitas masyarakat dalam bidang perekonomian yang termasuk ke dalam salah satu sub-sektor industri kreatif di Indonesia, yaitu sektor kerajinan.

  Hasil dari penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi kalangan akademis antropologi dan kalangan masyarakat yang berguna bagi pengetahuan mengenai batik dan perkembangannya, khususnya di kota Medan apalagi Batik Motif Medan belum sepenuhnya dikenali oleh masyarakat, lain kata masih sebagian masyarakat tahu tentang adanya Batik Motif Medan. Manfaat yang juga dianggap penting adalah mempromosikan dan memberitahukan kepada masyarakat bahwa Medan memiliki batik sendiri yang motifnya tidak kalah bagus dengan batik yang berasal dari Jawa. Dengan adanya pengetahuan masyarakat tentang keberadaan Batik Motif Medan, diharapkan peminat dan pemakai batik ini semakin bertambah yang nantinya akan berguna bagi pencitraan kota Medan dan nilai tambah terhadap perekonomian masyarakat kota Medan di bidang industri ini.

1.5. Tinjauan Pustaka

  Semua unsur-unsur kebudayaan tercakup di dalam tiga wujud kebudayaan. Karena masing-masing unsur-unsur kebudayaan tersebut memiliki wujudnya baik itu sebagai sistem ide atau sistem budaya, sebagai sistem sosial, dan sebagai artefak. Sistem mata pencaharian atau yang lebih dikenal dengan sistem ekonomi misalnya, dapat diperinci lagi berdasarkan tiga wujud kebudayaan. Sistem ekonomi mempunyai wujudnya sebagai sistem budaya yang disebut dengan adatnya; wujudnya sebagai sistem sosialnya yang disebut dengan aktivitas sosialnya; dan wujud artefaknya berupa berbagai peralatan yang tentunya merupakan benda-benda kebudayaan. (Koentjaraningrat, 2002: 207)

  Menurut Kahn, kebudayaan sebaiknya dipandang sebagai produk dari proses-proses budaya sebelumnya dan sebagai sesuatu yang terbuka bagi segala reinterpretasi dan gagasan-gagasan baru serta ausnya komponen-komponen lama (Maunati, 2004:25). Budaya-budaya baru yang muncul dan yang akan muncul nantinya, baik itu dalam bentuk suatu sistem nilai maupun dalam bentuk karya, merupakan bagian dari history kebudayaan yang telah ada sebelumnya.

  Kluckohn (Suparlan, 1993 : 107) menyebutkan bahwa perubahan- perubahan kebudayaan disebabkan oleh keadaan ekonomi dan fisik, tetapi sebagian besar ekonomi sendiri merupakan hasil kebudayaan. Dan manusialah yang mengubah kebudayaan mereka-mereka telah bertindak sebagai alat proses kebudayaan di mana mereka umumnya tidak menyadarinya.

  Adanya pembentukan budaya baru, kadang terjadi secara tidak disadari oleh masyarakat yang memiliki kebudayaan itu. Adanya aspek-aspek lain yang mendukung terjadinya pembaharuan kebudayaan tersebut, misalnya aspek ekonomi, aspek teknologi, dan peradaban zaman yang menjadikan manusia menjadi lebih dinamis dalam mengembangkan pengetahuan dalam rangka survive. Seperti halnya pada perkembangan batik yang ada di Indonesia, yang sekarang telah berkembang ke daerah-daerah lain di Indonesia. Batik sekarang sudah mengalami perkembangan yang sangat membanggakan, hampir seluruh golongan masyarakat telah menggunakan batik. Batik berasal dari bahasa Jawa yaitu,”ba” yang berarti malam atau lilin, dan

  “tik” yang berarti titik. Jadi secara harfiah, batik adalah kain yang diberi gambar

  dengan menggunakan malam sebagai bahannya dan sebagian menggunakan titik-titik. Dalam perkembangannya, batik kemudian menjadi batik yang berupa garis, baik garis lurus, maupun lengkungan. Menurut cara pembuatannya, batik terbagi menjadi dua yaitu, batik tulis dan batik cap. Adapun batik yang dihasilkan dengan menge-print atau mencetak motifnya melalui komputer-yang dikenal dengan batik print, tidak dinilai sebagai batik. Sebab batik itu dinilai dari proses pembuatannya, dan seninya lebih nampak pada batik yang ditulis, itu sebabnya batik tulis lebih mahal harganya dibandingkan dengan batik cap maupun batik yang di-print. (Widyosiswoyo, 2008: 90)

  Hamsuri (Widyosiswoyo, 2008: 93), menyebutkan ada tujuh motif batik yang masing-masing batik masih memiliki jenis-jenis yang berbeda-beda. Motif

  • –motif tersebut adalah sebagai berikut: a.

  Motif Parang, memiliki 20 jenis motif, diantaranya yang terkenal adalah gondosuli dan parang rusak.

  b.

  Motif Geometri, memiliki 42 jenis, yang terkenal diantaranya adalah kanigara, kawung, kembang manggar, sekar kacang , dan sriwedari.

  c.

   Motif Banji, memiliki tiga jenis yaitu banji, banji bengkok,banji guling .

  d.

   Motif Tumbuh-tumbuhan Menjalar, memiliki 40 jenis , diantaranya

  yang terkenal adalah anggur, lung gadung, pisang bali, semen lombok, semen yogya .

  e.

  Motif Tumbuhan Air, memiliki 40 jenis, yang diantaranya adalah ganggong garut, ganggong lerep, ganggong rante .

  f.

   Motif Bunga, memiliki 23 jenis diantaranya adalah cakrakusuma, cempaka mekar, ceplok onde-onde.

  g.

  Motif Satwa, memiliki 64 jenis , yang diantaranya adalah ayam puger, endas maling, gringsing, peksi garuda, peksi sikatan, supit.

  Motif-motif yang disebutkan di atas adalah motif-motif klasik. Akan tetapi motif batik tidak terhenti hanya pada motif tersebut, namun terus adanya penciptaan-penciptaan sampai sekarang, dimana motif-motif yang muncul sesuai dengan perkembangan zaman dan selera masyarakat.

  Batik Motif Medan sendiri memiliki berbagai motif-motif yang tidak kalah menarik dan bagus dari batik yang berasal dari Jawa. Beragamnya motif dan desain kain yang bisa dibuat dalam batik membuat pengrajin Batik Motif Medan terus membuat inovasi dan modifikasi dalam batik tulis dan batik capnya. Hal ini dilakukan agar konsumen bisa lebih ringan memakainya menjadi pakaian semi resmi atau resmi. Tidak jarang pemakai batik dengan motif adat agak sungkan jika lintas etnis. Oleh karena itu pengrajin berusaha untuk membuat batik dengan motif yang lebih ringan dan memodifikasinya dengan motif-motif yang lebih sederhana, tetapi juga bernilai seni di mata masyarakat.

  Dalam konteks munculnya Batik Motif Medan, telah terjadi proses budaya-kreatif-ekonomi dan terjadi beberapa proses sosial lainnya, seperti pembaruan (inovasi), culture contact, dan modifikasi. Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi, dan modal, pengaturan baru dari dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanya sistem produksi, dan dibuatnya produk- produk yang baru. Dengan demikian, inovasi itu mengenai pembaruan kebudayaan yang khusus mengenai unsur teknologi dan ekonomi. (Koentjaraningrat, 2002 : 256)

  Kluckhohn (Toerdin, 2002 : 87) menyebutkan ada empat konteks kehidupan-yang pada setiap konteksnya dapat berlaku perubahan sistem nilai, salah satunya adalah kehidupan ekonomi. Kehidupan ekonomi tidaklah bersifat statis, akan tetapi mengalami perkembangan-perkembangan ke arah yang dianggap manusia bisa mendukung ke arah keberlanjutan hidup.

  Secara umum, sejarah perkembangan peradaban ekonomi dapat dibedakan menjadi empat zaman: (1) Zaman Pertanian; (2) Zaman Industri; (3) Zaman Informasi; (4) Zaman Konseptual atau pengetahuan. Kita telah melewati zaman pertanian, zaman industri dan zaman informasi. Peradaban ekonomi sekarang ini masuk pada jaman konseptual dimana pada jaman ini yang dibutuhkanadalah para kreator.

   (http://www.indonesiakreatif.net/index.php/id/page/read/latar-belakang- indonesia-kreatif)

  Menurut Howkins, sebagai bagian yang bersinggungan dan sebagian termasuk dalam perekonomian berbasis pengetahuan adalah perekonomian/perindustrian berbasis kreativitas (creative economy industry), dimana kreativitas, inovasi, dan kekayaan intelektual dianggap sebagai salah satu motor penggerak perekonomian yang paling kuat. (Supangkat, dkk : 99)

  Kemampuan untuk mewujudkan kreativitas yang diramu dengan sense atau nilai seni, teknologi, pengetahuan dan budaya menjadi modal dasar untuk menghadapi persaingan ekonomi, sehingga muncullah ekonomi kreatif sebagai alternatif pembangunan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

  

  Ekonomi kreatif termasuk ke dalam ekonomi kerakyatan. Pada perkembangan zaman ekonomi yang kita alami sekarang ini dikenal dengan istilah sistem ekonomi kerakyatan. Sistem ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang mengikutertakan seluruh lapisan masyarakat ke dalam proses pembangunan.

  Dalam sistem ekonomi kerakyatan ada istilah yang disebut dengan ekonomi rakyat. Ekonomi rakyat adalah ekonomi pribumi (people’s economy is

  indigenous economy) , bukan aktivitas perekonomian yang berasal dari luar

  aktivitas masyarakat (external economy). Jadi yang dimaksud dengan ekonomi rakyat adalah perekonomian atau perkembangan ekonomi kelompok masyarakat yang berkembang relatif lambat, sesuai dengan kondisi yang melekat pada kelompok masyarakat tertentu. Pelaku dari ekonomi rakyat tersebut adalah diwakili oleh koperasi dan UKM. (Zulkarnain, 2003: 10) Industri kreatif merupakan sub-sektor dari ekonomi kreatif. Industri kreatif adalah “those industries which have their origin in individual creativity, skill

  and talent in which have a potential in wealth and job creation through the generation and exploitation of intellectual property”. Dimana industri kreatif

  adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. (Studi Kreatif Indonesia 2007 : 33) Dampak positif dari adanya industri kreatif, industri batik khususnya terhadap kebudayaan adalah memunculkan identitas sebagai warisan budaya, serta menjaga nilai dan kebermaknaan. Produk budaya menjadi kontributor pengembangan ekonomi, karena apresiasi industri kreatif biasanya berakar pada menjadi salah satu ciri khas tersendiri, dan biasanya masyarakat menyukai produk yang berbaukan seni budaya atau berbahan etnik. Industri batik masuk ke

  

  dalam kerajinan-yang merupakan sub-sektor dari industri kreatif yang sedang populer saat ini. Penelitian yang akan diteliti ini berhubungan dengan kajian antropologi ekonomi. Antropologi ekonomi adalah salah sebuah bidang kajian dalam antropologi sosial-budaya yang memusatkan studi pada gejala ekonomi dalam kehidupan masyarakat manusia. Menurut Dalton, antropologi ekonomi dengan ilmu ekonomi memiliki perbedaan yang besar, yaitu pada ilmu ekonomi yang lebih membahas tentang ekonomi pasar dan masalah pertukaran yang menggunakan mekanisme uang, sebaliknya antropologi ekonomi lebih ke pembahasan mengenai variabel-variabel sosial budaya dalam menganalisis permasalahan ekonomi. (Sairin, dkk 2002 : 40) Lebih lanjut dikatakan mengenai cirinya, sistem ekonomi menurut Dalton (Sairin dkk, 2002 : 116) memiliki ciri yang sama, yaitu adanya organisasi yang terstruktur beserta aturan-aturannya yang menjamin tersedianya benda material dan jasa secara terus-menerus. Ciri kedua adalah, setiap sistem ekonomi selalu ditandai oleh adanya mekanisme ekonomi, seperti uang, dan ciri ketiga oleh adanya kerjasama antara individu dan penggunaan teknologi. Ketiga ciri tersebut

  4

diidentifikasi sebagai industri kreatif, yakni: arsitektur, periklanan, barang seni (lukisan, patung), kerajinan, desain, mode/fesyen, musik,

permainan interaktif, seni pertunjukan, penerbitan-percetakan, layanan komputer dan

piranti lunak (software), radio dan televisi, riset dan pengembangan, serta film, video dan fotografi. dijumpai baik itu dalam sistem ekonomi modern dan dalam sistem ekonomi masyarakat peasant atau primitif.

  Membangun suatu usaha dalam perekonomian tidak lepas dari jiwa

   enterpreneur atau wirausaha. Termasuk juga dalam hal industri kreatif rumah

  Batik Motif Medan ini. Ada banyak teori-teori ilmu non-ekonomi yang mengkaji tentang enterpreneurship, yang membahas faktor-faktor non-ekonomi apa yang melatarbelakangi keinginan dan kesuksesan dalam berwirausaha. Baik itu dari segi sosial-budaya, struktur masyarakat, masalah status, dan nilai-nilai kehidupan dari berbagai suku bangsa dan golongan. Dalam sistem Weber dan Parsons, unsur utamanya adalah nilai-nilai budaya, harapan-harapan akan peranan, dan sanksi-sanksi sosial. Para enterpreneur tidak dilihat sebagai individu-individu yang menyimpang atau yang supernormal, tetapi lebih merupakan modal personality-yang dibentuk dengan praktek-praktek pengasuhan anak-anak yang berlaku dan sistem sekolah yang umum bagi

   kebudayaan tersebut.

  Sedangkan dalam sistem Durkheim dan Levi Strauss, yang dikemukakan oleh Frank Young. Teori Young adalah teori tentang perubahan tentang berdasarkan pada penyatuan dari sub kelompok reaktif dari masyarakat, yaitu suatu kelompok yang mengalami pengakuan status yang rendah serta tidak mendapat kesempatan untuk masuk ke dalam jaringan sosial yang penting, dan kelompok itu mempunyai suatu lapangan sumber-sumber institusional yang lebih besar 5 Jean Baptiste Say menggambarkan fungsi enterpreneur dalam arti yang lebih luas,

  menekankan pada fungsi penggabungan daripada faktor-faktor produksi dan perlengkapan manajemen yang kontinu, dan selain itu, juga sebagai penanggung resiko.

  

Enterpreneur menurut ahli Antropologi, Frederick Barth adalah sebagai seorang yang

berkonsentrasi terhadap peningkatan suatu nilai, yaitu keuntungan, lebih berpengalaman 6 dan berspekulatif, serta berkeinginan untuk menanggung resiko.

  

Meutia F. Swasono, “ Berburu Binatang Heffalump”, dalam Berita Antropologi, Jakarta, TH. VII No. 23 SEPTEMBER 1975, hal. 14. daripada kelompok-kelompok yang lainnya dalam masyarakat yang mempunyai

   tingkatan sistem yang sama.

  Teori Frank Young yang dikemukakan di atas sesuai dengan gambaran- gambaran enterpreneur-enterpreneur non-pribumi Indonesia dari golongan Cina. Sedangkan untuk menggambarkan enterpreneur-enterpreneur pribumi Indonesia, seperti suku Batak dan Minangkabau, lebih cenderung kepada konsepsi dalam teori F. Barth, yang menyebutkan bahwa seseorang itu berwirausaha untuk berkonsentrasi terhadap peningkatan suatu nilai, yaitu keuntungan, lebih berpengalaman dan berspekulatif, serta berkeinginan untuk

   menanggung risiko.

1.6. Metode Penelitian

  Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi. Menurut Spradley (1997) metode etnografi memiliki ciri khas yaitu bersifat holistik-integratif, yaitu saling berkaitan dan menyatu, thick description yaitu pendiskripsian yang mendalam, serta analisis kualitatif untuk mendapatkan

  native’s point of view atau sudut pandang dari masyarakat yang diteliti. Peneliti

  turun ke lapangan guna melihat langsung serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh informan, yaitu dalam kegiatan memproduksi dan mendistribusikan produk Batik Motif Medan.

  Seluruh dari jumlah metode, mulai dari metode pengumpulan bahan konkret tentang suatu masyarakat yang hidup, sampai kepada metode untuk mengolah bahan tadi menjadi karangan yang dapat dibaca orang lain, merupakan

  7 8 Ibid.

  Ibid., hlm. 76-77 bidang deskriptif dari ilmu antropologi yang disebut etnografi. (Koentjaraningrat, 2002: 44) Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan teknik-tenik pengumpulan data yang termasuk ke dalam metode etnografi. Melakukan observasi atau pengamatan adalah teknik yang pertama sekali dilakukan peneliti guna mencari tahu terlebih dahulu lokasi penelitian, keadaan fisik tempat dilakukannya penelitian serta untuk mengetahui secara sepintas bagaimana kegiatan masyarakat yang diteliti. Dalam observasi awal ini, penulis mencatat apa yang diperoleh secara visual. Adapun lokasi yang diobservasi terlebih dahulu adalah Rumah Batik Motif Sumatera Utara, yang berada di Jl. Letda Sujono, Gang. Al Halim Kiri No. 2 Tembung, Medan. Sebelumnya penulis tidak tahu bahwa rumah batik tersebut adalah Rumah Batik Motif Sumatera Utara, dalam anggapan saya bahwa di alamat itu adalah tempat produksi Batik Motif Medan, karena mengingat bahwa pendiri Batik Motif Medan adalah Ibu Hj. Nurcahaya Nasution yang tinggal di alamat tersebut. Sebelum datang ke alamat tersebut, penulis terlebih dahulu menghubungi Ibu Nurcahaya untuk permisi dan menanyakan kesediaan waktunya, dan dengan senang hati beliau memperbolehkan penulis datang ke tempatnya.

  Begitu penulis tiba di depan rumah, penulis melihat sebuah pamflet di depan rumah yang bertuliskan “LKP Saudur Sadalanan-Batik Motif Sumatera Utara”.

  Melihat pamflet tersebut, dalam benak penulis timbul suatu pertanyaan, “bukannya rumah Batik Motif Medan?” Ketika penulis masuk ke teras rumah- yang dijadikan sebagai tempat membuat batik, penulis hanya menjumpai ada tiga orang karyawan yang sedang melakukan aktivitasnya masing-masing.

  Sembari mengucapkan salam, penulis bertanya apakah boleh bertemu dengan pemilik usaha. Seorang wanita setengah baya yang sedang membuat motif pada sehelai kain putih memanggil seseorang, “ Pung...oppung ada tamu ini!” Kemudian beberapa saat kemudian muncul dari dalam rumah seorang wanita berperawakan gemuk-yang dipanggil dengan sebutan Oppung dan beliau sudah berusia tua. Pada saat observasi pertama tersebut, penulis memperkenalkan diri serta mengutarakan maksud kedatangan sekaligus minta izin kepada beliau supaya turut membantu saya dalam melakukan penelitian-penelitian berikutnya. Pada tahap selanjutnya penulis kembali datang guna memperdalam informasi- informasi yang dibutuhkan, dan mulai memahami bagaimana cara menghadapi informan. Karena kadang informan yang dijumpai di lapangan tidak mau sepenuhnya memberitahukan info serta data yang peneliti butuhkan. Dalam menghadapi informan yang pertama tersebut, penulis tidak mengalami kendala karena pada dasarnya beliau menerima dengan tangan terbuka, dan mau mengutarakan jawaban-jawaban yang penulis ajukan.

  Adapun informan pokok yang dijumpai pada tahap penelitian selanjutnya adalah pengusaha Batik Motif Medan yang tidak lain adalah menantu dari Ibu Hj.

  Nurcahaya Nasution, yaitu Bapak Edi Gunawan (42 tahun). Jarak dari lokasi penelitian pertama ke lokasi penelitian berikut tidaklah terlalu jauh. Informan yang dijumpai juga seorang yang hangat dan dengan sangat bersedia menerima penulis melakukan penelitian di rumah batik miliknya. Penulis mengetahui Rumah Batik Motif Medan tersebut adalah dari informan yang penulis jumpai pertama sekali.

  Observasi yang paling penting dilakukan adalah observasi partisipatif, di mana peneliti ikut melakukan kegiatan (membatik dan berinteraksi dalam kegiatan ekonomi), tetapi kegiatan yang diikuti juga tergantung kondisi di lapangan. Seperti dalam hal pendistribusian misalnya, peneliti tidak ikut di dalamnya karena sistem pemasaran dalam industri batik ini masih dengan sistem pemesanan oleh konsumen. Berdasarkan pengalaman penulis dalam melakukan observasi, wawancara tehadap para informan, penulis memperoleh satu pelajaran bahwa ketika di lapangan dan bertemu dengan pribadi yang sama sekali tidak kita kenal sebelumnya merupakan suatu tantangan menarik. Karena menurut penulis secara pribadi menjalin kedekatan dengan orang baru adalah suatu hal yang menyenangkan, apalagi setelah kita mampu menjalin kedekatan dengan mereka akan timbul perasaan puas. Dalam menjalin hubungan dengan personal baru seperti itu, kita dengan sendirinya akan belajar dengan lingkungan serta keadaan baik itu internal dan eksternal masyarakat tineliti. Untuk melengkapi data-data yang kurang, makan peneliti mencari dan mengumpulkan data-data dari sumber-sumber lain, misalnya literatur. Data yang telah diperoleh dari lapangan akan dilengkapi dengan teori-teori yang bisa sebagai pendukung tulisan dari data yang didapat, teori-teori ataupun data-data yang diperoleh dari literatur-literatur berupa buku, artikel, laporan penelitian (skripsi), media cetak, serta media online meliputi situs-situs yang berhubungan dengan pokok penelitian, artikel-artikel, dan jurnal-jurnal. Di samping itu juga digunakan bahan visual. Data-data yang berupa bahan-bahan visual adalah foto- foto yang didokumentasikan selama melakukan penelitian di lapangan. Data visual ini berguna sebagai data pendukung untuk data-data yang berupa teks dalam tulisan ini.

  1.7. Analisis Data Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penganalisisan secara kualitatif. Data-data yang telah diperoleh dari lapangan diperiksa dan diklasifikasikan kembali ke dalam bagian-bagian yang diinginkan si peneliti, yang memudahkan peneliti dalam penuangan ke dalam tulisan, baik itu data dari hasil observasi (yang dilihat) dan hasil wawancara (yang diperoleh dari pikiran informan yang diteliti), serta data-data yang diperoleh dalam bentuk gambar.

  Data mentah yang berupa gambaran-gambaran umum yang diperoleh selama penelitian, masing-masing dikategorikan sesuai dengan hubungannya dengan rumusan-rumusan masalah, yang kemudian dikembangkan dalam bentuk pembahasan dalam bab-bab selanjutnya.