BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - RADIO STREAMING ETNIK ( Studi Etnografi mengenai Siaran Radio Streaming Berbasis Etnik di Kota Medan )

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Di zaman yang semakin canggih, dimana pemanfaatan teknologi dan informasi menjadi sebuah keharusan dan kebutuhan, manusia dituntut untuk mampu beradaptasi dengan segala perubahannya. Dalam kehidupan, manusia tidak lepas dari proses komunikasi, yaitu sebuah proses saling bertukar informasi atau berita yang berjalan lancar dan terus menerus.

  Komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communis yang secara harfiah dapat diartikan sebagai sama atau kesamaan, yang secara lebih lanjut diartikan sebagai suatu proses mengupayakan suatu kesamaan atau kebersamaan melalui interaksi yang tercipta antar manusia baik melalui materi alat ataupun bersifat langsung.

  Dalam berkomunikasi, individu manusia menggunakan materi alat atau yang biasa disebut dengan teknologi komunikasi. Teknologi komunikasi merupakan perangkat dan sistem hasil rekayasa manusia yang digunakan sebagai media transmisi atau media untuk menyampaikan pesan, opini atau gagasan kepada orang lain atau khalayak. Beberapa contoh yang bisa dikatakan sebagai teknologi komunikasi adalah radio, televisi, telepon, faksimili, komputer, dan jaringan internet.

  Latar belakang penciptaan teknologi radio (istilah yang dipergunakan secara umum) dalam kehidupan sehari-hari digunakan sebagai sarana penyampaian informasi. Suara yang dihasilkan dari pesawat radio secara teknis merupakan perubahan bentuk energi elektromagnetik dari gelombang radio yang ditangkap oleh pesawat radio, kemudian dirubah melalui loudspeaker (pengeras suara) menjadi energi bunyi sehingga bisa kita dengar.

  Perkembangan teknologi yang turut serta mempengaruhi perkembangan media yang salah satunya adalah penggunaan media radio sebagai alat penyampaian pesan ataupun alat penyebarluasan informasi. Radio merupakan salah satu bentuk media massa yang banyak digunakan masyarakat untuk mengakses informasi, pada awalnya radio berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan informasi dan berita ataupun untuk kepentingan kenegaraan secara umum. Radio merupakan sumber informasi yang kompleks mulai dari fungsi tradisional, radio sebagai penyampai berita dan informasi, perkembangan ekonomi, pendongkrak popularitas, hingga propaganda politik dan ideologi.

  Pemilihan radio dengan media suara sebagai penyampaian informasi menjadi pilihan media yang jamak dipilih oleh sebahagian masyarakat dikarenakan radio dapat dimiliki dengan harga terjangkau, pancaran gelombang radio yang luas, mata acara stasiun radio yang beragam serta ringkas (dapat dibawa-bawa). Aspek keuntungan atau kemudahan yang ditawarkan oleh radio menjadi alasan utama masyarakat memilih radio sebagai media sumber informasi yang dibutuhkan.

  Di Indonesia, secara umum radio sebagai media yang terkait dengan media kebutuhan lokal. Media komunikasi massa yang hanya memiliki skala lokalitas suatu daerah tertentu berbeda dengan televisi dan film yang skalanya nasional. Perkembangan radio di Indonesia dimulai dari zaman penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, masa kemerdekaan, dan zaman orde baru. Radio siaran secara umum dianggap memiliki lima kekuatan yaitu, fungsi kontrol sosial, memberikan informasi, menghibur, mendidik serta melakukan kegiatan persuasif. Sebelum berkembang pada tahapan penggunaan media televisi yang dapat memuat media suara dan gambar secara simultan, pada masa lampau masyarakat menggunakan dan mengandalkan radio sebagai sumber informasi yang dipancarkan oleh stasiun radio yang hanya memuat media suara.

  Radio sebagai sumber informasi media suara dalam sistematika kerjanya memiliki susunan mata acara sebagai suatu cara dapat menyajikan informasi tidak secara monoton dan membosankan, pada umumnya stasiun pemancar radio memiliki susunan mata acara, seperti pembukaan (opening), berita (news), hiburan (entertainment) dan penutup (closing) dalam satu putaran siaran radio dalam durasi waktu satu hari.

  Berkaitan dengan penyiaran radio dan konten siaran radio, maka stasiun siaran radio memiliki mata acara yang bersifat khas atau dalam kata lain sebagai bentuk karakteristik siaran dari sebuah stasiun pemancar siaran radio, seperti siaran radio karakteristik berita, hiburan, informasi bersifat lokal dan etnik. Mata acara tersebut biasanya berbeda antara stasiun radio yang satu dengan stasiun radio yang lainnya.

  Siaran radio dengan konten siaran etnik memiliki catatan tersendiri ditengah-tengah penggunaan media teknologi sebagai suatu bentuk upaya melestarikan dan menyebarluaskan pemahaman budaya terhadap individu pendukung kebudayaan tersebut maupun kepada masyarakat umum.

  Media teknologi radio seiring perkembangan zaman beradaptasi menjadi bentuk siaran radio berbasis jaringan internet, yang kemudian dikenal dengan istilah radio streaming. Radio streaming pada dasarnya adalah radio yang dipancarluaskan melalui jaringan internet. Tidak seperti webcasting, radio

  

streaming adalah aliran siaran yang berlangsung secara terus menerus, dan

dilakukan secara online.

  Mengutip Compaine dan Smith (1998) yang mengatakan bahwa radio

  streaming adalah :

  “For the purposes of this study, Internet radio broadcasters are defined as entities that deliver entertainment and/or news and information content as an audio stream via the Internet. These audio streams may be delivered live or archived to be accessed on demand, but in both cases the audio files were initially created as programming to be delivered to an audience of more than one.” Terjemahan bebas : ’’Untuk keperluan studi ini, penyiar radio internet didefinisikan sebagai entitas yang memberikan hiburan, berita dan konten informasi sebagai streaming audio melalui Internet. Streaming audio ini dapat disampaikan langsung atau diarsipkan untuk diakses pada permintaan, tetapi dalam kedua kasus file audio awalnya diciptakan sebagai program untuk disampaikan kepada audiens lebih dari satu Pendapat tersebut menekankan bahwa radio berbasis internet merupakan suatu bentuk penyampaian bentuk informasi (berita dan hiburan) dalam bentuk aliran suara melalui jaringan internet, yang diakses melalui permintaan pendengar. Sehingga secara singkat radio internet atau radio streaming merupakan bentuk siaran radio yang mempergunakan jaringan internet dan berdasarkan permintaan pendengar.

  Konteks perkembangan radio streaming di Kota Medan terdiri dari beberapa stasiun radio streaming, yakni :

  

Tabel 1.

Jumlah Stasiun Radio Streaming di kota Medan

  Radio 95,9 FM Radio Sikamoni Medan FM City Radio - Medan Radio Mix Fm Radio Suara Medan Radio Kardopa M Radio Radio Hot visi Radio Kiss FM i-Radio Star FM

  

sumber : penulis

  Siaran radio streaming sebagai bagian dari perkembangan teknologi komunikasi juga turut mempengaruhi aspek sosio-kultural, hal ini sebagai bagian dan wujud manifestasi dari perkembangan secara globalisasi yang turut menyertakan aspek teknologi dan sosio-kultural sebagai bentuk materi dan pengguna.

  Pengaruh globalisasi disatu sisi menciptakan terobosan baru dalam perkembangan teknologi informasi, dan juga mendorong sisi sosio-kultural pengguna perkembangan teknologi informasi sebagai bagian dari penguatan budaya. Hal inilah yang kemudian diambil oleh siaran radio streaming berbasis etnik sebagai bagian penguatan identitas budaya dalam konteks penggunaan perkembangan teknologi komunikasi secara global.

  Kehadiran radio streaming juga turut membuka celah baru terhadap perkembangan siaran radio secara umum, dahulunya siaran radio bersifat lokal dan terbatas namun dengan adanya radio streaming yang didukung oleh jaringan internet dapat memancarkan siaran radio dan diakses tanpa batas wilayah dan waktu.

  Siaran radio streaming berbasis etnik merupakan suatu bentuk siaran radio yang berdasarkan permintaan, dalam arti bahwasanya siaran radio merupakan kumpulan aspirasi individu maupun kelompok etnis sebagai bagian dari proses penguatan identitas budaya. Berbeda dengan siaran radio umum yang mana konten siaran didasarkan atas ide stasiun radio (kebijakan pemilik radio dan sponsor), radio streaming justru berdiri pada konten siaran yang menyesuaikan terhadap permintaan pendengar sebagai bentuk strategi penguatan identitas etnik.

  Identitas etnik mengutip pendapat Torres (dalam Chavez, 1999:42) yang mengatakan bahwa identitas etnik merupakan : “ethnic identity is developed from shared culture, religion, geogra- phy, and language of individuals who are often connected by strong loyalty and kinship as well as proximity”. Terjemahan bebas : “identitas etnis dikembangkan dari budaya bersama, agama, geografi, dan bahasa individu yang sering dihubungkan dengan loyalitas yang kuat dan kekeluargaan serta kedekatan” Pendapat tersebut berpandangan bahwa identitas etnik dibangun dari proses berbagi kebudayaan, agama, batas-batas geografis dan bahasa dari seorang individu yang selalu terhubung secara keturunan dan juga sikap loyal sebagai bentuk keterkaitan.

  Identitas budaya dalam lingkup siaran radio streaming etnik merupakan bagian dari suatu proses penguatan identitas dan juga proses pembelajaran budaya bagi masyarakat dalam konteks kehidupan yang menggunakan perkembangan teknologi informasi secara aktif.

  Berdasarkan alasan yang dikemukakan tersebut, penulisan ini bertujuan melihat siaran radio streaming berbasis etnik dalam menyampaikan dan sebagai bagian dari eksistensi etnik dalam perkembangan teknologi komunikasi.

1.2 Tinjauan Pustaka

  Penelitian yang dilakukan nantinya membutuhkan suatu tinjauan pustaka sebagai bentuk konstruksi literatur pendukung yang bersifat konseptual dan juga berfungsi sebagai pembatas penelitian terhadap fokus penelitian agar tidak keluar dari tujuan awal.

  Tinjauan pustaka dalam penelitian ini mencakup; konsepsi mengenai kebudayaan sebagai pengantar dan ideologi penelitian antropologi yang berbasis etnografi, konsepsi mengenai komunikasi dalam ranah kebudayaan, dan konsepsi identitas etnik mengenai pelestarian dan ekspresi dalam siaran radio streaming berbasis siaran etnik.

a. Kebudayaan

  Kebudayaan dalam hal ini mengutip pendapat E.B Tylor (1871:1) yang mengatakan bahwa : “Culture or civilization ... is that complex whole which includes knowledge, belief, art, morals, law, custom, and any other capabilities and habits acquired by man as a member of society.”

  Terjemahan bebas : "Budaya atau peradaban ... adalah bahwa keseluruhan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat, dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat." "Budaya atau peradaban ... adalah bahwa seluruh kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat, dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat." Secara umum pendapat Tylor (1871:1) mengenai kebudayaan dapat diartikan bahwa kebudayaan atau peradaban merupakan suatu bentuk secara keseluruhan yang didalamnya terdapat aspek pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, norma, dan kemampuan lainnya serta perilaku yang diperlukan oleh individu manusia sebagai anggota dari masyarakat.

  Lebih lanjut, Kottak (2007:42) mengungkapkan bahwa “On the basis of

  

cultural learning, people create, remember, and deal with ideas ”. Dalam hal ini,

  Kottak (2007:42) menyatakan bahwa dasar dari suatu bentuk pembelajaran kebudayaan adalah penciptaan oleh masyarakat, mengingat dan kesepakatan terhadap beragam ide dalam kehidupan.

  Kottak (2007:43) juga menyatakan bahwa kebudayaan adalah suatu bentuk yang dibagi diantara individu masyarakat pendukung kebudayaan, lebih lengkap Kottak (2007:43) menyebutkan “Culture is an attribute not of individuals person

  

but of individuals as members of group. Culture is transmitted in society. ” Secara

  sederhana diartikan bahwa kebudayaan merupakan bentuk atribusi yang tidak mewakili individu secara tunggal melainkan individu sebagai bagian dari kelompok dan kebudayaan disebarluaskan melalui bentuk kehidupan masyarakat.

  Dalam konteks ini, siaran radio streaming berbasis etnik merupakan suatu bentuk kebudayaan yang dilakukan oleh masyarakat pendukung kebudayaan atau bentuk komunitas yang disebutkan oleh Turner (Kottak, 2007:214) sebagai :

  “a social aspect of collective liminality called communitas ... an intense community spirit, a feeling of great social solidarity, equality, and togetherness. People experiencing liminality together form a community of equals”.

  Terjemahan bebas : "Aspek sosial liminalitas kolektif disebut communitas ... semangat komunitas yang kuat, rasa solidaritas yang besar sosial, kesetaraan, dan kebersamaan. Orang yang mengalami liminalitas bersama- sama membentuk sebuah komunitas yang setara ".

  Pendapat tersebut memberi penekanan terhadap peran serta individu dalam kelompok/komunitas budaya sebagai bagian dari penciptaan, pelestarian dan bentuk kesepakatan terhadap ide dan identitas etnik dalam kehidupan masa kini.

  Selanjutnya Appadurai (1996:33) menegaskan hal tersebut dengan membagi pada lima bagian gejala globalisasi, yaitu : “... five dimensions of global cultural flows that can be termed (a) ethnoscapes, (b) mediascapes, (c) technoscapes, (d) financescapes, and (e) ideoscapes.” Terjemahan bebas : "... Lima dimensi arus budaya global yang dapat disebut (a) ethnoscapes, (b) mediascapes, (c) technoscapes, (d) financescapes, dan (e) ideoscapes." Pendapat Appadurai (1996:33) tersebut membagi pada lima dimensi yang mempengaruhi perkembangan kebudayaan secara global, yaitu : a. Ethnoscapes, yang mencakup kehidupan tiap-tiap masyarakat dunia dalam menghadapi

  

  perkembangan budaya global, b. Mediascapes, peranan dan perkembangan media sebagai bagian dari arah perubahan kebudayaan global, c. Technoscapes, perkembangan dalam ranah teknologi yang mempengaruhi arah perkembangan kebudayaan global, d. Financescapes, pemenuhan atas ekonomi atau penyesuaian kemampuan ekonomi terhadap arah perubahan kebudayaan global dan, d.

  Ideoscapes , yaitu perkembangan ideologi dalam kehidupan yang berkembang.

  

Gambar 1.

  

Siaran radio streaming etnik dalam globalisasi

sumber : penulis

  Appadurai (1996:3) mengatakan bahwa perkembangan media yang terjadi saat ini turut serta mempengaruhi kehidupan kultural, dimana media tidak hanya sebagai alat komunikasi mengenai aspek internal melainkan telah melangkah pada

  

1 Menguatkan arti media dalam ranah antropologi sebagaimana dituliskan oleh Boyer

(2012:383), yaitu :”When one speaks of media and mediation in social-cultural anthropology

today one is usually referring to communication and culture. This is to say, when

anthropologists use the term ‘media’, they tend to remain within a largely popular semantics,

taking ‘media’ to mean communicational media and, more specifically, communicational

media practices, technologies and institutions, especially print, film, photography, video, televison, radio, telephony, and the internet, among others. aspek eksternal dan berkaitan dengan fenomena yang terjadi pada berbagai belahan dunia. Perubahan media dari konvensional menjadi media elektronik (modern) telah dapat menembus sekat-sekat yang selama ini sulit untuk dilalui dan dilakukan melalui penggunaan media konvensional.

  Ginsburg (2005:21-22) mengatakan bahwa : “Anthropologists at last are coming to terms with the inescapable presence of media as a contemporary cultural force engaged with the mediation of hegemonic forms and resistence of them; the growth and transnational circulation of public culture; the creation of national and activist social imaginaries, with the development of media as new arenas for political expression and the production of ide ntity.” Terjemahan bebas : "Antropolog akhirnya datang untuk berdamai dengan kehadiran tak terhindarkan media sebagai kekuatan budaya kontemporer terlibat dengan mediasi bentuk hegemoni dan resistensi dari mereka; pertumbuhan dan sirkulasi transnasional budaya masyarakat; penciptaan imaginaries sosial nasional dan aktivis, dengan perkembangan media sebagai arena baru untuk ekspresi politik dan produksi identitas. " Kutipan Ginsburg (2005:21-22) tersebut menyebutkan bahwa antropologi

  (antropologi media) menjadi sebentuk kajian yang mampu melihat media sebagai bagian budaya kontemporer masa kini, dimana didalamnya terdapat bentuk

  

  hegemoni dan perlawanan sebagai bagian dari keterkaitan antara media dan politik yang kompleks dalam kehidupan masyarakat.

  

2 Bentuk hegemoni dan perlawanan dalam konteks media merupakan suatu hal yang lazim

terjadi, seperti dalam penggunaan media sebagai bentuk perpanjangan tangan suatu rezim

pemerintahan dan juga dipergunakan oleh masyarakat sebagai alat perlawanan terhadap sistem

kekuasaan dimana saluran penyampaian aspirasi bersifat terbatas. Hegemoni dan perlawanan

dengan menggunakan media dapat dilihat seperti penguasan sarana media televisi dan radio

(TVRI dan RRI) sebagai alat rezim pemerintah pada orde baru dan disisi lain media teknologi

komunikasi juga berkembang serta dipergunakan secara aktif sebagai perlawanan terhadap

rezim seperti contoh penggunaan sarana media internet sebagai perlawanan terhadap suatu

rezim kekuasaan di China, yang membatasi penggunaan media internet bagi warga sebagai

bagian strategi politik.

b. Komunikasi

  Matei (2009:155) mendefinisikan komunikasi dalam ranah etnografi sebagai bentuk kajian antropologi sebagai “Communication is theoretically a

  

neutral way of sharing knowledge or worldviews and of maintaining social

relationships ”. Hal ini diartikan bahwa komunikasi secara teoritis merupakan jalur

  netral yang tidak berpihak sebagai sarana penyampaian dan berbagi pengetahuan atau wawasan serta sebagai bentuk pemeliharaan hubungan sosial.

  Selanjutnya Troike (2003:2) mengatakan bahwa fokus utama dalam kajian etnografi komunikasi adalah community speech sebagai suatu sarana komunikasi yang didalamnya terdapat pola dan diorganisasikan sebagai sistem dari penyelenggaraan komunikasi, dimana dalam proses interaksi tersebut mengikutsertakan keseluruhan sistem budaya.

  Community speech yang dalam hal ini diartikan sebagai komunitas yang

  mempergunakan artikulasi bahasa sebagai media komunikasi yang menghubungkan antara individu, baik secara langsung melalui proses percakapan, bahasa maupun secara tidak langsung melalui penggunaan media lainnya (radio).

  Komunikasi antar individu dan kelompok menurut Troike (2003:13) memiliki fungsi ekspresif (untuk menyatakan perasaan dan emosi), direktif (permintaan), referensial (proposisi konten benar atau salah), puisi (estetika),

  

phatic (empati dan solidaritas), dan metalinguistik (sumber kepada bahasa asli

atau penggunaan bahasa).

  Mengutip Auge (1995:45) yang mengatakan bahwa bahasa identitas (ekspresi identitas) harus dipertahankan dari ancaman dari dalam maupun luar lingkaran etnik untuk menjadikannya tetap berarti dan memiliki nilai bagi masyarakat (etnik) tersebut.

  Penggunaan radio dalam hal ini merupakan suatu bentuk proses diseminasi atau penyebarluasan pemahaman terhadap kebudayaan yang menggunakan sarana komunikasi dan mencakup fungsi-fungsi dalam komunikasi antar individu dan kelompok, dimana radio juga dianggap sebagai media yang mampu melewati batas ruang dan waktu dalam penyampaian informasi secara lokal (kebudayaan) maupun lintas kebudayaan.

c. Identitas Etnik dan Media

  Istilah media dan kebudayaan merupakan bentuk dari perkembangan kebudayaan dan keterkaitannya dengan kekuasaan, dimana penyebaran kebudayaan pada masa kini mempergunakan media sebagai alat penyebaran.

  Identitas etnik secara sederhana adalah bentuk kepribadian yang menjadi ciri atau jatidiri seorang individu yang berakar pada nilai, norma yang berlaku dalam kelompok etnisnya, seperti penggunaan bahasa, sistem nilai dan perilaku serta aturan-aturan yang berkaitan dengan kehidupan.

  Kebudayaan masing-masing etnis memiliki perbedaan dan persamaan pada tahapan-tahapan tertentu, seperti bahasa, nilai dan norma. Dalam kehidupan perbedaan dan persamaan budaya tersebut memunculkan hubungan kebudayaan sebagai suatu strategi dan adaptasi dalam kehidupan.

  Identitas etnik dan hubungan kebudayaan dalam dua hal yang saling memiliki keterkaitan dan juga memerlukan suatu proses untuk dapat menghubungkan diantara keduanya, dalam penelitian ini identitas etnik dilihat sebagai suatu bentuk keterkaitan dengan media, yang dianggap sebagai jalan penyebarluasan terhadap pemahaman mengenai identitas etnik.

  Hubungan antara media dan kebudayaan menurut Pitout (dalam Hart, 2011:26-27) dapat diintepretasikan pada dua bentuk, yaitu media sebagai bagian dari kebudayaan dan media sebagai bentuk refleksi atau gambaran dari suatu kebudayaan.

  Media teknologi komunikasi berupa radio dianggap sebagai bagian dari

  

public sphere (ruang umum), dalam hal ini hubungan antara media dan

  kebudayaan difokuskan pada media sebagai bentuk refleksi atau gambaran dari suatu kebudayaan, yang direpresentasikan pada bentuk siaran radio streaming berbasis etnik. Identitas etnik dalam hal ini melampaui identitas etnik secara konvensional yang memberi penekanan terhadap pemahaman mengenai identitas etnik dalam lingkup perkembangan zaman dan teknologi.

  Barth (1969:10-11) menyatakan bahwa dalam konteks antropologi istilah kelompok etnik melingkupi : 1. Kesinambungan biologis dalam skala besar, 2.

  Berbagi nilai kebudayaan yang bersifat fundamental (kesatuan terbuka dalam bentuk kebudayaan), 3. Menciptakan lapangan komunikasi dan interaksi, dan 4.

  Memiliki identitas yang dapat dikenali oleh sesama anggota kelompok etnik maupun diluar anggota kelompok etnik.

  Pada tahapan perkembangan lebih lanjut, identitas kelompok etnik berkembang menjadi bentuk yang beragam disebabkan oleh perkembangan media (radio, televisi, internet). Mengutip Woodward (dalam Hart, 2011:33) yang mengatakan bahwa :

  “The media are representation systems that circulate identities with meanings attached to them to help us make sense of ourselves and others ... They are thus important sites in shaping identity because they provide the discursive fields through which meaning can be negotiated”. Terjemahan bebas : "Media adalah sistem representasi yang beredar identitas dengan makna yang melekat pada mereka untuk membantu kita memahami diri kita sendiri dan orang lain ... Mereka adalah situs demikian penting dalam membentuk identitas karena mereka menyediakan bidang diskursif di mana artinya dapat dinegosiasikan". Pendapat tersebut memiliki fokus terhadap media sebagai sistem representasi terhadap kesinambungan identitas dengan arti menggabungkan individu untuk dapat menyadari diri sendiri dan orang lain, dimana individu memiliki hal penting yakni menguatkan peran identitas dalam kehidupan mereka

  Kahn (dalam Maunati, 2004:24) memberi gambaran mengenai konstruksi identitas menjadi suatu hal yang umum, ketika identitas budaya dibangun berdasarkan seperangkat kepercayaan dan bersifat secara organik serta memiliki keterbatasan. Hal ini membuka ruang kebebasan dalam merefleksikan identitas yang disesuaikan dengan kondisi tertentu.

  Berdasarkan pendapat tersebut, maka media dan identitas merupakan suatu kaitan atau hubungan dalam suatu proses menguatkan peran identitas itu sendiri dan sebagai upaya menegosiasikan mengenai hal-hal tertentu untuk dapat menjadi bagian dari identitas sendiri maupun berbagi untuk menjadi bentuk identitas terhadap orang lain.

  Siaran radio streaming berbasis etnis dalam hal ini merupakan bagian dari media dan identitas, dimana radio streaming memiliki siaran berbasis etnik yang menjadi konsumsi bagi masyarakat pendukung etnik tersebut sebagai bentuk ekspresi dan pelestarian kebudayaan dan konsumsi etnik lainnya sebagai bentuk perbendaharaan kebudayaan yang luas.

  1.3 Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran radio streaming berbasis etnik menguatkan identitas etnik dan sebagai bagian dari bentuk ekspresi identitas etnik. Rumusan tersebut diuraikan dalam pertanyaan penelitian berikut :

  1. Bagaimana radio streaming berbasis etnik menjadi bagian dari bentuk ekspresi identitas etnik ?

  2. Mengapa pilihan ekspresi identitas etnik berupa radio streaming ?

  3. Bagaimana peran radio streaming berbasis etnik dalam menguatkan identitas etnik ?

  4. Bagaimana fungsi radio streaming etnik bagi pendengarnya ?

  1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan mendeskripsikan radio

  

streaming berbasis etnik di Kota Medan. Manfaat yang diharapkan dari penelitian

  ini adalah secara akademis penelitian ini akan menambah wawasan keilmuan dalam bidang Antropologi. Khususnya dalam memperkaya literatur mengenai penggunaan media (radio) sebagai sarana ekspresi dan penguatan nilai etnik di Kota Medan.

1.5 Lokasi Penelitian

  Lokasi penelitian dalam hal ini adalah Kota Medan yang kemudian dikhususkan pada beberapa stasiun radio streaming yang memiliki siaran berbasis etnik, adapun stasiun radio tersebut adalah :

  1. Radio 95,9 FM City Radio - Medan - Medan, sebagai siaran radio

  streaming yang berbasis pendengar masyarakat Tionghoa berbahasa

  Mandarin yang berada di Jl. Pembangunan I No. 6, Medan – 20238

  2. Radio 97,10 FM Sikamoni - Medan, sebagai siaran radio streaming berbasis pendengar masyarakat Karo. Radio ini beralamat di Jl Bunga Cempaka Pasar III Nomor 17, Tanjungsari, Medan

  Pemilihan lokasi penelitian pada dua stasiun radio streaming berbasis etnis sebagai bagian mendeksripsikan secara utuh dan menyeluruh mengenai keberadaan siaran radio streaming sebagai bagian dari perkembangan teknologi dan juga penggunaan teknologi dalam hal menunjukkan indentitas etnik.

  Penggambaran pada dua karakter etnis, yaitu Tionghoa dan Karo ditujukan untuk mendapatkan gambaran mengenai identitas etnik dalam konteks kehidupan Kota Medan. Etnis Tionghoa dalam penelitian ini dilihat sebagai etnis pendatang yang telah lama bertempat tinggal dan berkembang di Kota Medan, sedangkan etnis Karo adalah etnis tempatan (lokal) dimana keduanya mengisi komposisi kehidupan etnis di Kota Medan.

1.6 Metode Penelitian

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan secara etnografi. Peneliti akan mengungkapkan native’s point

  

of view bagaimana bentuk ekspresi identitas melalui siaran radio streaming

berbasis etnik di Kota Medan.

  Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian guna mendapat data-data di lapangan antara lain :

a. Teknik Observasi

  Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan secara langsung di lapangan. Proses pengamaran dilakukan dengan cara mengamati ruang dan tempat, siapa pelaku yang terlibat, pendengar (audien), cara dan isi siaran serta instrumen yang digunakan dalam radio streaming berbasis etnik di Kota Medan.

  Observasi dalam bentuk partisipasi dan non-partisipasi dalam penelitian yang dilakukan mencakup pada dua bentuk obervasi, yaitu proses observasi pada stasiun radio streaming berbasis etnik dan proses observasi terhadap pendengar siaran radio berbasis etnik. Kedua bentuk ini dilakukan untuk mendapatkan data penelitian yang lebih mendalam mengenai siaran radio streaming berbasis etnik di Kota Medan.

  Proses obervasi dilakukan pada dua stasiun radio streaming yang memiliki konten siaran etnik, yaitu radio 95,9 FM City Radio dan radio 97,10 FM Sikamoni. Pada kedua stasiun radio tersebut peneliti melakukan observasi partisipasi dalam beberapa kegiatan, seperti : rapat program acara radio, berinteraksi dengan penyiar maupun staf radio dan juga turut serta dalam kegiatan siaran on-air dengan peran terbatas maupun off-air, sedangkan dalam kegiatan observasi non-partisipasi peneliti mengikuti dan mendengarkan siaran radio tersebut melalui radio maupun fasilitas radio streaming.

  Dalam kegiatan observasi partisipasi peneliti juga ikut serta dalam melakukan aktivitas yang berkaitan dengan siaran radio streaming berbasis etnik.

  Tujuan peneliti melakukan observasi partisipasi ini adalah untuk mendekatkan diri lebih dalam pada objek penelitian.

  Peneliti mengamati bagaimana cara stasiun radio streaming mengelola siaran berbasis etnik, peneliti juga akan mengamati bagaimana proses siaran radio

  streaming berbasis etnik.

b. Teknik Wawancara

  Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dua orang yaitu pewawancara (interviewer) yang memberikan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan informasi atau jawaban atas pertanyaan tersebut (Moleong, 2006 : 135) dengan menggunakan pedoman wawancara (interview

  

guide ). Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara

  mendalam, yaitu peneliti dan informan berinteraksi satu sama lain dalam waktu yang relatif lama sehingga peneliti dapat membangun rapport dengan informan.

  Wawancara yang peneliti lakukan merupakan bentuk wawancara informal yang bertujuan menghindari kesan kaku, proses wawancara peneliti lakukan kepada beberapa pihak yang terkait, seperti penyiar radio dan pendengar radio walaupun terdapat juga individu lain yang berkaitan dengan hal-hal tersebut.

  Pada stasiun radio 95,9 FM City FM peneliti melakukan wawancara kepada beberapa orang penyiar radio tersebut dengan latar belakang etnik Tionghoa yang berbahasa Mandarin maupun dengan latar belakang etnik Jawa dan lainnya, seperti wawancara yang peneliti lakukan kepada Xiao-ling (etnik Tionghoa) dan Aisyah (etnik Jawa).

  Proses wawancara pada stasiun radio 97,10 FM Sikamoni peneliti memulai proses observasi dan wawancara terhadap individu yang berada di lokasi stasiun radio dan termasuk juga pengelola stasiun radio, hal ini peneliti lakukan selain untuk dapat memperoleh izin melakukan penelitian dan juga sebagai upaya pendekatan secara personal terhadap pengelola stasiun radio ...

c. Penentuan Informan

  Dalam penelitian ini, individu yang menjadi informan penelitian merupakan individu yang memiliki pengetahuan dan kemampuan terhadap radio

  

streaming berbasis etnik sebagai informan kunci penelitian, termasuk juga

  didalam kategorisasi tersebut adalah penyiar radio streaming etnik maupun pendengar siaran radio. Sedangkan, informan pangkal penelitian ini adalah individu yang memberikan data, keterangan yang cukup serta mendukung jalannya penelitian ini.

  Kategori informan biasa adalah individu yang memiliki pengetahuan dan kemampuan namun tidak berkaitan langsung dengan kegiatan siaran radio

  streaming berbasis etnik. Informan penelitian ini adalah penyiar pada masing-

  masing stasiun radio streaming etnik dan juga pihak pendengar siaran radio, adapun informan penelitian ini adalah :

  Tabel 2.

  

Informan Penelitian

Penyiar Radio 95,9 Pendengar Radio Penyiar Radio Pendengar Radio 97,10

FM City Radio 95,9 FM City Radio 97,10 FM FM Sikamoni

Sikamoni

  

Nama : Qiu Xia Nama : Sugiyanto Nama : Rosa Sitepu Nama : Firman Ginting

Umur : 24 Tahun Umur : 47 Tahun Umur : 38 Tahun Umur : 27 Tahun Nama : Xiao Ling Nama : Yanti Nama : Andy Tarigan Nama : Dra. Umur : 29 Tahun Umur : 25 Tahun Umur : 28 Tahun Seniwati Br.

  Bangun

  

Nama : Ding Shun Nama : Soemardi Nama : S. Br Karo-karo

  Umur : 54 tahun

  Umur : 33 Tahun Umur : 23 Tahun Umur : 44 Tahun Nama : Aisha Widodo Nama : Bapak Wijaya Umur : 29 Tahun Umur : 34 Tahun Nama : Cynthia

  Umur : 24 Tahun Sumber : penelitian yang dilakukan antara bulan Agustus 2014 hingga Januari 2015.

1.7. Analisis Data

  Analisis data dalam penelitian merupakan suatu pandangan mengenai penulis untuk bersikap objektif terhadap data yang diperoleh dilapangan.

  Keseluruhan data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan tersebut akan diteliti kembali atau diedit ulang, pada akhirnya kegiatan ini bertujuan untuk memeriksa kembali kelengkapan data lapangan dan hasil wawancara.

  Analisis data merupakan proses lanjutan dari bentuk catatan lapangan sebagaimana ditulis oleh Emerson (1995:4-5) sebagai : “Fieldnotes are accounts describing experiences and observations the researcher has made while participating in an intense and involved manner.” Terjemahan bebas :

  “Catatan lapangan yang menggambarkan kumpulan pengalaman dan pengamatan peneliti yang dicatat saat turut berpartisipasi secara intens dan terlibat.” Penelitian antropologis dengan metode etnografi memberikan suatu bentuk analisis data lapangan berupa “ongoing analysis” yang berarti sebagai proses analisa berjalan terhadap kerja lapangan yang berdasarkan pada observasi dan wawancara terhadap informan.

  Langkah selanjutnya data-data ini akan dianalisa secara kualitatif melalui teknik taksonomi data, sehingga data yang diperoleh akan dikategorikan berdasarkan jenisnya. Keseluruhan data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan sumber kepustakaan disusun berdasarkan pemahaman akan fokus penelitian atau berdasarkan kategori-kategori yang sesuai dengan tujuan penelitian.

1.8 Pengalaman Lapangan

  Judul skrispsi saya adalah radio streaming berbasis etnis (Studi Etnografi Mengenai Siaran Radio Streaming Berbasis Etnik di Kota Medan). Dalam penelitian ini, yang menjadi informan pangkal saya adalah radio sedangkan informan kunci saya adalah radio dan pendengarnya. Untuknmendapatkan informasi yang saya butuhkan, untuk pertama kali saya mencari tahu siapa saja penyiar atau pegawai yang bekerja di radio 95,9 FM City Radio - Medan dan radio sikamoni. Setelah saya mendapatkan informasi mengenai penyiar, saya menghubungi dan mengajak mereka untuk melakukan pertemuan. Penyiar yang pertama sekali saya jumpai adalah Dian. Saya mendapatkan informasi mengenai Dian dari seorang teman saya di sekolah dasar. Teman saya ini bernama Dini Anggraini. Dini adalah adik kandung dari Dian yang merupakan seorang penyiar di radio 95,9 FM City Radio - Medan. Setelah saya mendapatkan nomornya Dian, saya menghubungi beliau dan membuat janji ketemu di radio. Hal ini ternyata gagal saya lakukan karena Dian tidak mempunyai waktu luang. Dian akan melangsungkan pernikahan dan sdang mengurus segala urusan untuk menikah. Saya diminta untuk menunggu hingga dua minggu.

  Setelah menunggu selama dua minggu, kami berjanji untuk bertemu di sebuah cafe di jalan Dr. Mansyur medan. Beliau sudah bekerja sebagai penyiar di radio tersebut selama dua tahun. Beliau bercerita mengenai awal mula bekerja sebagai penyiar di radio 95,9 FM City Radio - Medan. Akan tetapi informasi yang saya dapatkan kurang banyak dikarenakan waktu Dian yang tidak banyak. Hal ini dikarenakan kk dian harus pergi untuk mengurus tiket keberangkatan ke Bali.

  Dian adalah seorang istri tentara yang harus setia mengikuti suami yang bekerja di luar kota. Oleh karana itu, beliau harus pindah ke Bali untuk mengikuti suaminya yang ditugaskan disana. Akan tetapi, saya diminta menghubungi Kiki selaku program director di radio 95,9 FM City Radio - Medan.

  Satu minggu berjalan setelah pertemuan saya dengan Dian, saya mencoba menghubungi Kiki yang nomor teleponnya sudah saya dapatkan dari Dian.

  Setelah saya hubungi ternyata Kiki tidak sedang di Medan. Kiki sedang ada pertemuan dan pelatihan di Jakarta. Saya diminta untuk menunggu beliau pulang dari Jakarta. Beliau akan berada di Jakarta selama satu minggu. Selama satu minggu tersebut saya harus membuat daftar pertanyaan yang akan di ajukan kepada Kiki.

  Satu minggu berlalu, dan akhirnya saya bertemu dengan Kiki di kantor radio 95,9 FM City Radio - Medan. Setiba saya di radio City, saya tidak bisa langsung masuk dikarenakan yang boleh masuk kedalam radio adalah pegawai termasuk penyiar dengan menggunakan sidik jari. Satpam melarang saya masuk karena dia belum dapat izin dari dalam radio. Hal ini dikarenakan Kiki belum sampai di radio sehingga tidak ada informasi ke satpam tersebut apakah saya boleh masuk atau tidak. Setelah hampir 30 menit saya menunggu di luar, Kiki tiba di radio. Saya di persilahkan masuk dan menunggu di ruang tunggu. Akhirnya Kiki datang menhampiri saya dan kami memulai percakapan. Kiki menjelaskan semua mengenai radio dari awal terbentuk dan sampai akhirnya pindah ke tempat yang sekarang. Beliau adalah orang yang paling lama bekerja untuk radio 95,9 FM City Radio - Medan. Belaiu menjawab semua pertanyaan saya dengan baik mengenai sistem bekerja di radio. Beliau adalah orang yang bertanggung jawab dalam setiap program yang di siarkan. Program yang beliau atur adalah program radio berbahasa Indonesia. Beliau mengatur semua program mulai dari jadwal siaran, penentuan penyiar mengudara, serta mengatur iklan dan jadwal tamu yang akan ikut mengudara. Tidak terasa sudah satu jam saya berbincang-bincang dengan Kiki yang akhirnya harus kami akhiri dikarenakan Kiki harus bertugas kembali.

  Setelah dua minggu saya mengolah data di rumah, saya merasa data yang saya peroleh kurang sehingga mengharuskan saya untuk kembali ke radio City.

  Saya menghubungi Kiki kembali. Ternyata kiki berada di Jakarta dan tidak bisa bertemu dengan saya. Akan tetapi saya di minta untuk menghubungi Aisyah salah seorang pegawai di radio tersebut. Aisyah adalah seorang penyiar di radio 95,9 FM City Radio - Medan. Beliau memberikan saya company profile dan memberikan saya waktu untuk melemparkan beberapa pertanyaan. Aisyah termasuk seorang penyiar yang sudah lama bekerja di radio 95,9 FM City Radio - Medan sehingga beliau tahu dengan baik mengenai radio. Beliau bercerita tentang program radio yang terdapat di radio 95,9 FM City Radio - Medan. Beliau juga menceritakan pengalaman beliau di radio 95,9 FM City Radio - Medan. Aisyah menjelaskan secara jelas mengenai segmentasi program maupun pendengar.

  Beliau mengenalkan saya dengan beberapa penyiar yang sudah lama maupun penyiar yang baru bergabung di radio 95,9 FM City Radio - Medan. Aisyah menemani saya ke beberapa ruangan dan mengijinkan saya untuk mengambil foto. Aisyah memberikan saya izin untuk masuk ke ruangan studio dan berfoto dengan penyiar yang sedang mengudara. Beliau adalah orang yang ramah dan bersahabat. Setelah dua jam lebih saya berada di kantor radio City, saya harus pulang karena hari sudah malam.

  Setalah seminggu saya mengerjakan data yang sudah saya dapat, saya merasa kuarang karena saya harus mendapatkan informasi dari penyiar yang beretnis Cina dengan menggunakan bahasa Mandarin. Sehingga saya harus kembali datang ke radio 95,9 FM City Radio - Medan. Saya membuat janji dengan Aisyah untuk bertemu di radio. Aisyah menyambut saya dengan baik. Aisyah mengenalkan saya dengan program director untuk program Mandarin. Aisyah mengenalkan saya dengan Xiao Ling. Xiao ling mempunyai jabatan yang sama dengan Kiki tetapi beliau khusus untuk program Mandarin. Xiao ling menjelaskan semua program Mandarin yang ada di radio 95,9 FM City Radio - Medan. Beliau menjelaskan bagaimana cara untuk memperoleh bahan siaran, bahasa yang digunakan, hingga bagaimana cara menjadi seorang penyiar yang baik. Xiao Ling memberikan saya daftar program yang sedang digunakan untuk membantu saya dalam mengerjakan skripsi saya. Beliau membuatkan saya bahan siaran pembukaan dan penutupan dengan menggunakan huruf Cina, huruf universal, serta artinya dalam bahasa Indonesia. Beliau juga memberikan saya struktur organisasi perusahaan mereka.

  Keesokan harinya saya datang kembali ke kantor radio 95,9 FM City Radio - Medan untuk mencari informasi mengenai bahan berbahasa Mandarin.

  Akan tetapi saya tidak bertemu dengan Xiao Ling dikarenakan beliau sedang ada rapat. Sebelum Xiao Ling rapat, beliau sudah berpesan kepada temannya kalau saya akan datang dan memintanya untuk menemani saya di radio. Temannya bernama Qiu Xia dan Ding Sum. Mereka memberikan saya banyak informasi mengenai bagaimana menjadi penyiar yang baik. Beliau juga memberi tahu saya bagaimana cara beliau mengudara. Mereka memberikan saya jalan untuk bertemu dengan pendengar setia dari radio 95,9 FM City Radio - Medan. Mereka meminta saya untuk hadir di acara amal dan gathering yang radio buat 2 minggu kedepan.

  Di acara tersebut saya mendapatkan informasi dari beberapa pendengar setia 95,9 FM City Radio - Medan yaitu Bapak Sugianto, Yanti Lubis, Acuan, Bapak Wijaya, dan Cynthia, dan Bapak Soemardi.

  Dua minggu setelah saya mendapatkan data dari radio 95,9 FM City Radio

  • Medan, saya mulai mencari tahu mengenai radio 97,10 FM Radio Sikamoni -

  Medan. Saya mencari tahu terlebih dahulu radio sikamoni dari internet. Setelah mendapatkan alamat tersebut, saya bergegas utnuk pergi ke kantor radio 97,10 FM Radio Sikamoni - Medan. Setelah tiba di radio 97,10 FM Radio Sikamoni - Medan, saya sangat beruntung bertemu dengan pemilik dari radio 97,10 FM Radio Sikamoni - Medan yaitu ibu Drs. Seniwati Br Bangun. Akan tetapi saya harus menunggu 3 hari dikarenakan beliau sedang ada acara yang tidak bisa di tinggalkan.

  Akhirnya saya bertemu dengan ibu Drs. Seniwati Br Bangun di radio 97,10 FM Radio Sikamoni - Medan. Beliau menanyakan kepada saya tujuan dan maksud saya datang ke radio. Setelah selesai menjelaskan semuanya, saya diminta untuk membuat daftar pertanyaan yang akan di tanyakan kepada beliau. Saya diminta datang kembali besok untuk menyerahkan daftar pertanyaan tersebut.

  Keesokan harinya saya datang kembali ke radio. Akan tetapi saya tidak bertemu dengan ibu Drs. Seniwati Br Bangun. Saya hanya bertemu dengan seorang penyiar radio 97,10 FM Radio Sikamoni - Medan bernama Rosa. Beliau mengambil daftar pertanyaan yang telah saya buat dan diserahkan ke pihak kantor.

  Saya meminta nomor telepon Rosa untuk membuat janji bertemu. Rosa adalah penyiar yang ramah dan bersahabat. Rosa dengan senang hati memberikan nomor telepon dan membuat janji dengan saya. Walaupun sibuk, beliau tetap bersedia meluangkan waktu buat saya. Akhirnya saya memuat janji bertemu minggu depan.

  Seminggu berlalu dan saya bersiap untuk bertemu dengan Rosa. Kami membuat janji bertemu dengan saya di salah satu rumah makan di Medan. Saya sangat beruntung bisa kenal dengan Rosa. Beliau sangat mahir dalam bahasa Karo. Beliau memberikan saya banyak informasi mengenai siaran berbahasa Karo. Mulai dari pembukaan siaran hingga penutupan siaran. Beliau juga memberikan informasi mengenai program radio serta sistem bekerja di radio tersebut. Semua informasi yang saya butuhkan dapat diberikannya dengan baik dan jelas sehingga saya merasa sudah cukup bahan untuk skripsi saya.

  Selanjutnya Rosa memperkenalkan saya dengan beberapa pendengar yang selalu mendengarkan radio 97,10 FM Radio Sikamoni - Medan. Ternyata mereka sudah lama bersahabat sehingga saya dapat dengan mudah mendapatkan informasi dari mereka. Mereka adalah Firman Ginting dan ibu S. Br. Karo karo.

  Rosa menghubungi mereka dan membuat janji bertemu minggu depan di tempat yang sama saya bertemu dengan Rosa. Setelah seminggu menunggu, saya bertemu dengan mereka dan salah seorang teman saya yang merupakan pendengar setia Sikamoni. Namanya adalah Andy. Semua informan saya sangat cerdas dan mampu bekerja sama dengan memberikan informasi yang saya butuhkan.

  Keesokan harinya, saya merasa kurang mendapatkan informasi dari salah seorang informan saya yang bernama Andy. Andy adalah seorang pegawai di salah satu rumah makan di Medan. Andy sering mendengarkan radio 97,10 FM Radio Sikamoni - Medan Fm sebelum dan sesudah bekerja. Beliau mendengarkan radio karena tidak memiliki televisi di rumahnya. Beliau sangat senang mendengarkan radio 97,10 FM Radio Sikamoni - Medan Fm dan mengetahui program yang dibuat oleh radio. Semua bahan yang saya dapat sebelumnya dapat dengan mudah diberikan oleh Andy.

  Akhirnya semua bahan yang butuhkan terkumpul. Saya mulai untuk mengolah data yang sudah saya dapat. Saya sangat senang karena semua informan saya dapat bekerja sama dengan baik dan mampu merespon semua pertanyaan yang saya berikan. Saya tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam menyelesaikan skripsi saya.

Dokumen yang terkait

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang pesat khususnya di kota-kota - Fitoremediasi Limbah Rumah Tangga oleh Tanaman Wlingen (Scirpus grossus), Kiapu (Pistia stratiotes), dan Teratai (Nymphea firecrest)

0 0 8

Gambaran Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja di Desa Lidah Tanah Kecamatan Perbaungan

0 0 44

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh - Gambaran Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja di Desa Lidah Tanah Kecamatan Perbaungan

0 0 11

Perbaikan Rancangan Infant Incubator dengan Mengintegrasikan Metode Kano, Quality Function Deployment dan Value Engineering di RSU Kabanjahe

0 0 24

BAB II PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA A. Pengertian Pembinaan dan Konsep Pembinaan - Mekanisme Jabatan Struktural Dan Manajemen Pengembangan Karir Pegawai Dalam Perspektif Hukum Administrasi Negara(Studi Pada Lingkungan Sekretariat Daer

0 0 7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Mekanisme Jabatan Struktural Dan Manajemen Pengembangan Karir Pegawai Dalam Perspektif Hukum Administrasi Negara(Studi Pada Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara)

0 1 19

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Analisis Kebutuhan Kapasitas Produksi Jangka Menengah (RCCP) Dalam Sistem Make To Order di PT. Growth Sumatera Industry

0 0 34

Analisis Kebutuhan Kapasitas Produksi Jangka Menengah (RCCP) Dalam Sistem Make To Order di PT. Growth Sumatera Industry

0 0 15

2. REVIEW OF RELATED LITERATURE 2.1 What’s Gerund - The Analysis Of Gerund Used In The Tempo Magazine

0 1 17

BAB II LETAK DAN LOKASI PENELITIAN 2.1 Kota Medan - RADIO STREAMING ETNIK ( Studi Etnografi mengenai Siaran Radio Streaming Berbasis Etnik di Kota Medan )

0 0 24